You are on page 1of 22

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


“Sediaan Steril Obat Tetes Telinga Flumethasone
Pivalate 0,01%”

Disusun oleh:
Mala Dzikra Rahmat Alawi
P17335115017

Dosen Pembimbing:
Septiani Puji Rahayu, S. Farm.

KEMENTRIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
2017
OBAT TETES TELINGA FLUMETHASONE PIVALATE 0,01 %

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui dan memahami sediaan obat tetes telinga Flumethasone
Pivalate 0,01%, cara pembuatan dan metode sterilisasi yang digunakan pada
sediaan obat tetes telinga Flumethasone Pivalate 0,01%.

II. PENDAHULUAN
Steril adalah keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup baik yang
pathogen (menimbulkan penyakit) maupun yang apatogen (tidak menimbulkan
penyakit) baik dalam bentuk vegetative (siap untuk berkembang biak) maupun
dalam bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak). Sterilisasi
adalah suatu proses untuk membuat ruang atau benda menjadi steril. Alasan obat
dibuat steril adalah karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan tubuh
dan jaringan tubuh lain yang pertahanannya terhadap zat asing tidak selengkap pada
saluran cerna atau gastrointestinal (Syamsuni, 2012). Bahan – bahan yang perlu
dilakukan proses sterilisasi adalah injeksi (infus intravena, Total Parenteral
Nutrition, Small Volume Parenteral), non injeksi (air, larutan irigasi urologi),
sediaan obat tetes mata (sediaan yang langsung bersentuhan dengan membrane
mukosa tubuh) pembalut, implant dan alat dan bahan yang digunakan untuk
endoskopi (Aulton, 2013).
Salah satu yang harus melalui proses sterilisasi adalah sediaan obat tetes
telinga yang bekerja langsung dengan dinding bagian dalam telinga. Obat tetes
telinga merupakan larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan
bahan pendispersi untuk penggunaan dalam telinga luar yang diformulasi dengan
pertimbangan pH, viskositas, sterilisasi, bahan antimikroba dan pengemasan yang
baik. Berdasarkan tempat kerjanya, tetes telinga ada yang bekerja pada telinga
bagian dalam dan telinga bagian luar (Agoes, 2012).
Flumethasone merupakan obat dengan efek terapi dapat menurunkan
inflamasi lokal dalam jangka pendek pada telinga. Flumethasone pivalate
digunakan sebagai obat tetes telinga untuk mengobati telinga yang sakit, digunakan
dalam sediaan obat tetes telinga dengan kadar 0,01% (Sweetman, 2009).

III. TINJAUAN PUSTAKA


III.1 Larutan untuk telinga
Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut
lain dan bahan pendispersi untuk penggunaan telinga bagian luar . larutan yang
dipakai ke dalam telinga ini biasanya adalah larutan yang mengandung antibiotic,
sulfonamide, anestetika lokal, peroksida, fungisida, asam borat, NaCl, gliserin dan
propilen glikol. Gliserin dan propilen glikol sering dipakai sebagai pelarut, karena
dapat dengan baik melekat pada bagian dalam telinga sehingga obat lebih lama
kontak bagian jaringan telinga, sementara alkohol dan minyak nabati masih kadang
– kadang dipakai (Syamsuni, 2012).
pH optimum untuk cairan berair yang digunakan untuk obat tetes telinga
haruslah dalam suasana asam (pH 5 – 7,3) dan pH inilah yang menentukkan
khasiatnya. Larutan basa umumnya tidak dikehendaki karena tidak fisiologis dan
mempermudah timbulnya radang. Jika larutan telinga berubah dari asam menjadi
basa, bakteri dan fungi akan tumbuh dengan baik. Hal ini tentunya tidak
dikehendaki.

III.2 Flumethasone pivalate


Flumethasone pivalate merupakan obat golongan kortikosteroid yang
memiliki mekanisme kerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein.
Molekul hormone memasuki sel melewati membrane plasma secara difusi pasif.
Hanya di jaringan target hormone ini beraksi dengan reseptor protein yang spesifik
dalam sitoplasma sel dan membentuk kompleks reseptror steroid (Farmakologi dan
Terapi, 2011).
Kortekosteriod mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein, lemak
dam mempengaruhi juga sistem fungsi kardiovaskular , ginjal, otot dan system saraf
lain. Dalam klinik khususnya kortikosteroid dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu
glukokortikoid dan mineralkortikoid. Efek utama glukokortikoid adalah penyimpan
glikogenhepar dan efek anti inflamasi, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan
air dan elektrolit kecil. Sebaliknya golongan mineralkortikoid efek utama nya
adalah terhadap kesimbangan air dan elektroli, sedangkan pada pengaruhnya
terhadap penyimpanan glikogen hepar sangat kecil. Sediaan kortikosteroid dapat
dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan masa kerjanya. Sediaan kerja singkat
mempunyai masa paruh biologis kurang dari 12 jam, sedangkan yang memiliki
kerja lama masa paruhnya lebih dari 36 jam, sedangkan yang memiliki kerja sedang
masa paruhnya berkisar antara 12 – 36 jam (Farmakologi dan terapi, 2011).
Kortikosteroid dapat mengatasi gejala inflamasi pada mata bagian luar
maupun pada segmen interior. Obat dapat diberikan pada kantung konjungtiva yang
akan mencapai kadar terapi dalam cairan mata, sedangkan untuk gangguan mata
posterior lebih baik diberikan sistemik. Kortikosteroid dapat meningkatkan tekanan
intra ocular, maka bila oba digunakan lebih dari 2 minggu dianjurkan untuk
memeriksa tekanan intraocular dengan teratur (Farmakologi dan Terapi, 2011)
Dosis yang digunakan dalam sediaan obat tetes mata yang mengandung
Flumethasone pivalate adalah sehari 2 kali 2 – 3 tetes digunakan selama 7 – 10 hari
pada telinga bagian luar hingga kondisi terkendali lalu kurangi dosis pemakaian
(Sweetman, 2009).

