Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian maternal merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus
menjadi perhatian masyarakat dunia. World Health Organization memperkirakan
565.00 perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan, komplikasi kelahiran
dan aborsi yang tidak aman. Sekitar 1 perempuan meninggal tiap menit, tiap hari
di suatu tempat di dunia. Proporsi kematian bayi baru lahir di dunia sangat tinggi
dengan estimasi sebesar 4 juta kematian bayi baru lahir pertahun dan 1,4 juta
kematian pada Asia Tenggara. Penyebab tertingginya yaitu asfiksia, BBLR,
infeksi, dan trauma persalinan (WHO, 2007).
Angka Kematian Ibu (AKI) bersama dengan Angka Kematian Bayi (AKB)
senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 Angka
Kematian Ibu (AKI) Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup.
Menurut Depkes kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan(42%),
eklamsia (13%), komplikasi abortus(11%), infeksi (10%), dan persalinan lama
(9%) (Depkes RI, 2012).
Kematian neonatal di NTB tahun 2009 sebanyak 824 kasus, tahun 2010
meningkat menjadi 1.001, 2011 meningkat menjadi 1.318 dan menurun tahun
2012 menjadi 965 kasus. Penyebab kematian neonatal antara lain BBLR (29%),
asfiksia (27%), trauma persalinan, dan infeksi serta kelainan kongenital. AKI
tahun 2011 130, dan 48 per Juni 2012 (Depkes NTB, 2012).
Pertemuan-pertemuan telah diselenggarakan antara lain di Nairobi Kenya
1987 dicanangkan program “Safe Motherhood Initiative” dengan 4 pilarnya yaitu
Keluarga Berencana, Pelayanan Antenatal, Persalinan aman, Pelayanan Obstetrik
Neonatal Esensial/Emergensi. Selain itu kebijakan yang diterapkan untuk usaha
1
menurunkan angka kematian yaitu menempatkan 1 bidan di tiap desa, DESA
SIAGA (Desa Siap Antar Jaga), membangun sinergitas antara nakes dengan
dukun beranak, meningkatkan peran kader (Prawirohardjo, 2010).
Dari hal tersebut di atas, perlu diadakan study kasus dalam upaya membekali
pengalaman penerapan pendekatan manajemen kebidanan secara mandiri pada
persalinan normal, untuk mencetak tenaga yang terampil sehingga dapat ikut
menurunkan AKI dan AKB kususnya di NTB.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan asuhan kebidanan pada Ny “S”
dengan persalinan normal di PUSKESMAS KEDIRI dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan pendokumentasian 7 langkah varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengkajian data pada klien
dengan Persalinan normal
b. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan analisa data pada klien dengan
Persalinan normal
c. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan identifikasi masalah dengan
diagnosa potensial pada klienPersalinan normal
d. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan segera kepada klien
dengan Persalinan normal
e. Mahasiswa diharapkan mampu merencanakan tindakan yang akan
dilakukan pada klien dengan Persalinan normal
f. Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan rencana tindakan yang
sudah ditentukan pada klien dengan Persalinan normal
g. Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan evaluasi atas tindakan yang
akan dilakukan pada klien dengan Persalinan normal
2
h. Mendokumentasikan hasil tindakan asuhan dalam bentuk catatan 7
Langkah Varney.
C. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran
terutama yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pelayanan intranatal.
2. Bagi Puskesmas Kediri
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas Kediri dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pelaksanaan Asuhan
Kebidanan pada Ibu bersalin Normal sesuai standar pelayanan sehingga dapat
mengoptimalkan penurunan angka kematian ibu dan bayi.
3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mengerti mengenai penatalaksanan pada ibu bersalin normal, dan
mahasiswa mampu menganalisa keadaan pada ibu bersalin normal dan
mengerti tindakan segera yang harus dilakukan.
4. Bagi Ny. S
Klien dapat menerima pelayanan kesehatan yang memuaskan dari tenaga
kesehatan yang memberi pelayanan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
plasenta berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus
frankenhauser di belakang servik menyebabkan uterus berkontraksi .
4. Tahap-Tahap Persalinan
Berlangsungnya persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu:
a. Kala I
Disebut juga kala pembukaan dimulai dengan pembukaan serviks sampai
terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks disebabkan oleh his
pesalinan/kontraksi. Tanda dan gejala kala I :
1) His sudah teratur, frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit
2) Penipisan dan pembukaan serviks
3) Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah
Kala I dibagi dalam 2 fase:
1) Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servik secara bertahap,pembukaan servik kurang dari 4
cm,biasanya berlangsung hingga 8 jam.
