FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2018 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Napza yang pada awal kemunculannya sebagai zat yang dapat meringankan dan meredakan rasa sakit berubah fungsi menjadi zat yang membahayakan dan penggunaan zat atau obat tanpa petunjuk tenaga kesehatan merupakan penyalahgunaan. Napza atau yang biasa dikenal di masyarakat dengan sebutan narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya (BNP, 2010). Narkoba adalah setiap zat yang apabila masuk ke dalam tubuh mahluk hidup akan menyebabkan perubahan baik secara fisik maupun psikologis WHO (1996). Sedangkan menurut BKKBN, narkoba adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis (BKKBN, 2008). Jumlah pengguna narkoba di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat dengan prevalensi penyalahgunaan narkoba dalam penelitian BNN dan Puslitkes UI serta berbagai universitas negeri terkemuka, pada 2005 terdapat 1,75 persen pengguna narkoba dari jumlah penduduk di Indonesia, 1,99 persen dari jumlah penduduk pada 2008. Tiga tahun kemudian, angka sudah mencapai 2,2 persen. Pada 2012, diproyeksikan angka sudah mencapai 2,8 persen atau setara dengan 5,8 juta penduduk (Susilo, 2012). Data di Pemprov. Jatim menyebutkan 65 persen pengguna narkoba pada tahun 2013 di Jawa Timur adalah kaum remaja. (Permata, 2013). Berdasarkan data Narkoba Polda Jatim pada 2011, telah berhasil diungkap 2.793 kasus. Jumlah ini meningkat 31,19 % dibanding tahun sebelumnya, yaitu 2.129 kasus. Jalur peredaran yang paling subur terletak di Kota Malang dan Surabaya (Kurniawan, 2012). Berdasarkan catatan Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, jumlah pengguna Napza di kalangan remaja dalam tiga tahun terakhir terus naik. Tercatat di kalangan SMA, pada tahun 2011 tercatat penyalahgunaan narkoba sebanyak 3.187 orang, tahun berikutnya menjadi 3.410 orang. Adapun kasus baru tahun 2013 tercatat 519 orang (Rostanti, 2012). Dari data di atas, dapat disimpulkan sebagian besar (lebih dari 50%) kasus dari para penyalahguna narkoba tersebut adalah anak-anak usia 16 – 29 tahun (BNN, 2009). Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA khususnya upaya terapi dan rehabilitasi sering tidak disadari, kecuali mereka yang berminat pada penanggulangan NAPZA. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya peran serta tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat yang di rawat di rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat. Untuk itu dirasakan perlu perawat meningkatkan kemampuan merawat klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu asuhan keperawatan klien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA (sindrom putus zat). B. Tujuan 1. Mengetahui konsep dasar Remaja? 2. Mengetahui konsep dasar NAPZA? 3. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Remaja dengan perilaku NAPZA? BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Remaja 1. Pengertian Remaja Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10–14 tahun), masa remaja pertengahan (14–17 tahun) dan masa remaja akhir (17–19 tahun), Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis psikologis maupun sosial. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial) (Depkes RI, 2009). Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan pubertas. Namun demikian, menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens (dalam bahasa Inggris; adolescence) (Tartowo, 2010). 2. Tahap-Tahap Perkembangan Remaja a. Fase Pueral (Fase Awal) Fase-fase pada remaja dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu : 1) Fase Pueral (Fase Awal) Pueral, berasal dari kata puer artinya anak laki-laki. Memang dalam hal ini mulai terjadi hal yang baru, dalam pergaulan anak, yaitu anak laki-laki mulai memisahkan diri dari anak perempuan. Anak laki-laki memandang anak perempuan sebagai menjijikkan dan anak perempuan memandang anak laki-laki sebagai tukang membual. Ciri-ciri pada fase ini dapat diuraikan sebagai berikut : a) Mereka tidak mau lagi disebut anak. b) Mereka mulai memisahkan diri dari orangtuanya. c) Mereka membentuk kelompok-kelompok untuk bersaing, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. d) Mereka memiliki sifat mendewasakan tokoh-tokoh yang dipandang memiliki kelebihan. e) Mereka itu adalah pemberani, yang kadang-kadang kurang perhitungan dan agak melupakan tata susila. b. Fase Negatif (Fase Pertengahan) Pada fase ini anak lebih banyak bersikap negatif, atau sikap menolak. Sikap ini hanya berlaku beberapa bulan saja. Tetapi Karl Buhlar berpendapat bahwa berlangsung lama, dengan alasan bahwa cirinya-cirinya masih tampak juga pada masa-masa berikutnya. 