Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
PENDAHULUAN
infeksi,perdarahan serta banyak jenis kista dan tumor primer. Kelainan sistemik
jaringan pada area mediastinum secara progresif dalam bentuk jaringan yang
sel yang berpoliferasi secara mekanis akan menimbulkan desakan pada jaringan
lain seperti sesak nafas, nyeri saat inspirasi, peningkatan produksi sputum, bahkan
batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe) manakala telah melibatkan
1
2
perempuan, yaitu sebesar 13,6% dan kematian akibat kanker paru sebesar 11,1%.
Lebih lanjut, prevalensi tertinggi penyakit kanker secara umum berada pada
kelompok umur 75 tahun ke atas, yaitu sebesar 5,0 %. Data yang didapatkan di
ICU Rumah Sakit Katolik St.Vincentius A Paulo Surabaya dari bulan Agustus
2018 sampai dengan November 2018 sebanyak 2 pasien dirawat di ICU dengan
karsinoma yang kemudian berkembang sel neoplasma, unsur kimia, fisik atau
biologis yang berkemampuan beraksi langsung dan merubah struktur dasar dari
Hal ini menyebabkan meningkatnya volume massa sel-sel yang berpoliferasi. Dan
menimbulkan desakan pada jaringan sekitar rongga paru dan terjadi pelepasan
menyebabkan bersihan jalan nafas tidak efektif dan dapat menyebabkan penyakit
infeksi pernafasan lain seperti sesak nafas, nyeri inspirasi, peningkatan produksi
sputum, bahkan batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe) manakala
manifestasi klinik yang lebih menonjol mengarah pada infeksi saluran nafas
seperti pneumonia, tuberkulosis walaupun mungkin secara klinik pada kondisi ini
kurang dijumpai gejala demam yang menonjol. Apabila tumor mediastinum tidak
atau lapisan sekitar jantung, dan pembuluh darah besar aorta.Empat komplikasi
terberat yang sering terjadi adalah obstruksi trachea, sindrom vena cava superior,
Kebanyakantumormediastinumtanpagejaladanditemukanpadasaatdilakuka
ukuran dan invasi atau kompresi terhadap organ sekitar, misalnya sesaknapas
kardiovaskuler atau saluran cerna.Diagnosis yang lebih dini dan lebih tepat dari
proses mediastinum
telahdimungkinkandenganpeningkatanpenggunaanrontgendada,tomografikompute
Bersama dengan kemajuan dalam teknik diagnostic ini kemajuan dalam anastesi,
Aroor (2014), tumor mediastinum dapat diobati dengan metode kemoterapi, atau
1.2.1 Apa sajakah data fokus pasien dengan Tumor Mediastinum di ruang ICU
1.2.2 Apa sajakah diagnosa keperawatan pada pasien dengan Tumor Mediastinum
1.2.3 Apa sajakah intervensi keperawatan yang dilaksanakan pada pasien dengan
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
LAPORAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Tanggal MRS : 12 November2018 Jam: 17.50 WIB
Tanggal Masuk ICU : 12 November 2018 Jam: 21.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 14 November 2018 Jam: 08.30 WIB
Hari ke II Perawatan di ICU
Diagnosa Masuk : Tumor MediastinumKanan
No.RM : 89-xx-xx
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Usia : 28 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat PT
Alamat : Kota Surabaya
Penanggung Jawab : Ny. I
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama :
Pasien mengungkapkan batuk dan dahak sulit keluar
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengungkapkan sudah batuk selama 3 hari disertai sesak dan
badan panas, pada tanggal 12 November 2018 saat mandi sesak bertambah,
kemudian oleh keluarga pasien dibawa ke RS BBojonegoro. Istri pasien
mengungkapkan pada saat di RS B Bojonegoro pasien mengalami kehilangan
kesadaran, tidak ada denyut jantung dan tidak ada pernafasan,kemudian dilakukan
pijat jantung dan pasien sadar.Rekam medis yang berisi terapi pasien
6
7
terapi nebulizer dengan obat 4cc PZ dan combivent 1 respul 3x/hari. Cairan
masuk 1670cc/24jam, cairan keluar 1565cc/24jam, balance cairan +105cc/24jam.
