You are on page 1of 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

R DENGAN DIAGNOSA MEDIS


TUMOR MEDIASTINUM DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
PRIORITAS BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF
DI ICU RS KATOLIK ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA

Oleh :

Agatha Pristiara B 201804002

Lis Syuwaibatul I 201804026

Monica Pertiwi C.W 201804038

Nanik Nur Afiah 201804039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mediastinum adalah suatu bagian penting dari thorax.Mediastinum terletak

diantara kavita pleuralis dan mengandung banyak organ penting dan

strukturvital.Proses penting yang melibatkan mediastinum mencakup emfisema,

infeksi,perdarahan serta banyak jenis kista dan tumor primer. Kelainan sistemik

sepertikarsinoma metastatic dan banyak penyakit granulomatosa juga bisa terlibat

dalammediastinum.Lesi terutama berasal dari esophagus, trakea, jantung dan

pembuluhdarah besar biasanya berhubungan dengan susunan organik spesifik

yang terlibatdaripada mediastinum.(Sabiston, 2013).

Tumor mediastinum adalah suatu kondisi timbulnya hyperplasia sel-sel

jaringan pada area mediastinum secara progresif dalam bentuk jaringan yang

menimbulkan manifestasi tumor pada mediastinum. Pertumbuhan sel tumor dapat

terjadi di rongga mediastinum. Dengan semakin meningkatnya volume masa sel-

sel yang berpoliferasi secara mekanis akan menimbulkan desakan pada jaringan

disekitarnya dan pelepasan berbagai substansia pada jaringan normal seperti

prostaglandin, radikal bebas dan protein-protein reaktif secara berlebihan

(Mutaqin, 2007). Adanya pertumbuhan sel-sel progresif dapat menyebabkan

penekanan pada jaringan sekitar yang menimbulkan penyakit infeksi pernafasan

lain seperti sesak nafas, nyeri saat inspirasi, peningkatan produksi sputum, bahkan

batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe) manakala telah melibatkan

banyak kerusakan pembulh darah (Price&Wilson, 2002).

1
2

Berdasarkan data yang didapatkan dari Depkes RI tahun 2013,

Kanker paru-parumemiliki persentase kasus baru cukup tinggi pada penduduk

perempuan, yaitu sebesar 13,6% dan kematian akibat kanker paru sebesar 11,1%.

Lebih lanjut, prevalensi tertinggi penyakit kanker secara umum berada pada

kelompok umur 75 tahun ke atas, yaitu sebesar 5,0 %. Data yang didapatkan di

ICU Rumah Sakit Katolik St.Vincentius A Paulo Surabaya dari bulan Agustus

2018 sampai dengan November 2018 sebanyak 2 pasien dirawat di ICU dengan

diagnosa Tumor Mediastinum.

Tumor mediastinum disebabkan karena adanya pertumbuhan sel

karsinoma yang kemudian berkembang sel neoplasma, unsur kimia, fisik atau

biologis yang berkemampuan beraksi langsung dan merubah struktur dasar dari

komponen genetic (DNA). Keadaan selanjutnya akibat keterpaparan yang lama

ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya formasi tumor.

Hal ini menyebabkan meningkatnya volume massa sel-sel yang berpoliferasi. Dan

menimbulkan desakan pada jaringan sekitar rongga paru dan terjadi pelepasan

berbagai substansi seperti radikal bebas dan protein reaktif secara

berlebih.Kemudaian menyebabkan pertumbuhan sel-sel progresif pada

mediastinum yang dapat menyebabkan penekanan pada alveoli dan menyebabkan

paru-paru kolaps (atelectasis). Kondisi tersebut dapat meyebabkanbatuk tidak

efektif dan terjadi penumpukan secret pada rongga pernapasansehingga

menyebabkan bersihan jalan nafas tidak efektif dan dapat menyebabkan penyakit

infeksi pernafasan lain seperti sesak nafas, nyeri inspirasi, peningkatan produksi

sputum, bahkan batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe) manakala

telah melibatkan banyak kerusakan pembuluh darah. Kondisi tersebut juga


3

meningkatkan resiko timbulnya infeksi sekunder; sehingga kadangkala

manifestasi klinik yang lebih menonjol mengarah pada infeksi saluran nafas

seperti pneumonia, tuberkulosis walaupun mungkin secara klinik pada kondisi ini

kurang dijumpai gejala demam yang menonjol. Apabila tumor mediastinum tidak

diobati secepatnya, tumor mediastinum dapat menyebabkan komplikasi serius

yang dapat menyerang organ tubuh di sekitarnya, meliputi jantung, perikardium

atau lapisan sekitar jantung, dan pembuluh darah besar aorta.Empat komplikasi

terberat yang sering terjadi adalah obstruksi trachea, sindrom vena cava superior,

invasi vascular dan castrostropic hemorrhage dan rupture esophagus.

Kebanyakantumormediastinumtanpagejaladanditemukanpadasaatdilakuka

n foto toraks untuk berbagai alasan.Keluhan penderita biasanya berkaitandengan

ukuran dan invasi atau kompresi terhadap organ sekitar, misalnya sesaknapas

berat, dan gangguan menelan.Tidakjarang pasien datang dengan kegawatan napas,

kardiovaskuler atau saluran cerna.Diagnosis yang lebih dini dan lebih tepat dari

proses mediastinum

telahdimungkinkandenganpeningkatanpenggunaanrontgendada,tomografikompute

risasi(CTScan),tekniksidikradioisotopedanmagnetic resonanceimaging (MRI),

serta telah memperbaiki keberhasilan dalam mengobati lesi mediastinum.