IV. FORMULASI
1. Flumethasone Pivalate
Pemerian Serbuk Kristal berwarna putih atau hampir putih (Martindale
36th, hlm1531).
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 89 bagian alkohol, 360
bagian kloroform, 2800 bagian eter dan mudah larut dalam
dikloromethan (Martindale 36th, hlm 1531).
Stabilitas
 Panas Tidak di temukan di dalam pustaka : literature dan jurnal
 Hidrolisis Tidak ditemukan di dalam pustaka : literature dan jurnal
 Cahaya Tidak boleh terpapar cahaya (Martindale 36th, hlm 1531).
pH pH 5 – 7,8 (The Art of Compounding, hlm 257)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : ester
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : suspense
Cara sterilisasi sediaan :
Dengan menggunakan teknik aseptik
Kemasan :
Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya

2. Carboxymethyl sellulosa Sodium


Pemerian Granul berwarna putih atau hamper putih, tidak berbau tidak
berwarna dan bersifat higroskopis setelah pengeringan
(Handbook of Pharmaceutical Exipients Edisi 2009 hlm 119).
Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, eter dan toluene. Dapat dengan
mudah terdispersi dalam air pada semua temperature
(Handbook of Pharmaceutical Exipients Edisi 2009 hlm 119).
Stabilitas CMC Na dapat disterilkan dalam keadaan kering dengan
mempertahankan suhu 160⁰C selama 1 jam. CMC Na
stabil meskipun higroskopis. Dalam kondisi kelembapan
tinggi CMC Na dapat menyerap air. Stabil pada pH 7- 9
(Handbook of Pharmaceutical Exipients Edisi 2009 hlm 119).
Kegunaan Bahan pensuspensi
Inkompatibilitas Dengan pengoksidator kuat (Handbook of Pharmaceutical
Exipients Edisi 2009 hlm119).
Cara Sterilisasi Disterilisasi dengan oven pada suhu 160⁰C selama 1 jam
Bahan (Handbook of Pharmaceutical Exipients Edisi 2009 hlm 119).

3. Benzalkonium Klorida
Pemerian Putih atau putih kekuningan, tidak berbentuk serbuk, berbentuk
seperti gelatin (Handbook of Pharmaceutical Exipients Edisi
2009 hlm 242).
Kelarutan Praktis tidak larut dalam eter, sangat larut dalma aseton, etanol
95%, metanol, propanol dan air (Handbook of Pharmaceutical
Exipients Edisi 2009 hlm 242).
Stabilitas Dalam bentuk larutan stabil, dapat disterilisasi dengan
menggunakan autoklaf. Bersifat higroskopis dan harus
terlindung dari cahaya (Handbook of Pharmaceutical Exipients
Edisi 2009 hlm 242).
Kegunaan Preservatif antimikroba
Inkompatibilitas Aluminum, surfaktan anionik, hidrogen peroksida,
hypromellose, iodida, kaolin, lanolin, sufaktan nonionik pada
konsentrasi tinggi, permanganat, tartrat, zink oksid, zink sulfat
Cara Sterilisasi Menggunakan metode sterilisasi dengan menggunakan mrtode
Bahan panas lembap alat yang digunakan adalah autoklaf pada suhu
121⁰C selama 15 menit dengan tekanan 15 Psi.

4. Propilen glikol
Pemerian Cairan jernih tidak berwarna, kental praktis tidak berbau
dengan rasa sedikit manis asam seperti gliserin (Handbook of
Pharmaceutical Exipients Edisi 2009 hlm 592).
Kelarutan Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol,
gliserin dan air. Larut dalam 6 bagian eter, tidak
bercampur dengan mineral oil tetapi dapat bercapur
dengan essensial oil (Handbook of Pharmaceutical Exipients
Edisi 2009 hlm 592).
Stabilitas Dapat disterilisasi dengan menggunakan autoklaf tetapi
pada suhu tinggi dalam keadaan terbuka dapat
menyebabkan teroksidasi, bersifat higroskopis dan
terlindung dari cahaya (Handbook of Pharmaceutical
Exipients Edisi 2009 hlm 592).
Kegunaan Pembawa (Handbook of Pharmaceutical Exipients Edisi 2009
hlm 592).
Inkompatibilitas Pengoksidator kuat, basa kuat (Handbook of Pharmaceutical
Exipients Edisi 2009 hlm 592).
Cara Sterilisasi Dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121⁰C selama 15
Bahan menit tekanan 15 psi.