Pembacaan hasil CT Scan thorax abdomen, massa lobulated berukuran ±5,83 x
6,22 x 11,42 cm di paratrakhea kanan yang sedikit menyempit dan mendesak
trekhea ke kiri + multiple nodule di paraaorta dan supaclavicula kanan suspect
suatu limfoma, partial kompresi atelektasis oleh massa segmen apical lobus
superior kanan. Pneumonia di segmen apicoposterior lobus superior dan lobus
inferior paru kiri. Efusi minimal dan penebalan pleura kanan, Slight hepatomegali.
Jam 21.50 WIB pasien sesak, RR 34x/menit, SpO2 89%, keringat dingin, TD
180/100, Nadi 130x/menit, dari Dr.P Sp.P terapi oksigen NRM dinaikkan menjadi
8lpm, mendapat terapi Lasix 10mg/ml 1 amp IV. Jam 22.15 WIB kesadaran
pasien menurun, GCS 3-3-5, pasien mengalami kejang general selama 15 detik
sebanyak 2x. Diberikan bag and mask dengan O2 10 lpm, RR 28x/menit, SpO2
89% kemudian konsul ke Dr.N Anasthesi diberikan terapi O2 bag and mask
diganti dengan ventilator (NIV) dengan mode NIV PS , PS back up 12x/menit,
FiO2 100%, PEEP 8, 1 jam post NIV, diperiksakan BGA dengan hasil PH 7,30
mmHg, PCO2 46,5 mmHg, PO2 145,6 mmHg, BE 3,8 Mmol/L, HCO3 23,4
Mmol/L, SaO2 99.8%. Advis dari Dr.P seting NIV tetap.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengungkapkan 2 tahun yang lalu pernah mempunyai benjolan di
leher sebelah kiri, tetapi pasien mengabaikan dan tidak memeriksakannya
kedokter.Pasien mengungkapkan benjolan di sebelah kiri lambat laun hilang
dengan sendirinya.1 tahun terakhir muncul lagi benjolan di sebelah kanan dan
memeriksakannnya kedokter.Pasien mengungkapkan dokter mendiagnosa tumor.
Kemudian pasien diberikan obat minum, tetapi pasien lupa dengan nama obatnya.
Pasien tidak mempunyai riwayat darah tinggi, DM ataupun penyakit jantung.2
bulan terakhir pasien mengungkapkan rutin melakukan akupuntur 1 minggu
sekali.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengungkapkan ibu pasien pernah memiliki tumordileher. Anggota
keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit tumor atau kanker
sebelumnya.
9
5. Riwayat Psikososial-Spiritual :
Pasien mengungkapkan sudah tahu tentang penyakitnya dan sudah
menerima dengan keadaanya saat ini.Pasien mengungkapkan menurut dokter yang
merawat, untuk tindakan selanjutnya menunggu hasil pemeriksaan.Pasien setiap
hari dijaga oleh istri dan keluarga secara bergantian menjenguk pasien dan
memberikan semangat untuk sembuh.Pasien mengungkapkan sebelum sakit,
pasien sholat tetapi tidak 5 waktu, terkadang pasien sholat berjamaah dengan istri
dirumah.Saat dirumah sakit pasien tidak pernah sholat.
6. Riwayat kebiasaan
Pasien mengungkapkan merokok sejak 5 tahun yang lalu, dalam sehari
biasanya pasien menghabiskan ± 1-2 bungkus rokok/hari.
7. Riwayat Alergi
Pasien mengungkapkan alergi pada udang jika pasien makan udang akan
muncul ruam kemerahan pada tubuh, tidak mempunyai riwayat alergi terhadap
obat-obatan.
C. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
Sebelum sakit :
Pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, tempe, daging, ikan, sayur bayam.
Minum air putih ± 7 gelas sehari.