Bersama dengan kemajuan dalam teknik diagnostic ini kemajuan dalam anastesi,

kemoterapi, immunoterapi, dan terapi radiasi telah meningkatkan kelangsungan

hidup serta memperbaiki kualitas hidup (Mutaqin, 2007).Sedangkan menurut

Aroor (2014), tumor mediastinum dapat diobati dengan metode kemoterapi, atau

radioterapi, tindakan pembedahan.


4

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa sajakah data fokus pasien dengan Tumor Mediastinum di ruang ICU

RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya?

1.2.2 Apa sajakah diagnosa keperawatan pada pasien dengan Tumor Mediastinum

di ruang ICU RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya?

1.2.3 Apa sajakah intervensi keperawatan yang dilaksanakan pada pasien dengan

Tumor Mediastinum di ruang ICU RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya?

1.2.4 Bagaimanakah keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien dengan

Tumor Mediastinum di ruang ICU RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Memeberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Tumor Mediastinum

di ruang ICU RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya

1.3.2 Tujuan khusus

1) Mengidentifikasi data fokus pada pasien dengan pasien dengan Tumor

Mediastinum di ruang ICU RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya

2) Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada pasien Tumor Mediastinum di

ruang ICU RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya

3) Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada pasien dengan Tumor

Mediastinum di ruang ICU RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya

4) Menilai keberhasilan intervensi yang dilakukan pada pasien dengan Tumor

Mediastinum di ruang ICU RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya


5

1.4 Manfaat

Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi kritis

dan kegawatdaruratan khususnya dengan diagnosa Tumor Mediastinum di ruang

ICU RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya.


BAB II

LAPORAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Tanggal MRS : 12 November2018 Jam: 17.50 WIB
Tanggal Masuk ICU : 12 November 2018 Jam: 21.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 14 November 2018 Jam: 08.30 WIB
Hari ke II Perawatan di ICU
Diagnosa Masuk : Tumor MediastinumKanan
No.RM : 89-xx-xx

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Usia : 28 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat PT
Alamat : Kota Surabaya
Penanggung Jawab : Ny. I

B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama :
Pasien mengungkapkan batuk dan dahak sulit keluar
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengungkapkan sudah batuk selama 3 hari disertai sesak dan
badan panas, pada tanggal 12 November 2018 saat mandi sesak bertambah,
kemudian oleh keluarga pasien dibawa ke RS BBojonegoro. Istri pasien
mengungkapkan pada saat di RS B Bojonegoro pasien mengalami kehilangan
kesadaran, tidak ada denyut jantung dan tidak ada pernafasan,kemudian dilakukan
pijat jantung dan pasien sadar.Rekam medis yang berisi terapi pasien

6
7

saat mengalami henti jantung dari RS B Bojonegoro tidak disertakan. Sesak


semakin bertambah sehinggapasien di rujuk ke RS P Surabaya. Pada saat
perjalanan menuju ke RS P Surabaya, oksigen habis dan pasien bertambah sesak,
kemudian oleh petugas ambulance dibawa ke RS Katolik St. Vincentius A Paulo
Surabaya.Jam 17.50 WIB pasien datang di IGD RS Katolik dengan keadaan
umum lemah, sesak napas, RR 44x/menit,SpO2 87%, akral dingin, TD 140/90
mmHg, nadi 132x/menit,suhu 39,50C,kemudian pasien diberikan O2 NRM 12
lpm,GCS 4-5-6. Dilakukan pemeriksaan ECG dengan hasil irama Sinus Takikardi
130x/menit, pemeriksaan laboratorium dengan hasil BUN 35 mg/DL (6-20
mg/DL), Creatinin 2,98 mg/DL (0,6-1,1 mg/DL), SGOT 33,5 U/L (<37 U/L),
SGPT 70,8 U/L (<42 U/L), Lekosit 16,08x 109/L (4,0-11,0 x109/L), Eritrosit
4,97x1012/L (1012/L), Hb 13,6 g/DL (13,0-17,5 g/DL), PCV 42,4% (40-52%),
Trombosit 260x109/L (150-400x109/L), PH 7,23 mmHg (7,35-7,45 mmHg), PO2
152,9 mmHg (80-100 mmHg), PCO2 53,4 mmHg (35-45 mmHg), SaO2 98%, FIO2
100%, BE -4,8 Mmol/L (±2Mmol/L), HCO3 22,6 Mmol/L (22-26 Mmol/L), CRP
+51,81 mg/DL (<10 mg/DL) , LDH 2513 mg/DL, sudah terpasang kateter No. 16
urine berwarna kuning pekat, IV line ditangan kiri buntu kemudian diganti lokasi
pemasangan menggunakan IV cath No. 20 di tangan kiri.Terapi yang diberikan di
IGD adalah Injeksi Santagesik 1 gr IV, Infus RL 500 cc/24 jam.Dilakukan Foto
Thorax dengan hasil Suspect Tumor paru kanan dan lobus superior.
Jam 21.00 WIB Pasien MRS masuk ke ICU dengan keadaan umum lemah,
mengeluh bahu kanan sampai dengan kaki sakit, RR 18x/menit dengan O2 NRM
12 lpm,,ronchi kasar +/+,ada secret dikedua lapang paru,SpO2 100%, pasien
tampak sesak saat berbicara, TD 130/90 mmHg, nadi 100x/menit. Produksi Urine
440 cc/7 jam, warna urine kuning pekat. Advis dari dr. P Sp.P, pasien tetap
diberikan terapi O2 NRM dan bisa diturunkan secara bertahap sampai dengan 6
lpm, rencana dilakukan CT Scan thorax, abdomen dengan kontras. Diberikan
terapi Meropenem 4x500 mg IV, Cernevit 1x1 gr/drip, Antrain 1x1 gr IV (Kp).
Tanggal 13 November 2018 jam 10.00 WIB pasien mengungkapkan sesak
berkurang, RR 16x/menit, O2 masker NRM 6 lpm, SpO2 99%, ronchi +/+, perfusi
hangat, nadi 120x/menit, TD 140/80, suhu 36,5°C, GCS 4-5-6, produksi urine
1565 cc/24 jam, warna urin kuning jernih . Terapi tetap, diberikan tambahan
8

