You are on page 1of 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PERAWATAN KANDUNGAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III


Mata Kuliah : Asuhan kebidanan III
Topik : Perawatan kandungan ibu hamil trimester III
Sasaran : Mahasiswa stikes kusuma husada tingkat 2
Tempat : Ruang kelas 3C kusuma husada kampus 2
Hari/ Tanggal :
Waktu : Pukul

I. Latar Belakang
Tindakan yang ditujukan untuk mencegah, menunda, mengurangi,
membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatanm dgn menerapkan
sebuah atau sejumlah intervensi yg telah dibuktikan efektif.
(Kleinbaum, et al., 1982; Last, 2001).
Adapun berbagai macam tindakan pencegahan yang dilakukan selama
ini adalah
1. Pencegahan Primer
2. Pencegahan sekunder, dan
3. Pencegahan Tersier.

Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid


memproduksi hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena
kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa perubahan
baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan
thyrotoxicosis (Bararah, 2009).
Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum
dari hipertiroid. Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis akibat penyakit
Graves. Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5
kasus per 1000 orang selama periode 20-tahun, dengan terjadinya
puncak pada orang berusia 20-40 tahun. Gondok multinodular (15-
20% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah defisiensi
yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima yodium
cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang dari kejadian di
wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan
penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011).
Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian
lebih kurang 10 per 100.000 wanita dibawah umur 40 tahun dan 19 per
100.000 wanita yang berusia di atas 60 tahun. Prevalensi kasus
hipertiroid di Amerika terdapat pada wanita sebesar (1 ,9%) dan pria
(0,9%). Di Eropa ditemukan bahwa prevalensi hipertiroid adalah
berkisar (1-2%). Di negara lnggris kasus hipertiroid terdapat pada 0.8
per 1000 wanita pertahun (Guyton, 1991 ).

II. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan, sasaran dapat menjelaskan Pencegahan
terhadap Hipertiroid secara menyeluruh.

III. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan :
a. Peserta dapat menjelaskan tentang Pengertian Penyakit
Hipertiroid.
b. Peserta dapat menjelaskan tentang Penyebab Penyakit
Hipertiroid.
c. Peserta dapat menjelaskan tentang Tanda dan Gejala Penyakit
Hipertiroid.
d. Peserta dapat menjelaskan tentang Pencegahan Penyakit
Hipertiroid.
e. Peserta dapat menjelaskan tentang Perawatan Diri bagi
Penderita Hipertiroid.

IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi

V. Media
1. Lcd
2. Laptop

VI. Setting Tempat

1 2Bawa
ng

Keterangan :
Moderator :
Notulen :
Narasumber :
Penyaji :
Operator :
Observer :
Fasilitator :
Peserta :

VII. Pengorganisasian
1. Ketua : Mareta Ovy Yu
Tugas : Penanggung Jawab Jalannya Penyuluhan
2. Moderator : Intan Sari
Tugas : Mengatur Jalannya Acara
3. Presentan : M. Arif Asrikan
Tugas : Menyampaikan Materi
4. Operator : Hanif Nur R
Tugas : Mengoperasikan Media
5. Narasumber : 1. Mila Rusita
2. Lola Ameria
Tugas : Menjawab pertanyaan
6. Notulen : Mayang Permata
Tugas : Menyampaikan Hasil Penyuluhan
7. Observer : Miftahul Cillia
Tugas : Memantau Jalannya Penyuluhan
8. Fasilitator : Listyan Marya Hanung
Tugas : Memfasilitasi Jalannya Penyuluhann
VIII. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Audiens Waktu Alat
1. Pendahuluan a. Menyampaikan salam a. Menjawab 3 menit
b. Menjelaskan tujuan salam.
b. Memperhatikan.
c. Memberikan
respon
2. Penyampaian a. Menjelaskan tentang a. Memperhatikan 20 LCD
materi Pengertian Penyakit penjelasan yang menit Laptop
Hipertiroid. diberikan.
b. Menjelaskan tentang b. Memperhatikan
Penyebab Penyakit penjelasan yang
Hipertiroid. diberikan.
c. Menjelaskan tentang c. Memperhatikan
Tanda dan Gejala penjelasan yang
Penyakit Hipertiroid. diberikan.
d. Menjelaskan tentang d. Memperhatikan
Pencegahan Penyakit penjelasan yang
Hipertiroid. diberikan.