Saat sakit:
Di ICU pasien mendapat diet lunak protein 150gr dan minum maksimal 1000
cc/hari
2. Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAK ±6-7x/hari warna kuning jernih, BAB 2 kali sehari
kosistensi lembek:
Saat sakit: Di ICU pasien menggunakan kateter ukuran 16 isi balon 12ml,
produksi urin sampai dengan jam 08.00 sebanyak 200 ml. Saat dikaji pasien
mengungkapkan belum BAB. Pasien BAB terakhir pada tanggal 12 November
2018.
10
5 5
A. Pemeriksaan Penunjang
Hasil FNAB tanggal 16 November 2018
Bahan: FNA mass paru/ mediastinum dextra
Ringkasan :
CT-Scan: mass lobulated 114x61x 58mm mendesak para trachea dextra, dengan
multiple nodul para aorta, supraclavicular, atelectasis segmen apical, lob sup
dextra.
Dilakukan satu kali aspirasi melalui ICS 2 ventral kanan, sedalam 9cm kedalam
masa tumor paru, mediastinum dengan tuntunan CT Scan, nodul terasa keras,
pada aspirasi sukar mendapatkan bahan.
Mikroskopik:
Hapusan hypocellular, menunjukkan sedikit masaa fibrinous dengan sebaran
sedikit sel radang lomfosil, makrofag dan esinofil. Tidak didapatkan keganasan.
12
Kesimpulan:
Massa paru/mediastinum dextra FNA tidak mendapatkan bahan adekuat, tidak
menunjukkan tanda lymphoma, solitary fibrous tumor dapat menjadi
pertimbangan, indikasi core biopsy/ open surgery/extirpas
B. Terapi
1. Infus B fluid 500cc/24 jam IV
Golongan: Elektrolit
Komposisi: acetyl cysteine, alanine, arginine, aspartic acid, calcium chloride
dehydrate, dextrose anhydrate, glutamic acid, glycine, magnesium sulfate,
sodium lactate, thiamine
Indikasi: Asupan tambahan asam amino, elektrolit, Vitamin B1 & air
untuk pasien dengan / atau hipnopotensiemia atau kurang gizi karena
asupan oral yang tidak adekuat, sebelum & sesudah operasi GI.
Efek Samping :
Nyeri vascular, flebitis, mual, muntah, rasa tidak nyaman pada dada, syok
Cara Kerja: Bekerja sebagai asupan tambahan asam amino, elektrolit dan air
2. Combivent 3x1 respul nebulizer
Golongan : Anti Asma dan PPOK
Komposisi: Ipratropium Bromide dan Albuterol
Indikasi: perawatan rongga hidung penyumbatan, radang selaput lender,
bronkospasme, penyakit obstruksi paru kronis
Efek Samping:
Sakit kepala, pusing, mual, mulut kering, tremor, sakit tenggorokan
Cara Kerja:
Bekerja dengan membuka saluran udara ke paru-paru serta melakukan
relaksasi atau mengendurkan otot-otot pada saluran nafas
Obat Oral
1. Glyceryl Guaiacolate (GG) 100 mg 3 x 1 tab
Golongan: Ekspektoran
Komposisi: Guaifenesin
Indikasi:
13
Cara Kerja :
meningkatkan dahak (sputum) dan sekresi bronkial dengan mengurangi daya
rekat dahak pada saluran nafas. Sehingga menjadikannya lebih encer dan
mudah dikeluarkan.
2. Fluimucil 3 x 1 capsul
Golongan : Mukolitik
Komposisi :N-acetylcysteine
Indikasi : infeksi saluran napas dengan sekresi mucus berlebih termasuk
bronchitis, emfisema & bronkiektasis, profilaksis, & terapi komplikasi
bronkopulmunal dengan muskotasis,
Efek samping : bronkospasme, gangguan gantrointestinal, rinore, sakit kepala,
menggigil, demam.