terapi nebulizer dengan obat 4cc PZ dan combivent 1 respul 3x/hari. Cairan
masuk 1670cc/24jam, cairan keluar 1565cc/24jam, balance cairan +105cc/24jam.
Pembacaan hasil CT Scan thorax abdomen, massa lobulated berukuran ±5,83 x
6,22 x 11,42 cm di paratrakhea kanan yang sedikit menyempit dan mendesak
trekhea ke kiri + multiple nodule di paraaorta dan supaclavicula kanan suspect
suatu limfoma, partial kompresi atelektasis oleh massa segmen apical lobus
superior kanan. Pneumonia di segmen apicoposterior lobus superior dan lobus
inferior paru kiri. Efusi minimal dan penebalan pleura kanan, Slight hepatomegali.
Jam 21.50 WIB pasien sesak, RR 34x/menit, SpO2 89%, keringat dingin, TD
180/100, Nadi 130x/menit, dari Dr.P Sp.P terapi oksigen NRM dinaikkan menjadi
8lpm, mendapat terapi Lasix 10mg/ml 1 amp IV. Jam 22.15 WIB kesadaran
pasien menurun, GCS 3-3-5, pasien mengalami kejang general selama 15 detik
sebanyak 2x. Diberikan bag and mask dengan O2 10 lpm, RR 28x/menit, SpO2
89% kemudian konsul ke Dr.N Anasthesi diberikan terapi O2 bag and mask
diganti dengan ventilator (NIV) dengan mode NIV PS , PS back up 12x/menit,
FiO2 100%, PEEP 8, 1 jam post NIV, diperiksakan BGA dengan hasil PH 7,30
mmHg, PCO2 46,5 mmHg, PO2 145,6 mmHg, BE 3,8 Mmol/L, HCO3 23,4
Mmol/L, SaO2 99.8%. Advis dari Dr.P seting NIV tetap.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengungkapkan 2 tahun yang lalu pernah mempunyai benjolan di
leher sebelah kiri, tetapi pasien mengabaikan dan tidak memeriksakannya
kedokter.Pasien mengungkapkan benjolan di sebelah kiri lambat laun hilang
dengan sendirinya.1 tahun terakhir muncul lagi benjolan di sebelah kanan dan
memeriksakannnya kedokter.Pasien mengungkapkan dokter mendiagnosa tumor.
Kemudian pasien diberikan obat minum, tetapi pasien lupa dengan nama obatnya.
Pasien tidak mempunyai riwayat darah tinggi, DM ataupun penyakit jantung.2
bulan terakhir pasien mengungkapkan rutin melakukan akupuntur 1 minggu
sekali.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengungkapkan ibu pasien pernah memiliki tumordileher. Anggota
keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit tumor atau kanker
sebelumnya.
9

5. Riwayat Psikososial-Spiritual :
Pasien mengungkapkan sudah tahu tentang penyakitnya dan sudah
menerima dengan keadaanya saat ini.Pasien mengungkapkan menurut dokter yang
merawat, untuk tindakan selanjutnya menunggu hasil pemeriksaan.Pasien setiap
hari dijaga oleh istri dan keluarga secara bergantian menjenguk pasien dan
memberikan semangat untuk sembuh.Pasien mengungkapkan sebelum sakit,
pasien sholat tetapi tidak 5 waktu, terkadang pasien sholat berjamaah dengan istri
dirumah.Saat dirumah sakit pasien tidak pernah sholat.
6. Riwayat kebiasaan
Pasien mengungkapkan merokok sejak 5 tahun yang lalu, dalam sehari
biasanya pasien menghabiskan ± 1-2 bungkus rokok/hari.
7. Riwayat Alergi
Pasien mengungkapkan alergi pada udang jika pasien makan udang akan
muncul ruam kemerahan pada tubuh, tidak mempunyai riwayat alergi terhadap
obat-obatan.
C. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
Sebelum sakit :
Pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, tempe, daging, ikan, sayur bayam.
Minum air putih ± 7 gelas sehari.
Saat sakit:
Di ICU pasien mendapat diet lunak protein 150gr dan minum maksimal 1000
cc/hari
2. Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAK ±6-7x/hari warna kuning jernih, BAB 2 kali sehari
kosistensi lembek:
Saat sakit: Di ICU pasien menggunakan kateter ukuran 16 isi balon 12ml,
produksi urin sampai dengan jam 08.00 sebanyak 200 ml. Saat dikaji pasien
mengungkapkan belum BAB. Pasien BAB terakhir pada tanggal 12 November
2018.
10

