You are on page 1of 81

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

W DENGAN
MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL
DI WISMA NAKULA RSJ GRHASIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan


Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

Alif Ahmad Fahrizal NIM. P07120215003


Citra Dewi Siswandi NIM. P07120215012
Nur Aini NIM. P07120215029
Veni Rachmatunisa NIM. P07120215040
Yulianus Basutei NIM. P07120215044

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. W DENGAN


MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL
DI WISMA NAKULA RSJ GRHASIA

Laporan ini disahkan pada


Hari, tanggal :
Tempat :

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

Ns. Sutejo, M.Kep., Sp.Kep.J Nur Fauzin, S.Kep


BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang
merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam
dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan
lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Isolasi sosial adalah pengalaman kesendirian seorang individu
yang diterima sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang
negatif atau mengancam (Wilkinson, 2007).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam (Twondsend, 1998). Atau suatu keadaan dimana seseorang
individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006). Menarik diri merupakan percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan
dengan orang lain (Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2001). Faktor
perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya
perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat, 2006).
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus
dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan
ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan
selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang
lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan
dari ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak
aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa
ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku
curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak
tidak mersaa diperlakukan sebagai objek.
Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan
individu dalam berhubungan terdiri dari:
1) Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk
memenuhi kebutuhan biologis maupun psikologisnya.
Konsistensi hubungan antara ibu dan anak, akan
menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar.
Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi
hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari. Bayi
yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa
percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk
berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya.
2) Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai
individu yang mandiri, mulai mengenal lingkungannya
lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan teman-
temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi
atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi.
Kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan
adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat
menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang
interdependen, Orang tua harus dapat memberikan
pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari
dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada
anak, karena pada saat ini anak mulai masuk sekolah
dimana ia harus belajar cara berhubungan, berkompetensi
dan berkompromi dengan orang lain.
3) Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan
yang intim dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini
akan mempengaruhi individu untuk mengenal dan
mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan
berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis.
Pada masa ini hubungan individu dengan kelompok
maupun teman lebih berarti daripada hubungannya dengan
orang tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak dapat
mempertahankan keseimbangan hubungan tersebut, yang
seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun
tergantung pada remaja.
4) Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta
mempertahankan hubungan interdependen antara teman
sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai dengan
kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan
menerima perasaan orang lain serta peka terhadap
kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu
kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai
pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada
dewasa muda adalah saling memberi dan menerima
(mutuality).
5) Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya,
ketergantungan anak-anak terhadap dirinya menurun.
Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk
mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan
pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh
dengan tetap mempertahankan hubungan yang
interdependen antara orang tua dengan anak.
6) Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik
kehilangan keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan
hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran. Dengan
adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain
akan meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki
harus dapat dipertahankan.
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi
kontribusi untuk mengembangkan gangguan tingkah laku.
1) Sikap bermusuhan/hostilitas
2) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan
anak
3) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi
kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya.
4) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan
pada pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota
keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka,
terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan
secara terbuka dengan musyawarah.
5) Ekspresi emosi yang tinggi
6) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan
saat bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya
meningkat)
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan
merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan.
Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang
dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif
diasingkan dari lingkungan sosial.
d. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang
anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil
penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya
menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot
persentasenya 8%.
Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan
struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh
faktor internal maupun eksternal, meliputi:
a. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan
pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat
dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi
sosial.
b. Stressor Biokimia
1) Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan
mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi
terjadinya skizofrenia.
2) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah
akan meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu
kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan
dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan
indikasi terjadinya skizofrenia.
3) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah
ditemukan pada pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin
mengalami penurunan karena dihambat oleh dopamin.
Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan
hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah
laku psikotik.
4) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan
gejala-gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang
dapat merubah stuktur sel-sel otak.
c. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia
sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun
biologis.
d. Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
Intesitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan
menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe
psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan
karena ego tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id
maupun realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien psikotik
mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini
berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan
anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis
individu terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan
pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu
kesepian nyata yang mengancam dirinya. Strategi koping yang
sering digunakan pada masing-masing tingkah laku adalah sebagai
berikut:
1) Tingkah laku curiga: proyeksi
2) Dependency: reaksi formasi
3) Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
4) Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
5) Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
6) Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi,
isolasi, represi dan regrasi.

C. Tanda dan gejala


Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang
dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
D. Akibat yang ditimbulkan
Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya
perubahan persepsi sensori halusinasi. Perubahan persepsi sensori
halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus
eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan
seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya
tidak ada.
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari
panca indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun
yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau
histerik.Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi
tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi lima perasaan
(pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan
tetapi yang paling umum adalah halusinasi pendengaran.

E. Petalaksanaan
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
- Indikasi: Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya
berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri
terganggu, daya ingat norma social dan tilik diri terganggu.
Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental seperti: waham dan
halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau
tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-
hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan
melakukan kegiatan rutin.
- Mekanisme kerja: Memblokade dopamine pada reseptor pasca
sinap di otak, khususnya system ekstra pyramidal.
- Efek samping
o Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang
antar sadar atau tidak sadar.
o Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau
parasimpatik, seperti mulut kering, kesulitan dalam miksi
dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekana
intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
o Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia
syndrome parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.
- Kontra indikasi: Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati,
penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan kesadaran),
kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit
SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran disebabkan oleh
depresan.
- Penggunaan obat: Penggunaan obat pada klien dengan kondisi
akut di berikan 3x100mg. Apabila kondisi klien sudah stabil
dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg pada malam hari saja.
(Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)
- Indikasi: Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang
berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, baik dalam
fungsi mental dan dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
- Mekanisme kerja: Obat anti psikis ini dapat memblokade
dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,
khususnya system limbic dan system pyramidal.
- Efek samping
o Sedasi dan inhibisi psikomotor
o Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi,
gangguan irama jantung.
- Kontra indikasi: Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati,
penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan kesadaran),
kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit
SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran.
- Penggunaan obat: Penggunaan obat pada klien dengan kondisi
akut biasanya dalam bentuk injeksi 3x5mg IM pemberian ini
dilakukan 3x24 jam. Sedangkan pemberian peroral di berikan
3x1,5mg atau 3x5 mg. (Andrey, 2010).
c. Trihexyphenidil (THP)
- Indikasi: Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis
penyakit parkinson, termasuk pasca encephalitis (infeksi obat
yang disebabkan oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa
penyebab yang jelas). Sindrom Parkinson akibat obat,
misalnya reserpina dan fenotiazine.
- Mekanisme kerja: Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan
obat kiniden; obat depreson, dan antikolinergik lainnya.
- Efek samping: Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual,
muntah, bingung, agitasi (gerakan motorik yang menunjukkan
kegelisahan), konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi
urine.
- Kontra indikasi: Kontra indikasinya seperti hipersensitif
terhadap trihexypenidil (THP), glaucoma sudut sempit,
psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat, dan obstruksi
saluran edema.
- Penggunaan obat: Penggunaan obat ini di berikan pada klien
dengan dosis 3x2 mg sebagai anti parkinson (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat
diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan
masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu,
perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan
pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan
tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan
memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain
ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu
pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian.
Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih
dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
hariannya (Purba, dkk. 2008)
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari yang meliputi:
1) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien
sewaktu bangun tidur.
2) Buang air besar dan buang air kecil, yaitu semua bentuk
tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan b.a.b dan
b.a.k.
3) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi,
dalam kegiatan mandi dan sesudah mandi.
4) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
keperluan berganti pakaian.
5) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada
waktu, sedang dan setelah makan dan minum.
6) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan
dengan kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan
dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-
lain.
7) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauh mana pasien
mengerti dan dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri,
seperti, tidak menggunakan/menaruh benda tajam
sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat
ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
8) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien
untuk pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku
pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan
gejala primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal
ini yang dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur)
tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial
pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
1) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien
untuk melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien,
misalnya menegur kawannya, berbicara dengan kawannya
dan sebagainya.
2) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien
untuk melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti
tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya
jika ada kesulitan dan sebagainya.
3) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu
berbicara dengan orang lain seperti memperhatikan dan
saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam
berkomunikasi.
4) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
kemampuan bergaul dengan orang lain secara kelompok
(lebih dari dua orang).
5) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan
dengan ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan
rumah sakit.
6) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
tata krama atau sopan santun terhadap kawannya dan
petugas maupun orang lain.
7) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien
yang bersifat mengendalikan diri untuk tidak mengotori
lingkungannya, seperti tidak meludah sembarangan, tidak
membuang puntung rokok sembarangan dan sebagainya.

F. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor, suberkoping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi :
a. Identitas klien: Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian,
No Rumah klien dan alamat klien.
b. Keluhan utama: Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar
dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri
dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan
kegiatan sehari – hari, dependen.\
c. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari
kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan
dicerai suami , putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu
yang terjadi ( korban perkosaan, tituduh kkn, dipenjara tiba–tiba)
perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB)
dan keluhafisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan
perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang,
mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan .
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit , proses menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya:
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri.
- Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam
melakukan hubungan social dengan orang lain terdekat
dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam
masyarakat.
- Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk
ibadah (spritual)
3) Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak
mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka
menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain,
Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam
hidup.
4) Kebutuhan persiapan pulang
a) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian.
c) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat beraktivitas
didalam dan diluar rumah
e) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan
benar.
5) Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang orang lain (lebih sering
menggunakan koping menarik diri).
6) Aspek medic
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi
ECT, Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
2. Pohon masalah

Gangguan Sensori
Persepsi : Halusinasi Akibat

Isolasi Sosial
(Core Problem)

Gangguan Konsep Diri : Etiologi


Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak


Efektif

Sumber: (Keliat, 2006)

3. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan sensori persepsi : halusinasi berhubungan dengan menarik
diri.
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak
efektifnya koping individu : koping defensif
4. Intervensi keperawatan

Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


Rasional
Keperawatan Tujuan Intervensi

Isolasi sosial : Setelah dilakukan tindakan Klien Klien


menarik diri keperawatan selama 3 x 24 jam SP 1 SP 1
Klien dapat berinteraksi 1. Bina hubungan saling 1. Membangun rasa kepercayaan dengan
dengan orang lain baik secara percaya dengan pasien pasien untuk memudahkan dalam
individu maupun secara 2. Identifikasikan penyebab menggali masalah pasien.
berkelompok dengan kriteria isolasi sosial: siapa yang 2. Identifikasi untuk menentukan
hasil : dekat, tidak dekat, dan apa penyebab isolasi sosial sehiingga kita
1. Klien dapat membina sebabnya dapat menentukan langkah intervensi
hubungan saling percaya. 3. Jelaskan keuntungan dan selanjutnya
2. Dapat menyebutkan kerugian berinteraksi dengan 3. Mengetahui sejauh mana pengetahuan
penyebab isolasi sosial. orang lain pasien tentang berhubungan atau
3. Dapat menyebutkan 4. Latih pasien cara berkenalan berinteraksi dengan orang lain
keuntungan berhubungan dengan orang lain 4. Mengajarkan kepada pasien cara
dengan orang lain. 5. Masukkan dalam jadwal untuk memulai suatu interaksi sosial
4. Dapat menyebutkan kegiatan harian untuk cara untuk melihat dan merasakan manfaat
kerugian tidak berkenalan dari berhubungan sosial serta
berhubungan dengan orang meningkatkan konsep diri
lain. 5. Dengan memasukkan ke jadwal
5. Dapat berkenalan dan kegiatan harian, pasien akan mengerti
bercakap-cakap dengan dan terbiasa dengan berkenalan dan
orang lain secara memulai interaksi.
bertahap. SP 2 SP 2
6. Terlibat dalam aktivitas 1. Evaluasi kegiatan cara 1. Evaluasi untuk mengetahui sejauh
sehari-hari berkenalan dengan orang lain. mana kemampuan pasien untuk
2. Latih pasien bicara saat berkenalan dan berinteraksi dengan
kegiatan latihan harian (latih 2 orang lain
kegiatan) 2. Melatih pasien untuk berinteraksi
3. Masukkan dalam jadwal dengan orang-orang lingkungan
kegiatan harian untuk sekitarnya
berkenalan dengan 2-3 orang 3. Dengan memasukkan ke jadwal
kegiatan, pasien akan terbiasa
berkenalan dengan orang lain dan
memulai interaksi dengan mereka
SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan harian 1. Evaluasi untuk mengetahui sejauh
berkenalan dengan 2-3 orang, mana kemampuan dan kemajuan
dan berbicara saat kegiatan pasien dalam hal berkenalan dengan
harian orang lain dan berbicara saat
2. Latih bicara saat kegiatan, kegiatan harian
dengan 2 kegiatan baru 2. Melatih pasien untuk berinteraksi
3. Masukkan dalam jadwal dengan orang-orang lingkungan
kegiatan harian untuk sekitarnya di 2 kegiatan harian yang
berkenalan dengan 4-5 orang berbeda sehingga menambah
kenalan dan interaksi sosial.
3. Dengan memasukkan ke jadwal
kegiatan, pasien akan terbiasa
berkenalan dan memulai interaksi
dengan lebih banyak orang

SP 4 SP 4
1. Evaluasi kegiatan harian 1. Evaluasi untuk mengetahui sejauh
berkenalan dengan 4-5 orang, mana kemampuan dan kemajuan
dan berbicara saat kegiatan pasien dalam hal berkenalan dengan
harian orang lain dan berbicara saat kegiatan
2. Latih cara berbicara sosial, harian
seperti meminta, menjawab, 2. Melatih pasien menggunakan kalimat
menanyakan, dll sosial sehari-hari akan membantu
3. Masukkan dalam jadwal harian pasien saat berinteraksi dengan orang
untuk berkenalan dengan lebih lain
dari >5 orang 3. Dengan memasukkan ke jadwal
kegiatan, pasien akan terbiasa
berkenalan dan memulai interaksi
dengan lebih banyak orang
SP 5 SP 5
1. Evaluasi kegiatan harian 1. Evaluasi untuk mengetahui sejauh
berkenalan, berbicara saat mana kemampuan dan kemajuan
kegiatan harian dan sosialisasi pasien dalam hal berkenalan dengan
2. Latih kegiatan harian orang lain, berbicara saat kegiatan
3. Nilai kemampuan yang telah harian dan bersosialisasi
mandiri 2. Dalam kegitan dapat memungkinkan
4. Nilai apakah isolasi teratasi klien untuk berinteraksi
3. Mengetahui sejauh mana
kemampuan dan kemajuan pasien
dalam hal bersosialisasi
4. Sebagai evaluasi dalam mengetahui
sejauh mana kemampuan dan
kemajuan pasien
Setelah dilakukan asuhan Keluarga Keluarga
keperawatan selama 1 x SP 1 SP 1
pertemuan keluarga dapat 1. Diskusikan masalah yang 1. Mengetahui masalah dalam
merawat pasien di rumah dirasakan kelurga dalam perawatan keluarga membantu
dengan kriteria hasil : merawat pasien mengidentifikasi intervensi yang
1. Mengetahui pengertian, 2. Jelaskan pengertian, tanda dan perlu dilakukan
tanda dan gejala, dan gejala isolasi sosial yang 2. Memberikan pemahaman tentang
proses terjadinya isolasi dialami pasien dan proses penyakit yang diderita oleh pasien
sosial terjadinya sehingga keluarga lebih mengerti
2. Mengetahui cara merawat 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan penyakit pasien
pasien isoalasi sosial isolasi sosial 3. Memberikan pemahaman agar
3. Mengetahui tanda kambuh 4. Latih dua cara merawar keluarga dapat memberikan
dan follow up berkenalan, berbicara saat perawatan yang tepat bagi pasien
melakukan kegiatan harian 4. Kegiatan berkenalan, berbicara
5. Anjurkan membantu pasien mampu menambah kemampuan
sesuai jadwal dan memberikan pasien dalam berinteraksi
pujian 5. Kegiatan terjadwal membuat pasien
lebih terbiasa. Pujian untuk
reinforcement positif

SP 2 SP 2
1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui sejauh mana
dalam merawat/melatih pasien kemampuan keluarga dalam melatih
berkenalan dan berbicara saat dan merawat pasien. Pujian untuk
melakukan kegiatan harian. reinforcement positif.
Beri pujian. 2. Kegiatan berbicara menambah
2. Jelaskan kegiatan rumah kemampuan pasien dalam
tangga yang dapat melibatkan berinteraksi pada pasien isos
pasien berbicara (makan, 3. Memberi pemahaman kepada
sholat bersama) di rumah keluarga selaku support system
3. Latih cara membimbing pasien pasien dalam rangka membantu
berbicara dan memberi pujian meningkatkan interaksi pasien isos
4. Anjurkan membantu pasien 4. Kegiatan yang dilakukan secara
sesuai jadwal saat besuk terjadwal akan menjadikan pasien
Pujian untuk reinforcement positif

SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui sejauh mana
dalam merawat/melatih pasien kemampuan keluarga dalam melatih
berkenalan, berbicara saat dan merawat pasien. Pujian untuk
melakukan kegiatan harian. reinforcement positif.
Beri pujian 2. Kegiatan berbeda menambah
2. Jelaskan cara melatih pasien kemampuan pasien dalam
melakukan kegiatan sosial berinteraksi pada pasien isos
seperti berbelanja, meminta 3. Memberi pemahaman kepada
sesuatu, dll keluarga selaku support system
3. Latih keluarga mengajak pasien dalam rangka membantu
pasien belanja meningkatkan interaksi pasien isos
4. Anjurkan mambantu pasien 4. Kegiatan yang dilakukan secara
sesuai jadwal dan berikan terjadwal akan menjadikan pasien
pujian saat besuk Pujian untuk reinforcement positif

SP 4 SP 4
1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui sejauh mana
dalam merawat/melatih pasien kemampuan keluarga dalam melatih
berkenalan, berbicara saat dan merawat pasien. Pujian untuk
melakukan kegiatan reinforcement positif.
harian/RT, berbelanja. Beri 2. Memberikan pemahaman agar
pujian keluarga mengerti mengenai control
2. Jelaskan follow up ke ke RSJ, rujukan, dan tanda jika
RSJ/PKM, tanda kambuh, pasien kambuh penyakitnya
rujukan 3. Kegiatan yang dilakukan secara
3. Anjurkan membantu pasien terjadwal akan menjadikan pasien
sesuai jadwal kegiatan dan Pujian untuk reinforcement positif
memberikan pujian
SP 5 SP 5
1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengukur kemampuan keluarga
dalam merawat/melatih pasien dalam merawat pasien isolasi sosial
berkenalan berbicara saat 2. Mempersiapkan keluarga selaku
melakukan kegiatan support system
harian/RT, berbelanja dan 3. Sebagai evaluasi dari pencapaian
kegiatan lain, dan follow up. tujuan
Beri pujian.
2. Nilai kemampuanpasien
keluarga dalam merawat
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol ke
RSJ/PKM

Gangguan Setelah dilakukan tindakan Klien Klien


sensori persepsi: keperawatan selama 3 x 24 jam SP 1 SP 1
Halusinasi klien mampu mengontrol 1. Bina hubungan saling percaya 1. Membangun rasa kepercayaan
halusinasi dengan kriteria dengan pasien dengan pasien untuk memudahkan
hasil: 2. Identifikasikan halusinasi : isi, dalam menggali masalah pasien.
frekuensi, waktu terjadi, 2. Mengetahui isi, frekuensi, waktu
1. Klien dapat membina
situasi pencetus, perasaan, terjadi, situasi pencetus, perasaan,
hubungan saling percaya
respon respon halusinasi memudahkan
2. Klien dapat mengenal
3. Jelaskan cara mengontrol dalam identifikasi tindakan yang
halusinasinya, jenis, isi,
halusinasi : hardik, bercakap- harus diberikan kepada pasien
waktu, dan frekuensi
cakap, melakukan kegiatan, 3. Memberi pemahaman pada pasien
halusinasi, respon terhadap
minum obat tentang bagaimana cara mengontrol
halusinasi, dan tindakan
4. Latih cara mengontrol halusinasi
yang sudah dilakukan
halusinasi dengan menghardik 4. Melatih pasien untuk berkata tidak
3. Klien dapat menyebutkan
5. Masukkan pada jadwal kepada halusinasinya, sehingga
dan mempraktekan cara
kegiatan untuk latihan pasien bisa mengendalikan diri dan
mengntrol halusinasi yaitu
menghardik tidak mengikuti halusinasinya.
dengan menghardik, 5. Dengan memasukkan ke jadwal
bercakap-cakap dengan kegiatan, pasien akan terbiasa
orang lain, terlibat/ menggunakan cara menghardik
melakukan kegiatan, dan untuk mengendalikan halusinasinya
minum obat SP 2 SP 2
4. Mengungkapkan halusinasi 1. Evaluasi kegiatan menghardik. 1. Menilai kemampuan kegiatan
sudah hilang atau terkontrol 2. Jelaskan cara mengontrol menghardik.
halusinasi dengan obat 2. Dengan mengetahui pentingnya
(jelaskan 6 benar: jenis, guna, minum obat mendukung pasien
dosis, frekuensi, cara, dalam mengontrol halusinasinya.
kontinuitas minum obat) 3. Kegiatan yang dilakukan secara
3. Masukkan pada jadwal terjadwal akan menjadikan pasien
kegiatan untuk latihan terbiasa dan lebih bersemangat.
menghardik dan minum obat

SP 3 : SP 3
1. Jelaskan cara menghardik dan 1. Dengan mengetahui pentingnya
cara minum obat. menghardik saat halusinasi muncul
2. Jelaskan cara mengontrol dan cara minum obat mendukung
halusinasi dengan cara pasien dalam mengontrol
bercakap-cakap. halusinasinya.
3. Masukkan pada jadwal 2. Dengan mengetahui pentingnya
kegiatan untuk latihan bercakap-cakap saat halusinasi
menghardik dan minum obat muncul mendukung pasien dalam
mengontrol halusinasinya.
3. Kegiatan yang dilakukan secara
terjadwal akan menjadikan pasien
terbiasa dan lebih bers
SP 4 SP 4
1. Jelaskan cara menghardik, 1. Dengan mengetahui pentingnya
minum obat, dan bercakap- menghardik dan bercakap-cakap saat
cakap. halusinasi muncul dan cara minum
2. Latih cara mengontrol obat mendukung pasien dalam
halusinasi dengan melakukan mengontrol halusinasinya.
kegiatan harian (mulai 2 2. Menambah kemampuan pasien
kegiatan). dalam mengontrol halusinasi.
3. Masukkan pada jadwal 3. Kegiatan yang dilakukan secara
kegiatan untuk latihan terjadwal akan menjadikan pasien
menghardik, minum obat, terbiasa dan lebih bersemangat.
bercakap-cakap dalam
kegiatan harian.
SP 5 SP 5 :
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi akan kegiatan menghardik,
menghardik, obat, bercakap- minum obat, bercakap-cakap akan
cakap dalam kegiatan harian. membuat pasien semangat karena
Beri pujian. merasa diperhatikan.
2. Latih kegiatan harian. 2. Menambah kemampuan pasien
3. Nilai kemampuan yang telah dalam melaksanakan kegiatan
mandiri. harian.
4. Nilai apakah halusinasi 3. Membandikan kemampuan pasien
terkontrol. sebelum dan sesudah diberikan
asuhan keperawatan serta untuk
mengukur tingkat keberhasilan
dalam pemberian asuhan.
4. Menilai pencapaian tujuan.
Setelah dilakukan asuhan Keluarga Keluarga
keperawatan selama 1 x SP 1 SP 1
pertemuan keluarga dapat 1. Bina hubungan saling percaya 1. Membangun kepercayaan dengan
merawat pasien halusinasi di 2. Diskusikan masalah yang keluarga pasien sehingga
rumah dengan kriteria : dirasakan keluarga dalam memudahkan dalam pemberian
1. Mengetahui pengertian, merawat pasien intervensi
tanda dan gejala, dan 3. Jelaskan pengertian, tanda dan 2. Mengetahui masalah dalam
proses halusinasi gejala, dan proses terjadinya perawatan keluarga membantu
2. Mengetahui cara merawat halusinasi (gunakan leaflet) mengidentifikasi intervensi yang
pasien halusinasi 4. Jelaskan cara merawat pasien perlu dilakukan
3. Mengetahui tanda kambuh halusiasi 3. Memberikan pemahaman tentang
dan follow up 5. Ajarkan keluarga melatih penyakit yang diderita oleh pasien
pasien menghardik halusinasi sehingga keluarga lebih mengerti
6. Anjurkan membantu pasien dengan penyakit pasien
sesuai jadwal dan memberi 4. Memberikan pemahaman agar
pujian keluarga dapat memberikan
perawatan yang tepat bagi pasien
5. Memberikan pemahaman bahwa
pasien harus tetap dilatih
menghardik untuk mencegah
kekambuhan halusinasinya
6. Memberikan kegiatan agar pasien
tidak sendiri yang bisa memicu
halusinasi. Pujian untuk
reinforcement positif
SP 2 SP 2
1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui sejauh mana
dalam merawat/ melatih pasien kemampuan keluarga dalam
menghardik. Beri pujian. merawat dan melatih pasien
2. Jelaskan cara bercakap-cakap menghardik halusinasi. Pujian
dan melakukan kegiatan untuk untuk reinforcement positif
mengontrol halusinasi 2. Memberikan pemahaman bahwa
3. Latih dan sediakan waktu salah satu cara mengontrol
untuk bercakap-cakap dengan halusinasi adalah dengan bercakap-
pasien saat halusinasi cakap dan melakukan kegiatan
4. Anjurkan membantu pasien 3. Memberikan pemahaman agar
sesuai jadwal dan memberikan memberikan waktu sehingga pasien
pujian bisa bercakap-cakap untuk
mengontrol halusinasi
4. Keluarga pasien terbiasa melatih
pasien melakukan kegiatan
sehingga tidak menyendiri dan
melamun. Pujian untuk
reinforcement positif
SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui sejauh mana
dalam melatih dan merawat kemampuan keluarga dalam melatih
pasien menghardik, bercakap- dan merawat pasien menghardik,
cakap dan melakukan bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan. Beri pujian. kegiatan. Pujian untuk reinforcement
2. Jelaskan follow up atau positif.
kontrol ke RSJ, tanda jika 2. Memberikan pemahaman agar
pasien kambuh dan rujukan keluarga mengerti mengenai control
3. Anjurkan keluarga untuk ke RSJ, rujukan, dan tanda jika
membantu pasien sesuai pasien kambuh penyakitnya
jadwal. Beri pujian 3. Pasien terbiasa melakukan kegiatan
sehingga tidak mrnyrndiri dan
melamun. Pujian untuk
reinforcement positif
SP 4 SP 4
1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui sejauh mana
dalam melatih dan merawat kemampuan keluarga dalam melatih
pasien menghardik, bercakap- dan merawat pasien menghardik,
cakap, melakukan kegiatan, bercakap-cakap, melakukan
dan follow up. Beri pujian. kegiatan, dan follow up. Pujian
2. Jelaskan 6 benar cara untuk reinforcement positif
memberikan obat 2. Memberikan pemahaman pada
3. Masukkan pada jadwal keluarga agar memberikan obat
kegiatan harian secara benar
3. Denga memasukkan pada jadwal
kegiatan, keluarga pasien terbiasa
melatih pasien mengahardik,
bercakap-cakap, melakukan kegiatan
dan minum obat

