You are on page 1of 26

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN

REMAJA DENGAN PERILAKU NAPZA

Disusun oleh:
JUNIAR ICHSAN
201510201171

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Napza yang pada awal kemunculannya sebagai zat yang dapat
meringankan dan meredakan rasa sakit berubah fungsi menjadi zat yang
membahayakan dan penggunaan zat atau obat tanpa petunjuk tenaga
kesehatan merupakan penyalahgunaan. Napza atau yang biasa dikenal di
masyarakat dengan sebutan narkoba merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat adiktif lainnya (BNP, 2010). Narkoba adalah setiap
zat yang apabila masuk ke dalam tubuh mahluk hidup akan menyebabkan
perubahan baik secara fisik maupun psikologis WHO (1996). Sedangkan
menurut BKKBN, narkoba adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam
tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan,
dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku
seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan
psikologis (BKKBN, 2008).
Jumlah pengguna narkoba di Indonesia setiap tahunnya selalu
meningkat dengan prevalensi penyalahgunaan narkoba dalam penelitian
BNN dan Puslitkes UI serta berbagai universitas negeri terkemuka, pada
2005 terdapat 1,75 persen pengguna narkoba dari jumlah penduduk di
Indonesia, 1,99 persen dari jumlah penduduk pada 2008. Tiga tahun
kemudian, angka sudah mencapai 2,2 persen. Pada 2012, diproyeksikan
angka sudah mencapai 2,8 persen atau setara dengan 5,8 juta penduduk
(Susilo, 2012). Data di Pemprov. Jatim menyebutkan 65 persen pengguna
narkoba pada tahun 2013 di Jawa Timur adalah kaum remaja. (Permata,
2013). Berdasarkan data Narkoba Polda Jatim pada 2011, telah berhasil
diungkap 2.793 kasus. Jumlah ini meningkat 31,19 % dibanding tahun
sebelumnya, yaitu 2.129 kasus. Jalur peredaran yang paling subur terletak
di Kota Malang dan Surabaya (Kurniawan, 2012).
Berdasarkan catatan Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya,
jumlah pengguna Napza di kalangan remaja dalam tiga tahun terakhir terus
naik. Tercatat di kalangan SMA, pada tahun 2011 tercatat penyalahgunaan
narkoba sebanyak 3.187 orang, tahun berikutnya menjadi 3.410 orang.
Adapun kasus baru tahun 2013 tercatat 519 orang (Rostanti, 2012). Dari
data di atas, dapat disimpulkan sebagian besar (lebih dari 50%) kasus dari
para penyalahguna narkoba tersebut adalah anak-anak usia 16 – 29 tahun
(BNN, 2009).
Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA khususnya upaya terapi dan
rehabilitasi sering tidak disadari, kecuali mereka yang berminat pada
penanggulangan NAPZA. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas,
maka perlunya peran serta tenaga kesehatan khususnya tenaga
keperawatan dalam membantu masyarakat yang di rawat di rumah sakit
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat. Untuk itu
dirasakan perlu perawat meningkatkan kemampuan merawat klien dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu asuhan keperawatan
klien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA (sindrom putus zat).
B. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar Remaja?
2. Mengetahui konsep dasar NAPZA?
3. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Remaja dengan perilaku
NAPZA?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara
masa kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19
tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10–14 tahun), masa
remaja pertengahan (14–17 tahun) dan masa remaja akhir (17–19
tahun), Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis
psikologis maupun sosial. Tetapi umumnya proses pematangan fisik
terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial)
(Depkes RI, 2009).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak
ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan pubertas. Namun
demikian, menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan
juga istilah adolesens (dalam bahasa Inggris; adolescence) (Tartowo,
2010).
2. Tahap-Tahap Perkembangan Remaja
a. Fase Pueral (Fase Awal)
Fase-fase pada remaja dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu :
1) Fase Pueral (Fase Awal)
Pueral, berasal dari kata puer artinya anak laki-laki. Memang
dalam hal ini mulai terjadi hal yang baru, dalam pergaulan
anak, yaitu anak laki-laki mulai memisahkan diri dari anak
perempuan. Anak laki-laki memandang anak perempuan
sebagai menjijikkan dan anak perempuan memandang anak
laki-laki sebagai tukang membual.