3. Aktifitas dan Istirahat


Sebelum sakit:
Pasien tidur siang ± 2 jam dari jam 13.00-15.00. tidur malam ± 8 jam dari pukul
21.00-06.00. Pasien bangun pagi pukul 06.00 lalu mandi dan makan selanjutnya
melakukan pekerjaan untuk mengurusi bisnis miliknya.
Saat sakit:
Di rumah saat sakit pasien banyak istirahat di rumah. Pekerjaan dilakukan melalui
telpon. Di ICU pasien hanya berbaring di tempat tidur dengan posisi kepala heap
up 45°namun sering terbangun akibat sesak napas. Semua kebutuhan hygiene dan
pemenuhan makan dan minum pasien dilakukan di tempat tidur dan dibantu oleh
perawat. Pasien mampu mangangkat tangan dan kaki serta miring kanan dan kiri
dengan bantuan perawat. Pasien tidak ada keluhan saat berubah posisi.
4. Hygiene Perseorangan
Sebelum sakit:
Pasien mandi dan ganti pakaian 2 kali sehari, melakukan sikat gigi 2 kali sehari.
Pasien dapat melakukan sendiri kadang dibantu oleh keluarga.
Saat sakit:
Di ICU pasien mandi 2 kali sehari, dilakukan perawatan mulut menggunakan
kasa, Listerin, semua kebutuhan pasien dibantu oleh perawat.
A. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernapasan (B1)
Pasien menggunakan NIV dengan mode NIV PS , PS back up 12x/menit,
FiO2 100%, PEEP 8, SPO2 100%, RR14x/menit,bentuk dada simetris, tidak ada
retraksi dada, tidak menggunakan otot bantu napas, tidak ada napas cuping
hidung, terdengar suara rhonki dikedua lapang paru, pasien tidak bisa batuk
efektif, terdapat sputum/secret sedikit, konsistensi kental, warna putih, tidak ada
nyeri tekan pada leher dan dada, fremitus +/+.
2. Sistem Kardiovaskuler (B2)
Konjungtiva berwarna pink,sklera putih, turgor kulit kembali 1 detiktidak
ada sianosis, tidak ada distensi vena jugularis, irama jantung regular S1/S2, CRT
1detik, perfusi hangat, TD135/90 mmHg, nadi 100 x/menit reguler, gambaran
monitor EKG irama sinus takikardi 100x/menit,suhu 36,50 C.
11

3. Sistem Persyarafan (B3)


Kesadaran composmentis, pupil isokor ka/ki, diameter pupil 3/3 mm,
reaksi cahaya +/+, GCS 4-5-6
4. Sistem Perkemihan (B4)
Warna urine kuning jernih, tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada
nyeri tekan pada abdomen
5. Pencernaan (B5)
Abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi abdomen,
tidak asites, supel, tidak ada hepatomegali, bising usus 8x/menit.
6. Sistem Integumen & Muskuluskeletal (B6)
Pasien tampak lemah, skala kekuatan otot ekstremitas atasmampu
mengerakan tangan, mampu mengangkatdan melawan tekanan/dorong dari
pemeriksa dan ekstermitas bawahdapat bergerak dan dapat melawan hambatan
5 5

5 5

A. Pemeriksaan Penunjang
Hasil FNAB tanggal 16 November 2018
Bahan: FNA mass paru/ mediastinum dextra
Ringkasan :
CT-Scan: mass lobulated 114x61x 58mm mendesak para trachea dextra, dengan
multiple nodul para aorta, supraclavicular, atelectasis segmen apical, lob sup
dextra.
Dilakukan satu kali aspirasi melalui ICS 2 ventral kanan, sedalam 9cm kedalam
masa tumor paru, mediastinum dengan tuntunan CT Scan, nodul terasa keras,
pada aspirasi sukar mendapatkan bahan.
Mikroskopik:
Hapusan hypocellular, menunjukkan sedikit masaa fibrinous dengan sebaran
sedikit sel radang lomfosil, makrofag dan esinofil. Tidak didapatkan keganasan.
12

Kesimpulan:
Massa paru/mediastinum dextra FNA tidak mendapatkan bahan adekuat, tidak
menunjukkan tanda lymphoma, solitary fibrous tumor dapat menjadi
pertimbangan, indikasi core biopsy/ open surgery/extirpas
B. Terapi
1. Infus B fluid 500cc/24 jam IV
Golongan: Elektrolit
Komposisi: acetyl cysteine, alanine, arginine, aspartic acid, calcium chloride
dehydrate, dextrose anhydrate, glutamic acid, glycine, magnesium sulfate,
sodium lactate, thiamine
Indikasi: Asupan tambahan asam amino, elektrolit, Vitamin B1 & air
untuk pasien dengan / atau hipnopotensiemia atau kurang gizi karena
asupan oral yang tidak adekuat, sebelum & sesudah operasi GI.
Efek Samping :
Nyeri vascular, flebitis, mual, muntah, rasa tidak nyaman pada dada, syok
Cara Kerja: Bekerja sebagai asupan tambahan asam amino, elektrolit dan air
2. Combivent 3x1 respul nebulizer
Golongan : Anti Asma dan PPOK
Komposisi: Ipratropium Bromide dan Albuterol
Indikasi: perawatan rongga hidung penyumbatan, radang selaput lender,
bronkospasme, penyakit obstruksi paru kronis
Efek Samping:
Sakit kepala, pusing, mual, mulut kering, tremor, sakit tenggorokan
Cara Kerja:
Bekerja dengan membuka saluran udara ke paru-paru serta melakukan
relaksasi atau mengendurkan otot-otot pada saluran nafas
Obat Oral
1. Glyceryl Guaiacolate (GG) 100 mg 3 x 1 tab
Golongan: Ekspektoran
Komposisi: Guaifenesin
Indikasi:
13