Prosedur dan diagnostik :
Untuk menentukan apakah persalinan sudah pada waktunya:
(Sarwono Prawirohardjo. Buku acuan nasional pelayanan maternal dan
neonatal.2008) maka:
a) Tanyakan riwayat persalinan :
Permulaan timbulnya kontraksi; pengeluaran pervaginam seperti
lendir, darah, dan atau cairan ketuban; riwayat kehamilan; riwayat
medik; riwayat social; terakhir kali makan dan minum; masalah
yang pernah ada
b) Pemeriksaan Umum :
6
Tanda vital, BB, TB, Oedema; kondisi puting susu; kandung
kemih.
c) Pemeriksaan Abdomen :
Bekas luka operasi; tinggi fundus uteri; kontraksi; penurunan
kepala; letak janin; besar janin; denyut jantung janin.
d) Pemeriksaan vagina :
Pembukaan dan penipisan serviks; selaput ketuban penurunan dan
molase; anggota tubuh janin yang sudah teraba.
e) Pemeriksaan Penunjang :
Urine: warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-lain; darah:
Hb, BT/CT, dan lain-lain.
f) Perubahan psikososial
Perubahan prilaku; tingkat energi; kebutuhan dan dukungan.
2) Fase aktif
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih), serviks
membuka dari 4 cm ke 10 cm, biasanya kecepatan 1 cm atau lebih per
jam hingga pembukaan lengkap ( 10 cm ) dan terjadi penurunan bagian
terbawah janin.
7
b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadinya partus lama.
Halaman depan partograf untuk mencatat atau memantau :
a) Kesejahteraan janin
Denyut jantung janin (setiap ½ jam), warna air ketuban (setiap
pemeriksaan dalam), penyusupan sutura (setiap pemeriksaan
dalam).
b) Kemajuan persalinan
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus (setiap ½ jam), pembukaan
serviks (setiap 4 jam), penurunan kepala (setiap 4 jam).
c) Kesejahteraan ibu
Nadi (setiap ½ jam), tekanan darah dan temperatur tubuh (setiap 4
jam), prodeksi urin , aseton dan protein ( setiap 2 sampai 4 jam),
makan dan minum.
b. Kala II (Kala Pengeluaran)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Wanita merasa hendak buang air besar karena tekanan pada rektum.
Perinium menonjol dan menjadi besar karena anus membuka. Labia
menjadi membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada
vulva pada waktu his.
Pada primigravida kala II berlangsung 1,5-2 jam, pada multi 0,5-1 jam.
Tanda dan gejala kala II :
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2) Perineum terlihat menonjol.
3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau
vaginanya.
8
4) Ibu meraakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau
vaginanya.
5) Vulva-vagina dan sfingkter ani terlihat membuka.
6) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
9
2) Lakukan peregangan tali pusat terkendali.
3) Segera lakukan massage pada fundus uteri setelah plasenta lahir.
d. Kala IV (2 jam post partum)
Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan amplitudo 60
sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval
pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk
trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan trombus terjadi
penghentian pengeluaran darah post partum. Kekuatan his dapat dirasakan
ibu saat menyusui bayinya karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar
hipofise posterior (Rohani,dkk.2010).
Tanda dan gejala kala IV : bayi dan plasenta telah lahir, tinggi fundus
uteri 2 jari bawah pusat.
Selama 2 jam pertama pascapersalinan :
Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan
perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap
30 menit dalam satu jam kedua kala IV. Jika ada temua yang tidak normal,
lakukan observasi dan penilaian secara lebih sering.
10
observasi)
12
Ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor yang
menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan panggul sebelah
depan lebih pendek dari pada yang belakang. Pada waktu defleksi,
maka kepala akan berputar ke atas dengan suboksiput sebagai titik
putar (hypomochlion) dibawah symphisis sehingga berturut – turut
lahir ubun – ubun besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.
6) Putaran paksi luar (external rotation)
Ialah berputarnya kepala menyesuaikankembali dengan sumbu badan
(arahnya sesuai dengan punggung bayi
7) Expulsi : lahirnya seluruh badan bayi.
14
e. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi sangat penting dalam penurunan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan ketrampilan menjelaskan
prosedur pencegahan infeksi yang baik melindungi penolong persalinan
terhadap resiko infeksi
Pantau kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan sesuai
partograf. (Asuhan Persalinan Normal, 2008).
2. Kala II
a. Berikan terus dukungan pada ibu
b. Menjaga kebersihan ibu
c. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu
d. Mengatur posisi ibu
e. Menjaga kandung kemih tetap kosong, anjurkan ibu untuk berkemih
f. Berikan cukup minum terutama minuman yang manis
g. Ibu dibimbing mengedan selama his dan anjurkan ibu untuk mengambil
nafas diantara kontraksi
h. Perikda DJJ setiap selesai kontraksi
i. Minta ibu mengedan saat kepala bayi nampak 5-6 cm di introitus vagina
j. Letakkan satu tangan dikepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
k. Tahan perineum dengan satu tangan yang lain
l. Lahirkan kepala
m. Periksa adanya lilitan tali pusat
n. Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar dengan sendirinya
o. Tempatkan kedua tangan pada posisi biperietal bayi
p. Lakukan tarikan lembut kepala bayi kebawah untuk melahirkan bahu
anterior lalu keatas untuk melahirkan bahu posterior.