Ciri-ciri pada fase ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Mereka tidak mau lagi disebut anak.
b) Mereka mulai memisahkan diri dari orangtuanya.
c) Mereka membentuk kelompok-kelompok untuk bersaing,
antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
d) Mereka memiliki sifat mendewasakan tokoh-tokoh yang
dipandang memiliki kelebihan.
e) Mereka itu adalah pemberani, yang kadang-kadang
kurang perhitungan dan agak melupakan tata susila.
b. Fase Negatif (Fase Pertengahan)
Pada fase ini anak lebih banyak bersikap negatif, atau sikap
menolak. Sikap ini hanya berlaku beberapa bulan saja. Tetapi
Karl Buhlar berpendapat bahwa berlangsung lama, dengan alasan
bahwa cirinya-cirinya masih tampak juga pada masa-masa
berikutnya.
1) Terhadap segala sesuatu, si anak bersikap serba ragu, tidak
pasti, tidak senang, tidak setuju, dan sebagainya.
2) Anak sering murung, sedih tetapi dia sendiri tidak mengerti
apa sebabnya.
3) Sering melamun tak menentu, dan kadang berputus asa.
c. Fase Puber (Fase Remaja Akhir)
Puber atau remaja, masa inilah yang berlangsung paling lama di
antara kedua fase yang lain. Dan merupakan inti dari seluruh
Masa Pemuda. Karena itu Masa Pemuda, sering juga disebut
Masa Remaja. Bagi anak putri, disebut Gadis Remaja dan bagi
anak putra disebut Bujang Remaja atau Remaja saja.
Ciri-ciri pada fase ini pun didasarkan atas adanya pertumbuhan
alat-alat kelamin, baik yang tampak diluar maupun yang tampak
di luar maupun yang ada di dalam tubuhnya
B. Konsep Dasar NAPZA
1. Pengertian
Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat
mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi seseorang (pikiran,
perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik
dan psikologi. Yang termasuk dalam narkoba adalah : Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (BNN, 2008).
NAPZA adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan
psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika
masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum,
dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan
berhaya. Selain “Narkoba”, istilah lain yang diperkenalkan khususnya
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah NAPZA yang
merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
(Suryoprajogo, 2009). Narkoba pada dasarnya merupakan obat-obatan
yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan
(Maryanti, 2009).
2. Penggolongan NAPZA
a. Narkotika
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Narkotika terdiri dari 3 golongan :
1) Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain,
Ganja.
2) Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan,
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan
dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.
3) Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan
pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.
b. Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
1) Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
2) Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
3) Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
4) Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Diazepam,
Nitrazepam ( BK, DUM ).
c. Zat Adiktif lainnya
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang
berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika,
meliputi :
1) Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang
berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering
menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan
Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat
/ zat itu dalam tubuh manusia.
2) Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah
menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada
berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai
pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem,
Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
3) Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin
sangat luas di masyarakat.
4) Dalam upaya penanggulangan NARKOBA di masyarakat,
pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus
menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan
alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan
NARKOBA lain yang berbahaya.
3. Efek Pemakaian NAPZA
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA
dapat digolongkan menjadi 3 golongan :
a. Golongan Depresan (Downer), adalah jenis NAPZA yang
berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini
membuat pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat
tertidur bahkan tak sadarkan diri, contohnya: Opioda (Morfin,
Heroin, Codein), sedative (penenang), Hipnotik (obat tidur) dan
Tranquilizer (anti cemas ).
b. Golongan Stimulan (Upper), adalah jenis NAPZA yang
merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja.
Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan
bersemangat, contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
c. Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat
menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan,
pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda
sehingga seluruh persaan dapat terganggu, contoh: Kanabis atau
ganja.
4. Penyalahgunaan NAPZA
a. Opioda
Opioda dibagi atas 3 golongan besar, yaitu :
1) Opioda alamiah : Morfin, Opium, Codein.
2) Opioda semisintetik : Heroin / putauw, Hidromorfin.
3) Opioda sintetik : Metadon.
Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak
murni berwarna putih keabuan. Dihasilkan dari getah Opium
poppy diolah menjadi morfin dengan proses tertentu dihasilkan
putauw, yang kekuatannya 10 kali melebihi morfin. Sedangkan
opioda sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari
morfin. Morfin, Codein, Methadon adalah zat yang digunakan
oleh dokter sebagai penghilang sakit yang sangat kuat, misalnya
pada opreasi, penderita cancer.
Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian
menimbulkan perasaan ingin menyendiri untuk menikmati efek
rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan kehilangan
percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk
bersosialisasi. Pemakai akan membentuk dunianya sendiri,
mereka merasa bahwa lingkungannya menjadi musuh.
b. Kokain
Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih
mudah larut.
1) Nama jalanan : koka, coke, happy dust, chalie,
srepet, snow / salju.
2) Cara pemakainnya : membagi setumpuk kokain menjadi
beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau
alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan
menggunakan penyedot seperti sedotan atau dengan cara
dibakar bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan cara
dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang
hidung bagian dalam.
3) Efek pemakain kokain : pemakai akan merasa segar,
kehilangan nafsu makan, menambah percaya diri, dan dapat
menghilangkan rasa sakit dan lelah.
c. Kanabis
1) Nama jalanan : cimeng, ganja, gelek, hasish,
marijuana, grass, bhang.
2) Berasal dari tanaman kanabis sativa atau kanabis indica.
3) Cara penggunaan : dihisap dengan cara dipadatkan
menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.
4) Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, pemakai cenderung
merasa lebih santai, rasa gembira berlebihan ( euphoria ),
sering berfantasi / menghayal, aktif berkomunikasi, selera
makan tinggi, sensitive, kering pada mulut dan tenggorokan.
d. Amphetamine
1) Nama jalanan : seed, meth, crystal, whiz.
2) Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan
keabuan dan juga tablet.
3) Cara penggunaan : dengan cara dihirup. Sedangkan
yang berbentuk tablet diminum dengan air.
e. LSD (Lysergic Acid)
Termasuk dalam golongan halusinogen.
1) Nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas.
2) Bentuk : biasa didapatkan dalam bentuk kertas
berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam
banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil dan
kapsul.
3) Cara penggunaan: meletakan LSD pada permukaan lidah, dan
bereaksi setelah 30 – 60 menit kemudian, menghilang setelah
8 – 12 jam.
4) Efek rasa : terjadi halusinasi tempat, warna, dan waktu
sehingga timbul obsesi yang sangat indah dan bahkan
menyeramkan dan lama – lama menjadikan penggunaanya
paranoid.
f. Sedatif-Hipnotik (Benzodiazepin)
Termasuk golongan zat sedative ( obat penenang ) dan hipnotika (
obat tidur ).
1) Nama jalanan : Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo,
MG, Rohyp.
2) Cara pemakaian : dengan diminum, disuntikan, atau
dimasukan lewat anus.
Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien yang
mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai obat tidur.
g. Solvent/Inhalasi
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup.
Contohnya : Aerosol, Lem, Isi korek api gas, Tiner, Cairan untuk
dry cleaning, Uap bensin.
Biasanya digunakan dengan cara coba – coba oleh anak di bawah
umur, pada golongan yang kurang mampu.
Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala berputar, halusinasi
ringan, mual, muntah gangguan fungsi paru, jantung dan hati.
h. Alkohol
Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi
– umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15
%, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan
kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100%.
1) Nama jalanan : booze, drink.
2) Efek yang ditimbulkan : euphoria, bahkan penurunan
kesadaran
5. Pengertian Penyalahgunaan dan Ketergantungan
Penyalahgunaan adalah penggunaan salah satu atau beberapa
jenis NARKOBA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis,
sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan
fungsi sosial.
Ketergatungan adalah keadaan dimana telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah
NARKOBA yang makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya
dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus obat
(withdrawal symptom). (BNN,2005).
a. Penyebab Penyalahgunaan NAPZA pada Remaja
Penyebab penyalahgunaan NAPZA pada remaja khususnya pada
remaja pertengahan sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai
faktor :
1) Cenderung memberontak
2) Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.
3) Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada
4) Kurang percaya diri
5) Mudah kecewa, agresif dan destruktif
6) Murung, pemalu, pendiam
7) Merasa bosan dan jenuh
8) Keinginan untuk bersenang – senang yang berlebihan
9) Keinginan untuk mencoba yang sedang mode
10) Identitas diri kabur
11) Kemampuan komunikasi yang rendah
12) Putus sekolah
13) Kurang menghayati iman dan kepercayaan.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan
pergaulan baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun
masyarakat.
1) Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
2) Hubungan kurang harmonis
3) Orang tua yang bercerai, kawin lagi
4) Orang tua terlampau sibuk, acuh
5) Orang tua otoriter
6) Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
7) Kurangnya kehidupan beragama.
8) Sekolah yang kurang disiplin
9) Sekolah terletak dekat tempat hiburan
10) Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
11) Adanya murid pengguna NARKOBA.
12) Berteman dengan penyalahguna
13) Tekanan atau ancaman dari teman.
14) Lingkungan Masyarakat / Sosial :
15) Lemahnya penegak hukum.
16) Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.

Faktor – faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat


seseorang kelak menjadi penyalahguna Narkoba. Akan tetapi
makin banyak faktor – faktor diatas, semakin besar kemungkinan
seseorang menjadi penyalahguna Narkoba.
6. Dampak Penyalahgunaan NAPZA pada Remaja
Dampak penyalahgunaan NAPZA berupa gangguan fisk, gangguan
mental, emosional dan memburuknya kehidupan sosial.
a. Gangguan Fisik
1) Opioda
Kemandulan, gangguan haid, impotensi dan sulit buang air
besar berkepanjangan.
2) Alkohol
Gastritis, pendarahan lambung, perlemakan hati, pengerasan
hati, gangguan metabolisme lemak, kerusakan jaringan otak,
demedia atau pikun, gangguan kelainan jantung dan cacat
pada janin.
3) Ganja
Bronkhitis, penurunan imunitas seluler sehinga mudah
teserang penyakit infeksi, gangguan aliran darah, jantung,
gangguan daya fikir, penyusutan jaringan otak dan
kemandulan.
4) Kokain
Anemia, kurang gizi, kehilangan berat badan karena tidak
nafsu makan, ulserasi dan pperforasi septum hidung dan
aritmia jantung.
5) Amfetamin
Sama dengan kokain.
6) Inhalansia
Racun terhadap hati, otak, sumsum tulang, ginjal dan otot
jantung.
7) Kafein
Tukak Lambung, jantung berdebar dan tekanan darah tinggi.
8) Nikotin
Kelainan fungsi paru-paru sampai kangker paru ( Contoh
kangker paru: Bronkhitis, bronkhiektasis)
9) Halusinogen
Kerusakan otak, kerusakan kromoson dan menimbulkan cacat
pada bayi.
b. Gangguan Mental
NAPZA dapat menyeabkan gangguan mental, emosional
misalnya pada pemakaian ganja jangka panjang menyebabkan
gangguan membaca, berbahasa, berhitung serta menghambat
keterampilan sosial. Dapat timbul sindrom amotivasional yaitu
bersikapacuh tak acuh terhadap sekeliling.
c. Memburuknya Kehidupan Sosial
Pemakaian yang kronis menyababkan prestasi sekolah atau kerja
mundur bahkan berhenti ssekolah atau kerja (menjadi
pengangguran), Hubungan dengan keluarga menjadi buruk, mulai
menjual barang, mulai berbohong, mencuri, tindak kriminal, dll.
Disamping itu efek obat utu sendiri yang menyingkirkan rasa
malu membuat pengguna tidak bisa lagi mempertimbangkan tata
nilai etika dan moral.
7. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
a. Pencegahan Primer
Mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan Narkoba dan
melakukan intervensi. Upaya ini terutama dilakukan untuk
mengenali remaja yang mempunyai resiko tinggi untuk
menyalahgunakan Narkoba, setelah itu melakukan intervensi
terhadap mereka agar tidak menggunakan Narkoba.
Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar
faktor yang dapat menghabat proses tumbuh kembang anak dapat
diatasi dengan baik.
b. Pencegahan Sekunder
Mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan Narkoba.
c. Pencegahan Tersier
Merehabilitasi penyalahgunaan Narkoba
1) Mengasuh anak dengan cara:
2) Penuh kasih sayang
3) Penanaman disiplin yang baik
4) Ajarkan membedakan yang baik dan buruk
5) Mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan
bertanggung jawab
6) Mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat
baik atau mencapai prestasi tertentu.
7) Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat. Hal ini
membuat anak rindu untuk pulang ke rumah.
8) Meluangkan waktu untuk kebersamaan.
9) Orang tua menjadi contoh yang baik.
10) Orang tua yang merokok akan menjadi contoh yang tidak
baik bagi anak.
11) Kembangkan komunikasi yang baik
12) Komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur,
mendengarkan dan menghormati pendapat anak.
13) Memperkuat kehidupan beragama.
14) Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan
memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.
15) Orang tua memahami masalah penyalahgunaan Narkoba agar
dapat berdiskusi dengan anak
16) Upaya terhadap siswa :
17) Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan
akibat penyalahgunaan Narkoba.
18) Melibatkan siswa dalam perencanaan pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan Narkoba di sekolah.
19) Membentuk citra diri yang positif dan mengembangkan
ketrampilan yang positif untuk tetap menghidari dari
pemakaian Narkoba dan merokok.
20) Menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa
(ekstrakurikuler).
21) Meningkatkan kegiatan bimbingan konseling.Membantu
siswa yang telah menyalahgunakan Narkoba untuk bisa
menghentikannya.
22) Penerapan kehidupan beragama dalam kegiatan sehari – hari.
23) Razia dengan cara sidak
24) Melarang orang yang tidak berkepentingan untuk masuk
lingkungan sekolah.
25) Melarang siswa ke luar sekolah pada jam pelajaran tanpa ijin
guru
26) Membina kerjasama yang baik dengan berbagai pihak.
27) Meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai
dengan pulang sekolah.
28) Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat dengan
membina huibungan yang harmonis antara pendidik dan anak
didik.
29) Mengupayakan kehadiran guru secara teratur di sekolah
30) Sikap keteladanan guru amat penting
31) Meningkatkan pengawasan anak sejak masuk sampai pulang
sekolah.
32) Menumbuhkan perasaan kebersamaan di daerah tempat
tinggal, sehingga masalah yang terjadi di lingkungan dapat
diselesaikan secara bersama- sama.
33) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang
penyalahguanaan NARKOBA sehingga masyarakat dapat
menyadarinya.
34) Memberikan penyuluhan tentang hukum yang berkaitan
dengan NARKOBA.
35) Melibatkan semua unsur dalam masyarakat dalam
melaksanakan pencegahan dan penanggulangan
penyalahguanaan Narkoba.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMAJA DENGAN PERILAKU
PENGGUNAAN NAPZA
A. Pengkajian
Pengkajian adanya streesor (Bio – psiko – sosial – spiritual dan
kultural) yang menembus garis pertahanan komunitas merupakan langkah
pertama yang dilakukan perawat.
Garis pertahanan fleksibel disebut juga Buffer Zone, garis ini
sangat dinamis terhadap stresor, stimulus dapat menembus garis
pertahanan ini sampai meyentuh garis pertahanan normal walaupun
sementara (Jangka pendek). Komunitas tidak merasakan adanya stimulus
atau stressor atau komunitas dalam keadaan sehat. Walaupun komunitas
tidak merasakan ada masalah. Stresor dapat berupa adanya warga baru
dalam komunitas, warga baru dari budaya berbeda berisiko mempengaruhi
komunitas. Pembangunan pusat hiburan didekat komunitas merupakan
ancaman bagi generasi muda, karena sering digunakan tempat transaksi
NAPZA.
Garis pertahanan normal menunjukan komunitas tetap dalam
keadaan sehat. Karakteristik komunitas dengan garis pertahanan normal
yang baik ditunjukan oleh rendahnya pengguna NAPZA, kekerasan pada
remaja kurang, ekonomi menengah, umumnya remaja sekolah dan bagi
yang tidak sekolah sudah bekerja tetap, remaja dengan kemampuan
koping yang adaptif dan cendrung membuat pemecahan masalah jangka
panjang. streesor bisa saja berada digaris pertahanan normal ini . Stresor
bisa saja mulai mengancam komunitas, akan tetapi komunitas belum
merasakannya, misal sebagian kecil masyarakat mulai terpapar dengan
rokok, minuman keras. Tidak ada sarana olah raga, kegiatan
ekstrakurikuler tidak ada, kegiatan keagamaan dan organisasi kepemudaan
tidak jalan, warung menjual rokok, minuman keras secara bebas. Kondisi
ini menunjukan ada ancaman terhadap komunitas. Pengkajian terhadap
koping dan strategi pemecahan masalah pada remaja sangat penting dalam
memperkuat garis pertahanan normal ini.