Mengobati batuk yang disebabkan flu, bronchitis, dan penyakit pernafasan


lainnya
Efek Samping:
Mual dan muntah, diare, nyeri perut bawah, pusing, ruam kulit

Cara Kerja :
meningkatkan dahak (sputum) dan sekresi bronkial dengan mengurangi daya
rekat dahak pada saluran nafas. Sehingga menjadikannya lebih encer dan
mudah dikeluarkan.
2. Fluimucil 3 x 1 capsul
Golongan : Mukolitik
Komposisi :N-acetylcysteine
Indikasi : infeksi saluran napas dengan sekresi mucus berlebih termasuk
bronchitis, emfisema & bronkiektasis, profilaksis, & terapi komplikasi
bronkopulmunal dengan muskotasis,
Efek samping : bronkospasme, gangguan gantrointestinal, rinore, sakit kepala,
menggigil, demam.
Cara Kerja :mengencerkan dahak pada penyakit saluran pernafasan di mana
terjadi banyak lendir atau dahak
14

ANALISA DATA
NO Tanggal Data Etiologi Problem
1 14 DS: Pertumbuhan sel karsinoma
November Pasien mengungkapkan Bersihan
2018 dahak tidak bisa keluar Berkembangnya neoplasma jalan nafas
DO: dengan terbentuknya formasi tidak efektif
- terdengar rhonki tumor di mediastinum
dikedua lapang paru
- pasien tidak bisa Meningkatnya volume massa sel-
batuk efektif sel yang berpoliferasi
- terdapat
sputum/secret Menimbulkan desakan pada
sedikit, konsistensi jaringan sekitar rongga paru
kental, warna putih
Pelepasan berbagai substansi
seperti radikal bebas dan protein
reaktif secara berlebih

Penekanan pada jalan nafas

Batuk tidak efektif

Penumpukan secret pada rongga


pernapasan

Bersihan jalan nafas tidak efektif


15

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan
1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekretyang ditandai
dengan pasien mengungkapkan dahak tidak bisa keluar, terdengar rhonki dikedua
lapang paru, pasien tidak bisa batuk efektif, terdapat sputum/secret cukup banyak,
konsistensi kental, warna putih.
RENCANA KEPERAWATAN
Tanggal Perencanaan Evaluasi
Diagnosa Implementasi TT
Tujuan Intervensi Rasional Formatif Sumatif
14 Bersihan jalan Pasien 1. Jelaskan 1. Bersihan jalan 14 November 14 November 16 November 2018
November napas tidak menunjukan kepada pasien napas tidak 2018 2018 Jam 14.00
2018 efektif kepatenan jalan dan keluarga efektif terjadi Jam 09.00 WIB Jam 14.00
berhubungan napas setelah penyebab dari karena adanya Menjelaskan S: Pasien
dengan dilakukan terjadinya hyperplasia atau kepada pasien S : Pasien mengungkapkan dahak
akumulasi tindakan ketidakefektif tumor di dan keluarga mengungkapkan bisakeluar tapi masih
sekretyang keperawatan an bersihan mediastinum penyebab dahak belum bisa sedikit.
ditandai dengan selama 3x24 jam jalan napas sehingga terjadi ketidak efektifan keluar
pasien dengan kriteria akumulasi bersihan jalan O: Terdengar rhonki
mengungkapkan hasil: sputum di jalan napas karena O: dikedua lapang paru,
dahak tidak bisa - Pasien napas yang adanya benjolan - terdengar pasien bisa batuk efektif,
keluar, terdengar mengungkapka mengganggu di rongga dada rhonki konsistensisputumkental,
rhonki dikedua n mampu pernapasan yang mendesak dikedua warna putih, RR 16
lapang paru, batuk efektif pasien jalan nafas lapang paru x/mnt
pasien tidak bisa - Pasien dapat sehingga - pasientidak
batuk efektif, batuk efektif penumpukan bisa batuk A: Masalah Teratasi
terdapat - Sputum encer riak di jalan efektif sebagian
sputum/secret dan berwarna napas pasien dan - pasien belum
cukup banyak, putih pernafasan bisa P: Intervensi dilanjutkan
konsistensi - Tidak ada 2. Ajarkan dan 2. Menarik napas menjadi mengeluarkn di Ruangan rawat inap
kental, warna ronkhi anjurkan dalam dan terganggu secret
putih. - RR normal 12- pasien latihan batuk efektif - RR 20x/mnt
20x/menit menarik napas membantu Jam 09.10 WIB
dalam dan pasien Mengganti A: Masalah
batuk efektif mengeluarkan cairan infus belum tertasi
sputum yang NaCl0,9%
tertahan di 500ml dan P: lanjutkan
jalan napas dan mengatur tetesan intervensi
dapat infus 7 tpm 2,3,4,5, 6, dan 7
meningkatkan

