You are on page 1of 20

PENYAKIT ALZHEIMER

Penyakit Alzheimer adalah penyakit degeneratif otak dan penyebab paling umum dari
demensia. Hal ini ditandai dengan penurunan memori, bahasa, pemecahan masalah dan
keterampilan kognitif lainnya yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan
kegiatan sehari-hari. Penurunan ini terjadi karena sel-sel saraf (neuron) di bagian otak yang
terlibat dalam fungsi kognitif telah rusak dan tidak lagi berfungsi normal.
Perbandingan otak normal dan Alzheimer

Pada penyakit Alzheimer, kerusakan saraf akhirnya mempengaruhi bagian otak yang
memungkinkan seseorang untuk melaksanakan fungsi tubuh dasar seperti berjalan dan menelan
(Alzheimer’s Association, 2015). Pada akhirnya penderita dapat mengalami kematian setelah
beberapa tahun karena kemampuan motoriknya sudah tidak berfungsi.
Kategori Alzheimer dapat dibagi menjadi:
1. Predementia: Pada Alzheimer tingkat ini terjadi gangguan kognitif ringan, defisit
memori, serta apatis, apatis.
2. Demensia onset awal Pada Alzheimer tingkat ini terjadi gangguan bahasa, kosakata,
bahasa oral & tulisan, gangguan persepsi, gangguan gerakan, terlihat bodoh, kurang
inisiatif untuk melakukan aktivitas.
3. Dementia moderat Pada Alzheimer tingkat ini terjadi deteriorasi progresif, tidak mampu
membaca & menulis, gangguan long-term memory, subtitusi penggunaan kata
(parafasia), misidentifikasi, labil, mudah marah, delusi, Inkontinen system urinaria.
4. Dementia tahap lanjut (advanced) Pada Alzheimer tingkat ini terjadi tidak dapat
mengurus diri secara mandiri, kehilangan kemampuan verbal total, agresif, apatis
ekstrim, deteriorasi massa otot & mobilitas, kehilangan kemampuan untuk makan.
Alzheimer merupakan manifestasi penyakit seperti dementia yang berangsur-angsur dapat
memburuk hingga menyebabkan kematian. Alzheimer diduga terjadi karena penumpukan protein
beta-amyloid yang menyebabkan plak pada jaringan otak. Secara normal, beta-amyloid tidak
akan membentuk plak yang dapat menyebabkan gangguan sistem kerja saraf pada otak. Namun,
karena terjadi misfolding protein, plak dapat menstimulasi kematian sel saraf. Para ahli percaya
bahwa Alzheimer, seperti penyakit kronis umum lainnya, berkembang sebagai akibat dari
beberapa faktor.
Gejala penyakit Alzheimer bervariasi antara individu. Gejala awal yang paling umum adalah
kemampuan mengingat informasi baru secara bertahap memburuk.
Berikut ini adalah gejala umum dari Alzheimer:
a. Hilangnya ingatan yang mengganggu kehidupan sehari-hari.
b. Sulit dalam memecahkan masalah sederhana.
c. Kesulitan menyelesaikan tugas-tugas yang akrab di rumah, di tempat kerja atau di waktu
luang.
d. Kebingungan dengan waktu atau tempat.
e. Masalah pemahaman gambar visual dan hubungan spasial.
f. Masalah baru dengan kata-kata dalam berbicara atau menulis.
g. Lupa tempat menyimpan hal-hal dan kehilangan kemampuan untuk menelusuri kembali
langkah-langkah.
h. Penurunan atau penilaian buruk.
i. Penarikan dari pekerjaan atau kegiatan sosial.
j. Perubahan suasana hati dan kepribadian, termasuk apatis dan depresi. (Alzheimer’s
Association, 2015)

Selama tahap akhir penyakit, pasien mulai kehilangan kemampuan untuk mengontrol fungsi
motorik seperti menelan, atau kehilangan kontrol usus dan kandung kemih. Mereka akhirnya
kehilangan kemampuan untuk mengenali anggota keluarga dan untuk berbicara. Sebagai
penyakit berlangsung itu mulai mempengaruhi emosi dan perilaku seseorang dan mereka
mengembangkan gejala seperti agresi, agitasi, depresi, sulit tidur.