Harga Diri Setelah diberikan tindakan Klien Klien


Rendah keperawatan selama 3 x SP 1 : SP 1 :
pertemuan, diharapkan harga
1. Identifikasi kemampuan 1. Indikator penyusunan rencana
diri pasien meningkat dengan melakukan kegiatan kegiatan
kriteria : dankegiatan positif yang dapat 2. Menentukan kegiatan yang dapat
1. Klien dapat dilakukan pasien dilakukan sesuai sarana yang ada
mengidentifikasi 2. Bantu pasien menilai kegiatan 3. Menambah kemampuan klien dalam
kemampuan melakukan yang dapat dilakukan saat ini melakukan kegiatan
kegiatan dan kegiatan 3. bantu latih kegiatan yang 4. Kegiatan yang dilakukan secara
positif yang dimiliki ingin dilakukan pasien saat ini terjadwal akan menjadikan pasien
2. Klien dapat melakukan 4. masukkan pada jadwal terbiasa dan lebih bersemangat.
kegiatan positif yang kegiatan
dimiliki SP 2 : SP 2 :
1. evaluasi kegiatan pertama 1. Pujian digunakan untuk menambah
yang dipilih, berikan pujian kepercayaan diri pasien
2. bantu pasien memilih kegiatan 2. kegiatan berbeda mampu menambah
yang akan dilakukan kemampuan pasien
3. latih kegiatan kedua 3. kegiatan terjadwal membuat pasien
4. masukkan pada jadwal lebih terbiasa
kegiatan
SP 3 : SP 3 :
1. Evaluasi kegiatan pertama dan 1. Pujian digunakan untuk menambah
kedua yang telah dilatih dan kepercayaan diri pasien
beri pujian 2. kegiatan berbeda mampu menambah
2. Bantu pasien memilih kegiatan kemampuan pasien
ketiga, Latih kegiatan ketiga 3. kegiatan terjadwal membuat pasien
3. Masukkan pada jadwal lebih terbiasa
kegiatan
SP 4 : SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan pertama, 1. Pujian digunakan untuk menambah
kedua dan ketiga, beri pujian. kepercayaan diri pasien
2. Bantu memilih kegiatan 2. kegiatan berbeda mampu menambah
keempat kemampuan pasien
3. Latih kegiatan keempat 3. kegiatan terjadwal membuat pasien
4. Masukkan pada jadwal lebih terbiasa
kegiatan
SP 5 s.d. 12 : SP 5 s.d. 12 :
1. Evaluasi kegiatan, beri pujian 1. Pujian digunakan untuk menambah
2. Bantu pasien memilih kegiatan kepercayaan diri pasien
selanjutnya, Latih kegiatan 2. kegiatan berbeda mampu menambah
3. Masukkan pada jadwal kemampuan pasien
kegiatan 3. kegiatan terjadwal membuat pasien
lebih terbiasa

Setelah dilakukan asuhan Keluarga


keperawatan selama 1 x SP 1 SP 1
pertemuan keluarga dapat 1. Diskusikan masalah yang 1. Mengetahui masalah dalam
merawat pasien HDR di rumah dirasakan dalam merawat perawatan keluarga membantu
dengan kriteria : pasien mengidentifikasi intervensi yang
1. Mengetahui pengertian, 2. Jelaskan pengertian, tanda dan perlu dilakukan
tanda dan gejala, dan proses gejala, dan proses terjadinya 2. Memberikan pemahaman tentang
HDR HDR penyakit yang diderita oleh pasien
2. Mengetahui cara merawat 3. Diskusikan kemampuan atau sehingga keluarga lebih mengerti
pasien HDR aspek positif pasien yang dengan penyakit pasien
Mengetahui tanda kambuh pernah dimiliki sebelum dan 3. Memberikan pemahaman dengan
dan follow up setelah sakit adanya aspek positif yang dimiliki
4. Jelaskan cara merawat harga pasien, yang dapat dilakukan
diri rendah, terutama sehingga membantu meningkatkan
memberikan pujian semua hal harga diri pasien
positif yang dimiliki pasien 4. Memberikan pemahaman agar
5. Latih keluarga memberikan keluarga dapat memberikan
tanggung jawab kegiatan perawatan yang tepat bagi pasien
pertama yang dipilih pasien: 5. Memberikan pemahaman bahwa
bimbing dan beri pujian pasien harus tetap dibimbing dalam
6. Anjurkan membantu pasien melakukan kegitan untuk mencegah
sesuai jadwal dan memberi kekambuhan. Pujian untuk
pujian reinforcement positif
6. Memberikan kegiatan agar pasien
tidak sendiri yang bisa memicu
kekambuhan. Pujian untuk
reinforcement positif
SP 2 SP 2
1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui sejauh mana
dalam membimbing pasien kemampuan keluarga dalam melatih
melaksanakan kegiatan dan merawat pasien. Pujian untuk
pertama yang dipilih dan reinforcement positif.
dilatih. Beri pujian 2. Memberi pemahaman kepada
2. Bersama keluarga melatih keluarga selaku support system
pasien dalam melakukan pasien dalam rangka membantu
kegiatan kedua yang dipilih meningkatkan harga diri pasien
pasien 3. Kegiatan yang dilakukan secara
3. Anjurkan membantu pasien terjadwal akan menjadikan pasien
sesuai jadwal dan memberi terbiasa. Pujian untuk reinforcement
pujian positif

SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui sejauh mana
dalam membimbing pasien kemampuan keluarga dalam melatih
melaksanakan kegiatan dan merawat pasien. Pujian untuk
pertama dan kedua yang reinforcement positif.
dipilih dan dilatih. Beri pujian 2. Memberi pemahaman kepada
2. Bersama keluarga melatih keluarga selaku support system
pasien dalam melakukan pasien dalam rangka membantu
kegiatan ketiga yang dipilih meningkatkan harga diri pasien
pasien 3. Kegiatan yang dilakukan secara
3. Anjurkan membantu pasien terjadwal akan menjadikan pasien
sesuai jadwal dan memberi terbiasa. Pujian untuk reinforcement
pujian positif
SP 4 SP 4
1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui sejauh mana
dalam membimbing pasien kemampuan keluarga dalam melatih
melaksanakan kegiatan dan merawat pasien. Pujian untuk
pertama, kedua dan ketiga reinforcement positi
yang dipilih dan dilatih. Beri 2. Memberi pemahaman kepada
pujian keluarga selaku support system
2. Bersama keluarga melatih pasien dalam rangka memba
pasien dalam melakukan 3. Memberikan pemahaman agar
kegiatan keempat yang dipilih keluarga mengerti mengenai control
pasien ke RSJ, rujukan, dan tanda jika
3. Jelaskan follow up ke pasien kambuh penyakitnya
RSJ/PKM, tanda kambuh dan 4. Kegiatan yang dilakukan secara
rujukan terjadwal akan menjadikan pasien
4. Anjurkan membantu pasien terbiasa. Pujian untuk reinforcement
sesuai jadwal dan memberi positif
pujian
SP 5 sd 12 SP 5 sd 12
1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengukur kemampuan keluarga
dalam membimbing pasien dalam merawat pasien HDR
melaksanakan kegiatan yang 2. Mengukur kemampuan keluarga
dipilih dan dilatih. Beri pujian dalam membimbing dan merawat
2. Nilai kemampuan keluarga pasien HDR
membimbing pasien 3. Sebagai evaluasi dari pencapaian
3. Nilai kemampuan keluarga tujuan
melakukan kontrol ke
RSJ/PKM
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Tempat : Wisma Nakula RSJ Grhasia