16
ekspansi Jam 09.30 WIB
paru.dan Melakukan
mencegah kolaborasi
sesak. dengan dokter
dalam
3. Berikanvibrasi 3. Mampu memberikan
merontokkan terapi Flumicil 1
secret yang cap PO dan GG
masih 1 tab PO
menempel di
saluran Jam 10.00 WIB
pernapasan Mengajarkan
pasien cara
4. Berikan 4. Melepaskan menarik napas
postural sekresi di dalam dan batuk
drainage segmen paru efektif dengan
dengan cara
menggunakan mempraktekkan
gaya gravitasi menarik napas
dalam kemudian
membatukkan
Kolaborasi 5. Melongarkan lalu pasien
5. Pemberian saluran diminta
nebulizer 3x1 pernafasan. mengikuti cara
selama 15 Combiven tersebut
menit dengan Bekerja dengan
obat: membuka
-PZ 4cc, saluran udara Jam 11.00
-combivent 1 ke paru-paru Memberikan
respul serta terapi nebulizer
melakukan dengan pz 4 cc +
relaksasi atau combivent 1
mengendurkan respul.

17
otot-otot pada
saluran nafas Jam 11.15
Melakukan
vibrasi
6. Pemberian 6. Hidrasi mampu
terapi hidrasi melembabkan Jam 11.30
dengan saluran Memberikan
pemberian pernapasan posisi miring kiri
infus B Fluid sehingga pada pasien
500 cc/24 jam, pengeluaran Jam 12.00 WIB
dan pemberian secret memberikan
minum air pasien minum
putih sebanyak 50ml
maksimal
1000 cc/24 Jam 12.55
jam Memberikan
posisi semi
7. Pemberian 7. Mengencerkan fowler
obat: dahak dan
-Flumicil 3x1 meredakan Jam 14.00 WIB
cap PO batuk serta Mengobservasi
- GG 3x1 tab melancarkan frekuensi napas
PO pengeluaran sputum dan
dahak kememampuan
batuk efektif
8. Observasi 8. Observasi pasien.
keluhan, keluhan,
frekuensi, sputum,
kemampuan pernapasan,
batuk dan suara napas
efektif,produk tambahan
si sputum untuk melihat
pasien setiap 3 dan
jam dan suara mengevaluasi

18
napas hasil tindakan
tambahan. yang telah
dilakukan

19
20

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Diagnosa Keperawatan SOAPIE Paraf

Kamis, Bersihan jalan napas tidak Jam 07.30 WIB


15 efektif berhubungan dengan S: Pasien mengungkapkan dahak masih
Novemb akumulasi secret yang susah keluar
er 2018 ditandai dengan pasien O:
mengungkapkan dahak tidak - Terdengar ronchi dikedua lapang paru
bisa keluar, terdengar rhonki - Pasien belum bisa batuk efektif
dikedua lapang paru, pasien - Pasien hanya bisa mengeluarkan sputum
tidak bisa batuk efektif, sedikit dengan konsistensi kental, warna
terdapat sputum/secret putih
cukup banyak, konsistensi - RR 16x/mnt
kental, warna putih.
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 2,3,4,5, 6, dan 7

I:
Jam 07.55
Memberikan posisi semi fowler

Jam 08.00 WIB


Memberikan terapi infus B Fluid 7
tetes/menit
Memberikan terapi Flumicil 1 cap PO dan
GG 1 tab PO

Jam 08.10 WIB


Memberikan minum air putih sebanyak 100
ml

Jam 10.00 WIB


Menganjurkan pasien menarik napas dalam
dan batuk efektif

Jam 10.15 WIB


Memberikan minum air putih sebanyak 50
ml

Jam 10.30 WIB


Memberikan terapi nebulizer dengan pz 4 cc
+ Combivent 1 respul.

Jam 11.00 WIB


Memberikan terapi vibrasi

Jam 11.15 WIB


Memberikan posisi miring ke kiri pada
pasien.

Jam 12.55 WIB


Memberikan posisi Semi fowler pada pasien
21

Tanggal Diagnosa Keperawatan SOAPIE Paraf

Jam 13.00 WIB


Memberikan terapi Flumicil 1 cap PO dan
GG 1 tab PO

Jam 13.00 WIB


Memberikan minum air putih sebanyak 150
ml

Jam 14.00 WIB


Mengobservasi frekuensi napas sputum dan
kemampuan batuk efektif pasien

E:
Pasien mengungkapkan dahak bisakeluar
tapi hanya sedikit, terdengar rhonki dikedua
lapang paru, pasien belum bisa batuk efektif,
konsistensisputum kental, warna putih, RR
14 x/mnt
.
Jum’at Bersihan jalan napas tidak Jam 07.30 WIB
16 efektif berhubungan dengan S: Pasien mengungkapkan dahak sudah bisa
Novemb akumulasi secret yang keluar namun hanya sedikit
er 2018 ditandai dengan pasien
mengungkapkan dahak tidak O:
bisa keluar, terdengar rhonki - Terdengar rhonki dikedua lapang paru
dikedua lapang paru, pasien - Pasien bisa batuk efektif
tidak bisa batuk efektif, - Pasien hanya bisa mengeluarkan sputum
terdapat sputum/secret sedikit dengan konsistensi kental, warna
cukup banyak, konsistensi putih
kental, warna putih. - RR 18x/mnt

A: Masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi 2,3,4,5,6 dan 7

I:
Jam 07.45 WIB
Memberikan posisi semi fowler pada pasien

Jam 08.00 WIB


Memberikan terapi infus B Fluid 7
tetes/menit
Memberikan terapi Flumicil 1 cap PO dan
GG 1 tab PO