Garis pertahanan resisten merupakan garis pertahanan yang
terbentuk dari mekanisme internal dalam melawan streesor. Mekanisme
internal komunitas dalam memperkuat garis pertahanan resisten dapat
berupa membuka klinik untuk diagnosa dan pengobatan penyakit,
mengadakan program rekreasional untuk generasi muda. Adanya remaja
yang pengguna NAPZA dan dalam tahap penyembuhan dan rehabilitasi.
Kekuatan streesor berpotensi untuk tidak menyeimbangkan system.
kemampuan menghadapi ancaman tergantung dukungan 8 elemen (Sub.
Sistem) dan kemampuan core (Komunitas) menghadapinya. Stressor yang
menyerang komunitas dapat berupa streesor biologis, psikologis, social ,
spriritual dan kultural. Pengkajian komunitas meliputi core , 8 elemen
susb. system dan sejauh mana streesor dapat menembus ketiga garis
pertahanan yang ada. Berikut dijelaskan pengkajian komunitas dengan
model “Community as Partner” pada remaja dengan risiko
penyalahgunaan NAPZA :
1. Inti Komunitas (Core)
Pengkajian meliputi sejarah komunitas (lama tinggal, adakah
perubahan area komunitas). Demografi (penduduk terbanyak, jumlah
remaja, apakah remaja banyak tinggal sendirian atau berkelompok /
kos / asrama, apakah type keluarga, apakah angka perceraian tinggi ?).
Etnis, dapat dilihat dari berbagai indikator (Restoran etnis apa yang
banyak di komunitas, festival etnis tertentu, adakah perbedaan budaya
yang menyolok), apakah etnis remaja tertentu suka kumpul-kumpul
sambil minum alkohol? . Nilai / kepercayaan seperti tempat ibadah,
persentase pemeluk agama tertentu, apakah homogen, adakah konflik
agama. Remaja juga memanfaatkan fasilitas agama tersebut?
Perbedaan budaya, agama, keyakinan dapat menjadi streesor bagi
komunitas (Streesor internal).
2. Sub. Sistem (8 elemen)
a. Lingkungan fisik
Apakah remaja tinggal didaerah yang padat, apakah banyak
warung yang menjual rokok dan minuman keras?, apakah tersedia
sarana olah raga, adakah tempat ibadah.
b. Kesehatan dan pelayanan sosial, meliputi
Data remaja yang ketergantungan obat, HIV / AIDS, hepatitis,
remaja yang gangguan mental, adakah fasilitas kesehatan yang
khusus melayani remaja seperti rumah sakit ketergantungan obat,
Puskesmas yang peduli kesehatan remaja (Konseling remaja),
praktik swasta kesehatan remaja, agency home care, pelayanan
emergensi, rumah rawatan, pelayanan social seperti rehabilitasi
pengguna obat-oabatan, klinik kesehatan mental. Apakah adanya
didalam komunitas atau diluar komunitas, jam pelayanan dan
keterjangkauan harga.
c. Ekonomi
Apakah keluarga remaja termasuk golongan ekonomi menengah
keatas atau keluarga miskin, remaja tinggal dikawasan industri,
pekerjaan remaja yang putus sekolah, jumlah remaja yang
menganggur , jenis pekerjaan remaja, kebiasaan remaja mengikuti
trend dan perkembangan dunia.
d. Transportasi dan keamanan
Bagaimana remaja berpergian, jenis angkutan pribadi dan publik
yang digunakan remaja , tempat jalan kaki bagi anak sekolah,
apakah remaja nyaman dengan transportasi yang ada. Adakah
pelayanan perlindungan bagi remaja (polisi), jenis kenakalan
remaja yang ada, apakah remaja merasa aman berada dikomunitas
termasuk disekolah dan lingkungan kerjannya, apakah sering
terjadi tawuran ? apakah sering penangkapan pengguna dan
penegdar NAPZA ?.