Waktu Pengkajian : Kamis, 26 April 2018 pukul 11.00 WIB
Oleh : Alif Achmad Fahrizal dan Citra Dewi Siswandi
Sumber Data : Pasien, Status pasien dan Tim kesehatan
Metode : Anamnesa, observasi, studi kasus dan
pemeriksaan fisik
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. W
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 20 Juni 1981
Umur : 37 tahun
Alamat : Seyegan, Sleman
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status perkawinan : Belum kawin
No. RM : 0-05-16-90
Agama : Islam
Masuk RS : 11 April 2018
Diagnosa Medis :
Axis I = F 20.3 (Skizofrenia tak terinci)

II. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. R
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Adik kandung
III. ALASAN MASUK
Tn. W mengatakan bahwa Tn. W dibawa ke rumah sakit karena Tn. W
selama seminggu hanya hanya menunjukkan gejala isolasi sosial.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Riwayat Kesehatan
Tn. R mengatakan bahwa dahulu Tn. W pernah kecelakaan pada
saat SD kelas enam, setelah jatuh Tn. W hanya mengeluh dadanya
sakit, mulai SMP Tn. W mulai bingung seperti orang kurang
normal. Tn. W mengatakan ketika SMP Tn. W pernah berteriak-
teriak sehingga Tn. W merasa malu untuk berinteraksi dengan
teman-temannya. Tn. R mengatakan beberapa tahun yang lalu
ketika orangtuanya meninggal, Tn. W merasa sangat terpukul dan
membuat Tn. W merasa kehilangan yang sangat berat. Tn. R
megatakan bahwa Tn. W sebenarnya menginginkan seorang istri
namun Tn. W tidak berani karena Tn. W tidak mempunyai
pekerjaan dan Tn. W tidak berani mendekati seseorang perempuan.
2. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
Tn. W mengatakan bahwa Tn. W dahulu pernah dirawat di RSJ
Magelang, kemudian sudah dapat beraktivitas seperti biasanya. Tn.
W mengatakan bahwa sudah empat kali dirawat di RSJ Ghrasia.
3. Pengobatan sebelumnya
Tn. W mengatakan sudah minum teratur dan selalu kontrol tepat
waktu. Tn. R mengatakan bahwa Tn. W pada riwayat masuk RS
Jiwa yang pertama Tn. W sudah baik-baik saja, selama empat tahun
tidak pernah kambuh penyakitnya, kemudian setelah pengobatan
yang kedua Tn. W dapat bertahan dua tahun tidak kambuh lagi,
kemudian setelah pengobatan ketiga selama dua tahun Tn. W baik-
baik saha tidak kambuh lagi, sampai akhirnya kambuh lagi setelah
dua tahun dan masuk RSJ Ghrasia kembali pada Bulan Maret 2018.
4. Perilaku Aniaya
Tn. W tidak pernah mengalami penganiayaan fisik, namun
pernah mengalami kekerasan secara mental oleh ayahnya yang
memiliki didikan keras dan sering berbicara kasar, Tn. W merasa
tidak nyaman dan tidak suka saat di perlakukan seperti itu.
5. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Tn. W mengatakan bahwa kakak perempuan Tn. W dahulu
pernah sering bengong dan berdiam diri dikarenakan hendak cerai
dengan suaminya, namun ketika tidak jadi cerai dengan suaminya
sekarang sudah baik-baik saja.
6. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Tn. W mengatakan bahwa ayah dari Tn. W galak dan berbicara
kasar dan Tn. W benci diperlakun seperti itu.

V. FAKTOR PRESIPITASI
Tn. W mengatakan biasa kambuh ketika Tn. W kecapekan, terlalu
banyak pikiran, pusing, dan stress.

VI. FISIK
1. Tanda vital : TD : 90/60 ; N : 82 x/menit ; S : 36,70C ; RR : 20
x/menit
2. TB : 163 cm ; BB : 52 kg ; IMT : 19,57 kg/m2.
3. Keluhan fisik : Tn. W mengatakan tidak ada keluhan fisik selama
di RS Ghrasia. Tn. W mengatakan bahwa ia sehat baik-baik saja.
Hanya saja Tn. W sulit b.a.b.

VII. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tn. W mengatakan bahwa semua anggota tubuh itu penting dan tidak
dapat dipisahkan satu sama lainnya. Tn. W mengatakan tidak ada
anggota badan yang tidak penting.
b. Identitas
Tn. W mengatakan sebelum sakit berperan sebagai kakak dari 2
adik, dan Tn. W merupakan anak kedua dari empat bersaudara,
sehingga orangtua memberikan tugas dalam mengurus sawah pada
Tn W sejak di bangku Sekolah Menengah Pertama.
Tn. W mengatakan di rumah ikut dengan adiknya. Di tempat adiknya
Tn. W membantu mangasuh ponakan dan bertani di sawah untuk
mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
Tn. W mengatakan merasa tidak dapat menyalurkan kebutuhan
seksualnya dikarenakan tidak memiliki istri sehingga Tn. W sering
melakukan kegiatan onani sendiri.
c. Peran
Tn. W mengatakan dalam keluarga Tn. W berperan sebagai kakak
dan paman dari ponakannya. Tn. W tidak mengikuti kegiatan
masyarakat namun sering ikut kegiatan kenduri kalau diundang
kenduri.
d. Ideal diri
Tn. W mengatakan ingin mempunyai istri agar dapat membantu
mengurus kehidupan sehari-hari. Tn. W mengatakan ingin hidup di
lingkungan yang dapat menerimanya dengan baik. Tn. W
mengatakan ingin sembuh dan tidak kambuh lagi ataupun dirawat
lagi di RSJ.
e. Harga diri
Tn. W mengatakan hubungannya dengan masyarakat kurang
baik, Tn. W sering mengurung diri di rumah karena merasa malu.
Tn. W mengatakan keluarganya sangat peduli dengan kesehatannya,
namun Tn. W tidak dapat beranjak dari masalah yang dialaminya
yaitu hanya diam saja.
Tn. W beranggapan bahwa dirinya merasa bosan dan malu
dengan hidupnya, sehingga Tn. W sering berfikiran untuk
mengakhiri hidupnya. Tn. T mengatakan bahwa dahulu ketika usia
20 an tahun Tn. W pernah mencoba melakukan tindakan bunuh diri
dengan meminum bensin, mencoba gantung diri dan ingin melukai
diri sendiri dengan benda tajam.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Tn. W mengatakan bahwa Tn. W sangat menyayangi orangtuanya,
Tn. W merasa sangat kehilangan orang yang sangat berarti baginya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Tn. W mengatakan bahwa Tn. W tidak ikut serta dalam kegiatan
masyarakat, Tn. W hanya berdiam di rumah. Tn. W mengatakan
terkadang Tn. W hanya membantu adeknya di sawah saja.
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang lain
Tn. W mengatakan malu dan kurang percaya diri ketika berinteraksi
dengan orang lain.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Tn. W mengatakan beragama Islam dan ia percaya akan Allah swt.
sebagai tuhannya. Tn. W mengatakan bahwa semua yang terjadi
adalah menurut kehendak Allah swt.
b. Kegiatan ibadah
Tn. W mengatakan bahwa ia beribadah sholat lima waktu tidak
pernah lupa ketika di rumah, namun ketika di RS Tn. W tidak
melakukan kegiatan ibadah sama sekali.

