You are on page 1of 37

Asuhan Keperawatan Gangguan Infeksi Bleparitis, Hordeolum, dan

Keratitis

Makalah

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah


dengan Dosen Nyayu Nina C Putri S.Kep., Ners., M.Kep.

oleh:

Delvi Yanti Monica 043-315-16-0-011

Irvan widiawan 043-315-16-0-022

Jamaludin Hadi Kusuma 043-315-16-0-021

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JABAR

BANDUNG

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Illahi rabbi yang mana telah
memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang berisikan
tentang “Penyakit Blefaritis, Hordeolum dan Kertitis” dengan tepat waktu, untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

Makalah ini dibuat dengan semaksimal mungkin dengan berbagai bantuan


dari beberapa sumber untuk melengkapi makalah ini dan melibatkan beberapa
pihak dalam menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Kami mnyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk ini kami
memohon kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah kami
selanjutnya.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca untuk menambah
pengetahuan dan bisa menjadi patokan untuk semua pihak yang akan membuat
makalah seperti ini agar makalah yang dihasilkannya bisa lebih baik lagi.

Bandung, Oktober 2017

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...........................................................................................................i


BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................ii

1.1. Latar Belakang......................................................................................ii


1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ii
1.3. Tujuan .................................................................................................iii
1.4. Metode Penulisan ................................................................................iv

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................1

A. Asuhan Keperawatan Blefaritis

2.1 Pengertian Penyakit Blefaritis ...............................................................1

2.2 Klasifikasi Pada Penyakit Blefaritis .....................................................1

2.3 Etiologi Penyakit Blefaritis ...................................................................4

2.4 Patofisiologi Penyakit Blefaritis ............................................................5

2.5 Manifestasi Klinis pada Penyakit Blefaritis ..........................................5

2.6 Penatalaksanaan pada Penyakit Blefaritis .............................................6

2.7 Pencegahan pada Penyakit Blefaritis ....................................................6

2.8 Komplikasi pada Penyakit Blefaritis .....................................................6

2.9 Asuhan Keperawatan pada PenyakitBlefaritis ......................................7

B. Asuhan Keperawatan Hordeoulum

3.1 Pengertian PenyakitHordeolum ..........................................................10

3.2 Etiologi Penyakit Hordeolum ..............................................................11

3.3 Patofisiologi Penyakit Hordeolum ......................................................11


3.4 Manifestasi pada Penyakit Klinis Hordeolum .....................................12

3.5 Penatalaksaan pada Penyakit Hordeolum ............................................12

3.6 Pencegahan pada Penyakit Hordeolum ...............................................13

3.7 Komplikasi pada Penyakit Hordeolum ................................................14

3.8 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Hordeolum ................................14

C. Asuhan Keperawatan Keratitis

4.1 Pengertian Penyakit Keratitis ..............................................................16

4.2 Etiologi Penyakit Keratitis ..................................................................17

4.3 Patofisiologi Penyakit Keratitis ...........................................................18

4.4 Manifestasi Klinis pada Penyakit Keratitis .........................................19

4.5 Penatalaksanaan pada Penyakit Keratitis ............................................19

4.6 Pencegahan pada Penyakit Keratitis ...................................................19

4.7 Komplikasi pada Penyakit Keratitis ....................................................20

4.8 Asuhan Keperawatan pada PenyakitKeratitis .....................................20

BAB III PENUTUP .............................................................................................