5. Aqua Pro Injeksi


Pemerian Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna dan dimurnikan
dengan cara sterilisasi atau reverse osmosis. Tidak
mengandung zat tambahan lain (Handbook of Pharmaceutical
Exipients Edisi 2009 hlm 769).
Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya (Handbook of
Pharmaceutical Exipients Edisi 2009 hlm 769).
Stabilitas (Tidak ditemukan di pustaka Farmakope Indonesia Edisi V dan
Handbook of Pharmaceutical Exipients)
Kegunaan Pembawa
Inkompatibilitas Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lainnya
yang rentan terhadap hidrolisis (penguraian pada adanya air
atau kelembaban) di sekitar dan tinggi nya suhu (Handbook of
Pharmaceutical Exipients Edisi 2009 hlm 769).
Cara Sterilisasi Dengan menggunakan autoklaf (sterilisasi panas lembab)
Bahan dengan suhu 121⁰C selama 15 menit dnegan tekanan 15 psi.
atau dengan di destilasi sebanyak 6 kali.

V. PENDEKATAN FORMULA

No. Nama Bahan Jumlah (%) Kegunaan


1. Flumethasone 0,01 Bahan Aktif
Pivalate
2. Benzalkonium 0,01 Pengawet
klorida
3. CMC Na 3 Bahan pensuspensi
4. Aqua pro injeksi 15 Bahan pengembang CMC Na
5. Propilen glikol Ad 100 Pembawa dan bahan pembasah
VI. PERHITUNGAN TONISITAS, OSMOLARITAS, DAPAR
Sediaan obat tetes telinga tidak harus isotonis, karena bahan aktif yang
digunakan yaitu Flumethasone Pivalate adalah bahan aktif yang memiliki efek dan
hanya terapi untuk telinga bagian luar.

VII. PENIMBANGAN
Dibuat 1 botol (@ 10 ml) = 10 mL + 0,7 mL = 10,7 mL
Sediaan dibuat 3 botol (10 mL) = 3 x 10,7 mL = 32,1 ml
Untuk pembilasan buret = 32,1 + 6 ml = 38,1 ml
Dilebihkan 10% = 38,1 mL + (10% x 38,1 mL) = 41,91 mL ~
50mL
Penimbangan dibuat sebanyak 50ml berdasarkan pertimbangan penetapan volume
obat tetes mata dan menghindari kehilangan bahan selama proses produksi
Obat tetes telinga Flumethasone Pivalate mengandung Flumethasone Pivalate tidak
kurang dari 97% dan tidak lebih dari 103% (The United State Pharmacopeia
Convention, 2007) Maka bahan aktif dilebihkan 3%

No. Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang


1. Flumethasone Pivalate 0,01% + (3% x 0,01%) = 0,0103%
0,0103
× 50 𝑚𝑙 = 0,0052 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
2. Benzalkonium klorida 0,01
× 50 𝑚𝑙 = 0,0020 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
3. CMC Na 3
× 50 𝑚𝑙 = 1,500 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
4. Aqua pro injeksi 15
× 50 𝑚𝑙 = 7,500 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
5. Propilen glikol Ad 50 ml
Perhitungan kelarutan :
1. Kelarutan Flumethasone Pivalate
Praktis tidak larut dalam air
Maka sediaan dibuat suspense dengan penambahan bahan pensuspensi yaitu
CMC Na
2. Kelarutan Benzalkonium klorida
Larut dalam 1 : 1 bagian air
Butuh WFI dapar fosfat = 1 x 0,005 gram= 0,005 ml ~ 5 ml
3. Kelarutan CMC Na
Dapat mudah terdispersi dengan air pada semua temperature
Butuh WFI = 20 x 1,500 gram= 3 ml

Perhitungan dosis :
Obat tetes Telinga Flumethasone Pivalate
Digunakan pada telinga.
Anak – anak umur 2 – 17 tahun : 2 – 3 tetes digunakan sebanyak 2 kali dalam 1
hari untuk 7 – 10 hari digunakan untuk telinga.
Dewasa : 2 – 3 tetes digunakan sebanyak 2 kali dalam 1 hari untuk 7 – 10 hari
digunakan untuk telinga.

VIII. STERILISASI
a. Alat

Nama Alat Cara Sterilisasi Waktu Sterilisasi Jumlah


o
Spatel Panas kering, Oven 170 C, 60 menit 1
Kaca arloji Panas kering, Oven 170oC, 60 menit 1
Corong Panas kering, Oven 170oC, 60 menit 1
Mortar Panas kering, Oven 170oC, 60 menit 1
Stamper Panas kering, Oven 170oC, 60 menit 1
Ayakan mesh 40 Panas kering, Oven 170oC, 60 menit 1
Panas Lembab,
Membran filter 0,22 µm 121⁰C, 15 menit 1
Autoklaf
Panas Lembab,
Membran filter 0,45 µm 121⁰C, 15 menit 1
Autoklaf
Panas Lembab,
Buret 121⁰C, 15 menit 1
Autoklaf
Direndam dalam
Filter holder Desinfeksi alkohol 70%, selama 1
24 jam
Panas Lembab,
Syringe 121⁰C, 15 menit 1
Autoklaf
Panas Lembab,
Erlenmeyer 500 mL 121⁰C, 15 menit 2
Autoklaf
Beaker glass 50 mL Panas kering, Oven 170oC, 60 menit 2
Panas Lembab,
Pipet 121⁰C, 15 menit 3
Autoklaf
Direndam dalam
Tutup pipet Desinfeksi alkohol 70%, selama 2
24 jam