3 Penutup a. Tanya jawab a. Menanyakan 3 menit


(Evaluasi). hasil yang
b. Menyimpulkan hasil belum jelas dan
materi. menjawab
c. Mengakhiri kegiatan pertanyaan.
b. Menjawab
salam penutup.
IX. Materi
Terlampir
X. Kriteria Evaluasi
A. Struktur
1. Mempersiapkan tempat penyuluhan
2. Mempersiapkan peserta yang akan mengikuti penyuluhan
3. Mempersiapkan media 2 hari sebelum penyuluhan
B. Proses
1. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai
2. Masing-masing mahasiwa berkeja sesuai dengan tugas
3. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
4. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar
5. Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat selama
penyuluhan
C. Hasil
1. Peserta dapat menjelaskan tentang Pengertian Penyakit
Hipertiroid.
2. Peserta dapat menjelaskan tentang Penyebab Penyakit
Hipertiroid.
3. Peserta dapat menjelaskan tentang Tanda dan Gejala Penyakit
Hipertiroid.
4. Peserta dapat menjelaskan tentang Pencegahan Penyakit
Hipertiroid.
MATERI

Pencegahan Secara Primer Sekunder Tersier


Terhadap Penyakit Hipertiroid
A. Pengertian
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid
memproduksi hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar
terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa perubahan baik secara
mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis
(Bararah, 2009).
Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid
memproduksi hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini
kadang-kadang disebut tirotoksikosis, istilah untuk hormon tiroid terlalu
banyak dalam darah. Sekitar 1 persen dari penduduk AS memiliki
hyperthyroidism. Perempuan lebih mungkin mengembangkan
hipertiroidisme daripada pria (Anonim, 2012).
Tirotoksikosis merupakan suatu kondisi dimana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks
fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan
hormon tiroid berlebihan (Rani., et.al., 2006).

B. Etiologi
Penyebab Hipertiroidisme adalah adanya Imuoglobulin perangsang
tiroid (Penyakit Grave), sekunder akibat kelebihan sekresi hipotalamus
atau hipofisis anterior, hipersekresi tumor tiroid. Penyebab tersering
hipertiroidisme adalah penyakit Grave, suatu penyakit autoimun, yakni
tubuh secara serampangan membentuk thyroid-stymulating
immunoglobulin (TSI), suatu antibodi yang sasarannya adalah reseptor
TSH di sel tiroid (Sherwood, 2002).
C. Klasifikasi
Hipertiroidisme dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon
tiroid yang berlebihan. Terdapat dua tipe hipertiroidisme spontan yang
paling sering dijumpai yaitu penyakit Graves dan goiter nodular toksik.
Pada penyakit Graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu
tiroidal dan ekstratiroidal, dan keduanya mungkin tak tampak. Ciri-ciri
tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid, dan hipertiroidisme
akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah,
gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit
lembab, berat badan menurun, sering disertai dengan nafsu makan yang
meningkat, palpitasi dan takikardi, diare, dan kelemahan serta atropi otot.
Manifestasi ekstratiroidal oftalmopati ditandai dengan mata melotot, fisura
palpebra melebar, kedipan berkurang, lig lag, dan kegagalan konvergensi.
Goiter nodular toksik, lebih sering ditemukan pada pasien lanjut usia
sebagai komplikasi goiter nodular kronik, manifestasinya lebih ringan dari
penyakit Graves (Schteingart, 2006).

D. Tanda dan Gejala Penyakit Hipertiroid


Gambaran klinik hipertiroidi dapat ringan dengan keluhan- keluhan
yang sulit dibedakan dari reaksi kecemasan,tetapi dapat berat sampai
mengancam jiwa penderita karena timbulnya hiperpireksia, gangguan
sirkulasi dan kolaps. Keluhan utama biasanya berupa salah satu dari
meningkatnya nervositas, berdebar-debar atau kelelahan. Dari penelitian
pada sekelompok penderita didapatkan 10 geiala yang menonjol yaitu
1. Nervositas
2. Kelelahan atau kelemahan otot-otot
3. Penurunan berat badan sedang nafsu makan baik
4. Diare atau sering buang air besar
5. Intoleransi terhadap udara panas
6. Keringat berlebihan
7. Perubahan pola menstruasi
8. Tremor
9. Berdebar-debar
10. Penonjolan mata dan leher
Gejala-gejala hipertiroidi ini dapat berlangsung dari beberapa hari
sampai beberapa tahun sebelum penderita berobat ke dokter, bahkan
sering seorang penderita tidak menyadari penyakitnya. Pada pemeriksaan
klinis didapatkan gambaran yang khas yaitu : seorang penderita tegang
disertai cara bicara dan tingkah laku yang cepat, tanda-tanda pada mata,
telapak tangan basah dan hangat, tremor, onchōlisis, vitiligo, pembesaran
leher, nadi yang cepat, aritmia, tekanan nadi yang tinggi dan
pemendekan waktu refleks Achilles. Atas dasar tanda-tanda klinis tersebut
sebenarnya suatu diagnosis klinis sudah dapat ditegakkan.