15
q. Sangga kepala dan leher bayi dengan satu tangan kemudian dengan tangan
yang lain menyusuri badan bayi sampai seluruhnya lahir.
r. Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan sambil nilai pernafasannya
(Score APGAR) dalam menit pertama
s. Lakukan pemotongan tali pusat
t. Pastikan bayi tetap hangat
3. Kala III
a. Pastikan tidak ada bayi yang kedua
b. Berikan oksitosin 10 IU dalam 2 menit pertama segera setelah bayi lahir.
c. Pastikan bayi tetap hangat, kemudian lakukan IMD
d. Lalukan penegangan tali pusat terkendali, tangan kanan menegangkan tali
pusat sementara tangan kiri dengan arah dorsokranial mencengkram
uterus.
e. Jika plasenta telah lepas dari insersinya, tangan kanan menarik tali pusat
kebawah lalu keatas sesuai dengan kurve jalan lahir sampai plasenta
nampak divulva lalu tangan kanan menerima plasenta kemudian memutar
kesatu arah dengan hati-hati sehingga tidak ada selaput plasenta yang
tertinggal dalam jalan lahir.
f. Segera setelah plasenta lahir tangan kiri melakukan massase fundus uteri
untuk menimbulkan kontraksi
g. Lakukan pemeriksaan plasenta, pastikan kelengkapannya
h. Periksa jalan lahir dengan seksama, mulai dari servik, vagina hingga
perineum. Lakukan perbaikan/penjahitan jika diperlukan
4. Kala IV
a. Bersihkan ibu sampai ibu merasa nyaman
b. Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah dehidrasi
c. Berikan bayinya pada ibu untuk disusui
16
d. Periksa kontraksi uterus dan tanda vital ibu setiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
e. Ajarkan ibu dan keluarganya tentang :
1) Bagaimana memeriksa fundus uteri dan menimbulkan kontraksi
2) Tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
f. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 6 jam pertama
17
1) Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat
menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan
nifas, bio-psiko-sosial-spiritual, serta pengetahuan klien.
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital, meliputi :
Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan perkusi )
Pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi/USG, dan cacatan
terbaru serta catatan sebelumnya).
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang
dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau
tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan
sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan
valid.Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat,
lengkap dan akurat.
b. Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.Rumusan diagnosis dan
masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan
seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan.Masalah sering
berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi
oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.Masalah juga sering menyertai
diagnosis.
18
Diagnosis kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose
kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan :
1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
2) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
3) Memiliki ciri khas kebidanan.
4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
c. Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya.
Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan.Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar
terjadi.Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan
langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
Kaji ulang apakah diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi
sudah tepat.
d. Langkah 4 : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
19
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan
primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita
tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi.Beberapa data
mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.
Data baru mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi
yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan
tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklampsia,
kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes, atau masalah medic
yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis
bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi
setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi
yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
e. Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
20
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila
ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau
masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut
sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan
kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak,
yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori
yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan
dilakukan klien.
f. Langkah 6 : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bias dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggungjawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
21
tersebut.Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien.
Kaji ulang apakah semua rencana asuha telah dilaksanakan.
g. Langkah 7 : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan
sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang
kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen
tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana asuhan
tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian
yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta
berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut
berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung
pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini
dievaluasi dalam tulisan saja.
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGUMPULAN DATA
DATA SUBYEKTIF
A. Identitas
Nama pasien : Ny. “S” Nama suami : Tn “S”
Umur : 19 tahun Umur : 23 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : sasak/Indonesia Suku /bangsa : Sasak/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Supir
Alamat : Samah ngiring Alamat : Samah ngiring
Ke Penyulit
ha
Perka Jenis Tempat
mi Penol Jenis Usia K Ket
winan UK Persali Persalin Ham Bers BBL
la ong Nifas Kelamin anak B
no nan an il alin
n
no
1 1 39 Norm Polindes bidan - - - 3300 Perempua 3,5 -
mg al n tahun
2 ini
24
ANC : 7 kali