b. Wadah
No. Nama alat Jumlah Cara sterilisasi
1. Wadah OTT 3 Desinfeksi dengan menggunakan
alkohol 70% selama 24 jam.
2. Tutup wadah OTT 3 Desinfeksi dengan menggunakan
alkohol 70% selama 24 jam.
3. Tutup bagian dalam wadah 3 Desinfeksi dengan menggunakan
OTT alkohol 70% selama 24 jam.

c. Bahan
No. Nama bahan Jumlah Cara sterilisasi
(%)
1. Flumethasone Pivalate 0,01 Radiasi, Sinar Gamma, Cobalt 60, 25
kGy
2. Benzalkonium klorida 0,01 Panas lembab, autoklaf pada suhu
121⁰C, 15 menit, tekanan 15 psi
3. CMC Na 3 Panas keirng, Oven pada suhu 160⁰C
selama 1 jam.
4. Aqua pro injeksi 15 Panas lembab, autoklaf pada suhu
121⁰C, 15 menit, tekanan 15 psi
5. Propilen glikol Ad 100 Panas lembab, autoklaf pada suhu
121⁰C, 15 menit, tekanan 15 psi
IX. PROSEDUR PEMBUATAN

RUANG PROSEDUR
1. Semua alat dicuci bersih, dibilas dengan aquadest dan
dikeringkan.
2. Bagian mulut erlenmeyer, gelas ukur, vial, buret, pipet tetes,
gelas kimia ditutup/disumbat dengan alumunium foil atau
kertas perkamen.
3. Dilakukan sterilisasi dengan cara :
 Gelas ukur 10 mL, pipet kaca, labu erlenmeyer 500 mL,
Grey Area Membran filter 0,22 µm, Membran filter 0,45 µm disterilisasi
(Sterilisasi alat) dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121⁰C selama 15
menit pada tekanan 15 psi.
 Batang pengaduk, gelas kimia, spatula, kaca arloji disterilisasi
dengan menggunakan oven pada suhu 170⁰C selama 1 jam.
 Tutup karet pipet, filter holder didesinfeksi dengan cara
direndam dengan alkohol 70% selama 24 jam.
4. Setelah disterilisasi semua bahan dimasukkan ke dalam pass
box.
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam sediaan infus ditimbang
dengan menggunakan timbangan analitik yang sudah dikalibrasi :
1. Flumetasone Pivalate diayak dengan menggunakan ayakan
mesh 44 lalu ditimbang sebanyak 0,0052 gram didalam kaca
arloji steril, ditutup dengan alumunium foil atau kertas
perkamen diberi label nama dan jumlah bahan. Lakukan
sterilisasi dengan merode radiasi menggunakan sinar Gamma,
Cobalt 60, 25 kGy.
2. Benzalkonium klorida ditimbang sebanyak 0,005 gram
didalam kaca arloji steril, ditutup dengan alumunium foil atau
kertas perkamen diberi label nama dan jumlah bahan. Lakukan
sterilisasi dengan menggunakan metode panas lembab, alat
yang digunakan adalah Autoclve pada suhu 121⁰C selama 15
menit dengan tekanan 12 psi.
Grey Area (Ruang 3. CMC Na ditimbang sebanyak 1,500 gram didalam kaca arloji
penimbangan) steril, ditutup dengan alumunium foil atau kertas perkamen
diberi label nama dan jumlah bahan. . Lakukan sterilisasi
dengan menggunakan metode panas kering, alat yang
digunakan adalah oven pada suhu 160⁰C selama 1 jam
4. WFI diukur dengan menggunakan gelas ukur steril 10 ml,
diukur sebanyak 7,6 ml lalu dipindahkan ke cawan penguap
ditutup dengan menggunakan alumunium foil atau kertas
perkamen diberi lambel nama dan jumlah bahan. Lakukan
sterilisasi dengan menggunakan metode panas lembab, alat
yang digunakan adalah Autoclve pada suhu 121⁰C selama 15
menit dengan tekanan 12 psi.
5. Propilen glikol diambil sebanyak 50ml (untuk persediaan
pembawa) diukur dengan menggunakan gelas ukur steril 100
ml dan ditutup dengan menggunakan alumunium foil atau
kertas perkamen, Lakukan sterilisasi dengan menggunakan
metode panas lembab, alat yang digunakan adalah Autoclve
pada suhu 121⁰C selama 15 menit dengan tekanan 15 psi.
6. Setelah itu, bahan baku (zat aktif dan eksipien) yang telah di
sterilisasi dimasukkan ke White Area melalui transfer box.
1. Siapkan aqua pro injeksi
2. Bahan-bahan diambil dari pas box. Bagi meja kerja menjadi3
bagian yaitu ruang bersih, ruang kerja dan ruang kotor.
Bersihkan meja kerja dengan menggunakan etanol 70%.
3. Kembangkan CMC Na dengan menggunakan aqua pro injeksi
sebanyak 3 ml. Prosedur ini dilakukan di mortar dan stemper.
4. CMC Na yang telah mengembang ditambahkan Flumethasone
pivalate lalu digerus sampai homogen.
5. Benzalkonium klorida sebanyak 0,005 gram dilarutkan di
dalam 5 ml WFI dapar fosfat, aduk sampai homogen.
Pengerjaan dilakukan pada gelas kimia 50 ml. Masukkan ke
dalam gelas kimia utama. Lakukan pembilasan sebanyak 2
kali masing – masing dilakukan dengan 2 ml WFI dapar fosfat.
6. Setelah semua zat tambahan larut. Masukkan maisng-masing
larutan tersebut ke dalam mortar yang telah berisi CMC Na
dan bahan aktif kemudian gerus sampai homogen.
7. Masukkan campuran zat ke dalam gelas kimia yang telah
White Area Grade dikalibrasi 50 ml. mortar dan stemper dibilas dengan
A background B menggunakan propilen glikol sebanyak 2 ml lakukan
(Ruang pembilasan sebanyak 2 kali. Aduk sampai homogen.
Pencampuran) 8. Setelah zat aktif dan semua zat tambahan tercampur homogen.
Masukan campuran larutan ke dalam gelas ukur 100 ml steril
lalu digenapkan sampai 80% nya atau sejumlah 40 ml dengan
menggunakan propilen glikol. Masukkan kembali ke gelas
kimia utama, aduk sampai homogen.
9. Lakukan pengecekkan pH.
10. Sediaan digenapkan sampai 50 ml.
11. Siapkan buret steril dan lakukan pembilasan bagian dalam
buret dengan 3 ml Propilen glikol sebanyak 2 kali. Lakukan
pembilasan sampai semua bagian dalam buret terbasahi.
12. Ujung bagian atas buret ditutup dengan menggunakan
alumunium foil.
13. Sebelum dimasukkan ke dalam wadah OTT, jarum buret
dibersihkan dengan yang telah dibasahi alkohol 70%.
14. Isi setiap wadah OTT dengan larutan sebanyak 10,7 ml
15. Pasangkan tutup botol tetes mata.
16. Botol yang telah ditutup dibawa ke ruang evaluasi melalui
transfer box.
1. Setelah sterilisasi akhir, lakukan evaluasi sediaan.
Grey Area (Ruang
2. Sediaan diberi etiket dan brosur kemudian di kemas dalam
Evaluasi)
wadah sekunder.
X. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN

No Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Jumlah Hasil


Syarat
sampel pengamatan
Evaluasi Fisika
Warna
Warna
sediaan tidak
sediaan
berwarna dan
Mengamati penampilan tidak
1 wadah tidak berbau.
1. Organoleptik dari segi bau dan warna berwarna
OTT
secara makroskopik. dan tidak
Kesimpulan :
berbau.
Memenuhi
syarat.
Wadah kemasan akhir Tidak
diperiksa satu persatu ditemukan
dengan menyinari wadah pengotor Tidak
Uji kejernihan
dari samping dengan latar dalam larutan. ditemukan
dan warna
belakang hitam untuk 1 wadah pengotor
2. (Goeswin
menyelidiki pengotor OTT dalam
Agus, Larutan
berwarna putih dan latar Kesimpulan : larutan.
Parenteral 201)
belakang puith untuk Tidak
menyelidiki pengotor Memenuhi
berwarna hitam. syarat.
Menggunakan piknometer
bersih kering dan telah
dikalibrasi. Timbang
piknometer kosong dan
piknometer berisi air,
Penentuan
kurangkan pikometer 1 wadah Tidak Lebih dari 1
3. bobot jenis (FI
berisi air dengan OTT dilakukan g/ml
IV, hlm 1030)
piknometer kosong. Hasil
diperoleh dengan
membagi bobot zat
dengan bobot air dalam
piknometer.
Pengukuran pH cairan uji
dengan menggunakan pH
meter yang telah
dibakukan sebagaimana pH 7,58
mestinya yang mampu
Penetapan pH
mengukur harga pH 1 wadah
4. (FI IV, hlm pH 5 – 7,8
sampai 0,02 unit pH OTT Kesimpulan :
1039 – 1040)
menggunakan electrode memenuhi
indicator yang peka. syarat
Electrode kaca atay
electrode pembanding
yang sesuai.
Tuang perlahan – lahan Volume Volume
Uji volume 1 wadah
5. tiap wadah ke dalam gelas =10,20 ml rata-rata 10
terpindahkan OTT
ukur kering, diamkan wadah
(FI IV, hlm selama 30 menit ukur terletak pada
1089) volume tidap campuran. rentang 95 –
110%
Volume
tidak kurang
dari volume
Kesimpulan : yang tertera
Memenuhi pada etiket.
syarat
Viskositas
sediaan
sesuai
dengan
Penetapan spesifikasi
Tidak
6. viskositas dari Menggunakan viskometer - sediaan
dilakukan
aliran yang
dtargetkan
rentang
viskositas
15 – 25 cPs.
Untuk sediaan bening
tidak berwarna : wadah
taaran tunggal yang masih Tidak ada
panas setelah disterilkan, satupun Tidak ada
Uji kebocoran dimasukkan ke dalam wadah yang satupun
(Goeswin larutan metilen blue mengalami wadah yang
1 wadah
7. Agus, Larutan 0,01%. Jika ada wadah kebocoran mengalami
OTT
Parenteral 191 bocor maka larutan kebocoran
– 192) metilen blue akan masuk Kesimpulan :
ke dalam karena Memenuhi
perubahan tekanan di luar syarat
dan didalam wadah
tersebut.
Distribusi
ukuran
Menghitung frekuensi
partikel
ukuran partikel dengan
yang baik
Distribusi menggunakan mikroskop Tidak
8. - adalah yang
ukuran partikel dan membuat plot antara dilakukan
menghasilka
frekuensi ukuran terhadap
n kurva
rentang ukuran partikel.
distribusi
normal.
Homogenitas dapat Suspense
Menunjukan
ditentukan berdasarkan yang
susunan yang
jumlah partikel maupun homogen
homogen.
distribusi ukuran partikel 1 wadah akan
9. Homogenitas
nya dengan pengambilan OTT memperlihat
Kesimpulan :
sampel berbagai tempat kan jumlah
Memenuhi
dengan menggunakan atau
syarat
mikroskop untuk hasil distribusi
yang lebih akurat ukuran
homogenitas ditentukan partikel
secara visual. yang
relative
sama
dengan
berbagai
tempat
pengambila
n sampel.
Volume
Perbandingan antara
sedimentasi
volume akhir sedimen 1 wadah Tidak
10. (Disperse F=1
dengan volume awal OTT dilakukan
System vol II,
sebelum pengendapan.
299)
Kemampua
n redispersi
baik bila
100 ml suspense yang
silinder
Kemampuan telah tersedimentasi
bebas dari
redispersi dimasukka ke dalam Tidak
11. - sedimentasi
(Dysperse tabung silinder lalu dilakukan
atau
System II, 299) dinotasikan 360 pada 20
suspense
rpm.
telah
terdispersi
sempurna.
Evaluasi Kimia
1. Sprktrum
serapan
infra merah
dilarutan
dalam sel
Dengan membuat larutan menunjukka
Identifikasi (FI uji dan baku kemudian Tidak n hanya
-
V, hlm 193) larutan diberi perlakuan dilakukan pada
yang sama bilangan
gelombang
yang sama
seperti
Flumethaso
ne BPFI
2. Mengandun
g
Flumethaso
Penetapan Lakukan penetapan ne Pivalate
Tidak
Kadar (FI V, dengan cara kromatografi - tidak kurang
dilakukan
hlm 193) gas. dari 97%
dan tidak
lebih dari
103%.
Evaluasi Biologis
1. Menguji suatu bahan
dengan teknik inokulasi
langsung atau filtrasi
Uji sterilitas
langsung untuk melihat Tidak
(FI IV, hlm -
ada tidaknya pertumbuhan dilakukan
1512 – 1519)
mikroba, menggunakan
media tioglikonat cair dan
soybean casein digest.
2. Tidak lebih
Dilakukan menggunakan
dari 0,5 unit
Uji Endotoksin Limulus amebocyte lysate
Tidak Endotoksin
(FI IV, hlm (LAL). Teknik pengujian -
dilakukan FI per mg
1527 – 1532) menggunakan jendal gel
Prednisolon
dan fotometrik.
e Na Fosfat
3. Memenuhi
Pengukuran kenaikkan
syarat, jika
suhu hewan uji setelah
perlu
penyuntikkan larutan uji
diencerkan
Uji Pirogen secara IV dan ditunjukkan Tidak
dengan Air
volume sekali untuk sediaan yang dapat dilakukan
Untuk
penyuntikan > ditoleransi dengan uji - karena hanya
Injeksi
10 ml (FI IV, kelinci dengan dosis untuk injeksi
hingga
hlm 908-909) penyuntikkan tidak lebih volume besar.
kadar tidak
dari 10 ml/ kg bb dalam
lebih dari
jangka waktu tidak lebih
10%
dari 10 menit
C6H14O6