Jam 08.10 WIB


Memberikan minum 75 ml

Jam 10.00 WIB


Menganjutkan pasien menarik napas dalam
dan batuk efektif
22

Tanggal Diagnosa Keperawatan SOAPIE Paraf

Jam 10.30 WIB


Memberikan terapi nebulizer dengan pz 4 cc
+ combivent 1 respul.
Jam 10.40 WIB
Memberikan minum air putih 100 ml

Jam 11.00 WIB


Memberikan terapi vibrasi dengan posisi
pasien miring ke kiri

Jam 13.00 WIB


Memberikan terapi Flumicil 1 cap PO dan
GG 1 tab PO

Jam 13.05 WIB


Memberikan posisi miring kiri pada pasien

Jam 13.00 WIB


Memberikan minum air putih 100 ml

Jam 14.00 WIB


Mengobservasi frekuensi napas sputum dan
kemampuan batuk efektif pasien

E:
Pasien mengungkapkan dahak bisakeluar
tapi masih sedikit, terdengar rhonki dikedua
lapang paru, pasien bisa batuk efektif,
konsistensi sputum kental, warna putih, RR
16 x/mnt
BAB III
REVIEW JURNAL
1 DaftarPustaka Aroor, A. R., et al. (2014). A Study of Clinical Characteristics of
Mediastinal Mass. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 8(2),
77-80. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov

2 Judul A Study of Clinical Characteristics of Mediastinal Mass

3 Tujuan Untuk menilai karakteristik klinis, jenis, modalitas pengobatan dan hasil
tumor mediastinum pada pasien di Kasturba Medical College Hospital,
Manipal, India.

4 Metode 1. Metodepenelitian yang digunakanadalahStudi Prospektif


2. Respondendalampenelitianini adalah 35 pasien yang memenuhi
kriteria inklusi: usia di atas16 tahun, tanpa gejala atau dengan tanda
dan gejala klinis kompresi mediastinum dan memiliki massa atau
tumor mediastinum pada CT Scan
3. Data yang diambil yaitu data demografis (jenis kelamin dan usia),
karakteristik klinis, pemerksaan penunjang, jenis, pengobatan dan
hasil tindakan pengobatan
4. Analisa data: data ditabulasi dan dinyatakan dalam bentuk persentase
atau proporsi

5 HasilPenelitian 1. Rentang usia yang terkena tumor mediastinum adalah antara 17 hingga
68 tahun, dengan usia rata-rata 45,4 tahun. 2/3kasus (24; 68,57%)
adalah laki-laki dan 11 kasus (31,43%) adalah perempuan, dengan rasio
laki-laki dibanding perempuan adalah 2,2: 1. Batuk dan penurunan
berat badan adalah gejala yang paling umum terlihat pada 20 kasus
(57,14%), diikuti oleh dyspnoea (45,71%). Gejala obstruksi
mediastinum menunjukkanbahwa dari 17 kasus yaitu14 kasus (82,4%)
ganas dan tiga kasus (17,6%) adalah jinak. Pada pasien dengan
obstruksi mediastinum, terdapat 11 massa (64,7%) terletak di
mediastinum anterior. Suara serak adalah gejala paling umum dari
obstruksi mediastinal pada9 kasus (52,9%), diikuti oleh disfagia dan
obstruksi vena kava superior. Pada tujuh kasus masing-masing (41,2%).
karsinoma bronkogenik adalah penyebab paling umum dari suara serak
suara (44,4%). Hal ini terjadi karena peningkatan insiden keganasan
selama bertahun-tahun.
2. X-ray dada menunjukkan pelebaran mediastinum di 27 kasus (77,14%)
dan 2 kasus di antaranya tanpa gejala. Efusi pleura dan massa paru-paru
masing-masing terlihat pada 5 kasus (14,29%). limfadenopati
mediastinum tercatat di 27kasus pada CT, di antaranya 12 kasus
(44,44%) adalah limfoma, 5 kasus (18,52%) adalah mediastinum
Tuberkulosis (TB), 7 kasus adalah karsinoma bronkogenik (25,93%)
dan 3 kasus (11,11%) adalah karsinoma metastasis. Dibandingkan
dengan X-ray dada, CT Scan lebih akurat dalam mendeteksi tumor
mediastinum.
3. Di antara 12 kasus limfoma, 8 diobati dengan kemoterapi dan 2 pasien
menolak pengobatan. Mereka yang menerima pengobatan menunjukkan
resolusi tanda klinis dan radiologi. Kematian terjadi pada2 kasus NHL
karena penyakit lanjut dan sepsis. Semua kasus karsinoma bronkogenik

23
24

diobati dengan kemoterapi atau radioterapi, Hanya 2yang


menunjukkan perbaikan klinis yang signifikan dan kematian terjadi
dalam 2 kasus. Kasus thymoma dalam studi ini menjalani operasi dan
satu pasien menerima radioterapi sebagai tumor ganas dan mereka
semua menunjukkan tanpa gejala pada tindak lanjut. Di antara dua
kasus tumor sel germinal, operasi dilakukan untuk teratoma jinak
dewasa dan kemoterapi diikuti oleh operasi adalah modalitas
pengobatan untuk tumor non-seminomatous ganas. Kedua kasus tanpa
gejala pada tindak lanjut dan menunjukkan tidak kambuh.
6 RingkasanTinjauanTe Massa pada mediastinum meliputi berbagai macam tumor yang melanda
ori orang dari segala usia. Hal tersebutbisa karena bawaan atau
diperoleh(tumor primer atau sekunder). Tumor mediastinum sekunder
lebih umum daripada tumor primer.Tumor yang paling sering melibatkan
jaringan limfatik dari tumor primer paru-paru atau organ
infradiaphragmatic adalah seperti pankreas, gastro-esofagus dan kanker
testis. Massa di mediastinum anterior meliputi thymoma, limfoma,
pheochromocytoma, tumor sel germinal dan lesi paratiroid. Massa di
daerah ini lebih cenderung menjadi ganas daripada di kompartemen lain