Tgl. Keluhan Tekanan Berat Umur Tinggi Denyut Hasil Tindakan Nasihat yang Kapan
Sekarang Darah Badan Kehamilan Fundus Jantung Pemeriksaan (Terapi TT/Fe disampaikan Harus
(Mmhg) (Kg) (Minggu) (Cm) Janin Laboratorium Rujukan, kembali
(Menit) Umpan Balik)
18-6-17 Mual Muntah 110/80 45 kg 11-12 mg BT - HB=12, UL (-) TT1, B6 Kontrol, nutrisi 16-7-17
16-7-17 Taa 110/80 48 kg 15-16 mg 3jr atas sym Balt PH=5,0 SF,TT2 Nutrisi, 14-8-17
kontrol, tanda
bahaya
25
Perawatan payudar : Ibu mengatakan pernah mendapatkan
pendidikan kesehatan perawatan
payudara
Senam hamil : Ibu mengatakan rutin mengikuti senam
hamil
Kekhawatiran khusus : tidak ada
Kepercayaan selama hamil : tidak ada
H. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan tidak ada keturunan
kembar
Penyakit menular/keturunan : Ibu mengatakan tidak ada riwayat
penyakit seperti diabetes melitus,
hepatitis, penyakit jantung koroner,
tifoid, hipertensi, TB
I. Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit menular/keturunan : ibu mengatakantidak pernah memiliki
penyakit seperti DM, hepatitis, penyakit
jantung koroner, tifoid, hipertensi, TB
dan lain-lain
J. Riwayat kebutuhan fisiologis
a. Nutrisi :
Makan Terakhir Hari/Tgl: senin 25 Desember 2017 jam : 17.30 wita
Komposisi : nasi, sayur dan lauk pauk
Porsi : 5 sendok makan
Frekuensi : 1 kali
Masalah : tidak ada
Minum Terakhir Hari/Tgl: senin 25 Desember 2017 jam : 19.45 wita
Komposisi : air putih
26
Frekuensi : 3 kali
Masalah : tidak ada
b. Eliminasi
BAB Terakhir Hari/Tgl: 24 Desember 2017 jam :16.00 wita
Frekuensi : 1 kali
Konsistensi : keras
Warna : kuning
Masalah : tidak ada
BAK Terakhir Hari/Tgl: Senin 25 Desember 2017 jam : 19.15 wita
Frekuensi : 3 kali
Warna : kuning jernih
Masalah : tidak ada
c. Personalhygie
Keramas : 2 hari sekali
Ganti pakaian : 2x sehari
Ganti pakaian dalam : 2x sehari
d. Komunikasi
Nonverbal : lancar
27
l. Pengambil keputusan dalam keluarga : ibu kandung
DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital :
Suhu : 36,70C aksila
Nadi :84 kali/menit
Pernafasan : 20x/menit
Tekanan darah : 110/70 mmHg (berbaring)
Berat badan saat ini : 65 kg
Berat badan sebelum hamil: 55 kg
Tinggi badan : 157cm
LILA : 23,6cm
HPL :12 januari 2018
4. Kepala
Inspeksi : kulit kepala bersih, warna rambut hitam, distribusi
merata, ketombe (-), rambut rontok (-),
Palpasi : luka / lesi (-), benjolan (-)
5. Wajah
Inspeksi : pucat (-), cloasma (-)
Palpasi : oedema (-)
6. Mata
Inspeksi : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus
7. Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada pengeluaran serumen
28
8. Hidung
Inspeksi : simetris, polip (-),
9. Mulut dan gigi
Inspeksi : bibir pucat (-),gusi berdarah (-), caries (+),
stomatitis(-)
10. Leher
palpasi : bendungan vena jugularis (-), pembesaran kelenjar
limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
11. Payudara
Inspeksi :bentuk simetris, puting susu menonjol (+/+)
Palpasi :benjolan (-)
12. Abdomen
Inspeksi : bekas luka operasi (-), linea nigra (+), striae (+),
Kontraksi :3 x/dalam 10 menit, lama 35 detik, intensitas sedang
Palpasi
Leopold I : TFU 28 cm, teraba bokong pada fundus
Leopold II : Punggung kanan (di sebelah kanan ibu)
Leopold III : Presentasi kepala( teraba bagian bulat, keras,
melenting )
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP 4/5 bagian
29
Pemeriksaan dalam : VT Ø 7 cm, eff 50 % ketuban (+), teraba
kepala,denominator UUK kanan depan, penurunan kepala H II, tidak
teraba bagian terkecil janin dan tali pusat.
15. Ekstremitas atas dan bawah : Simetris, kuku jari tangan pucat (-), tangan
edema (-/-), ekstremitas bawah edema (-), varises (-/-), kuku jari kaki pucat
(-), tangan kanan terpasang infus
16. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium :pemeriksaan Hb dilakukan di Rs ( 25-12-2017)
Radiologi :tidak ada
DO:
30
S : 36,7oC
R : 20 x/ menit
3. HTP : 12-01-2018
4. Palpasi Leopold
Leopold I : TFU 28 cm, teraba bokong pada fundus
Leopold II : Punggung kanan (di sebelah kanan ibu)
Leopold III : Presentasi kepala (teraba bulat, keras, melenting)
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP 4/5 bagian
5. DJJ : (+), irama frekuensi 146 x/menit
6. Genetalia
17. Inspeksi : edema pada vulva (-), varises (-), pengeluaran lendir
bercampur darah (+), air ketuban (+),
18. Pemeriksaan dalam : VT Ø7 cm, eff 50 % ketuban (+), teraba
kepala,denominator UUK kanan depan, penurunan kepala H II,
31
1. Periksa dan jelaskan ibu tentang keadaan dan hasil pemeriksaan yang di
dapat
2. Beri dukungan mental kepada ibu dalam menghadapi proses persalinan
3. Jaga privasi ibu
4. Anjurkan ibu untuk makan dan minum
5. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih secara rutin
6. Ajarkan Ibu cara mengurangi rasa sakit atau nyeri yang timbul dan posisi
yang nyaman bagi ibu
7. Siapkan lingkungan, alat dan bahan serta kebutuhan ibu dan bayi
8. Observasi Kesejahteraan Ibu dan Janin sesuai partograf
Parameter Kala I laten Kala I aktif
Tekanan darah Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Suhu tiap 4 jam Tiap 2 jam
Nadi Tiap 30 – 60 menit Tiap 30 – 60 menit
Denyut jantung janin Tiap 1 jam Tiap 30 menit
Kontraksi tiap 1 jam Tiap 30 menit
Pembukaan servix Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Penurunan kepala Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Warna cairan amnion Tiap 4 jam Tiap 4 jam
VI. PELAKSANAAN
Hari/Tgl :Senin, 25 Desember 2017
Waktu :20.50 wita
32
2. Memberikan dukungan mental dan emosional, memberikan informasi
proses persalinan, menghadirkan orang terdekat bagi ibu yaitu
suami/keluarga lainnya
3. Menjaga privasi ibu gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan orang
lain tanpa seizing ibu
4. Menganjurkan ibu untuk makan/minum
5. Menanyakan dan menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
secara rutin selama proses persalinan, sedikitnya setiap 2 jam atau lebih
jika ibu ingin berkemih
6. Menganjurkan pada ibu cara mengurangi rasa sakit yang timbul yaitu ibu
bisa menarik nafas dalam-dalam melalui hidung dan menghembuskannya
pelan-pelan melalui mulut. Selain itu bisa memilih posisi yang nyaman
misalnya berjalan, berdiri, duduk, berbaring miring. Beritahu ibu untuk
tidak berbaring terlentang lebih dari 10 menit karena berat uterus dan
isinya akan menekan vena cava inferior yang menyebabkan hipoksia atau
kurang pasokan oksigen pada janin karena turunnya aliran darah dari
sirkulasi ibu ke plasenta.