XI. PEMBAHASAN
Pada praktikum pembuatan sediaan dengan menggunakan bahan aktif
Flumethasone Pivalate. Flumethasone Pivalate merupakan salah satu obat yang
digunakan sebagai obat untuk pengobatan telinga bagian luar (otitis eksterna)
(Sweetman, 2009). Dilihat dari efek yang dihasilkan dari Flumethasone Pivalate,
maka Flumethasone Pivalate dapat dibuat tetes mata yang dapat mengobati
inflamasi ringan pada telinga bagian luar. Flumethasone Pivalate ini digunakan 2 –
3 tetes digunakan sebanyak 2 kali dalam 1 hari untuk 7 – 10 hari digunakan untuk
telinga (Corbet dkk, 2009).
Flumethasone Pivalate tidak larut larut dalam air, sehingga sediaan dibuat
suspense dengan penambahan bahan pensuspensi yaitu CMC Na sebanayk 3%.
CMC Na dipilih sebagai zat pensuspensi karena CMC Na merupakan derivate
selulosa yang memiliki efektivitas yang baik sebagai bahan pensuspensi
(Sweetman, 2009). Flumethasone pivalate hanya efektif bekerja atau hanya
memiliki efek pada telinga bagian luar saja sehingga sediaan obat tetes telinga tidak
diperlukan isotonis(Sweetman, 2009). Bahan pengisotonis NaCl juga tidak dapat
dipergunakan karena memiliki inkompatibilitas dengan CMC Na (Rowe, 2009).
pH stabilitas Flumethasone pivalate adalah 5 – 7,8 (The Art of
Coumponding, 257), maka rentang pH 2,8. Rentang pH dari Flumethasone pivalate
adalah 2, maka pada formula tidka ditambahkan bahan dapar. pH arget yang dibuat
untuk sediaan obat tetes telinga adalah 7 karena sediaan obat tetes telinga harus
berada pada suasana asam atau netral, pH ini yang akan menghendaki efek yang
terjadi pada jaringan telinga. Larutan basa umumnya tidak dikehendaki karena tidak
fisiologis dan mempermudah timbulnya radang. Apabila sediaan obat tetes telinga
yang memiliki kondisi asam lalu berubah menjadi basa, bakteri dan fungi dapat
tumbuh dengan baik. Kondisi ini pun tidak dikehendaki sehingga pada formula
ditambahkan pengawet yaitu Benzalkonium klorida sebanyak 0,01% untuk
mencegah timbulnya bakteri selama penyimpanan.
Sediaan obat tetes telinga Flumethasone pivalate dapat digunakan dosis
ganda (multi dose) sehingga pada saat setelah kemasan dibuka dapat terjadi
kontaminasi mikroba selama penyimpanan. Pada formulasi ditambahkan pengawet
yaitu Benzalkonium klorida dengan presentasi 0,01%. Benzalkonium klorida
dipilih sebagai pengawet untuk sediaan obat tetes mata karena Benzalkonium
klorida merupakan bahan yang aman digunakan dan stabil juga memberikan efek
sebagai pengawet pada pH tubuh (pH 7,4) (Rowe, 2009).
Sediaan obat tetestelinga Flumethasone Pivalate digunakan untuk
ditetskan pada telinga bagian luar yang sakit karena inflamasi, maka obat tetes mata
harus memiliki waktu kontak yang lama dengan bagian dalam telinga agar obat atau
bahan aktif dapat memiliki efek yang diinginkan dan pengobatan nya menjadi
efektif (Rowe, 2009). Pada formula ditambahkan CMC Na sebanyak 3% yang
digunakan sebagai peningkat viskositas agar sediaan obat tetes mata memiliki
waktu kontak yang lebih lama dengan bagian dalam telinga sehingga dapat
mengeluarkan efek yang diharapkan. Propilen glikol dpilih menjadi pembawa
sediaan obat tetes telinga karena propilen glikol memiliki kerja yang dapat melekat
dengan baik dengan jaringa dalam telinga sehingga memperlama waktu kontak
antara obat dengan jaringan telinga (Syamsuni, 2012)
Flumethasone pivalate merupakan bahan aktif yang tidak ditemukan
stabilitas panasnya diberbagai sumber dan literature seperti Martindale, USP, BP,