1. ASPEK SENTRAL
- Anatomi
Anatomi manusia melingkupi pengetahuan tentang kerangka, saraf, otot,
pembuluh darah, dan organ-organ yang terdapat dalam tubuh manusia. Ilmu anatomi;
ilmu tentang susunan tubuh manusia ini sangatlah penting sehingga mengisi sebagian
besar porsi pendidikan medis di Eropa Barat. Pada tahun 1543, Andreas Vesalius
mempublikasikan anatomi klasiknya yang didasarkan pada pembedahan manusia.
Tahun itu kemudian dianggap menjadi awal kemajuan ilmu anatomi, sehingga
setelahnya banyak orang yang menemukan hal-hal baru. Contoh sederhananya
tentang sistem peredaran darah yang ditemukan oleh William Harvey. Terus sampai
hari ini. Ilmu anatomi terus berkembang. Dengan itu, resiko operasi pembedahan bisa
ditekan ke angka paling minimal.
Anatomi otak manusia:
a. Batang otak terletak di bagian bawah otak berfungsi untuk sistem kendali
tubuh seperti bernapas, denyut jantung, tidur dan tekanan darah.
b. Serebelum merupakan bagian kedua terbesar yang berfungsi untuk
mengkoordinasi pergerakan otot dan mengontrol keseimbangan.
c. Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang berfungsi untuk berpikir,
berbicara, mengingat, menerima sensor dan pergerakan. serebrum di bagi atas
empat bagian yang masing-masing mempunyai tugas khusus.
d. Frontal lobe terletak di belakang kepala berfungsi untuk berpikir, belajar,
emosi dan pergerakan.
e. Occipital lobe berfungsi untuk memproses objek atau untuk penglihatan.
f. Pariental lobe terletak di bagian atas otak yang berfungsi untuk merasakan
sensai pada tubuh seperti sentuhan, temperatur dan rasa sakit.
g. Temporal lobe berfungsi untuk memproses suara yang masuk dan juga daya
ingat.
h. Left hemisphere (hemisfer kiri) atau lebih di kenal dengan otak kiri berfungsi
untuk berhitung, analisa dan bahasa.
i. Right hemisphere (otak kanan) berfungsi untuk menghailkan pikiran-pikiran

- Histologi
Histologi merupakan cabang ilmu biologi anatomi yang mempelajari tentang susunan
struktur sel-sel yang memiliki fungsi fisiologi yang sama tersusun menjadi satu
jaringan yang kompleks. Saat terjadi perubahan dalam struktur sel akibat terkena
penyakit, bakteri, adanya substansi berbahaya seperti logam berat, maupun karena
terjadinya perubahan faktor fisika (suhu) dan kimia (salinitas, pH atau DO)
lingkungan, hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi atau bahkan sedang
berlangsung perubahan pada kondisi lingkungan dimana ikan tersebut berada. Analisa
histologi dapat menjadi parameter yang sangat sensitif dan menjadi sangat penting
didalam menentukan perubahan struktur sel yang terjadi di organ dalam seperti ginjal,
hati dan gonad (Dutta, 1996 dalam Khaisar, 2005). Menurut Banks (1986) dalam
Khaisar (2006), nekrosis yang terjadi pada sel dapat dikenali secara morfologi dari
kerusakan yang terjadi pada inti sel; terjadi homogenisasi sitoplasma; serta
peningkatan jumlah eosinofil. Nekrosis sel sangat tergantung dari seberapa tinggi
tingkat kerusakan dan lamanya sel mengalami kerusakan. Kerusakan pada inti sel
terdiri dari: pyknosis dimana terjadi penyusutan inti; karyolysis dimana inti akan
terdisolusi; karyorrhexis yaitu dimana inti akan mengalami fragmentasi (Banks, 1989
and Copenhaver, 1978 dalam Khaisar, 2006). Kondisi akut menggambarkan sel yang
mengalami kerusakan dalam waktu singkat namun bersifat mematikan (lethal),
kondisi membran sel akan pecah sehingga isi sel seluruhnya akan terlarut, terjadi
pada sejumlah grup sel. Sedangkan pada kondisi kronis, sel mengalami kerusakan
dalam jangka waktu cukup lama dan bersifat sub-lethal; inti sel dan sitoplasma 8 akan
sangat mengkisut. Gangguan lainnya dalam tubuh dapat berupa gangguan
metabolisme sel, gangguan sirkulasi dan radang (Banks, 1989 and Copenhaver, 1978
dalam Khaisar, 2006). Tingkat pencemaran di dalam lingkungan perairan dapat
diketahui dengan melakukan pengamatan konsentrasi bahan toksik yang terdapat
pada organisme yang ada
- Fisiologi
Fisiologi adalah turunan biologi yang mempelajari bagaimana kehidupan berfungsi
secara fisik dan kimiawi. Istilah ini dibentuk dari kata Yunani Kuna φύσις, physis,
“asal-usul” atau “hakikat”, dan λογία, logia, “kajian”. Fisiologi, dari kata Yunani
physis = ‘alam’ dan logos = ‘cerita’, adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik,
fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Fisiologi menggunakan berbagai metode
ilmiah untuk mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, dan
organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan kimiawinya untuk
mendukung kehidupan.
Fisiologi memiliki beberapa subbidang. Elektrofisiologi berkaitan dengan cara kerja
saraf dan otot; neurofisiologi mempelajari fisiologi otak; fisiologi sel menunjuk pada
fungsi sel secara individual. Banyak bidang yang berkaitan dengan fisiologi,
diantaranya adalah Ekofisiologi yang mempelajari efek ekologis dari ciri fisiologi
suatu hewan atau tumbuhan dan sebaliknya. Genetika bukanlah satu-satunya faktor
yang mempengaruhi fisiologi hewan dan tumbuhan. Tekanan lingkungan juga sering
menyebabkan kerusakan pada organisme eukariotik. Organisme yang tidak hidup di
habitat akuatik harus menyimpan air dalam lingkungan seluler. Pada organisme
demikian, dehidrasi dapat menjadi masalah besar. Dehidrasi pada manusia dapat
terjadi ketika terdapat peningkatan aktivitas fisik. Dalam bidang exercise physiology,
telah dilakukan berbagai penelitian mengenai efek dehidrasi terhadap homeostasis.