e. Politik dan pemerintahan
Bagaimana keterlibatan remaja dalam politik lokal, adakah
organisasi keremajaan dikomunitas dan apakah organisasi
tersebut berperan dalam mengambil kebijakan tentang kesehatan
remaja?, apakah pemerintahan lokal mendukung kegiatan
remaja?.
f. Komunikasi
Adakah tempat remaja berkumpul untuk bertukar informasi ?,
apakah remaja memanfaatkan fasilitas Koran, TV/ Radio, bentuk
komunikasi formal dan informal yang ada, dari siapa remaja
memperoleh informasi tentang NAPZA ?, apakah informasi yang
diterima benar?. Apakah tokoh masyarakat mendengarkan
pendapat remaja ?.
g. Pendidikan
Perlu dikaji adakah sekolah bagi remaja dikomunitas, bagaimana
kondisinya, ada perpustakaan ?, reputasi sekolah, apa isu utama
pendidikan dikomunitas, angka drop out siswa, adakah kegiatan
ekstrakurikuler, pelayanan kesehatan disekolah dan program
perawatan kesehatan sekolah di dikomunitas ?.
h. Rekreasi
Dimana remaja biasa bermain ?, tempat rekreasi utama, siapa
yang banyak menggunakannya, fasilitas apa yang ada dilokasi
rekreasi ?.
3. Persepsi terhadap adanya ancaman (stressor)
Perlu dikaji bagaimana persepsi remaja terhadap kondisi komunitas itu
sendiri, apakah remaja merasa ada masalah, merasa ada ancaman,
masalah apa yang dirasakan. Tanyakan pada beberapa warga untuk
mendapatkan gambaran umum kondisi remaja dan persepsi remaja
adanya ancaman / stimulus baik dari dalam maupun luar komunitas.
termasuk apakah itu stressor biologis (HIV /AIDS, ketergantungan
zat, hepatitis), psikologis (gangguan mental, koping yang mal adaptif),
sosial (kesenjangan ekonomi, pengangguran, banyak pusat hiburan)
spiritual (Minat terhadap kegiatan keagamaan sangat kurang,
kepeduliah tokoh agama kurang) dan kultural (Budaya tertentu yang
membolehkan minum alkohol / mabuk-mabukan).
Persepsi remaja perlu dibandingkan dengan persepsi perawat, perawat
perlu membuat pernyataan umum tentang kondisi remaja, apakah ada
ancaman pada remaja di komunitas ?, apakah ancaman itu sudah
berada pada garis pertahanan normal, garis pertahanan resisten atau
masih disekitar garis pertahanan fleksibel. Perawat perlu mengkaji
apakah jenis streesor yang ada dalam komunitas.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan komunitas merupakan pernyataan kondisi
kesehatan komunitas baik aktual, adanya ancaman kesehatan (Risiko) dan
adanya kemungkinan kearah perbaikan (Potensial). Diagnosa keperawatan
komunitas yang mungkin muncul pada remaja dengan risiko
penyalahgunaan NAPZA antara lain :
1. Risiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada remaja
berhubungan kurang kondusifnya lingkungan remaja (Keluarga,
masyarakat, teman sebaya , sekolah dan kerja).
2. Kurang efektifnya koping remaja berhubungan dengan pengetahuan
dan sikap yang salah terhadap NAPZA.
3. Kurang efektifnya komunikasi remaja dengan orang tua berhubungan
pengetahuan orang tua yang masih rendah terhadap tumbuh-kembang
dan perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja.
4. Risiko peningkatan perilaku kekerasan pada remaja berhubungan
dengan peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada remaja.
5. Risiko terjadinya penularan HIV / AIDS pada remaja berhubungan
peningkatan penggunaan jarum suntik secara bersama pada pengguna
NAPZA.
C. Perencanaan dan Implementasi
Intervensi keperawatan difokuskan kepada pencegahan primer,
sekunder dan tertier. Jika streesor memasuki garis pertahanan fkexibel,
maka perawat melakukan prevensi primer, jika streesor masuk kegaris
pertahanan normal, maka intervensi keperawatan terfokus kepada
pencegahan sekunder dan jika stressor sudah memasuki garis pertahanan
resisten maka perawat melakukan prenvesi tertier.