FI V, BNF. Maka pada prosedur pembuatan teknik sterilisasi yang digunakan
adalah teknik aseptik sehingga tidak terjadi kerusakan bahan aktif akibat
pemanasann.
Proses pembuatan obat tetes telinga Flumethasone pivalate harus
dikerjakan pada kondisi yang bebas mikroorganisme viabel untuk menghindari
bahaya infeksi atau keadaan ini disebut sebagai steril. Untuk mendapatkan sediaan
yang steril maka semua proses, alat dan bahan yang digunakan adalah steril. Alat-
alat harus disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakanm metode sterilisasi
yang sesuai. Untuk alat yang terbuat dari kaca maka metode sterilisasi yang sesuai
dan biasa digunakan adalah metode panas kering dengan menggunakan oven pada
suhu 170⁰C selama 1 jam, sedangkan untuk alat yang terbuat dari membrane berpori
dapat dilakukan sterilisasi dengan menggunakan metode panas lembab
menggunakan autoklaf pada suhu 121⁰C selama 15 menit. Bahan yang digunakan
pada formula harus dilakukan sterilisasi dengan metode sterilisasi yang sudah
tercantum dalam monografi masing-masing bahan. Ruangan tempat dilakukannya
proses pembuatan juga memiliki kelas yang dikelompokan berdasarkan kebersihan,
jumlah partikel dan mikroorganisme yang terdapat pada masing-masing kelas. Pada
saat proses sterilisasi alat dilakukan di ruang Grey Area, sedangkan White Area
(Grade A background B) digunakan untuk proses pencampuran sampai dengan
penutupan.
Pada saat proses pembuatan, dilakukan pengayakan semua bahan yang
akan dimasukkan ke dalam sediaan obat tetes telinga terlebih dahulu agar ukuran
partikel yang dihasilkan memiliki ukuran yang sama dan memperlambat waktu
sedimentasi. Pada prosedur pembuatan, filtrasi tidak dilakukan karena bahan aktif
tidak larut dalam air hanya terdispersi merata. Jika filtrasi dilakukan maka bahan
aktif yang tidak larut akan ikut tersaring.
Obat tetes telinga Flumethasone pivalate mengandung Flumethasone
pivalate yang tidak boleh kurang dari 97% dan tidak boleh lebih dari 103% (USP
30 – NF 25), maka pada formula dan proses pembuatan ditambahkan sebanyak 3%
untuk memenuhi Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah. Sediaan obat tetes mata
merupakan sediaan kental maka ditambahkan sebanyak 0,7 ml pada setiap wadah.
Pada saat pengisian ke dalam wadah OTT dilakukan dengan menggunakan buret,
maka untuk membilas buret dteril ditambahkan sebanyak 6 ml. Pada saat proses
pembuatan dapat terjadi kehilangan bahan, maka pada formula ditambahkan 10%
untuk mencegah terjadinya kehilangan bahan pada saat proses pembuatan.
Flumethasone pivalate merupakan bahan yang tidak tahan terhadap
paparan cahaya (Sweetman, 2009). Maka pada penyimpanan harus disimpan pada
suhu dibawah 25⁰C dan kondisi yang terlindung dari cahaya.
Hasil evaluasi yang didapatkan dari sediaan obat tetes telinga
Flumethasone pivalate adalah semua evaluasi memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan. Evaluasi yang telah dilakukan adalah uji kejernihan, penentuan bahan
partikulat, uji kebocoran wadah, penentuan pH , homogenitas, kemampuan
redispersi semua memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
XII. KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan obat tetes telinga Flumetasone pivalate
adalah
No. Nama Bahan Jumlah (%) Kegunaan
1. Flumethasone 0,01 Bahan Aktif
Pivalate
2. Benzalkonium 0,01 Pengawet
klorida
3. CMC Na 3 Bahan pensuspensi
4. Aqua pro injeksi 15 Bahan pengembang CMC Na
5. Propilen glikol Ad 100 Pembawa dan bahan pembasah