Susunan Tubuh Manusia


1. Sistem Kerangka
Kerangka tubuh manusia terdiri dari susunan berbagai macam tulang yang satu
sama lainnya saling berhubungan, terdiri dari:
· Tulang kepala: 8 buah
· Tulang kerangka dada: 25 buah
· Tulang wajah: 14 buah
· Tulang belakang dan pinggul: 26 buah
· Tulang telinga dalam: 6 buah
· Tulang lengan: 64 buah
· Tulang lidah: 1 buah Tulang kaki: 62 buah
Fungsi kerangka antara lain:
· menahan seluruh bagian-bagian tubuh agar tidak rubuh
· melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan paru-paru
· tempat melekatnya otot-otot
· untuk pergerakan tubuh dengan perantaraan otot
· tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah
· memberikan bentuk pada bangunan tubuh buah
- Gelang bahu
Yaitu persendian yang menghubungkan lengan dengan badan. Pergelangan ini
mempunyai mangkok sendi yang tidak sempurna oleh karena bagian belakangnya
terbuka. Gelang bahu terdiri atas tulang selangka yang melengkung berupa huruf S,
dan tulang belikat yaitu sebuah tulang ceper berbentuk segi tiga. Gelang bahu
berhubungan dengan rangka batang badan hanya pada satu tempat saja. Ujung
sebelah tengah tulang selangka dihubungkan dengan pinggir atas tulang dada oleh
sendi dada-selangka. Ujung sebelah luar tulang selangka berhubungan dengan dengan
sebuah taju tulang belikat (ujung bahu) dengan perantaraan sendi akromioklavikula.
- Sendi lutut
Ujung bawah tulang paha mempunyai dua buah benjol sendi yang bertopang pada
bidang atas tulang kering. Dengan demikian terbentuklah sebuah sendi yang
dinamakan sendi lutut. Pada dinding depan sendi lutut terdapat tempurung lutut.
2. Sistem Otot
Otot punggung sejati merupakan dua buah jurai yang amat rumit susunannya, terletak
di sebelah belakang kanan dan kiri tulang belakang, mengisi ruang antara taju duri
dan taju lintang. Otot-otot punggung sejati itu hampir sama sekali tertutup oleh otot-
otot punggung sekunder yang sebenarnya termasuk otot-otot anggota gerak atas dan
bawah. Kedua jurai otot tersebut dinamakan penegak batang badan dan amat penting
artinya untuk sikap dan gerakan tulang belakang.
3. Sistem Peredaran darah
Jantung berbentuk runjung yang terbalik letaknya. Letak jantung dalam tubuh
sedemikian rupa sehingga ujung runjung tersebut (ujung jantung) mengarah ke
bawah, ke depan dan ke kiri. Basis jantung mengarah ke atas, ke belakang dan sedikit
ke kanan. Pada basis jantung inilah berhimpun aorta, batang nadi paru-paru, batang
pembuluh balik atas dan bawah beserta ke dua (atau empat pembuluh balik paru-
paru). Bagian dalam jantung terdiri atas 4 ruang: serambi kiri, bilik kiri, serambi
kanan dan bilik kanan. Serambi kiri dan bilik kiri satu sama lain berhubungan,
demikian juga serambi kanan dan bilik kanan. Bagian kiri jantung dipisahkan dari
bagian kanan oleh sekat rongga jantung.
4. Sistem pernapasan
Paru–paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa/alveoli). Gelembung-gelembung hawa terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel. Banyaknya gelembung paru-paru kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru
kanan dan kiri). Paru-paru terletak pada rongga dada. Pada rongga dada tengah
terletak paru-paru sedangkan pada rongga dada depan terletak jantung. Paru-paru
terdiri dari dua bagian yaitu paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan
terbagi atas tiga belah paru (lobus) yaitu belah paru atas, belah paru tengah dan belah
paru bawah. Paru-paru kiri terbagi atas dua belah paru yaitu belah paru atas dan belah
paru bawah.
5. Sistem Indera
- Alat Penglihatan
Alat penglihatan terdiri atas bola mata, saraf penglihatan, dan alat-alat tambahan
mata. Bola mata berbentuk bulat, hanya bidang depannya menyimpang dari bentuk
bola sempurna karena selaput bening lebih menonjol ke depan. Ini terjadi karena