KritikPenelitian
7 Kelebihan Hasil dari penelitian mampu menjawab tujuan yang ingin diperoleh
peneliti yaitu tentang karakteristik, tipe, modalitas pengobatan dan hasil
pengobatan pada tumor mediastinum

8 Kekurangan Tidak dijelaskan secara lengkap mengenai metode, desain, analisa


statistik, maupun alat ukur yang digunakan dalam penelitian

Penutupan
9 Pengaplikasiandalamp melalui hasil jurnal ini, perawat bisa menegakkan masalah keperawatan
raktikkeperawatandari apa saja yang mungkin bisa timbul pada pasien tumor mediastinum
hasilpenelitian dengan melihat karakteristik atau tanda klinis yang diperoleh dari
pemeriksaan fisik. Perawat juga bisa sebagai fasilitator dalam
menentukan pengobatan apa yang terbaik dan efek bila tidak dilakukan
pengobatan kepada pasien tumor mediastinum apabila pasien belum
paham dengan penjelasan dokter.
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus, pasien tumor mediastinum merupakan pasien laki-laki


berusia 28 tahun mengalami tanda dan gejala yaitu batuk dan dipsnea atau sesak
napas. Pasien tidak ada penurunan berat badan, disfagia maupun suara serak.Menurut
jurnal Aroor, et al (2014) bahwa tumor mediastinum memiliki karakteristik yaitu
penderita berusia 17 hingga 68 tahun dengan rata-rata usia 45,4 tahun, paling banyak
pada laki-laki, mengalami penurunan berat badan, batuk dan dipsnea. Pada obstruksi
mediastinum, tanda paling umum adalah terdapat suara serak yang diikuti dengan
disfagia dan obstruksi vena kava superior. Kelompok berpendapat bahwaterdapat
kesesuaian antara fakta dan teori, dimana pasien memiliki karakteristik klinis dari
tumor mediastinum yaitu jenis kelamin laki-laki, usia 28 tahun, batuk dan dipsnea.
Pasien tidak mengalami penurunan berat badan karena tidak adanya kesulitan
menelan yang menyebabkan penurunan nafsu makan.Hal ini memperjelas bahwa
pasien tidak megalami obstruksi mediastinum akibat tumor.
Menurut fakta dalam kasus yang ada, pasien dilakukan pemeriksaan CT scan
dan didapatkan hasil CT Scan menunjukkan bahwa terdapat massa di paratrakhea
kanan, suspect suatu limfoma, terdapat efusi minimal dan penebalan pleura kanan.
Menurut jurnal Aroor, et al (2014) bahwa pemeriksaan CT Scan paling banyak
menunjukkan massa mediastinum adalah jenis limfoma. Pemeriksaan X-ray dada
menunjukkan pelebaran mediastinum, efusi pleura dan massa dalam paru-paru.
Menurut kelompok, terdapat kesesuaian antara fakta dan teori yaitu CT scan mampu
menunjukkan adanya suatu limfoma dalam mediastinum pasien, massa terdapat di
saluran pernafasan yaitu paratrakhea kanan dan mampu menunjukkan adanya efusi
pleura minimal.Massa menyebabkan penekanan di saluran napas sehingga
menyebabkan pasien sesak napas dan menyebabkan gagal napas sehingga pasien
perlu di observasi ketat.
Berdasarkan kasus, pasien belum mendapat pengobatan kemoterapi namun
pasien menunjukkan perbaikan pada tanda-tanda klinisnya.

25
26

Menurut jurnal Aroor, et al (2014) bahwa pasien dengan limfoma yang diobati
dengan kemoterapi menunjukkan resolusi tanda klinis dan radiologi, sedangkan
pasien yang menolak atau tidak mendapat pengobatan mengalami kematian karena
kelanjutan dari penyakit dan terjadinya sepsis.Kelompok berpendapat bahwa terdapat
ketidak sesuaian antara fakta dengan teori. Selama diobservasi di ICU belum ada
hasil pemeriksaan penunjang yaitu FNAB, karena hal tersebut pasien belum
dilakukan terapi lain yang diindikasikan untuk tumor mediastinum dan pasien hanya
dilakukan tindakan untuk memperbaiki kondisi klinis. Pasien menunjukkan tanda
klinis yang semakin membaik yaitu RR dalam batas normal, pasien hari kedua catatan
perkembangan sudah mulai winning dengan oksigen masker, tidak menunjukkan
sesak atau adanya otot bantu nafas dan nafas cuping hidung serta batuk sudah bisa
efektif.
Hasil FNAB keluar pada tanggal 16 November 2018, pasien sudah keluar ICU
dengan hasil massa paru atau mediastinum dextra FNA tidak mendapatkan bahan
adekuat, tidak menunjukkan tanda lymphoma, solitary fibrous tumor dapat menjadi
pertimbangan, indikasi core biopsy/ open surgery/extirpas.

You might also like