Jenis sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan obat tetes telinga


Flumethasone pivalate adalah dengan menggunakan teknik aseptik.
Dari evaluasi didapatkan bahwa sediaan obat tetes telinga Flumethasone
pivalate yang dibuat memenuhi syarat (berdasarkan hasil evaluasi).
XIII. DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. (2012). Sediaan Farmasi Steril. Bandung: Penerbit ITB.

Aulton, M.E., dan Taylor K.M.G., (2013), Aulton’s Pharmaceutics: The Design and
Manufacture of Medicines, Fourth Edition, Churcihill Livingstone Elsevier
British Pharmacopeia. (2009). Brtitsh Pharmacopeia. Volume I & 2. London:
Medianes and Health Care Product Regulatory Agency (MHRA).
Departemen Farmakologi dan Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.(2011).Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV,
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Farmakope Indonesia edisi V,
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Rowe, Raymond C. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th edition.
London: Pharmaceutal Press.
Sweetman, Sean. C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference 36th ed.
London: The Pharmaceutical Press.
Syamsuni. (2012). Ilmu Resep. Jakarta: EGC.

The United State Pharmacopeial Convention. (2007). The United States.


Pharmacopeia (USP) (30thed). United States
Trissel, Lawrence A. (2009). Handbook of Injectable Drug ed 15th. American
Societyof Health System Pharmacist
LAMPIRAN

Lampiran 1

Desain kemasan sekunder dan etiket sediaan obat tetes telinga Flumethasone
Pivalate.
Lampiran 2

Brosur Obat tetes telinga Flumethasone Pivalate

FLUMETHASONE
OBAT TETES TELINGA

Tiap ml mengandung:
Flumethasone Pivalate ................................................................. 0,01%

FARMAKOLOGI
Flumethasone pivalate termasuk golongan Kortikosteroid yang memiliki
efek sebagai antiinflamasi lokal yang memiliki masa kerja yang pendek
atau pengobatan hanya jangka pendek. Memiliki efek dan digunakan
untuk terapi telinga bagian luar.

INDIKASI
Efek antiinflamasi lokal untuk pengobatan jangka pendek telinga bagian
luar dan untuk terapi infeksi pada telinga bagian luar.

KONTRA INDIKASI
Diabetes militus, tukak peptikum, infeksi berat, hipertensi atau gangguan
system kardiovaskular lain yang patut diperhatikan.

EFEK SAMPING
Insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, myalgia arteria dan
malaise, gangguan cairan elektrolit, hiperglikemia, mudah mendapatkan
infeksi teritama tuberculosis.

DOSIS
Anak – anak umur 2 – 17 tahun :
Sehari 2 kali 2 – 3 tetes digunakan selama 7 – 10 hari pada telinga
bagian luar.
Dewasa :
Sehari 2 kali 2 – 3 tetes digunakan selama 7 – 10 hari pada telinga
bagian luar.

KEMASAN
Isi 1 wadah Obat tetes telinga @10 mL

PENYIMPANAN
Simpan pada suhu kamar ( <25O C), dalam wadah tertutup raoat dan
terlindung dari paparan cahaya matahari.

PERINGATAN
Obat Tetes telinga ini hanya boleh digunakan selama 1 bulan setelah obat
tetes mata dibuka.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Dibuat oleh:
PT PharmafivePharma
Bandung – Indonesia

You might also like