bagian ini lebih melengkung dari pada bagian lain bola mata. Titik pusat bidang
depan dan bidang belakang dinamakan kutub depan dan kutub belakang. Garis
penghubungnya adalah sumbu mata atau sumbu penglihat. Bola mata dapat
dibedakan dinding dan isinya. Dindingnya terdiri atas tiga lapis. Lapis luar adalah
selaput keras, yang di depan beralih menjadi selaput bening. Lapis tengah dinamakan
selaput koroid yang melapisi selaput keras dari dalam. Ke depan selaput koroid tidak
mengikuti selaput bening. Di tempat peralihan selaput koroid dan selaput
pelangi terdapat bentuk yang lebih tebal dan dikenal sebagai badan siliar. Di tengah
selaput pelangi ada lubang yang disebut manik mata.
- Alat Pendengaran
Alat pendengaran terdiri atas pendengar luar, pendengar tengah dan pendengar dalam.
Pendengar luar terdiri atas daun telinga dan liang telinga luar. Daun
telinga adalah sebuah lipatan kulit yang berupa rangka rawan kuping
kenyal. Bagian luar liang telinga luar berdinding rawan, bagian dalamnya
mempunyai dinding tulang. Ke sebelah dalam liang telinga luar dibatasi oleh
selaput gendangan terhadap rongga gendangan.
Pendengar tengah terdiri atas rongga gendangan yang berhubungan dengan tekak
melalui tabung pendengar Eustachius. Dalam rongga gendangan terdapat tulang-
tulang pendengar, yaitu martil, landasan dan sanggurdi. Martil melekat pada selaput
gendangan dan dengan sebuah sendi kecil juga berhubungan dengan
landasan. Landasan mengadakan hubungan dengan sanggurdi melekat pada selaput
yang menutup tingkap jorong pada dinding dalam rongga gendangan.
- Kulit
Kulit terbagi atas kulit ari dan kulit jangat. Kulit ari terdiri atas beberapa lapis, yang
teratas adalah lapis tanduk yang terdiri atas sel-sel gepeng, sedangkan lapis terdalam
disebut lapis benih yang senantiasa membuat sel-sel epitel baru. Kulit jangat
berupa jaringan ikat yang mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf-saraf.
Tonjolan kulit jangat berupa jari ke dalam kulit ari dikenal dengan papil kulit jangat.
Di dalamnya terdapat kapiler darah dan limfe serta ujung-ujung saraf dengan badan-
badan perasa.
6. Sistem Pencernaan
- Rongga mulut
Rongga mulut mulai dari celah mulut dan berakhir di belakang pada lubang tekak.
Oleh karena lengkung gigi, rongga mulut dibagi dua bagian yaitu beranda yang
terletak di luar lengkung gigi dan rongga mulut yang terdapat di belakangnya.
Beranda dibatasi ke luar oleh bibir dan pipi yang mengandung otot-otot mimik dan
karena itu gerakannya amat luas.
- Geligi
Geligi terdiri atas dua baris gigi tertutup. Setiap baris gigi merupakan suatu garis
melengkung yang pada rahang atas agak lain bentuknya daripada rahang bawah.
Gigi pada rahang atas dan pada rahang bawah letaknya sedemikian rupa
sehingga penampang terbesar setiap gigi rahang atas tepat menempati sela antara dua
buah gigi rahang bawah dan sebaliknya. Jadi sewaktu mengunyah setiap gigi bekerja
sama dengan dua buah gigi yang berlawanan letaknya.
- Lambung
Lambung adalah bagian saluran pencernaan makanan yang melebar seperti kantong,
terletakdi bagian atas rongga perut sebelah kiri, dan untuk sebagian tertutup oleh alat-
alat yang letaknya berdekatan seperti hati, usus besar dan limpa. Lambung
berhubungan dengan alat-alat itu dan juga dengan dinding belakang rongga perut
dengan perantaraan dengan beberapa lipatan salut perut.
7. Sistem Urinaria
- Ginjal
Ginjal adalah suatu kelenjar berbentuk seperti kacang yang terletak pada dinding
belakang rongga perut setinggi ruas-ruas tulang belakang sebelah atas, ginjal kiri
letaknya lebih tinggi daripada ginjal kanan. Sisi ginjal yang menghadap ke
dalam berbentuk cekung. Di sini masuk nadi ginjal (dari aorta) ke dalam ginjal.
Nadi ini bercabang-cabang dalam jaringan ginjal.
- Kandung kemih
Kandung kemih merupakan tempat berkumpulnya semua air kemih yang terpancar