7. Menyiapkan lingkungan, alat, dan bahan, persiapan ibu dan bayi
a. Menyiapkan lingkungan yaitu ruangan yang bersih, nyaman, dan
menjaga privasi ibu, pencahayaan cukup
b. Menyiapkan alat dan obat-obatan untuk partus
c. Menyiapkan kebutuhan bayi yaitu baju, kain selimut, topi, sarung
tangan, dan kaki.
8. Mengobservasi kesejahteraan ibu dan janin sesuai partograf
Tabel Observasi
34
janin
atau tali
pusat
Drip
oxy fls I
8 tpm
Ibu
mengelu
h sakit
20.45 84 3x 30” sedang + 140 pinggan
g
menjalar
ke perut
Ibu
mengelu
h sakit
21.15 88 4x 45” + 144 pinggan
g
kuat
menjalar
ke perut
Ibu
mengelu
h sakit
21.45 88 5x 50” Kuat + 146 pinggan
g
menjalar
ke perut
VT Ø
10 cm,
eff
100%
Kuat
ketuban
22.00 90 5x 50” + 148
pecah
spontan
(+),
warna
jernih,te
35
raba
kepala,
denomin
ator
UUK,
kanan
depan,
HIII+,
tidak ttb
terkecil
janin /
tali
pusat.
VII.EVALUASI
Hari/Tgl :Senin 25 Desember 2017
Waktu :21.30
1. Ibu dan keluarganya sudah mengetahui tentang keadaan ibu dan janin, serta
merespon baik hasil pemeriksaannya
2. Ibu sudah tahu cara mengatasi ketidaknyamanannya
3. Ibu sudah makan roti dan minum air putih didampingi oleh suami
4. Ibu sudah mengosongkan kandung kemih secara rutin
5. Ibu nyaman dengan posisi miring kiri dan melakukan teknik bernapas yang
baik saat berkontraksi
6. Alat dan bahan persalinan ibu sudah siap
7. Kesejahteran ibu dan janin serta kemajuan persalinan sudah diobservasi dan
didokumentasikan di partograf.
KALA II
36
S :
- K/U ibu baik TD: 110/70 mmHg, N:90x/menit S: 36,7 oC, RR: 20x/menit
- DJJ (+), Irama teratur dengan frekuensi 144x/menit
- His 4x dalam 10 menit selama 45”
- VT Ø 10 cm, Eff 100 %, ketuban (-), presentasi kepala, UUK kanan
depan penurunan kepala HIII+, Tidak teraba bagian kecil janin atau tali
pusat
A :Kala II
P :
37
4. Melepaskan dan menyimpan perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
sabun di bawah air yang mengalir kemudian keringkan dengan handuk
kecil pribadi atau tissue
5. Memakai sarung tangan DTT/steril pada tangan yang akan digunakan untuk
melakukan pemeriksaan dalam
6. Memasukkan oksitosin ke dalam spuit (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT/steril). Pastikan tidak terjadi kontaminasi pada spuit
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas yang dibasahi air DTT.
Jika introitus vagina, perineum dan anus terkontaminasi feses,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
Buang kapas( yang sudah terkontaminasi ) dalam wadah yang
tersedia
Ganti sarung tangan jika terkontaminasi, lepaskan dan rendam
dalam larutan klorin 0,5% (cara : langkah 9)
8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban belum pecah sementara pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan Enzymatic, kemudian lepaskan
sarung tangan dengan dan rendam dalam keadaan terbalik selama 10 menit.
Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10. Memeriksa DJJ saat uterus tidak berkontraksi untuk memastikan bahwa DJJ
dalam keadaan normal (120-160 kali/menit)
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan temuan
lainnya ke dalam partograf
38
11. Memberitahu pasien dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan
janin dalam keadaan baik. Bantu pasien mengatur posisi yang nyaman
sesuai dengan keinginannya.
Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan dengan
pemantauan kondisi dan kenyamanan pasien serta janinnya
(ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif), dokumentasikan ke
dalam partograf
Menjelaskan kepada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan member semangat pada pasien
untuk meneran secara benar
12. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran. Bila ada
rasa ingin meneran, bantu pasien untuk beralih ke posisi setengah duduk
atau posisi lain yang diinginkannya dan pastikan bahwa ia merasa
nyaman
13. Membimbing pasien untuk meneran saat merasa ada dorongan kuat untuk
meneran
Membimbing pasien agar dapat meneran dengan benar dan
efektif
Mendukung dan beri semangat pasien pada saat meneran,
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
Membantu pasien agar mengambil posisi nyaman sesuai
dengan pilihannya (kecuali posisi berbaring telentang dalam
waktu yang lama)
Menganjurkan pasien untuk beristirahat saat tidak ada
kontraksi
Menganjurkan kepada keluarga untuk member semangat pada
pasien
Memberikan intake cairan (minum)
39
Menilai DJJ setiap kontraksi selesai
Melakukan tindakan rujukan jika bayi belum atau tidak akan
segera lahir setelah pasien meneran selama 120 menit (2 jam)
pada primigravida dan 60 menit (1 jam) pada multigravida
14. Menganjurkan pasien untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi
nyaman, jika belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam waktu 60
menit
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di atas perut
pasien, jika kepala telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat sepertiga bagian di bawah bokong
pasien
17. Membuka tutup set partus dan memperhatikan kelengkapan alat dan
bahan
18. Memakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan
19. Melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan
kering, setelah tampak kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6
cm
20. Membersihkan mata, hidung dan mulut bayi dari lendir, darah dan air
ketuban menggunakan kassa steril
21. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat, ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi. Segera lanjutkan proses kelahiran bayi
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong di antara kedua klem tersebut
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal
dan anjurkan pasien untuk meneran saat ada kontraksi. Degan lembut
gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di
40
bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas atau distal untuk
melahirkan bahu belakang.
23. Menggeser tangan dominan ke bawah untuk menyangga kepala, leher,
dan siku sebelah bawah setelah kedua bahu lahir.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, sanggah kepala bayi dengan tangan
dominan sementara tangan yang lain berada di perineum untuk bersiap
menangkap tungkai bawah bayi (masukkan telunjuk di antara kaki dan
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
25. Melukakan penilaian selintas
Apakah bayi menangis kuat dan/atau menangis spontan?
Apakah bayi bergerak aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas, atau megap-megap,
lakukan langkah-langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi
pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Mengeringkan tubuh bayi
Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
yang lain kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks
kaseosa. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering,
dan biarkan bayi di atas perut pasien
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi janin kedua
(kehamilan gemeli)
KALA III
O:
41
- K/U ibu baik,
- bayi lahir spontan,
- letak belakang kepala
- A-S : 8-9
- Jenis kelamin: Perempuan
- TFU sepusat
- CUT baik
- Kandung kemih kosong
- Tampak tali pusat di depan vulva
A :Kala III
P :
42
Lepaskan klem dan masukkan ke dalam wadah yang telah
disediakan
32. Kontak Kulit dan Selimuti
Meletakkan bayi agar ada kontak kulit dengan pasien
Meletakkan bayi tengkurap di dada pasien. Luruskan bahu bayi
hingga bayi menempel pada dada pasien. Usahakan kepala bayi
berada di atas payudara pasien dengan posisi rendah dari
putting
Menyelimuti pasien dan bayi dengan kain hangat,kemudian
pasang topi di kepala bayi
33. Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut pasien di tepi atas simpisis
untuk mendeteksi munculnya kontraksi, sementara tangan yang lain
menegangkan tali pusat
35. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang dan atas
(dorsokranial) secara hati-hati untuk mencegah inversion uteri. Jika
plasenta belum juga lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangantali
pusat, tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di
atas.Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta pasien, suami atau
keluarga melakukan stimulasi puting susu untuk menstimulasi
pengeluaran oksitosin alami.
36. Melakukan penegangan tali pusat dan lakukan dorongan dorsokranial
hingga plasenta terlepas, minta pasien meneran pendek-pendek sambil
penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar dengan lantai dan
kemudian arahkan ke atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
dorsokranial)
43
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit, menegangkan tali
pusat, maka lakukan hal sebagai berikut
a. Beri dosisi ulangan oksitosin 10 unit secara IM
b. Lakukan kateterisasi kandung kemih dengan teknik
aseptik jika kandung kemih penuh
c. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
e. Jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah
bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan
manual plasenta
37. Saat plasenta muncul di dintroitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT/steril yang
panjang untuk melakukan eksplorasi sisa selaput ketuban.
Gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril
untukmengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Melakukan masase uterus segera setelah plasenta dan selaput
ketuban lahir. Meletakkan telapak tangan di atas fundus dan
lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
Melakukan masase uterus segera setelah plasenta dan selaput
ketuban lahir. Meletakkan telapak tangan di atas fundus dan
lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
44
38. Melakukan masase uterus segera setelah plasenta dan selaput ketuban
lahir. Meletakkan telapak tangan di atas fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras).