Cara Kerja :mengencerkan dahak pada penyakit saluran pernafasan di mana
terjadi banyak lendir atau dahak
14
ANALISA DATA
NO Tanggal Data Etiologi Problem
1 14 DS: Pertumbuhan sel karsinoma
November Pasien mengungkapkan Bersihan
2018 dahak tidak bisa keluar Berkembangnya neoplasma jalan nafas
DO: dengan terbentuknya formasi tidak efektif
- terdengar rhonki tumor di mediastinum
dikedua lapang paru
- pasien tidak bisa Meningkatnya volume massa sel-
batuk efektif sel yang berpoliferasi
- terdapat
sputum/secret Menimbulkan desakan pada
sedikit, konsistensi jaringan sekitar rongga paru
kental, warna putih
Pelepasan berbagai substansi
seperti radikal bebas dan protein
reaktif secara berlebih
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekretyang ditandai
dengan pasien mengungkapkan dahak tidak bisa keluar, terdengar rhonki dikedua
lapang paru, pasien tidak bisa batuk efektif, terdapat sputum/secret cukup banyak,
konsistensi kental, warna putih.
RENCANA KEPERAWATAN
Tanggal Perencanaan Evaluasi
Diagnosa Implementasi TT
Tujuan Intervensi Rasional Formatif Sumatif
14 Bersihan jalan Pasien 1. Jelaskan 1. Bersihan jalan 14 November 14 November 16 November 2018
November napas tidak menunjukan kepada pasien napas tidak 2018 2018 Jam 14.00
2018 efektif kepatenan jalan dan keluarga efektif terjadi Jam 09.00 WIB Jam 14.00
berhubungan napas setelah penyebab dari karena adanya Menjelaskan S: Pasien
dengan dilakukan terjadinya hyperplasia atau kepada pasien S : Pasien mengungkapkan dahak
akumulasi tindakan ketidakefektif tumor di dan keluarga mengungkapkan bisakeluar tapi masih
sekretyang keperawatan an bersihan mediastinum penyebab dahak belum bisa sedikit.
ditandai dengan selama 3x24 jam jalan napas sehingga terjadi ketidak efektifan keluar
pasien dengan kriteria akumulasi bersihan jalan O: Terdengar rhonki
mengungkapkan hasil: sputum di jalan napas karena O: dikedua lapang paru,
dahak tidak bisa - Pasien napas yang adanya benjolan - terdengar pasien bisa batuk efektif,
keluar, terdengar mengungkapka mengganggu di rongga dada rhonki konsistensisputumkental,
rhonki dikedua n mampu pernapasan yang mendesak dikedua warna putih, RR 16
lapang paru, batuk efektif pasien jalan nafas lapang paru x/mnt
pasien tidak bisa - Pasien dapat sehingga - pasientidak
batuk efektif, batuk efektif penumpukan bisa batuk A: Masalah Teratasi
terdapat - Sputum encer riak di jalan efektif sebagian
sputum/secret dan berwarna napas pasien dan - pasien belum
cukup banyak, putih pernafasan bisa P: Intervensi dilanjutkan
konsistensi - Tidak ada 2. Ajarkan dan 2. Menarik napas menjadi mengeluarkn di Ruangan rawat inap
kental, warna ronkhi anjurkan dalam dan terganggu secret
putih. - RR normal 12- pasien latihan batuk efektif - RR 20x/mnt
20x/menit menarik napas membantu Jam 09.10 WIB
dalam dan pasien Mengganti A: Masalah
batuk efektif mengeluarkan cairan infus belum tertasi
sputum yang NaCl0,9%
tertahan di 500ml dan P: lanjutkan
jalan napas dan mengatur tetesan intervensi
dapat infus 7 tpm 2,3,4,5, 6, dan 7
meningkatkan
16
ekspansi Jam 09.30 WIB
paru.dan Melakukan
mencegah kolaborasi
sesak. dengan dokter
dalam
3. Berikanvibrasi 3. Mampu memberikan
merontokkan terapi Flumicil 1
secret yang cap PO dan GG
masih 1 tab PO
menempel di
saluran Jam 10.00 WIB
pernapasan Mengajarkan
pasien cara
4. Berikan 4. Melepaskan menarik napas
postural sekresi di dalam dan batuk
drainage segmen paru efektif dengan
dengan cara
menggunakan mempraktekkan
gaya gravitasi menarik napas
dalam kemudian
membatukkan
Kolaborasi 5. Melongarkan lalu pasien
5. Pemberian saluran diminta
nebulizer 3x1 pernafasan. mengikuti cara
selama 15 Combiven tersebut
menit dengan Bekerja dengan
obat: membuka
-PZ 4cc, saluran udara Jam 11.00
-combivent 1 ke paru-paru Memberikan
respul serta terapi nebulizer
melakukan dengan pz 4 cc +
relaksasi atau combivent 1
mengendurkan respul.