dari saluran ginjal. Dinding kandung kemih yang terdiri atas jaringan otot
polos dapat menyesuaikan diri terhadap banyaknya air kemih di dalam kandung
kemih, karena dapat mengendor apabila diisi perlahan-lahan dengan air kemih.
8. Sistem Reproduksi
- Alat reproduksi laki-laki
Alat-alat reproduksi laki-laki dibagi atas bagian pembuat mani dan bagian enyalur
mani. Bagian pertama berupa kelenjar kelamin, yaitu buah zakar yang
membentuk sel-sel mani. Buah zakar kanan dan kiri tergantung di dalam sebuah
lipatan kulit yang berbentuk kantong dan terletak di bawah tulang
kemaluan yang dinamakan kandung buah zakar (skrotum). Pada sisi belakang setiap
buah zakar terdapat anak buah zakar yang tergolong sebagai jalan penyalur.
- Sel-sel mani keluar dari buah zakar dan masuk ke dalam anak buah zakar. Di sini sel-
sel mani melalui suatu saluran halus yang berliku-liku dan di bagian bawah anak
buah zakar beralih menjadi pipa mani, yang berjalan di depan tulang kemaluan ke
atas, diiringi oleh nadi buah zakar dan anyaman pembuluh balik. Buah zakar, anak
buah zakar dan tali mani diselubungi oleh beberapa kerudung dan juga selapis otot
yang bernama otot pegantung yang dapat menarik buah zakar dan anak buah zakar
ke atas.
- Alat reproduksi perempuan
Alat-alat reproduksi perempuan terdiri atas indung telur, tabung rahim, rahim,
liang senggama dan alat-alat kelamin luar. Indung telur berjumlah dua, terletak pada
dinding sisi panggul kecil di sebelah kanan dan di sebelah kiri. Masing-masing
indung telur tergantung pada beberapa ikat dan lipatan salut perut.
Indung telur adalah kelenjar kelamin perempuan yang menghasilkan sel-sel kelamin,
yaitu sel-sel telur.
Sel-sel telur dalam indung telur diselubungi oleh oleh suatu selubung yang terdiri atas
sel-sel,keseluruhannya berupa bentuk yang dinamakan folikel atau gelembung Graaf.
Pada perempuan yang telah masak kelamin, folikel yang berkembang merupakan
tonjolan pada permukaan indung telur, yang menyerupai permukaan buah srikaya.
Setelah folikel masak, maka akan pecah sambil melemparkan ke luar sel telurnya
yang kini terapung dalam rongga perut (kejadian ini disebut ovulasi).
9. Sistem Syaraf
- Otak
Sistem saraf pusat berkembang dari suatu struktur yang berbentuk bumbung. Pada
bumbung tersebut dapat dilihat sebuah dasar, sebuah atap dan dua dinding sisi
sebagai pembatas suatu terusan yang terletak di tengah. Dalam perkembangan
selanjutnya pada beberapa tempat bumbung tadi menjadi tebal, sedangkan pada
tempat-tempat lain dindingnya tetap tinggal seperti semula.Di sebelah depan
berkembang dua gelembung yang setangkup letaknya. Gelembung-gelembung ini
kemudian menjadi kedua belahan otak besar. Di sebelah belakang terbentuk otak
kecil, oleh karena itu atap bumbung di sini menjadi semakin tebal.
- Sumsum Belakang
Sumsum belakang menyerupai batang kelubi yang penampangnya jorong. Letaknya
dalam terusan tulang belakang anatara rongga tengkorak dan daerah pinggang.
Penampangnya dari atas ke bawah semakin kecil, kecuali pada dua tempat, yaitu di
daerah leher dan di daerah pinggang. Di tempat-tempat ini sumsum belakang agak
melebar.
10. Sistem Endokrin
- Kelenjar Himofise
Kelenjar himofise adalah suatu kelenjar endokrin yang terletak di dasar tengkorak,
di dalam fosa hipofise tulang spenoid. Kelenjar himofise memegang peranan penting
dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin karena hormon-hormon
yang dihasilkannya dapat mempengaruhi aktifitas kelenjar lainnya.
- Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri atas 2 belah yang terletak di sebelah kanan batang tenggorok
diikat bersama oleh jaringan tiroid dan yang melintasi batang tenggorok di sebelah
depan. Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher bagian
depan bawah, melekat pada dinding pangkal tenggorok.

