Professional Documents
Culture Documents
KEPERAWATAN ANAK
oleh :
Kelompok 18
Feryan Andre Darmawan 162310101278
Milia Ratna Rosadi 162310101279
Kelas E/2016
2.2 Epidemiologi
Pada tahun 2016, di AS diperkirakan ada sekitar 8.220 kasus baru
leukemia mieloid kronik dan sekitar 1.070 orang meninggal karena penyakit
tersebut. Usia median saat didiagnosis leukemia mieloid kronik 55-60 tahun,
penyakit ini terutama dijumpai pada orang dewasa. Di Indonesia median usia saat
didiagnosis leukemia mieloid kronik adalah 34-35 tahun. Leukemia mieloid
kronik dijumpai sekitar 15% dari semua leukemia dan 7-20% dari leukemia pada
dewasa, Pria sedikit lebih sering dibandingkan wanita(Ria Jauwerissa, 2016).
CML lebih sering terjadi pada orang dewasa dan hanya untuk 3% dari
kasus leukemia pada masa kanak-kanak. Penyebab dari CML pada anak-anak
belum diketahui. Pada kasus tertentu, hubungan CML dengan paparan radiasi
telah dijelaskan, terutama pada anak umur 5 tahun, seperti yang telah dilaporkan
di Jepang pada saat adanya ledakan hebat pada tahun 1940. Juga telah dilaporkan
CML terjadi pada anak-anak dengan immunosuppresed, termasuk anak dengan
infeksi HIV, dan imunosupresi pada transplantasi ginjal.
2.3 Etiologi
Ada dua faktor yang menyebabkan CML, yaitu faktor instrinsik (host) dan faktor
ekstrinsik (lingkungan) :
a. Faktor Instrinsik
1. Keturunan dan Kelainan Kromosom
Leukemia tidak diwariskan, tetapi sejumlah individu memiliki faktor
predisposisi untuk mendapatkannya. Risiko terjadinya leukemia meningkat pada
saudara kembar identik penderita leukemia akut, demikian pula pada suadara
lainnya, walaupun jarang. Kejadian leukemia meningkat pada penderita dengan
kelainan fragilitas kromosom (anemia fancori) atau pada penderita dengan jumlah
kromosom yang abnormal seperti pada sindrom Duwa, sindrom klinefelter dan
sindrom turner.
2. Defisiensi Imun dan Defisiensi Sumsum Tulang
Sistem imunitas tubuh kita memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi
sel yang berubah menjadi sel ganas. Gangguan pada sistem tersebut dapat
menyebabkan beberapa sel ganas lolos dan selanjutnya berproliferasi hingga
menimbulkan penyakit. Hipoplasia dari sumsum tulang mungkin sebagai
penyebab leukemia.
b. Faktor Ekstrinsik
1. Faktor Radiasi
Adanya efek leukemogenik dan ionisasi radiasi, dibuktikan dengan tingginya
insidensi leukemia pada ahli radiologi (sebelum ditemukan alat pelindung),
penderita dengan pembesaran kelenjar tymus, Ankylosing spondilitis dan penyakit
Hodgkin yang mendapat terapi radiasi. Diperkirakan 10 % penderita leukemia
memiliki latar belakang radiasi Sebelum proteksi terhadap sinar rutin dilakukan,
ahli radiologi mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar.
2. Bahan Kimia dan Obat-obatan
Bahan-bahan kimia terutama Hydrokarbon sangat berhubungan dengan
leukemia akut pada binatang dan manusia. Remapasan Benzen dalam jumlah
besar dan berlangsung lama dapat menimbulkan leukemia. Kloramfenikol dan
fenilbutazon diketahui menyebabkan anemia aplastik berat, tidak jarang diketahui
dikahiri dengan leukemia, demikian juga dengan Arsen dan obat-obat
imunosupresif.
3. Infeksi Virus
Virus menyebabkan leukemia pada beberapa dirating percobaan di
laboratorium. Peranan virus dalam timbulnya leukemia pada manusia masih
dipertanyakan. Diduga yang ada hubungannya dengan leukemia adalah Human T-
cell leukemia virus (HTLV-1), yaitu suatu virus RNA yang mempunyai enzim
RNA transkriptase yang bersifat karsinogenik. ada beberapa hasil penelitian yang
menyokong teori virus sebagai penyebab leukemia, antara lain enzyme reverse
transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia.
2.4 Patogenesis
Leukemia Granulositik Kronik atau Leukemia Mieloid Kronik
(LGK/LMK) adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi
berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang. Leukemia mieloid
kronik juga merupakan suatu penyakit yang disebabkan sel di dalam sumsum
tulang yang berubah menjadi ganas dan menghasilkan sejumlah besar granulosit
yang abnormal. Gen BCR-ABL pada kromosom Ph akan menyebabkan proliferasi
yang berlebihan terhadaap sel induk pluripoten pada sistem hematipoiesis. Klon-
klon ini, selain proliferasinya belebihan juga dapat bertahan hidup lebih lama
dibanding sel normal karena gen BCR-ABL juga bersifat anti apoptosis. Dampak
kedua mekanisme tersebut ialah terbentuknya klon-klon abnormal sehingga akan
mendesak sistem hematopoiesis lainnya.
2.5 Klasifikasi
Menurut Victor et.al., (2005) Leukemia Myeloid Kronik (CML) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Leukemia Myeloid Kronik, Ph positif (CML, Ph+) (Leukemia
Granulositik Kronik, CGL).
b. Leukemia Myeloid Kronik, Ph negative (CML, Ph-)
c. Leukemia Myeloid Kronik Juvenilis
d. Leukemia Netrofilik Kronik
e. Leukemia Eosinofilik
f. Leukemia Mielomonositik Kronik (CMML) tetapi, sebagian besar (>95%)
CML tergolong sebagai CML, Ph+ (I Made, 2006).