1) Terhadap segala sesuatu, si anak bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak setuju, dan sebagainya. 2) Anak sering murung, sedih tetapi dia sendiri tidak mengerti apa sebabnya. 3) Sering melamun tak menentu, dan kadang berputus asa. c. Fase Puber (Fase Remaja Akhir) Puber atau remaja, masa inilah yang berlangsung paling lama di antara kedua fase yang lain. Dan merupakan inti dari seluruh Masa Pemuda. Karena itu Masa Pemuda, sering juga disebut Masa Remaja. Bagi anak putri, disebut Gadis Remaja dan bagi anak putra disebut Bujang Remaja atau Remaja saja. Ciri-ciri pada fase ini pun didasarkan atas adanya pertumbuhan alat-alat kelamin, baik yang tampak diluar maupun yang tampak di luar maupun yang ada di dalam tubuhnya B. Konsep Dasar NAPZA 1. Pengertian Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam narkoba adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (BNN, 2008). NAPZA adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya. Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berhaya. Selain “Narkoba”, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah NAPZA yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (Suryoprajogo, 2009). Narkoba pada dasarnya merupakan obat-obatan yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan (Maryanti, 2009). 2. Penggolongan NAPZA a. Narkotika Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari 3 golongan : 1) Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja. 2) Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin. 3) Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein. b. Psikotropika Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan : 1) Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi. 2) Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine. 3) Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital. 4) Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ). c. Zat Adiktif lainnya Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi : 1) Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. 2) Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin. 3) Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat. 4) Dalam upaya penanggulangan NARKOBA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NARKOBA lain yang berbahaya. 3. Efek Pemakaian NAPZA Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat digolongkan menjadi 3 golongan : a. Golongan Depresan (Downer), adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak sadarkan diri, contohnya: Opioda (Morfin, Heroin, Codein), sedative (penenang), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas ). b. Golongan Stimulan (Upper), adalah jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan bersemangat, contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain. c. Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat terganggu, contoh: Kanabis atau ganja. 4. Penyalahgunaan NAPZA a. Opioda Opioda dibagi atas 3 golongan besar, yaitu : 1) Opioda alamiah : Morfin, Opium, Codein. 2) Opioda semisintetik : Heroin / putauw, Hidromorfin. 3) Opioda sintetik : Metadon. Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak murni berwarna putih keabuan. Dihasilkan dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin dengan proses tertentu dihasilkan putauw, yang kekuatannya 10 kali melebihi morfin. Sedangkan opioda sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Morfin, Codein, Methadon adalah zat yang digunakan oleh dokter sebagai penghilang sakit yang sangat kuat, misalnya pada opreasi, penderita cancer. Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan perasaan ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan kehilangan percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Pemakai akan membentuk dunianya sendiri, mereka merasa bahwa lingkungannya menjadi musuh. b. Kokain Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larut. 1) Nama jalanan : koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow / salju. 