A. Kesimpulan .........................................................................................24
B. Saran ..................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi mata merupakan kondisi mata yang merah dan bengkak disebabkan
oleh agen mikrobiologi seperti virus atau bakteri. blefaritis adalah radang
pada kelopak mata. sering mengenai bagian kelopak mata dantepi kelopak mata.
Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak mata.bisanya
melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar
5% dari keseluruhan penyakit mata yang adapada rumah sakit (sekitar 2-5%
penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit penyertapada penyakit
mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat terjadi pada semua
umur. Dalam banyak kasus, Kebersihan dan rajin membersihkan kelopak mata
bisa mencegah blefaritis. Termasuk sering keramas dan mencuci muka. Pada
beberapa kasus yangdisebabkan karena bakteri, penggunaan antibiotic dapat
digantikan dengan hanya menjagakebersihan kelopak mata. Pentinganya
membersihkan kelopak mata sebelum tidur, karena proses infeksi terjadi saat
sedang tidur.
Hordeolum adalah infeksi akut kelenjar di palpebra yang berisi material
purulen yang menyebabkan nyeri tajam yang tumpul.( Indriana Istiqomah,
2004: 91). Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila ditekan
dan nyeri pada tepi kelopak mata.Tanda-tanda hordeolum ini sangat mudah
dikenali, yakni nampak adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau
bawah, berwarna kemerahan. Adakalanya nampak bintik berwarna keputihan
atau kekuningan disertai dengan pembengkakan kelopak mata. Pada hordeolum
interna, benjolan akan nampak lebih jelas dengan membuka kelopak mata.
Keluhan yang kerap dirasakan oleh penderita hordeolum diantaranya rasa
mengganjal pada kelopak mata, nyeri takan dan makin nyeri saat
menunduk.Kadang mata berair dan peka terhadap sinar.Hordeolum dapat
membentuk abses di kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah.
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada
kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Keratitis ini
diakibatkan oleh berbagai organisme bakteri,virus, jamur, atau parasit, abrasi
sedikitpun bisa menjadi pintu masuk bakteri. Kebanyakan infeksi kornea terjdi
akibat trauma atau gangguan mekanisme pertahanan sistemis ataupun local.
Infeksi ini terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara memadai dan dilindungi
oleh kelopak mata. Kekeringan kornea dapat terjadi dan kemudian dapat diikuti
ulserasi dan infeksi sekunder. Pemajanan kornea dapat diebabakan oleh karena
keadaan eksoptalmus, paresis saraf kranial VII tetapi juga dapat terjadi pada
pasien koma atau yang dianastes.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Penyakit Hordeolum ?

2. Apa sajakah etiologi dari Penyakit Hordeolum ?

3. Bagaimanakah patofisiologi Penyakit Hordeolum ?

4. Apa sajakah manifestasi pada Penyakit Klinis Hordeolum ?

5. Bagaimanakah penatalaksaan pada Penyakit Hordeolum ?

6. Apa sajakah hal yang dilakukan untuk pencegahan pada Penyakit


Hordeolum ?

7. Apa sajakah komplikasi dari Penyakit Hordeolum ?

8. Bagaimanakah cara membuat Asuhan Keperawatan pada Penyakit


Hordeolum ?

9. Apa pengertian dari Penyakit Blefaritis ?

10. Apa sajakah etiologi Penyakit Blefaritis ?

11. Bagaimana patofisiologi Penyakit Blefaritis ?

12. Apa sajakah manifestasi Klinis pada Penyakit Blefaritis ?

13. Bagaimana penatalaksanaan pada Penyakit Blefaritis ?


14. Apa sajakah hal yang harus dilakukan untuk pencegahan pada Penyakit
Blefaritis ?

15. Apa sajakah komplikasi pada Penyakit Blefaritis ?

16. Bagaimanakah cara membuat Asuhan Keperawatan pada Penyakit


Blefaritis ?

17. Apa pengertian dari Penyakit Blefaritis ?

10. Apa sajakah etiologi Penyakit Blefaritis ?

11. Bagaimana patofisiologi Penyakit Blefaritis ?

12. Apa sajakah manifestasi Klinis pada Penyakit Blefaritis ?

13. Bagaimana penatalaksanaan pada Penyakit Blefaritis ?

14. Apa sajakah hal yang harus dilakukan untuk pencegahan pada Penyakit
Blefaritis ?

15. Apa sajakah komplikasi pada Penyakit Blefaritis ?

16. Bagaimanakah cara membuat Asuhan Keperawatan pada Penyakit


Blefaritis ?

17. Apa pengertian dari Penyakit Keratitis ?

18. Apa sajakah etiologi Penyakit Keratitis ?

19. Bagaimana patofisiologi Penyakit Keratitis ?

20. Apa sajakah manifestasi Klinis pada Penyakit Keratitis ?

21. Bagaimana penatalaksanaan pada Penyakit Keratitis ?

22. Apa sajakah hal yang harus dilakukan untuk pencegahan pada Penyakit
Keratitis ?

23. Apa sajakah komplikasi pada Penyakit Keratitis ?


24. Bagaimanakah cara membuat Asuhan Keperawatan pada Penyakit
Keratitis?

1.3 Tujuan

1. Memaparkan pengertian dari penyakit Hordeolum.

2. Memaparkan etiologi dari Penyakit Hordeolum.

3. Menjelaskan patofisiologi Penyakit Hordeolum.

4. Memaparkan manifestasi pada Penyakit Klinis Hordeolum.

5. Memaparkan penatalaksaan pada Penyakit Hordeolum.

6. Menjelaskan hal yang dilakukan untuk pencegahan pada Penyakit


Hordeolum.