17
otot-otot pada
saluran nafas Jam 11.15
Melakukan
vibrasi
6. Pemberian 6. Hidrasi mampu
terapi hidrasi melembabkan Jam 11.30
dengan saluran Memberikan
pemberian pernapasan posisi miring kiri
infus B Fluid sehingga pada pasien
500 cc/24 jam, pengeluaran Jam 12.00 WIB
dan pemberian secret memberikan
minum air pasien minum
putih sebanyak 50ml
maksimal
1000 cc/24 Jam 12.55
jam Memberikan
posisi semi
7. Pemberian 7. Mengencerkan fowler
obat: dahak dan
-Flumicil 3x1 meredakan Jam 14.00 WIB
cap PO batuk serta Mengobservasi
- GG 3x1 tab melancarkan frekuensi napas
PO pengeluaran sputum dan
dahak kememampuan
batuk efektif
8. Observasi 8. Observasi pasien.
keluhan, keluhan,
frekuensi, sputum,
kemampuan pernapasan,
batuk dan suara napas
efektif,produk tambahan
si sputum untuk melihat
pasien setiap 3 dan
jam dan suara mengevaluasi
18
napas hasil tindakan
tambahan. yang telah
dilakukan
19
20
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Diagnosa Keperawatan SOAPIE Paraf
I:
Jam 07.55
Memberikan posisi semi fowler
E:
Pasien mengungkapkan dahak bisakeluar
tapi hanya sedikit, terdengar rhonki dikedua
lapang paru, pasien belum bisa batuk efektif,
konsistensisputum kental, warna putih, RR
14 x/mnt
.
Jum’at Bersihan jalan napas tidak Jam 07.30 WIB
16 efektif berhubungan dengan S: Pasien mengungkapkan dahak sudah bisa
Novemb akumulasi secret yang keluar namun hanya sedikit
er 2018 ditandai dengan pasien
mengungkapkan dahak tidak O:
bisa keluar, terdengar rhonki - Terdengar rhonki dikedua lapang paru
dikedua lapang paru, pasien - Pasien bisa batuk efektif
tidak bisa batuk efektif, - Pasien hanya bisa mengeluarkan sputum
terdapat sputum/secret sedikit dengan konsistensi kental, warna
cukup banyak, konsistensi putih
kental, warna putih. - RR 18x/mnt
I:
Jam 07.45 WIB
Memberikan posisi semi fowler pada pasien
E:
Pasien mengungkapkan dahak bisakeluar
tapi masih sedikit, terdengar rhonki dikedua
lapang paru, pasien bisa batuk efektif,
konsistensi sputum kental, warna putih, RR
16 x/mnt
BAB III
REVIEW JURNAL
1 DaftarPustaka Aroor, A. R., et al. (2014). A Study of Clinical Characteristics of
Mediastinal Mass. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 8(2),
77-80. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov
3 Tujuan Untuk menilai karakteristik klinis, jenis, modalitas pengobatan dan hasil
tumor mediastinum pada pasien di Kasturba Medical College Hospital,
Manipal, India.