E. Pencegahan pada Penyakit Hipertiroid


I. PENCEGAHAN PRIMER
a. Obat antitiroid.
Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah thionamide,
yodium, lithium, perchlorat dan thiocyanat. Obat yang
sering dipakai dari golongan thionamide adalah
propylthiouracyl (PTU), 1 - methyl - 2 mercaptoimidazole
(methimazole, tapazole, MMI), carbimazole. Obat ini
bekerja menghambat sintesis hormon tetapi tidak
menghambat sekresinya, yaitu dengan menghambat
terbentuknya monoiodotyrosine (MIT) dan diiodotyrosine
(DIT), serta menghambat coupling diiodotyrosine
sehingga menjadi hormon yang aktif. PTU juga
menghambat perubahan T4 menjadi T3 di jaringan
tepi, serta harganya lebih murah sehingga pada saat ini
PTU dianggap sebagai obat pilihan.
b. Yodium.
Pemberian yodium akan menghambat sintesa hormon
secara akut tetapi dalam masa 3 minggu efeknya akan
menghilang karena adanya escape mechanism dari
kelenjar yang bersangkutan, sehingga meski sekresi
terhambat sintesa tetap ada. Akibatnya terjadi
penimbunan hormon dan pada saat yodium dihentikan
timbul sekresi berlebihan dan gejala hipertiroidi
menghebat.
c. Penyekat Beta (Beta Blocker).
Terjadinya keluhan dan gejala hipertiroidi diakibatkan oleh
adanya hipersensitivitas pada sistim simpatis.
Meningkatnya rangsangan sistem simpatis ini diduga
akibat meningkatnya kepekaan reseptor terhadap
katekolamin. Penggunaan obat-obatan golongan
simpatolitik diperkirakan akan menghambat pengaruh
hati.Reserpin, guanetidin dan penyekat beta
(propranolol) merupakan obat yang masih digunakan.
Berbeda dengan reserpin/guanetidin, propranolol lebih
efektif terutama dalam kasus-kasus yang berat. Biasanya
dalam 24 - 36 jam setelah pemberian akan tampak
penurunan gejala. Khasiat propranolol :
− penurunan denyut jantung permenit
− penurunan cardiac output
− perpanjangan waktu refleks Achilles
− pengurangan nervositas
− pengurangan produksi keringat
− pengurangan tremor

II. PENCEGAHAN SEKUNDER


a. Pembedahan
1. Radioaktif iodine.
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid
yang hiperaktif
2. Tiroidektomi.
Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar
tiroid yang membesar.

III. PENCEGAHAN TERSIER


a. Istirahat
Hal ini diperlukan agar hipermetabolisme pada penderita
tidak makin meningkat. Penderita dianjurkan tidak
melakukan pekerjaan yang melelahkan/mengganggu
pikiran balk di rmah atau di tempat bekerja. Dalam
keadaan berat dianjurkan bed rest total di Rumah Sakit.
b. Diet
Diet harus tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral.
Hal ini antara lain karena : terjadinya peningkatan
metabolisme, keseimbangan nitrogen yang negatif dan
keseimbangan kalsium yang negatif.
c. Obat penenang
Mengingat pada PG sering terjadi kegelisahan, maka
obat penenang dapat diberikan. Di samping itu perlu juga
pemberian psikoterapi.
DAFTAR PUSTAKA

Bararah, V.F., 2009. Waspadai Gejala Hipertiroid Pada Wanita.


www.healthdetik.com (Diakses tanggal 22 Februari 2014)
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah, Volume 2, (Edisi
8), EGC, Jakarta
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
Djokomoeljanto, R. 2009. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, Hipertiroidisme.
Dalam Aru, W.S., Bambang, S., Idrus, A., Marcellus, S.K., Siti, S. Editors.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing. Hal: 1993-
2008.
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan,
(Edisi III), EGC, Jakarta.
Gandhour, A., Reust, C. 2011. Hyperthyroidisme: A Stepwise Approach to
Management. The Journal of Family Practice Vol. 60, No. 07: 388-395
Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, EGC, Jakarta
Guyton, 1991. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi revisi.
Department of Physiologi and Biophysics. Mississippi.
Lee, S.L., Ananthankrisnan, S., Ziel, S.H., Talavera, S., Griffing, G.T., 2011.
Hyperthyroidism. http://emedicine.medscape.com (Diakses tanggal 23
Februari 2014).
Norman, J. 2010. Diagnosing Hyperthyroidism: Overactivity of the Thyroid
Gland. www.endocrineweb.com (Diakses tanggal 22 Februari 2014).
Paulev, P.E., 2011. Thyroid Hormones and Disorders. www.zuniv.net (Diakses
tanggal 24 Februari 2014)
Rani, A.A., Soegondo, S., Nasir, A.U.Z., Wijaya, I.P., Nafrialdi., Mansjoer, A
(Editors)., 2006. Paduan Pelayanan Medik dalam PAPDI. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal:16-19.
Schteingart, D.E. 2006. Gangguan Kelenjar Tiroid. Dalam Huriawati H., Natalia
S., Pita W., Dewi A.M (Editors). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Dalam. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Hal: 1225-36.
Sherwood, L. 2002. Human Physiology: From Cells to Systems. Penerbit buku
kedokteran: EGC
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENCEGAHAN PRIMER SEKUNDER TERSIER TERHADAP PENDERITA
HIPERTIROID

Disusun oleh :

1. Hanif Nur Rohmad (S.12 019) 6. Mareta Ovy Y (S.12 024)


2. Intan Sari (S.12 020) 7. Mayang Permata (S.12 025)
3. Listyan Marya H (S.12 021) 8. Miftahul Cillia (S.12 026)
4. Lola Ameria Devi (S.12 022) 9. Mila Rusita (S.12 027)
5. M. Arif Asrikan (S.12 023)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADASURAKARTA
2014

You might also like