Melakukan tindakan yang diperlukan (memastikan kandung kemih
kosong, membersihkan bekuan darah dan selaput ketuban di vagina,
melakukan kompresi bimanual interna, dan memantau perkembangan
kontraksi), jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 menit di masase.
39. Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bagian bayi, lalu
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam
kantong plastik atau tempat khusus
40. Mengevaluasi kemungkinan adanya robekan atau laserasi pada vagina
dan perineum. Lakukan penjahitan bila terdapat laserasi yang
menyebabkan perdarahan
KALA IV
O:
45
A :Kala IV
P :
41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
per vagina
42. Melakukan cuci tangan untuk menghilangkan bekas darah dan kotoran
yang menempelMelakukan pengecekan kandung kemih pada ibu,
kandung kemih dipastikan harus kosong agar kontraksi berjalan baik dan
ibu juga merasa nyaman
43. Melakukan pengecekan kandung kemih pada ibu, kandung kemih
dipastikan harus kosong agar kontraksi berjalan baik dan ibu juga merasa
nyaman.
44. Mengajarkan pasien atau keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
45. Mengevaluasi dan memperkirakan jumlah perdarahan dan melakukan
pemantauan kontraksi uterus,cek serta cegah perdarahan per vaginam
2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
Setiap 15 menit pada jam pertama
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan asuhan
yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri.
46. Memeriksa keadaan umum, nadi, suhu pasien setiap 15 menit selama 1
jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan
Periksa suhu setiap jam selama 2 jam pertama pascapersalinan
Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
47. Memeriksa keadaan bayi bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali/menit), serta suhu bayi (36,5-37,5 °C).Membiarkan bayi tetap
46
melakukan kontak kulit ke kulit dengan pasien selama paling sedikit 1
jam.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu
dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama
biasanyaberlangsung sekitar 10-15 menit, dan bayi cukup
menyusu dengan satu payudara
Biarkan bayi tetap berada di atas dada pasien selama1 jam
walaupun bayi sudah berhasil menyusu
48. Menempatkan semua perlatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi selama 10 menit, cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi
49. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai
50. Membersihkan pasien dari sisa cairan ketuban, lendir, dan darah dengan
menggunakan air DTT, bantu saat memakai pakaian yang bersih dan
kering
51. Memastikan pasien merasa nyaman. Membantu dalam memberikan ASI
dan anjurkan keluarga untuk memberi pasien minuman dan makanan
yang diinginkannya
52. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
53. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, lalu
balikkan bagian dalam ke luar kemudian rendam kembali selama 10
menit
54. Mencuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan lepas
hanscon, kemudian keringkan dengan menggunakan handuk bersih.
55. Memakai sarung tangan yang baru dan bersih, untuk melakukan tindakan
selanjutnya
47
56. Menimbang dan melakukan pengukuran antropometri pada bayi satu jam
setelah lahir
Member tetes mata antibiotik profilaksisatau salep mata dan
vitamin K 1 mg IM pada paha kiri anterolateral
57. Memberikan imunisasi hepatitis B dipaha kanan anterolateral setelah satu
jam pemberian vitamin K1.
Letakkan bayi di dalam jangkauan pasien agar sewaktu-waktu
bisa disusukan
Letakkan bayi kembali pada dada pasien bila bayi belum
berhasil menyusu dalam satu jam pertama dan biarkan sampai
bayi berhasil menyusu
58. Lepaskan sarung tangan pada tempatnya
59. Cuci tangan dibawah air mengalir dan keringkan dengan waslap
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
BAB IV
48
PEMBAHASAN
Anamnesadi
lahantelahdilakukansesuaidenganpedomananamnesadantelahmencakupseluruhasp
ek yang dibutuhkan data dasardalamasuhankebidanan.
A. Subjektif
Dari hasilpengkajian data subjektif yang diperolehpada
Ny.”S”tidakditemukanmasalah yang serius, yang
membutuhkanpenanganansegera, pengkajian yang
diperolehsudahsesuaidenganteori,
sehinggatidakditemukankesenjanganantarateoridenganlahanpraktik.
Pada kasus Ny. ”S” data subjektif yang dikaji pada masing-masing kala
sesuai dengan teori yang ada dan data subjektif yang telah dikaji menunjukkan
Kala I ibu mempunyai keluhan yakni mules-mules seperti ingin melahirkan, pada
kala II ibu mempunyai keluhan sakit diperutnya semakin kuat dan sering, ada
rasa ingin BAB, Kala III ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya, dan pada
Kala IV ibu mengeluh masih merasa lelah. Dari data subyektif yang didapat tidak
terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik yang ada.
B. Objektif
Dari hasilpengkajian data objektif yang telahdilakukan, ditemukanbahwa
padaNy. ”S” tidak mengalami masalah yang serius.
Pada kasus ini, Ny “R” sesuai dengan data objektif yang dilakukan yakni,
pada Kala I dilakukan pemeriksaan dengan hasil dalam batas normal dan
pemeriksaan dalam VT : VT Ø 7 cm, eff 50 % ketuban (+), teraba kepala,
denominator UUK kanan depan, penurunan kepala H II, tidak teraba bagian
terkecil janin dan tali pusat.