VIII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Pengkajian tanggal 26 April 2018 : Tn. W mengenakan pakaian seragam
RS dengan benar, namun tidak rapi, rambut tidak disisir, kuku panjang,
tidak memakai sandal, dan mulut kelihatan kotor.
Pengkajian tanggal 27 April 2018 : pasien mulai duduk mematung dan
tidak mau berinteraksi, tidak ada kontak mata, tidak mau makan dan
minum, b.a.b dan b.a.k di tempat, rambut acak-acajan dan tidak rapi,
tidak mau berpindah dari tempat tidur.
2. Pembicaraan
Tn. W berbicara dengan suara yang pelan dan lirih.
3. Aktivitas Motorik
Tn. W tidak menunjukan gerakan khusus, ia beraktifitas normal saat
dilakukan pengkajian.
4. Alam perasaaan
Tn. W mengatakan merasa sedih saat ini. Tn. W merasa sedih ditinggal
oangtuanya beberapa tahun lalu, Tn. W mengatakan ingin memiliki istri
yang dapat membantunya dalam mengurus rumah tangga lagi.
5. Afek
Afek Tn. W datar.
6. lnteraksi selama wawancara
Ketika diajak berinteraksi Tn. W tampak kooperatif namun kontak mata
kurang dan dapat memahami semua yang dibicarakan.
7. Persepsi
Tn. W mengatakan bahwa dahulu Tn. W sering mendengar suara-
suara yang tidak nyata. Suara-suara tesebut berupa anjuran-anjuran untuk
melakukan sesuatu yang tidak spesifik. Tn. W mengatakan bahwa suara-
suara tersebut sering sekali muncul ketika Tn. W sedang sendirian. Tn.
W mengatakan bahwa sekarang Tn. W sudah lama tidak mendengar
suara-suara tersebut kaarena Tn. W tidak pernah menghiraukannya.
8. Proses Pikir
Proses pikir Tn. W normal dan baik, karena Tn. W berbicara sesuai
dengan topik yang di bicarakan.
9. Isi Pikir
Tn. W tidak merasa takut ataupun keyakinan terhadap hal-hal yang
mustahil bagi dirinya.
10. Tingkat kesadaran
Tn. W tidak mengalami kebingungan, ia menjawab pentanyaan dengan
sadar penuh. Tn. W mengetahui waktu dan tempat ia sekarang.
11. Memori
Tn. W tidak mengalami gangguan memori dikarenakan Tn. W masih
dapat mengungat kejadian-kejadian yang telah terjadi beberapa waktu
lalu di buktikan dengan Tn. W mengatakan bahwa Tn. W dibawa ke RS
oleh adiknya karena tidak mampu beraktifitas sama sekali, diam
terpatung. Tn. W mengatakan terakhir dirawat di RSJ Grasia sebelum
bulan puasa tahun 2017.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tn. W dapat mudah beralih ke topik pembahasan yang lain.Tn. W juga
dapat melakukan perhitungan dengan baik.
13. Kemampuan penilaian
Tn. W tidak mengalami gangguan kemampuan penilaian karena ia dapat
mengambil keputusan yang sederhana tanpa bantuan orang lain.
14. Daya tilik diri
Tn. W dapat mengetahui dan mnerima penyakitnya, namun Tn. W tidak
dapat berbuat apa-apa ketika sakitnya kambuh.
IX. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
Tn. W mengatakan makan sehari 3 kali porsi sedang. Tn. W mengatakan
suka dengan makanan di RS sehingga setiap kali makan habis 1 porsi.
2. BAB/BAK
Tn. W mengatakan ada keluhan b.a.b dan tidak ada keluhan untuk b.a.k,
Tn. W b.a.b 3 – 4 hari satu kali dengan konsentrasi keras, Tn. W
mengatakan sakit saat untuk b.a.b dan b.a.k sehari kurang lebih lima kali.
3. Mandi
Tn. W mengatakan mandi sehari dua kali pada pagi dan sore. Tn. W
mengatakan mandi menggunakan sabun, Tn. W mengatakan keramas
menggunakan shampo. Tn. W mengatakan menggosok gigi sehari sekali
pada pagi hari.
4. Berpakaian/berhias
Tn. W mengatakan dapat mengenakan pakaian sehari-hari sendiri dan
mengganti pakaian sendiri tanpa dibantu, namun ketika sakitnya kambuh
maka perlu bantuan total dalam menggunakan atau ganti pakaian.
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : 13.00 s/d 15.30
Tidur malam lama : 21.00 s/d 05.30
Kegiatan sebelum tidur : Tn. W mengatakan sebelum tidur Tn. W
tidak mencuci kaki, tangan dan menggosok
gigi.
Kegiatan sesudah tidur : Tn. W mengatakan bangun tidur Tn. W
hanya
Tidak melakukan apa-apa hanya duduk-
duduk.
6. Penggunaan obat
Tn. W mengatakan ketika tidak kambuh Tn. W rutin minum obat, namun
saat sakitnya kambuh Tn. W mematung dan tidak minum obat sama
sekali.
7. Pemeliharaan Kesehatan
a. Perawatan lanjutan
Tn. R mngatakan Tn. W tetap lanjut rutin kontrol jiwa setiap bulan di
RSJ Ghrasia DIY.
b. Perawatan pendukung
Tn. W mengatakan di rumah keluarga selalu mengingatkan dan
membantu Tn. W dalam meminum obat.
8. Kegiatan di dalam rumah
a. Mempersiapkan makanan
Tn. W mengatakan kalau di rumah Tn. W di masakkan adiknya,
namun terkadang Tn. W juga menyiapkan makanan untuk dirinya
sendiri.
b. Menjaga kerapihan rumah
Tn. W mengatakan kalau di rumah Tn. W kadang-kadang
membersihkan rumah, menyapu dan mengepel.
c. Mencuci pakaian
Tn. W mengatakan kalau di rumah Tn. W mencuci sendiri, namun
kalau cucian banyak biasanya di cucikan adiknya.
d. Pengaturan keuangan
Tn. W mengatakan di rumah hanya mengatur keuangan untuk dirinya
sendiri.
9. Kegiatan di luar rumah
a. Belanja
Tn. W mengatakan dahulu beberapa kali belanja ke pasar, namun
ketika sakit Tn. W hanya diam di rumah, tidak belanja lagi.
b. Transportasi
Tn. W mengatakan dahulu Tn. W terbiasa pergi kemana-mana sendiri
dengan motor, namun ketika Tn. W sakit Tn. W kemana-mana
dengan adeknya.
X. Mekanisme Koping
Apabila pasien mendapat masalah, takut atau tidak mau menceritakan
nya pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).

XI. Masalah Psikososial dan Lingkungan


1. Masalah dengan dukungan kelompok
Tn. W mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mengikuti kegiatan di
masyarakat, dukungan kelompok di masyarakat untuk kesembuhan Tn.
W tidak dirasakan oleh Tn. W.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Tn. W tidak memiliki masalah dengan lingkungan sekitar, namun Tn. W
merasa bahwa tetangga dekat rumah tidak menyukai Tn. W
3. Masalah dengan pendidikan
Tn. W mengatakan bahwa dirinya pernah mengalami kejadian yang tidak
menyenangkan saat di bangku SMP sehingga dirinya merasa malu
dengan teman SMPnya
4. Masalah dengan pekerjaan
Tn. W mengatakan tidak memiliki masalah dengan teman kerja maupun
masalah dengan pekerjaannya
5. Masalah dengan perumahan
Tn. W mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki masalah dengan
perumahan maupun orang yang tinggal di satu rumah dengannya, semua
keluarganya menyayangi Tn. W dengan penuh perhatian
6. Masalah ekonomi
Tn. W selama ini merasa cukup dengan penghasilan yang ia peroleh, ia
selalu bersyukur dengan penghasilan yang ia dapatkan
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Tn. W mengatakan bahwa selama di rawat di RSJ tidak pernah
mengalami masalah ataupun tindakan yang tidak menyenangkan,
pelayanan kesehatan yang ia dapatkan maksimal dan demi kesembuhan
Tn. W
8. Masalah lainnya
Tn. W merasa bahwa seperti orang sekarat jika sedang kambuh dan Tn.
W tidak mampu melakukan aktifitas apapun, semua aktifitas di bantu
keluarga.

XII. Pengetahuan Kurang Tentang


Tn. W mengatakan bahwa dirinya belum tau cara mengalihkan rasa minder
dan malu yang dirinya rasakan, dan Tn. W tidak mengetahui solusi apa yang
harus ia lakukan

XIII. Aspek Medik


1. Diagnosa Medik : F.20.3
2. Terapi Medik :

Nama Waktu
Pemberi Indikasi Efek Samping Obat

Obat an
Risperidone 2 1/2-0-1/2 Skizofrenia serta Insomnia, agitasi, sakit kepala,
mg kondisi psikosis cemas, kelelahan, konstipasi, mual,
muntah, pusing
lain, dengan
tambahan
(seperti;
halusinasi,
delusi, gangguan
pola pikir,
kecurigaan dan
rasa permusuhan)
THP 2 mg 1-1-1 Mengatasi gejala Konstipasi, pusing, sulit buang air
(trihexyphenydil parkinson dan kecil, mulut kering, pandangan
) juga digunakan buram, mual.
untuk
mengurangi efek
samping obat
antipsikotik pada
pasien gangguan
jiwa/skizofrenia.
Clozapine 25 mg 0-0-1/2 Menangani Pusing saat sedang duduk atau
gejala psikosis, berdiri, mual, merasa panas dan
seperti timbulnya berkeringat, berat badan bertambah
delusi atau namun nafsu makan berkurang,
halusinasi. mulut kering disertai
meningkatnya produksi air liur,
sulit buang air, perubahan pada
hasil tes darah dan EKG.