2) Cara pemakainnya : membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot seperti sedotan atau dengan cara dibakar bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. 3) Efek pemakain kokain : pemakai akan merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah percaya diri, dan dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah. c. Kanabis 1) Nama jalanan : cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass, bhang. 2) Berasal dari tanaman kanabis sativa atau kanabis indica. 3) Cara penggunaan : dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. 4) Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, pemakai cenderung merasa lebih santai, rasa gembira berlebihan ( euphoria ), sering berfantasi / menghayal, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi, sensitive, kering pada mulut dan tenggorokan. d. Amphetamine 1) Nama jalanan : seed, meth, crystal, whiz. 2) Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan dan juga tablet. 3) Cara penggunaan : dengan cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air. e. LSD (Lysergic Acid) Termasuk dalam golongan halusinogen. 1) Nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas. 2) Bentuk : biasa didapatkan dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil dan kapsul. 3) Cara penggunaan: meletakan LSD pada permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30 – 60 menit kemudian, menghilang setelah 8 – 12 jam. 4) Efek rasa : terjadi halusinasi tempat, warna, dan waktu sehingga timbul obsesi yang sangat indah dan bahkan menyeramkan dan lama – lama menjadikan penggunaanya paranoid. f. Sedatif-Hipnotik (Benzodiazepin) Termasuk golongan zat sedative ( obat penenang ) dan hipnotika ( obat tidur ). 1) Nama jalanan : Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp. 2) Cara pemakaian : dengan diminum, disuntikan, atau dimasukan lewat anus. Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien yang mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai obat tidur. g. Solvent/Inhalasi Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya : Aerosol, Lem, Isi korek api gas, Tiner, Cairan untuk dry cleaning, Uap bensin. Biasanya digunakan dengan cara coba – coba oleh anak di bawah umur, pada golongan yang kurang mampu. Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala berputar, halusinasi ringan, mual, muntah gangguan fungsi paru, jantung dan hati. h. Alkohol Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi – umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15 %, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100%. 1) Nama jalanan : booze, drink. 2) Efek yang ditimbulkan : euphoria, bahkan penurunan kesadaran 5. Pengertian Penyalahgunaan dan Ketergantungan Penyalahgunaan adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis NARKOBA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial. Ketergatungan adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NARKOBA yang makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus obat (withdrawal symptom). (BNN,2005). a. Penyebab Penyalahgunaan NAPZA pada Remaja Penyebab penyalahgunaan NAPZA pada remaja khususnya pada remaja pertengahan sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor : 1) Cenderung memberontak 2) Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas. 3) Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada 4) Kurang percaya diri 5) Mudah kecewa, agresif dan destruktif 6) Murung, pemalu, pendiam 7) Merasa bosan dan jenuh 8) Keinginan untuk bersenang – senang yang berlebihan 9) Keinginan untuk mencoba yang sedang mode 10) Identitas diri kabur 11) Kemampuan komunikasi yang rendah 12) Putus sekolah 13) Kurang menghayati iman dan kepercayaan. b. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat. 1) Komunikasi orang tua dan anak kurang baik 2) Hubungan kurang harmonis 3) Orang tua yang bercerai, kawin lagi 4) Orang tua terlampau sibuk, acuh 5) Orang tua otoriter 6) Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya 7) Kurangnya kehidupan beragama. 8) Sekolah yang kurang disiplin 9) Sekolah terletak dekat tempat hiburan 10) Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif 11) Adanya murid pengguna NARKOBA. 12) Berteman dengan penyalahguna 13) Tekanan atau ancaman dari teman. 14) Lingkungan Masyarakat / Sosial : 15) Lemahnya penegak hukum. 16) Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
Faktor – faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat
seseorang kelak menjadi penyalahguna Narkoba. Akan tetapi makin banyak faktor – faktor diatas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna Narkoba. 6. Dampak Penyalahgunaan NAPZA pada Remaja Dampak penyalahgunaan NAPZA berupa gangguan fisk, gangguan mental, emosional dan memburuknya kehidupan sosial. a. Gangguan Fisik 1) Opioda Kemandulan, gangguan haid, impotensi dan sulit buang air besar berkepanjangan. 2) Alkohol Gastritis, pendarahan lambung, perlemakan hati, pengerasan hati, gangguan metabolisme lemak, kerusakan jaringan otak, demedia atau pikun, gangguan kelainan jantung dan cacat pada janin. 3) Ganja Bronkhitis, penurunan imunitas seluler sehinga mudah teserang penyakit infeksi, gangguan aliran darah, jantung, gangguan daya fikir, penyusutan jaringan otak dan kemandulan. 4) Kokain Anemia, kurang gizi, kehilangan berat badan karena tidak nafsu makan, ulserasi dan pperforasi septum hidung dan aritmia jantung. 5) Amfetamin Sama dengan kokain. 6) Inhalansia Racun terhadap hati, otak, sumsum tulang, ginjal dan otot jantung. 7) Kafein Tukak Lambung, jantung berdebar dan tekanan darah tinggi. 8) Nikotin Kelainan fungsi paru-paru sampai kangker paru ( Contoh kangker paru: Bronkhitis, bronkhiektasis) 9) Halusinogen Kerusakan otak, kerusakan kromoson dan menimbulkan cacat pada bayi. b. Gangguan Mental NAPZA dapat menyeabkan gangguan mental, emosional misalnya pada pemakaian ganja jangka panjang menyebabkan gangguan membaca, berbahasa, berhitung serta menghambat keterampilan sosial. Dapat timbul sindrom amotivasional yaitu bersikapacuh tak acuh terhadap sekeliling. c. Memburuknya Kehidupan Sosial Pemakaian yang kronis menyababkan prestasi sekolah atau kerja mundur bahkan berhenti ssekolah atau kerja (menjadi pengangguran), Hubungan dengan keluarga menjadi buruk, mulai menjual barang, mulai berbohong, mencuri, tindak kriminal, dll. Disamping itu efek obat utu sendiri yang menyingkirkan rasa malu membuat pengguna tidak bisa lagi mempertimbangkan tata nilai etika dan moral. 7. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba a. Pencegahan Primer Mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan Narkoba dan melakukan intervensi. Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai resiko tinggi untuk menyalahgunakan Narkoba, setelah itu melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak menggunakan Narkoba. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik. b. Pencegahan Sekunder Mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan Narkoba. c. Pencegahan Tersier Merehabilitasi penyalahgunaan Narkoba 1) Mengasuh anak dengan cara: 2) Penuh kasih sayang 3) Penanaman disiplin yang baik 4) Ajarkan membedakan yang baik dan buruk 5) Mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab 6) Mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik atau mencapai prestasi tertentu. 7) Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat. Hal ini membuat anak rindu untuk pulang ke rumah. 8) Meluangkan waktu untuk kebersamaan. 9) Orang tua menjadi contoh yang baik. 10) Orang tua yang merokok akan menjadi contoh yang tidak baik bagi anak. 11) Kembangkan komunikasi yang baik 12) Komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur, mendengarkan dan menghormati pendapat anak. 13) Memperkuat kehidupan beragama. 14) Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari. 15) Orang tua memahami masalah penyalahgunaan Narkoba agar dapat berdiskusi dengan anak 16) Upaya terhadap siswa : 17) Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan akibat penyalahgunaan Narkoba. 18) Melibatkan siswa dalam perencanaan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan Narkoba di sekolah. 19) Membentuk citra diri yang positif dan mengembangkan ketrampilan yang positif untuk tetap menghidari dari pemakaian Narkoba dan merokok. 20) Menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa (ekstrakurikuler). 21) Meningkatkan kegiatan bimbingan konseling.Membantu siswa yang telah menyalahgunakan Narkoba untuk bisa menghentikannya. 22) Penerapan kehidupan beragama dalam kegiatan sehari – hari. 23) Razia dengan cara sidak 24) Melarang orang yang tidak berkepentingan untuk masuk lingkungan sekolah. 25) Melarang siswa ke luar sekolah pada jam pelajaran tanpa ijin guru 26) Membina kerjasama yang baik dengan berbagai pihak. 27) Meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai dengan pulang sekolah. 28) Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat dengan membina huibungan yang harmonis antara pendidik dan anak didik. 29) Mengupayakan kehadiran guru secara teratur di sekolah 30) Sikap keteladanan guru amat penting 31) Meningkatkan pengawasan anak sejak masuk sampai pulang sekolah. 32) Menumbuhkan perasaan kebersamaan di daerah tempat tinggal, sehingga masalah yang terjadi di lingkungan dapat diselesaikan secara bersama- sama. 33) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyalahguanaan NARKOBA sehingga masyarakat dapat menyadarinya. 34) Memberikan penyuluhan tentang hukum yang berkaitan dengan NARKOBA. 35) Melibatkan semua unsur dalam masyarakat dalam melaksanakan pencegahan dan penanggulangan penyalahguanaan Narkoba. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMAJA DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN NAPZA A. Pengkajian Pengkajian adanya streesor (Bio – psiko – sosial – spiritual dan kultural) yang menembus garis pertahanan komunitas merupakan langkah pertama yang dilakukan perawat. Garis pertahanan fleksibel disebut juga Buffer Zone, garis ini sangat dinamis terhadap stresor, stimulus dapat menembus garis pertahanan ini sampai meyentuh garis pertahanan normal walaupun sementara (Jangka pendek). Komunitas tidak merasakan adanya stimulus atau stressor atau komunitas dalam keadaan sehat. Walaupun komunitas tidak merasakan ada masalah. Stresor dapat berupa adanya warga baru dalam komunitas, warga baru dari budaya berbeda berisiko mempengaruhi komunitas. Pembangunan pusat hiburan didekat komunitas merupakan ancaman bagi generasi muda, karena sering digunakan tempat transaksi NAPZA. Garis pertahanan normal menunjukan komunitas tetap dalam keadaan sehat. Karakteristik komunitas dengan garis pertahanan normal yang baik ditunjukan oleh rendahnya pengguna NAPZA, kekerasan pada remaja kurang, ekonomi menengah, umumnya remaja sekolah dan bagi yang tidak sekolah sudah bekerja tetap, remaja dengan kemampuan koping yang adaptif dan cendrung membuat pemecahan masalah jangka panjang. streesor bisa saja berada digaris pertahanan normal ini . Stresor bisa saja mulai mengancam komunitas, akan tetapi komunitas belum merasakannya, misal sebagian kecil masyarakat mulai terpapar dengan rokok, minuman keras. Tidak ada sarana olah raga, kegiatan ekstrakurikuler tidak ada, kegiatan keagamaan dan organisasi kepemudaan tidak jalan, warung menjual rokok, minuman keras secara bebas. Kondisi ini menunjukan ada ancaman terhadap komunitas. Pengkajian terhadap koping dan strategi pemecahan masalah pada remaja sangat penting dalam memperkuat garis pertahanan normal ini. Garis pertahanan resisten merupakan garis pertahanan yang terbentuk dari mekanisme internal dalam melawan streesor. Mekanisme internal komunitas dalam memperkuat garis pertahanan resisten dapat berupa membuka klinik untuk diagnosa dan pengobatan penyakit, mengadakan program rekreasional untuk generasi muda. Adanya remaja yang pengguna NAPZA dan dalam tahap penyembuhan dan rehabilitasi. Kekuatan streesor berpotensi untuk tidak menyeimbangkan system. kemampuan menghadapi ancaman tergantung dukungan 8 elemen (Sub. Sistem) dan kemampuan core (Komunitas) menghadapinya. Stressor yang menyerang komunitas dapat berupa streesor biologis, psikologis, social , spriritual dan kultural. Pengkajian komunitas meliputi core , 8 elemen susb. system dan sejauh mana streesor dapat menembus ketiga garis pertahanan yang ada. Berikut dijelaskan pengkajian komunitas dengan model “Community as Partner” pada remaja dengan risiko penyalahgunaan NAPZA : 1. Inti Komunitas (Core) Pengkajian meliputi sejarah komunitas (lama tinggal, adakah perubahan area komunitas). Demografi (penduduk terbanyak, jumlah remaja, apakah remaja banyak tinggal sendirian atau berkelompok / kos / asrama, apakah type keluarga, apakah angka perceraian tinggi ?). Etnis, dapat dilihat dari berbagai indikator (Restoran etnis apa yang banyak di komunitas, festival etnis tertentu, adakah perbedaan budaya yang menyolok), apakah etnis remaja tertentu suka kumpul-kumpul sambil minum alkohol? . Nilai / kepercayaan seperti tempat ibadah, persentase pemeluk agama tertentu, apakah homogen, adakah konflik agama. Remaja juga memanfaatkan fasilitas agama tersebut? Perbedaan budaya, agama, keyakinan dapat menjadi streesor bagi komunitas (Streesor internal). 