Tujuan prevensi primer mengurangi insiden penyalahgunaan
NAPZA dalam populasi dengan mengurangi faktor risiko serta
memperkuat komunitas (Remaja) menghadapi risiko tersebut. Peran
perawat sebagai pendidik lebih menonjol dalam prevensi primer ini.
Upaya prevensi sekunder melalui deteksi dini penyalahgunaan NAPZA
pada remaja. Peran perawat yang menonjol adalah penemu kasus dan
pemberi pelayanan. Perawat aktif menemukan kasus penyalahgunaan
NAPZA dan melakukan upaya pelayanan dalam mengurangi perilaku
tersebut.
Upaya prevensi tertier, diarahkan untuk mengurangi dampak atau
akibat ketergantungan pada NAPZA. Upaya rehabilitasi lebih menjadi
fokus pencegahan tertier. Peran perawat utama pada fase ini adalah
sebagai advocator agar klien mendapat perlindungan dan mendapat
pelayanan yang sesuai serta memadai, pemberi pelayanan (Provider) untuk
memaksimalkan fungsi yang masih mampu dilakukan klien. Diharapkan
remaja dapat beradaptasi kembali dengan lingkungan dan perawat beserta
sosial support lainnya (orang tua, teman, tokoh masyarakat dan guru) tetap
memantau perilaku remaja agar tidak kembali mencoba menggunakan
NAPZA (McMurray, 2003; Anderson & McFarlane, 2000).
Masyarakat dituntut menciptakan lingkungan yang mendukung
untuk kesehatan remaja. Jika ditemui adanya kondisi yang sangat
mendukung terjadinya penyalahgunaan NAPZA seperti bebasnya pusat
hiburan mengedarkan NAPZA maka perlu kebijakan oleh pemerintah
setempat. Pendekatan promotif dan preventif ini perlu dengan
menggunakan pendekatan sistem, karena jika berjalan sendiri-sendiri
hasilnya tidak akan memuaskan.
Implementasi dilakukan bersama masyarakat, dengan mengacu
kepada perencanaan yang telah disusun bersama masyarakat. Perlu upaya
peningkatan harga diri remaja, komunikasi yang efektif dalam keluarga,
latihan mengatakan tidak pada NAPZA. Serta berbagai implementasi
lainnya.
D. Evaluasi
Evaluasi pada keperawatan komunitas dilakukan secara terus-
menerus. Perubahan perilaku komunitas tidak dapat dilihat dalam jangka
waktu singkat, akan tetapi tahapan perubahan perilaku dapat dilihat dari
perubahan pengetahuan, psikomotor dan sikap. Minimal dibutuhkan waktu
12 minggu untuk merubah perilaku masyarakat. Perubahan yang lebih
besar membutuhkan waktu 6 bulan, satu tahun bahkan lebih. Evaluasi
dilakukan bersama-sama masyarakat. Apakah terjadi penurunan pengguna
NAPZA ?, apakah kekerasan masih sering terjadi dan bagaimana insiden
AIDS / HIV dalam komunitas remaja.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan
kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi
umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan
ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik
terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh
efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda
ketergantungan fisik.
Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA kepada Masyarakat terutama
Remaja. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya
peran serta tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam
membantu masyarakat yang di rawat di rumah sakit untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat. Untuk itu dirasakan perlu
perawat meningkatkan kemampuan merawat klien dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yaitu asuhan keperawatan klien
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA (sindrom putus zat).
B. Saran
Kita sebagai sesama manusia harapanya adalah bisa saling menjaga
satu sama lain, apalagi terhadap hal-hal yang bersifat merugikan diri
sendiri maupun orang lain, Harapannya agar kita semua bisa menghindari
hal-hal yang mengandung mudharat seperti NAPZA ini.
Terutama melakukan perlindungan dan pengawasan bersama
terhadap penyalahgunaan NAPZA, karena dengan saling menjaga antara
satu sama lain, diharapkan dapat mengurangi dan menghilangkan
penyalahgunaan NAPZA.

You might also like