- Patofisiologi
Secara patologis, pasien dengan penyakit alzheimer mengalami kehilangan
banyak neuron-neuron hipokampus dan korteks tanpa disertaikehilangan parenkim
otak. Selain itu juga dapat kekusutan neurofibrilar yang difus dan di plak senilis
(makin banyak plak senilis makin berat gejala-gejalnya). Kedua perubahan patologik
terakhir ini bukan merupakan ciri khas dari penyakit alzheimer, karena juga
ditemukan pada penderita ensefalopati dan sindrom down. Hasil penemuan terakhir
menunjukan adanya kaitandengan kelainan neurotransmiter dan enzim-enzim yang
berkaitan dengan metabolisme neurotransmiter tersebut. Tampaknya ada penurunan
dari asetitransferase (enzim yang mensintesis asetilkolin).
Mekanisme patofisiologis yang mendasari penyakit Alzheimer adalah terputusnya
hubungan antar bagian-bagian korteks akibat hilangnya neuron pyramidal berukuran
medium yang berfungsi sebagai penghubung bagian-bagian tersebut, dan digantikan
oleh lesi-lesi degeneratif yang bersifat toksik terhadap sel-sel neuron terutrama pada
daerah hipokampus, korteks dan ganglia basalis. Hilangnya neuron-neuron yang
bersifat kolinergik tersebut, meneyebabkan menurunnya kadar neurotransmitter
asetilkolin di otak. Otak menjadi atropi dengan sulkus yang melebar dan terdapat
peluasan ventrikel-ventrikel serebral.
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai
pada penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron
yang tidak berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian
dari suatu protein besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut
terjadi secara primer pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.
Secara maskroskopik, perubahan otak pada penyakit Alzheimer melibatkan
kerusakan berat neuron korteks dan hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam
pembuluh darah intracranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan morfologik
(structural) dan biokimia pada neuron-neuron. Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri
khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson
dan atau dendrit. Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan neurofibrilaris yaitu
struktur intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari protein
“tau”.
Dalam Sistem Saraf Pusat, protein tau sebagian besar sebagai penghambat
pembentuk structural yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan
merupakan komponen penting dari sitokleton sel neuron. Pada neuron AD terjadi
fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan pada tau
sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama-sama. Tau yang
abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing-
masing terluka. Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan interseluler
adalah yang pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian
sel. Pembentukan neuron yang kusut dan berkembangnya neuron yang rusak
menyebabkan Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta)
yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal.
A-beta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal
melekat pada membrane neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan
neuron. APP terbagi menjadi fragmen – fragmen oleh protease, salah satunya A-beta,
fragmen lengket yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan
tersebut akhirnya bercampur dengan sel – sel glia yang akhirnya membentuk fibril –
fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi
neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal bebas
sehingga mengganggu hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh
darah sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor. Selain
karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara
neurokimia kelainan pada otak
2. INFORMASI YANG DIPEROLEH
- Anamnesis
Anamnesis merupakan tahap awal dari rangkaian pemeriksaan pemeriksaan pasien,
pemeriksaan secara langsung kepada pasien ataupun bersama dengan keluarga atau dengan
relasi terdekat. Tujuan anamnesis adalah untuk mendapatkan informasi dan riwayat hidup
secara menyeluruh dari dari pasien yang bersangkutan. Hal- hal yang bersangkutan dengan
anamnesis yaitu ;
a. Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam rehabilitasi, nomor register dan
diagnosis medis.
b. Keluhan utama Penurunan daya ingat, perubahan emosi menjadi sebuah keluhan
utama dari pasien ataupun keluarga untuk diberikan sebuah pelayanan kesehatan
c. Riwayat penyakit sekarang Pada tahap ini, pasien mengeluhkan sering lupa dan
hilang ingatan dengan hal yang baru saja terjadi. Keluarga mengeluhkan
perubahan emosi dan tingkah laku pada pasien saat berada disekitarnya. Hingga
pada akhirnya perlu bantuan keluarga untuk melakukan aktifitas keseharian
pasien
d. Riwayat penyakit terdahulu Pengkajian seperti riwayat kesehatan pasien. Seperti
penggunaan obat-obatan, penyakit jantung, hipertensi.
e. Riwayat penyakit keluarga Salah satu penyebab juga terdapat dari faktor genetika.
Penyakit tersebut dapat diwariskan atau diturunkan pada anggota keluarga dari
pasien yang mengidap Alzheimer. Pengkajian kesehatan generasi terdahulu dari
keluarga diperlukan untuk melihat komplikasi penyakit dan hal yang
mempercepat gerak dari penyakit tersebut.
f. Pengkajian psikososiospiritual Pengkajian untuk menilai nilai emosi, dan
perubahan perilaku pasien dalam kehidupan sehari-hari dan perubahan peran
pasien dikeluarga serta respon ataupun pengaruhnya didalam keluarga.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang meliputi berat badan dan tinggi badan. Selain itu pemerikasaan juga
dilakukan pada: suhu, denyut nadi, tekanan darah, tingkat kesadaran.
- Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang juga direkomendasikan adalah
CT/MRI kepala, yang mana pemeriksaan tersebut dapat sebagai pendukung lebih jelasnya
pemeriksaan pada pasien.
FAKTOR RESIKO
Penyebab ataupun faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit Alzheimer antara
lain sebagai berikut:
a. Usia Faktor risiko terbesar untuk penyakit Alzheimer adalah usia. Kebanyakan orang
dengan penyakit Alzheimer didiagnosis pada usia 65 tahun atau lebih tua. Orang muda
kurang dari 65 tahun juga dapat terkena penyakit ini, meskipun hal ini jauh lebih jarang.
Sementara usia adalah faktor risiko terbesar.
b. Riwayat Keluarga Riwayat keluarga dengan keluarga yang memiliki orangtua, saudara
atau saudari dengan Alzheimer lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit daripada
mereka yang tidak memiliki kerabat dengan Alzheimer's. Faktor keturunan (genetika),
bersama faktor lingkungan dan gaya hidup, atau keduanya dapat menjadi penyebabnya.
c. Pendidikan atau Pekerjaan Beberapa ilmuwan percaya faktor lain dapat berkontribusi
atau menjelaskan peningkatan risiko demensia di antara mereka dengan pendidikan yang
rendah. Hal ini cenderung memiliki pekerjaan yang kurang melatih rangsangan otak.
Selain itu, pencapaian pendidikan yang lebih rendah dapat mencerminkan status sosial
ekonomi rendah, yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami gizi
buruk dan mengurangi kemampuan seseorang untuk membayar biaya perawatan
kesehatan atau mendapatkan perawatan yang disarankan.
d. Traumatic Brain Injury (TBI) Trauma Cedera Otak sedang dan berat meningkatkan risiko
perkembangan penyakit Alzheimer. Trauma Cedera Otak adalah gangguan fungsi otak
yang normal yang disebabkan oleh pukulan atau tersentak ke kepala atau penetrasi
tengkorak oleh benda asing, juga dapat didefinisikan sebagai cedera kepala yang
mengakibatkan hilangnya kesadaran. Trauma Cedera Otak dikaitkan dengan dua kali
risiko mengembangkan Alzheimer dan demensia lainnya dibandingkan dengan tidak ada
cedera kepala