2. Sub. Sistem (8 elemen) a. Lingkungan fisik Apakah remaja tinggal didaerah yang padat, apakah banyak warung yang menjual rokok dan minuman keras?, apakah tersedia sarana olah raga, adakah tempat ibadah. b. Kesehatan dan pelayanan sosial, meliputi Data remaja yang ketergantungan obat, HIV / AIDS, hepatitis, remaja yang gangguan mental, adakah fasilitas kesehatan yang khusus melayani remaja seperti rumah sakit ketergantungan obat, Puskesmas yang peduli kesehatan remaja (Konseling remaja), praktik swasta kesehatan remaja, agency home care, pelayanan emergensi, rumah rawatan, pelayanan social seperti rehabilitasi pengguna obat-oabatan, klinik kesehatan mental. Apakah adanya didalam komunitas atau diluar komunitas, jam pelayanan dan keterjangkauan harga. c. Ekonomi Apakah keluarga remaja termasuk golongan ekonomi menengah keatas atau keluarga miskin, remaja tinggal dikawasan industri, pekerjaan remaja yang putus sekolah, jumlah remaja yang menganggur , jenis pekerjaan remaja, kebiasaan remaja mengikuti trend dan perkembangan dunia. d. Transportasi dan keamanan Bagaimana remaja berpergian, jenis angkutan pribadi dan publik yang digunakan remaja , tempat jalan kaki bagi anak sekolah, apakah remaja nyaman dengan transportasi yang ada. Adakah pelayanan perlindungan bagi remaja (polisi), jenis kenakalan remaja yang ada, apakah remaja merasa aman berada dikomunitas termasuk disekolah dan lingkungan kerjannya, apakah sering terjadi tawuran ? apakah sering penangkapan pengguna dan penegdar NAPZA ?. e. Politik dan pemerintahan Bagaimana keterlibatan remaja dalam politik lokal, adakah organisasi keremajaan dikomunitas dan apakah organisasi tersebut berperan dalam mengambil kebijakan tentang kesehatan remaja?, apakah pemerintahan lokal mendukung kegiatan remaja?. f. Komunikasi Adakah tempat remaja berkumpul untuk bertukar informasi ?, apakah remaja memanfaatkan fasilitas Koran, TV/ Radio, bentuk komunikasi formal dan informal yang ada, dari siapa remaja memperoleh informasi tentang NAPZA ?, apakah informasi yang diterima benar?. Apakah tokoh masyarakat mendengarkan pendapat remaja ?. g. Pendidikan Perlu dikaji adakah sekolah bagi remaja dikomunitas, bagaimana kondisinya, ada perpustakaan ?, reputasi sekolah, apa isu utama pendidikan dikomunitas, angka drop out siswa, adakah kegiatan ekstrakurikuler, pelayanan kesehatan disekolah dan program perawatan kesehatan sekolah di dikomunitas ?. h. Rekreasi Dimana remaja biasa bermain ?, tempat rekreasi utama, siapa yang banyak menggunakannya, fasilitas apa yang ada dilokasi rekreasi ?. 3. Persepsi terhadap adanya ancaman (stressor) Perlu dikaji bagaimana persepsi remaja terhadap kondisi komunitas itu sendiri, apakah remaja merasa ada masalah, merasa ada ancaman, masalah apa yang dirasakan. Tanyakan pada beberapa warga untuk mendapatkan gambaran umum kondisi remaja dan persepsi remaja adanya ancaman / stimulus baik dari dalam maupun luar komunitas. termasuk apakah itu stressor biologis (HIV /AIDS, ketergantungan zat, hepatitis), psikologis (gangguan mental, koping yang mal adaptif), sosial (kesenjangan ekonomi, pengangguran, banyak pusat hiburan) spiritual (Minat terhadap kegiatan keagamaan sangat kurang, kepeduliah tokoh agama kurang) dan kultural (Budaya tertentu yang membolehkan minum alkohol / mabuk-mabukan). Persepsi remaja perlu dibandingkan dengan persepsi perawat, perawat perlu membuat pernyataan umum tentang kondisi remaja, apakah ada ancaman pada remaja di komunitas ?, apakah ancaman itu sudah berada pada garis pertahanan normal, garis pertahanan resisten atau masih disekitar garis pertahanan fleksibel. Perawat perlu mengkaji apakah jenis streesor yang ada dalam komunitas. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosis keperawatan komunitas merupakan pernyataan kondisi kesehatan komunitas baik aktual, adanya ancaman kesehatan (Risiko) dan adanya kemungkinan kearah perbaikan (Potensial). Diagnosa keperawatan komunitas yang mungkin muncul pada remaja dengan risiko penyalahgunaan NAPZA antara lain : 1. Risiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada remaja berhubungan kurang kondusifnya lingkungan remaja (Keluarga, masyarakat, teman sebaya , sekolah dan kerja). 2. Kurang efektifnya koping remaja berhubungan dengan pengetahuan dan sikap yang salah terhadap NAPZA. 