Abilify Discmelt ½-0-0 -Pengobatan -Meningkatkan nafsu makan,


5 mg skizofrenia akut penambahan berat badan, sakit
pada orang kepala, agitasi atau gelisah,
dewasa dan insomnia, rasa kantuk.
remaja
-Mual muntah, sembelit

-Terapi tambahan -Gelisah, tremor


untuk gangguan
depresi

B. ANALISA DATA
DATA MASALAH
DS : Harga Diri Rendah Kronis
-Tn. W mengatakan hubungannya
dengan masyarakat kurang baik, Tn. W
sering mengurung diri di rumah karena
merasa malu.
-Tn. W mengatakan keluarganya sangat
peduli dengan kesehatannya, namun
Tn. W tidak dapat beranjak dari
masalah yang dialaminya yaitu hanya
diam saja.
-Tn. W mengatakan bahwa dirinya
pernah mengalami kejadian yang tidak
menyenangkan saat di bangku SMP
sehingga dirinya merasa malu dengan
teman SMPnya
DO :
-Tn. W lebih sering menunduk ketika
dilakukan wawancara
DS : Isolasi Sosial
-Tn. W mengatakan bahwa dirinya
belum tau cara mengalihkan rasa
minder dan malu yang dirinya rasakan,
dan Tn. W tidak mengetahui solusi apa
yang harus ia lakukan
-Perawat mengatakan saat dibawa ke
ruang Nakula pertama kali, Tn. W
hanya diam mematung, menunduk,
tidak mau bicara
-Pasien mengatakan apabila pasien
mendapat masalah, takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang orang lain
(lebih sering menggunakan koping
menarik diri).
DO :
-Tn. W tampak kurang insiatif untuk
berinteraksi dengan orang lain.
DS : Resiko Bunuh Diri
-Tn. W beranggapan bahwa dirinya
merasa bosan dan malu dengan
hidupnya, sehingga Tn. W sering
berfikiran untuk mengakhiri hidupnya.
Tn. T mengatakan bahwa dahulu ketika
usia 20 an tahun Tn. W pernah
mencoba melakukan tindakan bunuh
diri dengan meminum bensin, mencoba
gantung diri dan ingin melukai diri
sendiri dengan benda tajam.
DO :
-Ekspresi pasien tampak datar,
berbicara dengan suara yang pelan dan
lirih.
DS : Sinrom Defisit Perawatan Diri
-Tn. W mengatakan saat sakitnya
kambuh maka perlu bantuan total dalam
menggunakan atau ganti pakaian.
DO :
- - Pengkajian tanggal 26 April 2018 :
Tn. W mengenakan pakaian seragam
RS dengan benar, namun tidak rapi,
rambut tidak disisir, kuku panjang,
tidak memakai sandal, dan mulut
kelihatan kotor.
- - Pengkajian tanggal 27 April 2018 :
pasien mulai duduk mematung dan
tidak mau berinteraksi, tidak ada kontak
mata, tidak mau makan dan minum,
b.a.b dan b.a.k di tempat, rambut acak-
acajan dan tidak rapi, tidak mau
berpindah dari tempat tidur.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga Diri Rendah Kronis
2. Isolasi Sosial
3. Resiko Bunuh Diri
4. Defisit perawatan Diri : Berhias
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari, tanggal : Kamis, 26 April 2018
Pukul : 11.00 WIB
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Harga Diri Rendah Setelah dilakukan tindakan keperawatan Klien
Kronis selama 3 x 24 jam, diharapkan harga diri SP 1 :
pasien meningkat dengan kriteria : 1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dankegiatan
1. Pasien dapat membina hbungan saling
positif yang dapat dilakukan pasien
percaya
3. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat
2. Klien dapat mengidentifikasi
ini
kemampuan melakukan kegiatan dan
4. Bantu latih kegiatan yang ingin dilakukan pasien saat ini
kegiatan positif yang dimiliki
5. Masukkan pada jadwal kegiatan
3. Klien dapat melakukan kegiatan positif
yang dimiliki SP 2 :
1. Evaluasi kegiatan pertama yang dipilih, berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan yang akan dilakukan
3. Latih kegiatan kedua
4. Masukkan pada jadwal kegiatan
SP 3 :
1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih
dan beri pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga, Latih kegiatan
ketiga
3. Masukkan pada jadwal kegiatan
SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga, beri pujian
2. Bantu memilih kegiatan keempat
3. Latih kegiatan keempat
4. Masukkan pada jadwal kegiatan
SP 5 s.d. 12 :
1. Evaluasi kegiatan, beri pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan selanjutnya, Latih
kegiatan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan
2. Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakan keperawatan Klien
selama 3 x 24 jam, pasien dapat berinteraksi SP 1
dengan orang lain baik secara individu 1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
maupun secara berkelompok dengan kriteria 2. Identifikasikan penyebab isolasi sosial: siapa yang dekat,
hasil : tidak dekat, dan apa sebabnya
1. Klien dapat membina hubungan saling 3. Jelaskan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan
percaya. orang lain
2. Dapat menyebutkan penyebab isolasi 4. Latih pasien cara berkenalan dengan orang lain
sosial. 5. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian untuk cara
3. Dapat menyebutkan keuntungan berkenalan
berhubungan dengan orang lain. SP 2
4. Dapat menyebutkan kerugian tidak 1. Evaluasi kegiatan cara berkenalan dengan orang lain.
berhubungan dengan orang lain. 2. Latih pasien bicara saat kegiatan latihan harian (latih 2
5. Dapat berkenalan dan bercakap-cakap kegiatan)
dengan orang lain. 3. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian untuk
berkenalan dengan 2-3 orang
SP 3
1. Evaluasi kegiatan harian berkenalan dengan 2-3 orang,
dan berbicara saat kegiatan harian
2. Latih bicara saat kegiatan, dengan 2 kegiatan baru
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian untuk
berkenalan dengan 4-5 orang
SP 4
1. Evaluasi kegiatan harian berkenalan dengan 4-5 orang,
dan berbicara saat kegiatan harian
2. Latih cara berbicara sosial, seperti meminta, menjawab,
menanyakan, dll
3. Masukkan dalam jadwal harian untuk berkenalan dengan
lebih dari >5 orang
SP 5
1. Evaluasi kegiatan harian berkenalan, berbicara saat
kegiatan harian dan sosialisasi
2. Latih kegiatan harian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
4. Nilai apakah isolasi teratasi
Keluarga
SP 1
1. Diskusikan masalah yang dirasakan kelurga dalam
merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang
dialami pasien dan proses terjadinya
3. Jelaskan cara merawat pasien isolasi sosial
4. Latih dua cara merawar berkenalan, berbicara saat
melakukan kegiatan harian
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
3. Resiko Bunuh Diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan SP 1 Pasien
selama 3 x 24 jam , pasien dapat mengontrol 1. Bina hubungan saling percaya
dorongan untuk bunuh diri, dnegan kriteria 2. Identifikasi benda-benda yang dapat membahayakan
hasil : pasien
1. Dapat membina hubungan saling 3. Amankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
percaya 4. Lakukan kontak treatment
2. Tidak melakukan bunuh diri dengan 5. Ajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
menyatakan ingin hidup 6. Latih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
3. Menyatakan perasaan marah, kesepian SP II Pasien
dan putus asa 1. Identifikasi aspek positif pasien
4. Mampu mengidentifikasi orang yang 2. Dorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
dapat dihubungi bila muncul pikiran 3. Dorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu
untuk bunuhdiri yang berharga
5. Mampu mengidentifikasi mekasnisme SP III Pasien
koping adaptif 1. Identifikasi pola koping yang biasa diterapkan
2. Nilai pola koping yang biasa dilakukan
3. Identifikasi pola koping yang konstruktif
4. Dorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
5. Anjurkan pasien menerapakan pola koping konstruktif
dalam kegiatan harian
SP IV Pasien
1. Buat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
2. Identifikasi cara mencapai rencana masa depan yang
realistis
3. Beri dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka
meraih masa depan yang realistis
4. Sindrom Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan SP I Pasien
Perawatan Diri selama 3 x 24 jam , pasien dapat mandiri 1. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
dalam perawatan diri dengan kriteria hasil : 2. Jelaskan cara menjaga kebersihan diri
1. Mengetahui pentingnya perawatan diri 3. Bantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan
2. Mengetahui cara-cara melakukan diri
perawatan diri 4. Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
3. Mampu melaksanakan dengan bantuan harian
perawat SP II Pasien
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Jelaskan cara makan yang baik
3. Bantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik
4. Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
SP III Pasien
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik
3. Bantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik
4. Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
SP IV Pasien
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Jelaskan cara berdandan
3. Bantu pasien mempraktekkan cara berdandan
Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
1. Harga Diri Kamis, 26 Pukul 11. 45 WIB Pukul 12.00 WIB
Rendah April 2018 Klien S:
Kronis SP 1 : -Tn. W mengatakan hubungannya dengan
1. Membina hubungan saling percaya masyarakat kurang baik, Tn. W sering
2. Mengidentifikasi kemampuan melakukan mengurung diri di rumah karena merasa malu.
kegiatan dan kegiatan positif yang dapat -Tn. W mengatakan keluarganya sangat peduli
dilakukan pasien dengan kesehatannya, namun Tn. W tidak
3. Membantu pasien menilai kegiatan yang dapat dapat beranjak dari masalah yang dialaminya
dilakukan saat ini yaitu hanya diam saja.
4. Membantu latih kegiatan yang ingin dilakukan -Tn. W mengatakan bahwa dirinya pernah
pasien saat ini mengalami kejadian yang tidak menyenangkan
5. Memasukkan pada jadwal kegiatan saat di bangku SMP sehingga dirinya merasa
malu dengan teman SMPnya
-Tn. W ingin kembali ke rumah, beraktifitas
seperti biasanya, yaitu bertani dan merawat
keponakannya
-Tn. W mengatakan jika mengikuti rehabilitasi,
suka di bagian pertanian
O:
-Pasien tampak sering menunduk
-Kontak mata kurang
-Bicara lirih
-Jadwal kegiatan telah diberikan pada pasien