7. Memaparkan komplikasi dari Penyakit Hordeolum.

8. Menjelaskan cara membuat Asuhan Keperawatan pada Penyakit


Hordeolum.

9. Memaparkan pengertian dari Penyakit Blefaritis.

10. Memaparkan etiologi Penyakit Blefaritis.

11. Menjelaskan patofisiologi Penyakit Blefaritis.

12. Memaparkan manifestasi Klinis pada Penyakit Blefariti.

13. Memaparkan penatalaksanaan pada Penyakit Blefaritis.

14. Menjelaskan hal yang harus dilakukan untuk pencegahan pada Penyakit
Blefaritis.

15. Menjelaskan komplikasi pada Penyakit Blefaritis.

16. Bagaimanakah cara membuat Asuhan Keperawatan pada Penyakit


Blefaritis.

17. Memaparkan pengertian dari Penyakit Keratitis.


18. Memaparkan etiologi Penyakit Keratitis.

19. Menjelaskan patofisiologi Penyakit Keratitis.

20. Memaparkan manifestasi Klinis pada Penyakit Keratitis.

21. Memaparkan penatalaksanaan pada Penyakit Keratitis.

22. Menjelaskan hal yang harus dilakukan untuk pencegahan pada Penyakit
Keratitis.

23. Menjelaskan komplikasi pada Penyakit Keratitis.

24. Bagaimanakah cara membuat Asuhan Keperawatan pada Penyakit


Keratitis.

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis
Mahasiswa mampu mengetahui dan memperoleh wawasan yang lebih luas
tentang penyakit yang terkait dalam ilmu Keperawatan Medikal Bedah
2. Manfaat Praktis
Mahasiswa mampu mengetahui lebih luas lagi mengenai berbagai
penyakit dalam keperawatan dengan cara membaca dan memehami.

1.5 Metode Penulisan


Penyusun sebagian besar menggunakan sumber berdasarkan buku Asuhan
Keperawatan tentang penyakit mata dan kedaruratan mata, selain bersumber dari
buku penyusun mengambil sumber dari internet untuk melengkapi beberapa
penjelasan yang belum lengkap.
BAB II

PEMBAHASAN

PENYAKIT INFEKSI MATA BLEFARITIS

2.1 Pengertian Penyakit Blefaritis


Blefaritis dalah suatu infeksi kronik pada pinggir kelopak mata, yang
biasanya terdapat bilateral.
Ada 2 macam blefaritis:
1. Skwamosa (sebore)
2. Ulseratif (infeksi stafilokok)
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau
tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar
didekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri
yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Biasanya orang sering
menganggap kelelahan pada mata, mata yang berpasir, terasa silaujuga tidak
nyaman bila terkena sinar matahari atau pada saatberada pada lingkungan yang
berasap, memberikan gambaran berupa mata merah dan seperti ada benda asing
di dalam mata.

2.2 Klasifikasi pada Penyakit Blefaritis


 Blefaritis Bakterial
Infeksi bakteri pada kelopak dapat ringan sampai sangat berat. Diduga
sebagian besar infeksi kulit superficial kelopak diakibatkan Streptococcus.
Bentuk infeksi kelopak dikenal sebagai folikulitis, impetigo, dermatitis
eskematoid. hangat.

 Blefaritis Superfisial
Bila infeksi kelopak superficial disebabkan oleh Staphylococcus maka
pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotic seperti
sulfasetamid dan sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotic krusta
diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka
dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah
dari kelenjar Meibom yang biasa menyertainya (Ilyas, 2010).

 Blefaritis Sebore

Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun)
dengan keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah
sekret yang keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada kantus
lateral, hyperemia, hipertrofi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat
terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis, dan jaringan keropeng.
Blefaritis sebore merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya.