DAFTAR HIPOTESA

Penyakit alzheimer dapat timbul pada semua umur, 96% kasus dijumpai setelah berusia 40 tahun
keatas. Schoenburg dan Coleangus (1987) melaporkan insidensi berdasarkan umur: 4,4/1000.000
pada usia 30-50 tahun, 95,8/100.000 pada usia > 80 tahun. Angka prevalensi penyakit ini per
100.000 populasi sekitar 300 pada kelompok usia 60-69 tahun, 3200 pada kelompok usia70-79
tahun, dan 10.800 pada usia 80 tahun. Diperkirakan pada tahun 2000 terdapat 2 juta penduduk
penderita penyakit alzheimer. Sedangkan di Indonesia diperkirakan jumlah usia lanjut berkisar,
18,5 juta orang dengan angka insidensi dan prevalensi penyakit alzheimer belum diketahui
dengan pasti. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak tiga kali dibandingkan
laki-laki. Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan laki-
laki. Dari beberapa penelitian tidak ada perbedaan terhadap jenis kelamin (Dr Iskandar Japardi,
2002).

1. Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah dihipotesa adalah
intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksivirus, polusi udara/industri, trauma,
neurotransmiter, defisit formasi sel-selfilament, presdiposisi heriditer. Dasar kelainan patologi
penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang
mengakibatkan gangguan fungsi kognitif dengan penurunan daya ingat secara progresif.

Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif
neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya
peningkatan calsium intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas
atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit alzheimer adalah
penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor genetika,
tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan)
juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.

1. Patogenesa
 Faktor genetik

Beberapa peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus alzheimer ini diturunkan melalui gen
autosomal dominant. Individu keturunan garis pertama pada keluarga penderita alzheimer
mempunyai resiko menderita demensia 6 kali lebih besar dibandingkan kelompok kontrol normal

 Faktor infeksi

Ada hipotesa menunjukkan penyebab infeksi virus pada keluarga penderita alzheimer yang
dilakukan secara immuno blot analisis, ternyata diketemukan adanya antibodi reaktif.

 Faktor lingkungan

Ekmann (1988), mengatakan bahwa faktor lingkungan juga dapat berperan dalam patogenesa
penyakit alzheimer. Faktor lingkungan antaralain, aluminium, silicon, mercury, zinc.

 Faktor imunologis

Behan dan Felman (1970) melaporkan 60% pasien yang menderita alzheimer didapatkan
kelainan serum protein seperti penurunan albumin dan peningkatan alpha protein, anti trypsin
alphamarcoglobuli dan haptoglobuli.

Heyman (1984), melaporkan terdapat hubungan bermakna dan meningkat dari penderita
alzheimer dengan penderita tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan penyakit inflamasi kronik yang
sering didapatkan pada wanita muda karena peranan faktor immunitas

 Faktor trauma
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit alzheimer dengan trauma kepala.
Hal ini dihubungkan dengan petinju yang menderita demensia pugilistik, dimana pada otopsinya
ditemukan banyak neurofibrillary tangles.

 Faktor neurotransmiter

Perubahan neurotransmitter pada jaringan otak penderita alzheimer mempunyai peranan yang
sangat penting seperti, Asetilkolin, Noradrenalin, Dopamin, Serotonin, dan MAO (Monoamine
Oksidase)(Dr Iskandar Japardi, 2002).

Analisis Penyakit Alzheimer

Alzheimer bersifat progresif, merupakan penyakit degeneratif yang menyerang otak. Penyakit
Alzheimer mempengaruhi kemampuan fungsi hidup seseorang yang berdampak terhadap semua
aspek kehidupan dan lingkungan.

Penyakit Alzheimer adalah suatu kondisi dimana sel-sel saraf di otak mati, sehingga sinyal-
sinyal otak sulit ditransmisikan dengan baik. Gejala umum penyakit Alzheimer meliputi hal-hal
seperti gangguan memori dan berpikir, kebingungan, berpikir abstrak, perubahan kepribadian
dan perilaku, masalah dengan bahasa dan komunikasi,memburuknya kemampuan visual dan
spasial, kehilangan motivasi atau inisiatif dalam menjalani kehidupan, kehilangan pola tidur
normal yang seperti biasanya. Penyebab utama penyakit Alzheimer terdiri atas beberapa hal baik
itu pengaruh lingkungan maupun imunologis dan trauma (S. Toaha dkk. 2013).

Penyakit alzheimer muncul sebagai gejala perubahan perilaku, kognisi, dan perubahan aktivitas
hidup sehari-hari sehingga anggota keluarga dan orang terdekat yang mengenali perubahan
tersebut. Faktor predisposisi dan resiko dari penyakit ini adalah usia, riwayat penyakit alzheimer
(keturunan), kelamin, pendidikan. Faktor resiko yang kemungkinan juga berpengaruh ialah
adanya keluarga dengan sindrom Down, fertilitas yang kurang, kandungan alumunium pada air
minum, dan defisiensi kalsium (Ronald Reagan, 2009).

Alzheimer merupakan sebuah penyakit kerusakan sistem saraf manusia. Penyakit Alzheimer
dikarakteristikkan dengan penyakit pada saraf yang sampai saat ini belum bisa disembuhkan.
Akibat dari penyakit ini berupa kerusakan ingatan, penilaian, pengambilan keputusan, orientasi
fisik secara keseluruhan dan masalah pada cara berbicara. Penyakit ini disebabkan oleh tidak
normalnya kondisi foci yang disebut sebagai senile plaques yang berpusat pada hippocampus.