3. Kurang efektifnya komunikasi remaja dengan orang tua berhubungan pengetahuan orang tua yang masih rendah terhadap tumbuh-kembang dan perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja. 4. Risiko peningkatan perilaku kekerasan pada remaja berhubungan dengan peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada remaja. 5. Risiko terjadinya penularan HIV / AIDS pada remaja berhubungan peningkatan penggunaan jarum suntik secara bersama pada pengguna NAPZA. C. Perencanaan dan Implementasi Intervensi keperawatan difokuskan kepada pencegahan primer, sekunder dan tertier. Jika streesor memasuki garis pertahanan fkexibel, maka perawat melakukan prevensi primer, jika streesor masuk kegaris pertahanan normal, maka intervensi keperawatan terfokus kepada pencegahan sekunder dan jika stressor sudah memasuki garis pertahanan resisten maka perawat melakukan prenvesi tertier. Tujuan prevensi primer mengurangi insiden penyalahgunaan NAPZA dalam populasi dengan mengurangi faktor risiko serta memperkuat komunitas (Remaja) menghadapi risiko tersebut. Peran perawat sebagai pendidik lebih menonjol dalam prevensi primer ini. Upaya prevensi sekunder melalui deteksi dini penyalahgunaan NAPZA pada remaja. Peran perawat yang menonjol adalah penemu kasus dan pemberi pelayanan. Perawat aktif menemukan kasus penyalahgunaan NAPZA dan melakukan upaya pelayanan dalam mengurangi perilaku tersebut. Upaya prevensi tertier, diarahkan untuk mengurangi dampak atau akibat ketergantungan pada NAPZA. Upaya rehabilitasi lebih menjadi fokus pencegahan tertier. Peran perawat utama pada fase ini adalah sebagai advocator agar klien mendapat perlindungan dan mendapat pelayanan yang sesuai serta memadai, pemberi pelayanan (Provider) untuk memaksimalkan fungsi yang masih mampu dilakukan klien. Diharapkan remaja dapat beradaptasi kembali dengan lingkungan dan perawat beserta sosial support lainnya (orang tua, teman, tokoh masyarakat dan guru) tetap memantau perilaku remaja agar tidak kembali mencoba menggunakan NAPZA (McMurray, 2003; Anderson & McFarlane, 2000). Masyarakat dituntut menciptakan lingkungan yang mendukung untuk kesehatan remaja. Jika ditemui adanya kondisi yang sangat mendukung terjadinya penyalahgunaan NAPZA seperti bebasnya pusat hiburan mengedarkan NAPZA maka perlu kebijakan oleh pemerintah setempat. Pendekatan promotif dan preventif ini perlu dengan menggunakan pendekatan sistem, karena jika berjalan sendiri-sendiri hasilnya tidak akan memuaskan. Implementasi dilakukan bersama masyarakat, dengan mengacu kepada perencanaan yang telah disusun bersama masyarakat. Perlu upaya peningkatan harga diri remaja, komunikasi yang efektif dalam keluarga, latihan mengatakan tidak pada NAPZA. Serta berbagai implementasi lainnya. D. Evaluasi Evaluasi pada keperawatan komunitas dilakukan secara terus- menerus. Perubahan perilaku komunitas tidak dapat dilihat dalam jangka waktu singkat, akan tetapi tahapan perubahan perilaku dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, psikomotor dan sikap. Minimal dibutuhkan waktu 12 minggu untuk merubah perilaku masyarakat. Perubahan yang lebih besar membutuhkan waktu 6 bulan, satu tahun bahkan lebih. Evaluasi dilakukan bersama-sama masyarakat. Apakah terjadi penurunan pengguna NAPZA ?, apakah kekerasan masih sering terjadi dan bagaimana insiden AIDS / HIV dalam komunitas remaja. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik. Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA kepada Masyarakat terutama Remaja. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya peran serta tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat yang di rawat di rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat. Untuk itu dirasakan perlu perawat meningkatkan kemampuan merawat klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu asuhan keperawatan klien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA (sindrom putus zat). B. Saran Kita sebagai sesama manusia harapanya adalah bisa saling menjaga satu sama lain, apalagi terhadap hal-hal yang bersifat merugikan diri sendiri maupun orang lain, Harapannya agar kita semua bisa menghindari hal-hal yang mengandung mudharat seperti NAPZA ini. Terutama melakukan perlindungan dan pengawasan bersama terhadap penyalahgunaan NAPZA, karena dengan saling menjaga antara satu sama lain, diharapkan dapat mengurangi dan menghilangkan penyalahgunaan NAPZA.