 Blefaritis Skuamosa

Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau


krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan
terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang
mengenai kelenjar kulit di daerah akar bulu mata dan sering terdapat pada
orang dengan kulit berminyak. Blefaritis ini berjalan bersama dengan
dermatitis sebore (Ilyas, 2010).Penyebab blefaritis skuamosa adalah
kelainan metabolic ataupun oleh jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa
akan merasa panas dan gatal. Pada blefaritis skuamosa terdapat sisik
berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai dengan
madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya tanpa mengakibatkan
perdarahan (Ilyas, 2010).

 Blefaritis Ulseratif

Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat


infeksi Staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng
berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang
kecil dan mengeluarkan darah disekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif
skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan
luka dengan disertai perdarahan. Penyakit ini bersifat infeksius. Ulserasi
berjalan lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga
mengakibatkan rontok (madarosis) (Ilyas, 2010).

 Blefaritis Angularis

Blefaritis angularis merupakan infeksi Staphylococcus pada tepi kelopak


di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut
kelopak mata (kantus eskternus dan internus) sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada fungsi pungtum lakrimal. Blefaritis
angularis disebabkan Staphylococcus aureus atau Morax Axenfeld.
Biasanya kelainan bersifat rekuren. Blefaritis angularis dapat diobati
dengan sulfa, tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit pada pungtum lakrimal
bagian medial sudut balik mata yang akan menyumbat duktus lakrimal
(Ilyas, 2010).

1. Blefaritis Virus
 Herpes Zoster

Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraf
trigeminus. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia
lanjut. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat
gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas (Ilyas,
2010).Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-
tanda yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena
dan badan terasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrate
pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf
trigeminus superficial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes
zoster mata (Ilyas, 2010).

 Herpes Simpleks
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan yang
sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kronik. Dikenal bentuk
blefaritis simpleks yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan
terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata, yang
mengakibatkan kedua kelopak lengket (Ilyas, 2010).

Tidak terdapat pengobatan spesifik. Bila terdapat infeksi sekunder dapat


diberi antibiotic sistemik atau topikal. Pemberian kortikosteroid
merupakan kontraindikasi karena dapat mengakibatkan menularnya herpes
simpleks pada kornea. Asiklovir dan IDU dapat diberikan terutama pada
infeksi dini (Ilyas, 2010).

2. Blefaritis Jamur
 Infeksi Superfisial

Infeksi jamur pada kelopak superficial biasanya diobati dengan


griseofulvin terutama efektif untuk eipdermomikosis. Diberikan 0,5-1
gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi rata. Pengobatan diteruskan
1-2 minggu setelah terlihat gejala menurun. Untuk infeksi kandida diberi
pengobatan nistatin topikal 100.000 unit per gram (Ilyas, 2010).

 Infeksi Jamur Dalam

Pengobatan infeksi jamur dalam adalah secara sistemik. Infeksi


Actinomyces dan Nocardia efektif diobati dengan sulfonamid, penisilin
atau antibiotic spektrum luas. Amfoterisin B dipergunakan untuk
pengobatan Histoplasmosis, sporotrikosis, aspergilosis, torulosis,
kriptokokosis dan blastomikosis (Ilyas, 2010).

 Blefaritis Pedikulosis

Kadang-kadang pada penderita dengan hygiene yang buruk akan dapat


bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia didaerah margo palpebra.
Pengobatan pedikulosis adalah dengan aplikasi salep merupakan
ammoniated 3%. Salep fisotigmin dan tetes mata DFP cukup efektif untuk
tuma atau kutu ini (Ilyas, 2010).
 Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak penyebabnya adalah bahan yang berkontak pada


kelopak, maka dengan berjalannya waktu gejala akan berkurang.
Pengobatan dengan melakukan pembersihan kelopak dari bahan penyebab,
cuci dengan larutan NaCl, beri salep mengandung steroid sampai gejala
berkurang (Ilyas, 2010).

 Blefaritis Urtikaria

Urtikaria pada kelopak terjadi akibat masuknya obat atau makanan pada
pasien yang rentan. Untuk mengurangi keluhan umum diberikan steroid
topikal ataupun sistemik, dan dicegah pemakaian steroid lama. Obat
antihistamin untuk mengurangi gejala alergi (Ilyas, 2010).