5 HasilPenelitian 1. Rentang usia yang terkena tumor mediastinum adalah antara 17 hingga
68 tahun, dengan usia rata-rata 45,4 tahun. 2/3kasus (24; 68,57%)
adalah laki-laki dan 11 kasus (31,43%) adalah perempuan, dengan rasio
laki-laki dibanding perempuan adalah 2,2: 1. Batuk dan penurunan
berat badan adalah gejala yang paling umum terlihat pada 20 kasus
(57,14%), diikuti oleh dyspnoea (45,71%). Gejala obstruksi
mediastinum menunjukkanbahwa dari 17 kasus yaitu14 kasus (82,4%)
ganas dan tiga kasus (17,6%) adalah jinak. Pada pasien dengan
obstruksi mediastinum, terdapat 11 massa (64,7%) terletak di
mediastinum anterior. Suara serak adalah gejala paling umum dari
obstruksi mediastinal pada9 kasus (52,9%), diikuti oleh disfagia dan
obstruksi vena kava superior. Pada tujuh kasus masing-masing (41,2%).
karsinoma bronkogenik adalah penyebab paling umum dari suara serak
suara (44,4%). Hal ini terjadi karena peningkatan insiden keganasan
selama bertahun-tahun.
2. X-ray dada menunjukkan pelebaran mediastinum di 27 kasus (77,14%)
dan 2 kasus di antaranya tanpa gejala. Efusi pleura dan massa paru-paru
masing-masing terlihat pada 5 kasus (14,29%). limfadenopati
mediastinum tercatat di 27kasus pada CT, di antaranya 12 kasus
(44,44%) adalah limfoma, 5 kasus (18,52%) adalah mediastinum
Tuberkulosis (TB), 7 kasus adalah karsinoma bronkogenik (25,93%)
dan 3 kasus (11,11%) adalah karsinoma metastasis. Dibandingkan
dengan X-ray dada, CT Scan lebih akurat dalam mendeteksi tumor
mediastinum.
3. Di antara 12 kasus limfoma, 8 diobati dengan kemoterapi dan 2 pasien
menolak pengobatan. Mereka yang menerima pengobatan menunjukkan
resolusi tanda klinis dan radiologi. Kematian terjadi pada2 kasus NHL
karena penyakit lanjut dan sepsis. Semua kasus karsinoma bronkogenik
23
24
KritikPenelitian
7 Kelebihan Hasil dari penelitian mampu menjawab tujuan yang ingin diperoleh
peneliti yaitu tentang karakteristik, tipe, modalitas pengobatan dan hasil
pengobatan pada tumor mediastinum
Penutupan
9 Pengaplikasiandalamp melalui hasil jurnal ini, perawat bisa menegakkan masalah keperawatan
raktikkeperawatandari apa saja yang mungkin bisa timbul pada pasien tumor mediastinum
hasilpenelitian dengan melihat karakteristik atau tanda klinis yang diperoleh dari
pemeriksaan fisik. Perawat juga bisa sebagai fasilitator dalam
menentukan pengobatan apa yang terbaik dan efek bila tidak dilakukan
pengobatan kepada pasien tumor mediastinum apabila pasien belum
paham dengan penjelasan dokter.
BAB IV
PEMBAHASAN
25
26
Menurut jurnal Aroor, et al (2014) bahwa pasien dengan limfoma yang diobati
dengan kemoterapi menunjukkan resolusi tanda klinis dan radiologi, sedangkan
pasien yang menolak atau tidak mendapat pengobatan mengalami kematian karena
kelanjutan dari penyakit dan terjadinya sepsis.Kelompok berpendapat bahwa terdapat
ketidak sesuaian antara fakta dengan teori. Selama diobservasi di ICU belum ada
hasil pemeriksaan penunjang yaitu FNAB, karena hal tersebut pasien belum
dilakukan terapi lain yang diindikasikan untuk tumor mediastinum dan pasien hanya
dilakukan tindakan untuk memperbaiki kondisi klinis. Pasien menunjukkan tanda
klinis yang semakin membaik yaitu RR dalam batas normal, pasien hari kedua catatan
perkembangan sudah mulai winning dengan oksigen masker, tidak menunjukkan
sesak atau adanya otot bantu nafas dan nafas cuping hidung serta batuk sudah bisa
efektif.
Hasil FNAB keluar pada tanggal 16 November 2018, pasien sudah keluar ICU
dengan hasil massa paru atau mediastinum dextra FNA tidak mendapatkan bahan
adekuat, tidak menunjukkan tanda lymphoma, solitary fibrous tumor dapat menjadi
pertimbangan, indikasi core biopsy/ open surgery/extirpas.