49
Pada Kala II Terlihat adanya tekanan pada anus dan perineum menonjol, VT
Ø 10 cm, Eff 100 %, ketuban (-), presentasi kepala, UUK kanan depan penurunan
kepala HIII+, Tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat.
Pada Kala III Plasenta belum lahir, TFU sepusat, CUT lemah, Tali pusat
terlihat menjulur keluar melalui vulva, Adanya semburan darah mendadak dan
singkat, Kandung kemih kosong
Pada Kala IV Terdapat laserasi pada jalan lahir akibat, Perdarahan kurang
lebih 100 CC, Kandung kemih kosong.
Data objektif yang dilakukan telah sesuai dengan teori yang ada, sehingga
tidak ditemukan kesenjangan antaralahan praktik dan teori.
C. Analisa
Diagnosa sudah ditentukan berdasarkan hasil pengkajian data subyektif dan
objektif sehingga tidak ditemukan adanya masalah.
Pada kasus ini, Ny. “S”Pada kasus ini, Ny “ S “ G2P1A0H1 , UK 37-38
minggu, K/U ibu baik dengan inpartu Kala I fase Aktif. Janin :
Tunggal/Hidup/Intra uteri, presentasi kepala, Keadaan umum janin baik,sesuai
dengan data dasar dari data Subjektif dan data Objektif yang telah dikaji dan
dilakukan.
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang telah dilakukan sudah sesuai kebutuhan sehingga tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dengan lahan praktik. Pada kasus ini,
penatalaksanaan telah dilakukan sesuai dengan teori yang ada berdasarkan
kebutuhan, yakni manajemen rasa nyeri, menolong persalinan normal sesuai APN,
manajemen aktif kala III, dan penjahitan luka laserasi.
Berdasarkankasus di atas,
tidakterdapatkesenjanganantarateoridantinjauankasus. Pada pengkajian data saat
50
diRSUD Patut Patuh Patju Gerung dilakukanpengkajian sesuai dengan pengkajian
data di teori, begitu juga dengan asuhan yang diberikan, sesuai dengan diagnosa,
masalah dan kebutuhan pasien.
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny “S” dengan persalinan
normal di RSUD Patut Patuh Patju Gerung, penulis dapat menyimpulkan sebagai
berikut:
1. Mampu melakukan pengkajian data berupa data subjektif dan objektif pada
Ny. Sdengan persalinan normal di RSUD Patut Patuh Patju Gerungdan penulis
mendapatkan hasil bahwa dalam kasus ini Ny. S mangalami persalinan normal
dengan HPHT 05/04/17 dan HTP 12/01/18.
2. Mampu melakukan analisa data berupa data Subjektif dan Objektif pada Ny. S
dengan persalinan normal di RSUD Patut Patuh Patju Gerung dan penulis
mendapatkan hasil bahwa dalam kasus ini Ny. S mangalami persalinan normal
3. Mampu melakukan identifikasi masalah dengan diagnosa potensial pada Ny.
Sdengan persalinan normal di RSUD Patut Patuh Patju Gerungdan penulis
mendapatkan hasil bahwa dalam kasus ini Ny. S mangalami persalinan normal
4. Mampu melakukan tindakan segera kepada Ny. Sdengan persalinan normal di
RSUD Patut Patuh Patju Gerung dan penulis mendapatkan hasil bahwa
dalam kasus ini Ny. S mangalami persalinan normal
5. Mampu merencanakan tindakan yang akan dilakukan padaNy. Sdengan
persalinan normal di RSUD Patut Patuh Patju Gerung dan penulis
mendapatkan hasil bahwa dalam kasus ini Ny. S mangalami persalinan normal
6. Mampu melaksanakan rencana tindakan yang sudah ditentukan pada Ny.
Sdengan persalinan normal di RSUD Patut Patuh Patju Gerung dan penulis
mendapatkan hasil bahwa dalam kasus ini Ny. S mangalami persalinan normal
7. Mampu melaksanakan evaluasi atas tindakan yang akan dilakukan pada Ny.
Sdengan persalinan normal di RSUD Patut Patuh Patju Gerung dan penulis
mendapatkan hasil bahwa dalam kasus ini Ny. S mangalami persalinan normal
52
8. Mendokumentasikan hasil tindakan asuhan dalam bentuk catatan 7 Langkah
Varney.
B. Saran
Setelah melakukan asuhan kehamilan pada Ny. S adapun saran yang ingin
disampaikan oleh penulis yaitu:
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan manfaat untuk
institusi agar dapat meningkatkan kualitas mahasiswanya, menambah bahan
bacaan agar dapat menjadi acuan untuk mahasiswa
2. Bagi RSUD Patut Patuh Patju Gerung
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk Rs agar dapat lebih
meningkatkan lagi pelayanan kebidanan khususnya asuhan pada ibu bersalin,
untuk mengurangi angka kematian ibu.
3. Bagi Penulis
Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat meningkatkan kualitas dan
pengetahuan penulis khususnya keterampilan dalam melakukan Asuhan
Kebidanan Persalinan Normal.
4. Bagi Ibu Bersalin
Diharapkan ibu bersalin dapat memahami peran dan fungsi bidan dalam
memberikan pelayanannya dan meningkatkan pelayanan yang berkualitas.
53