Perjalanan penyakit CMl, menurut I Made (2006) ; Agung (2010) dibagi
menjad beberapa fase, yaitu :
1. Fase Kronik : pada fase ini pasien mempunyai jumlah sel blast dan sel
premielosit produksi granulosit yang didominasi oleh netrofil segmen.
Pasien mengalami gejala ringan dan mempunyai respon baik terhadap
terapi konvensional.
2. Fase Akselerasi atau Transformasi Akut : fase ini sangat progresif,
mempunyai lebih dari 5% sel blast namun kurang dari 30%. Pada fase
ini leukosit bisa mencapai 300.000/mmk dengan didominasi oleh
eosinofil dan basofil. Sel yang leukemik mempunyai kelainan
kromosom lebih dari satu (selain Philadelphia Kromosom).
3. Fase Blast (Krisis Blast) : pada fase ini asien mempunyai lebih dari
30% sel blast pada darah serta sumsum tulangnya. Sel blast telah
menyebar ke jaringan lain dan organ diluar sumsum tulang. Pada fase
ini penyakit ini berubah menjadi Leukemia Myeloblastik Akut atau
Leukemia Lympositik Akut kematian mencapai 20%.
HB turun
Imunitas berkurang
Penghantar O2 berkurang
Paru paru bereaksi
Wajah pucat
Risiko Infeksi
Takipnea
Intoleransi
aktivitas Ketidakefektifan pola
nafas
Studi Kasus
Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun datang bersama ibunya ke rumah sakit atas
rujukan dari puskesmas. Anak sudah didiagnosa Leukemia Myeloid Akut sejak 1
tahun yang lalu. Ibu menceritakan kalau anaknya pucat sejak 5 hari sebelum
masuk rumah sakit, panas badan naik turun mulai 4 minggu sebelum masuk RS.
Hasil TTV : TD : 100/60, Nadi :106x/menit, Frekuensi napas 25x/menit, S : 372
Co. Pemeriksaan fisik : teraba pembesaran hepar, lien tidak teraba pembesaran,
turgor baik.
Hasil pemeriksaan laboratorium : Hb 4,6 g/dL, leukosit 6.000/L, Trombosit
23.000/L. Terapi tablet Methotrexate 12 mg, 6 Merkaptopurine 62,5 mg,
Oradexon 8 mg, Vit. B kompleks dan C 3x1 tablet, Vit. E 1x1 tablet, diet TKTP
1500 Kcal + 40 gr protein 3x/ hari.
A. Mencari informasi kata-kata sulit
a. Methotrexate adalah obat dengan fungsi untuk mengganggu
pertumbuhan sel-sel tertentu dari tubuh, terutama sel-sel yang
berkembangbiak dengan cepat, seperti sel-sel kanker, sel-sel sumsum
tulang dan sel-sel kulit.
b. Oradexon adalah obat yang digunakan untuk mengobati kondisi seperti
darah atau hormon atau gangguan sistem kekebalan tubuh, reaksi
alergi, alergi kulit tertentu dan kondisi mata, masalah pernafasan,
gangguan usus tertentu dan kanker tertentu.
B. Mengidentifikasi data abnormal
a. Hemoglobin 4.6 g/dL
b. Frekuensi napas 25x/ menit
c. Nadi 106x/menit
d. Leukosit 6.000/L
e. Trombosit 23.000/L
f. Tekanan darah 100/60
g. Pucat sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit
h. Panas badan naik turun mulai 4 minggu sebelum masuk RS
i. Anak sudah didiagnosa Leukemia Myeloid Akut sejak 1 tahun yang
lalu
1. Identitas Klien
Nama : An. A
Umur : 7 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
2. Riwayat Kesehatan
A. Diagnosa medik
Leukemia Myeloid Akut
B. Keluhan utama
Ibu menceritakan kalau anaknya pucat sejak 5 hari sebelum masuk
rumah sakit, panas badan naik turun mulai 4 minggu sebelum masuk
RS.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
pucat sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, panas badan naik turun
mulai 4 minggu sebelum masuk RS.
D. Riwayat Penyakit Sebelumnya
didiagnosa Leukemia Myeloid Akut sejak 1 tahun yang lalu.
Pengkajian fisik :
TTV :
1. TD : 100/60
2. Nadi :106x/menit
3. Frekuensi napas 25x/menit
4. S : 372 Co
Pemeriksaan fisik Abdomen :
1. teraba pembesaran hepar, lien tidak teraba pembesaran, turgor baik.
Pengkajian penunjang :
A. Hasil pemeriksaan laboratorium :
1. Hb 4,6 g/dL
2. leukosit 6.000/L
3. Trombosit 23.000/L
B. Menggunakan Terapi tablet Methotrexate 12 mg, 6 Merkaptopurine 62,5
mg, Oradexon 8 mg, Vit. B kompleks dan C 3x1 tablet, Vit. E 1x1 tablet,
diet TKTP 1500 Kcal + 40 gr protein 3x/ hari.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Analisa Data
Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen d.d hemogloblin turun
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d suplai O2 berkurang d.d RR :25x/menit
3. Resiko infeksi b.d imunitas berkurang d.d leukosit 6.000/L
INTERVENSI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
NO. Evaluasi
Dx
1.
2. S : Ibu klien mengatakan sesak nafas anaknya berkurang
O:
1. Sesak nafas berkurang
2. Frekuensi nafas tidak terlalu cepat
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Jauwerissa Ria, Ketut Suega. 2016. Seorang Penderita Leukemia Mieloid Kronik
Dengan Komplikasi Efusi Pleura. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Vol 47. Bali : e-ISSN:2540-8321 p-
ISSN 2540-8313