Dalam hal ini, penyakit alzheimer digolongkan dalam prespektif kontemporer tentang perilaku
abnormal dengan prespektif biologis. Dimana penyakit alzheimer ini menyerang pada bagian
otak manusia yang merupakan bagian biologis dari manusia itu sendiri. Seperti yang dikatakan
Cravchik & Goldman, faktor-faktor biologis terutama berfungsinya sistem-sistem terlibat dalam
perkembangan perilaku abnormal (Jeffrey S. Nevid dkk.,2003:37)

PENANGANAN
Penyakit Alzheimer hingga saat ini memang belum dapat disembuhkan, selain itu belum
adanya obat-obatan yang memiliki keefektivan hasil bagi pasien Alzheimer. Obat-obatan
tersebut hanya mengurangi progresifitas penyakit Alzheimer sehingga hanya memberikan rasa
tenang bagi pasien, sehingga mengurangi perubahan emosi dan perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari. Terapi yang dapat diberikan untuk pasien Alzheimer yaitu terapi farmakologis
dengan penggunaan obat-obatan dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis pada pasien
Alzheimer difokuskan pada tiga domain: mempertahankan fungsi kognitif, perilaku dan gejala
kejiwaan. Sedangkan terapi non farmakologi dilakukan untuk mempertahankan fungsi kognitif
yang masih ada dengan berbagai macam program kegiatan yang dapat diberikan, antara lain
terapi relaksasi dan latihan fisik untuk menyehatkan kerja otak, serta senam otak.
1. Terapi non-farmakologis Merupakan cara terapi menggunakan pendekatan selain
obatobatan. Terapi non-farmakologis sering digunakan dengan tujuan mempertahankan
atau meningkatkan fungsi kognitif, kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, atau
kualitas hidup secara keseluruhan. Mereka juga dapat digunakan dengan tujuan
mengurangi gejala perilaku seperti depresi, apatis, mengembara, gangguan tidur. Terapi
nonfarmakologis diperlukan untuk lebih mengevaluasi efektivitas mereka dalam kehidupan
sehari-hari (Alzheimer’s Association, 2015). Prinsip-prinsip dasar dalam pengobatan
pasien dengan Alzheimer meliputi: Kegiatan yang mencakup mengenai kegiatan dan
lingkungan pasien rehabilitasi. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan keluarga
dan masyarakat serta lingkungan alam. Dalam konteks kegiatan pada pasien meliputi
kegiatan kreatif seperti olahraga, kegiatan keseharian secara konsisten. Dalam konteks
lingkungan yang mencakup keluarga dan masyarakat adalah menggunakan pendekatan
halus pada pasien, berempati pada pasien, serta dalam konteks lingkungan alam adalah
memberikan lingkungan yang aman dan nyaman.
2. Terapi Farmakologis Perawatan farmakologis merupakan sebuah cara terapi dengan
menggunakan obat untuk memperlambat atau menghentikan suatu penyakit atau mengobati
gejalanya. Efektivitas obat ini bervariasi dari orang ke orang. Namun, tidak ada perawatan
yang tersedia saat ini untuk penyakit Alzheimer, hingga saat ini obat hanya memperlambat
atau menghentikan kerusakan neuron yang menyebabkan gejala Alzheimer dan akhirnya
membuat penyakit menjadi fatal. Jenis obat-obatan yang biasanya diresepkan oleh dokter
untuk penyakit Alzheimer adalah rivastigmine, galantamine, donepezil, dan memantine.
Keempat obat ini mampu meredakan gejala demensia dengan cara meningkatkan kadar dan
aktivitas kimia di dalam otak (Tim Alodokter, 2015). Rivastigmine, galantamine, dan
donepezil biasanya digunakan untuk menangani penyakit Alzheimer dengan tingkat gejala
awal hingga menengah. Sedangkan memantine biasanya diresepkan bagi penderita
Alzheimer dengan gejala tahap menengah yang tidak dapat mengonsumsi obat-obatan
lainnya. Memantine juga dapat diresepkan pada penderita Alzheimer dengan gejala yang
sudah memasuki tahap akhir (Tim Alodokter, 2015). \
PENCEGAHAN ALZHEIMER
Setiap orang pastinya tidak ingin ataupun ingin jauh dari berbagai macam penyakit yang
membahayan kesehatan, Penyakit jantung sering dikaitkan dengan risiko mengidap penyakit
Alzheimer. Jika seseorang memiliki risiko tinggi terkena penyakit jantung, maka dirinya pun
lebih rentan terkena penyakit Alzheimer.
Karena itu lakukanlah beberapa langkah berikut ini agar jantung tetap sehat dan terhindar dari
risiko terkena penyakit Alzheimer.
a. Konsumsi makanan sehat yang kadar lemak dan kolesterolnya rendah. Tingkatkan
asupan serat, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
b. Berhenti merokok dan batasi konsumsi minuman keras.
c. Penderita stroke, diabetes, hipertensi, atau kolesterol tinggi, diharapkan teratur dalam
mengonsumsi obat yang disarankan oleh dokter, serta menjalani nasihat dari dokter
mengenai pola hidup sehat.
d. Jika mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, berusahalah untuk menurunkan
berat badan secara aman.
e. Rutin memeriksakan tekanan darah, serta kadar kolesterol dan gula secara teratur agar
Anda selalu waspada.
f. Berolahraga secara rutin sedikitnya dua setengah jam tiap minggu, seperti bersepeda
atau berjalan kaki. (Tim Alodokter, 2015)
Umumnya, orang-orang yang aktif secara sosial, fisik, dan mental tidak akan mudah terkena
penyakit Alzheimer. Berdasarkan hal tersebut, melakukan kegiatan yang menyenangkan dapat
menstimulasi gerak tubuh dan pikiran

You might also like