A : Harga diri rendah


P:
-Evaluasi kegiatan pertama yang dipilih
-Melatih kegiatan kedua
-Memasukkan pada jadwal kegiatan

Pukul Pukul
SP 2 : SP 2 :
1. Mengevaluasi kegiatan pertama yang dipilih,
berikan pujian
2. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan
dilakukan
3. Melatih kegiatan kedua
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan
Pukul Pukul
SP 3 : SP 3 :
1. Mengevaluasi kegiatan pertama dan kedua
yang telah dilatih dan beri pujian
2. Membantu pasien memilih kegiatan ketiga,
3. Melatih kegiatan ketiga
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan
Pukul Pukul
SP 4 : SP 4 :
1. Mengevaluasi kegiatan pertama, kedua dan
ketiga, beri pujian
2. Membantu memilih kegiatan keempat
3. Melatih kegiatan keempat
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan

Pukul Pukul
SP 5 s.d. 12 : SP 5 s.d 12
1. Mengevaluasi kegiatan, beri pujian
2. Membantu pasien memilih kegiatan
selanjutnya
3. Melatih kegiatan
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan
2. Isolasi Sosial Kamis, 26 Pukul Pukul
April 2018 Klien SP 1
SP 1 S:
1. Membina hubungan saling percaya dengan -Pasien mengatakan biasanya yang dekat
pasien dengannya yaitu Tn. K dan Tn. I, teman
2. Mengidentifikasikan penyebab isolasi sosial: sekamarnya.
siapa yang dekat, tidak dekat, dan apa sebabnya O :
3. Menjelaskan keuntungan dan kerugian -Pasien tidak menyebutkan siapa yang tidak
berinteraksi dengan orang lain dekat ketika di wisma
4. Melatih pasien cara berkenalan dengan orang -Pasien dapat menjelaskan keuntungan dan
lain kerugian
5. Memasukkan dalam jadwal kegiatan harian -Pasien mau diajak berkenalan dengan orang
untuk cara berkenalan lain, yaitu Tn. H
-Cara berkenalan sudah dimasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
A : Isolasi Sosial
P:
-Evaluasi kegiatan cara berkenalan dengan
orang lain
-Melatih pasien bicara saat kegiatan latihan
harian
-Memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
untuk berkenalan dengan 2-3 orang

Pukul
SP 2 Pukul
1. Mengevaluasi kegiatan cara berkenalan dengan S :
orang lain.
2. Melatih pasien bicara saat kegiatan latihan
harian (latih 2 kegiatan)
3. Memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
untuk berkenalan dengan 2-3 orang
Pukul
SP 3
1. Mengevaluasi kegiatan harian berkenalan Pukul
dengan 2-3 orang, dan berbicara saat kegiatan SP 3
harian
2. Melatih bicara saat kegiatan, dengan 2 kegiatan
baru
3. Memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
untuk berkenalan dengan 4-5 orang
Pukul Pukul
SP 4 SP 4
1. Mengevaluasi kegiatan harian berkenalan
dengan 4-5 orang, dan berbicara saat kegiatan
harian
2. Melatih cara berbicara sosial, seperti meminta,
menjawab, menanyakan, dll
3. Memasukkan dalam jadwal harian untuk
berkenalan dengan lebih dari >5 orang

Pukul Pukul
SP 5 SP 5
1. Mengevaluasi kegiatan harian berkenalan,
berbicara saat kegiatan harian dan sosialisasi
2. Melatih kegiatan harian
3. Menilai kemampuan yang telah mandiri
4. Menilai apakah isolasi teratasi

Rabu, 02 Mei Pukul 16.00 Pukul 17.00


2018 Keluarga Keluarga
SP 1 SP 1
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan S :
keluarga dalam merawat pasien -Adik pasien mengatakan keluarga pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala membawa pasien ke RSJ agar pasien segera
isolasi sosial yang dialami pasien dan proses sembuh, karena bingung dengan keadaan
terjadinya pasien yang mematung, tidak mau makan dan
3. Menjelaskan cara merawat pasien isolasi sosial beraktifitas jika lebih dari 3 hari.
4. Melatih dua cara merawat berkenalan, -Keluarga mengatakan sangata menyayangi
berbicara saat melakukan kegiatan harian pasien, sehingga akan membantu pasien
5. Menganjurkan membantu pasien sesuai jadwal melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan
dan memberikan pujian yang telah dianjurkan perawat.
O:
-Keluarga dapat menyebutkan pengertian, 5
tanda dan gejala menarik diri
-Keluarga dapat mempraktikkan 2 cara
merawat pasien dengan isolasi sosial, yaitu
berkenalan dan berbicara saat melakukan
kegiatan harian
A : Defisiensi pengetahuan tentang Isolasi
sosial
P:
-Menganjurkan keluarga untuk membantu
pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

3. Resiko Pukul
Bunuh Diri SP 1 Pasien
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat
membahayakan pasien
3. Mengamankan benda-benda yang dapat
membahayakan pasien
4. Melakukan kontak treatment
5. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan
bunuh diri Pukul
6. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri SP II Pasien

Pukul
SP II Pasien
1.Mengidentifikasi aspek positif pasien
2. Mendorong pasien untuk berfikir positif
terhadap diri
3. Mendorong pasien untuk menghargai diri Pukul
sebagai individu yang berharga SP III
Pukul Pukul
SP III Pasien SP III
1. Mengidentifikasi pola koping yang biasa
diterapkan
2. Menilai pola koping yang biasa dilakukan
3. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
4. Mendorong pasien memilih pola koping yang
konstruktif
5. Menganjurkan pasien menerapakan pola koping
konstruktif dalam kegiatan harian

Pukul Pukul
SP IV Pasien SP IV
1. Membuat rencana masa depan yang realistis
bersama pasien
2. Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa
depan yang realistis
3. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan
dalam rangka meraih masa depan yang realistis

4. Sindrom Pukul
Defisit SP I Pasien
Perawatan 1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
Diri 2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
3. Membantu pasien mempraktekkan cara
menjaga kebersihan diri
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

Pukul
SP II Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2.Menjelaskan cara makan yang baik
3. Membantu pasien mempraktekkan cara makan
yang baik
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

Pukul
SP III Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik
3. Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi
yang baik
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Pukul
SP IV Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara berdandan
3. Membantu pasien mempraktekkan cara
berdandan
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta:


Salemba Medika

Stuart dan Sundeen. 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta: EGC .

Keliat, Budi Anna. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial


Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.

Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk
7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.

You might also like