2.3 Etiologi Penyakit Blefaritis


Blefaritis dapat disebabkan infeksi staphylococcus, dermatitis
seboroik,gangguan kelenjar meibom, atau gabungan dari ketiganya.
 Blefaritis anterior biasanya disebabkan karena infeksi staphylococcus
atau dermatitis seboroik yang menyerang bulu mata. Pada infeksi
staphylococcus aureus, didapatkan pada 50% pada pasien yang
menderita blefaritis, tapi hanya 10% orang yang tidak memberikan
gejala blefaritis namun ditemukan bakteri staphylococcus. Infeksi
staphylococcus epidermidis, didapatkan sekitar 95% pasien.
 Blefaritis seboroik serupa dengan dermatitis seboroik, dan posterior
blefaritis (meibomian blefaritis) disebabkan gangguan kerja kelenjar
meibom. Kelenjar meibom yang ada sepanjang batas kelopak mata,
dibelakang batas bulu mata, kelenjar ini menghasilkan minyak ke
kornea dan konjungtiva. Kelenjar ini disekresikan dari lapisan luar air
mata, yang bisa menghambat penguapan air mata, dan membuat
permukaan mata menjadi tetap halus, dan membantu menjaga struktur
dan keadaan mata Dermatitis seboroik dan rosesea keduanya
mempengaruhi glandula sebassea. Pada dermatitis seboroik, glandula
sebasea memproduksi secret berlebihan. Sedangkan pada rosea glandula
sebasea dihambat dan sekresi ke kulit. Ini menjelaskan hubungan
ganguan kelenjar meibom dengan dermatitis seboroik dan rosea.

2.4 Patofisiologi Penyakit Blefaritis


Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena
adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak
mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam
keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri
secara langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan
kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi
toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat
diperberat dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar
meibom.

2.5 Manifestasi Klinis pada Penyakit Blefaritis


Gejala utamanya blefaritis anterior adalah iritasi, rasa terbakar dan gatal
pada tepi palpebra. Mata yang terkena “bertepi merah.” Banyak sisi atau“
granulasi” terlihat menggantung di bulu mata palpebra superior dan inferior.
Sedangakan blefaritis posterior bermanifestasi dalam aneka macam gejala
yang mengenai palpebra, air mata, konjungtiva dan kornea. Perubahan kelenjar
meibom mencakup peradangan muara meibom, sumbatan muatan kelenjar oleh
sekret yang kental, pelebaran kelenjar meibom dalam lempeng tarsus dan
keluarnya sekret abnormal lunak mirip keju bila kelenjar itu dipencet. Tepi
palpebra tampak hiperemis dan telangiektasia. Palpebra juga membulat dan
menggulung ke dalam sebagai akibat parut pada konjungtiva tarsal,
membentuk hubungan yang abnormal antara film air mata prakornea dan
muara-muara kelenjar meibom. Air mata mungkin berbusa atau sangat
berlemak (Eva dan Whitcher, 2009).
2.6 Penatalaksanaan Penyakit Blefaritis
Pengobatan pada blefaritis akut adalah menjaga kebersihan dan pemberian
obat antibiotik Tidak ada pengobatan yang lengkap untuk blefaritis kronik.
Pengobatan blefaritis antara lain :
 Menjaga higene (misalnya kompres)
 Obat tetes mata atau salep antibiotik misalnya eritromisin, bacitracin,
polimiksin, gentamisin (American Optometric Association, 2002).
Peradangan yang jelas pada struktur-struktur mengharuskan
pengobatan aktif, termasuk terapi antibiotik sistemik dosis rendah jangka
panjang, biasanya doxycyline (100 mg dua kali sehari) atau eritromisin
(250 mg tiga kali sehari), tetapi juga berpedoman pada hasil biakan bakteri
dari tepi palpebra dan steroid topikal lemah (sebaiknya jangka pendek)
misalnya prednisolon 0,125% dua kali sehari (Eva dan Whitcher, 2009)

2.7 Pencegahan pada Penyakit Blefartis


Pencegahan yang dapat dilakukan :
 Menghindari tempat yang berdebu
 Tidak mengusap mata terlalu sering
 Menjaga kebersihan mata
 Menghindari pandangan mata terhadap layar monitor yang terlalu terang
 Menghindari bepergian jarak jauh diwaktu malam hari

2.8 Kompilkasi
Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang
paling sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin
sebaiknya disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat bantu lain
seperti kaca mata sampai gejala blefaritis benar-benar sudah hilang Syndrome
mata kering.Adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada blefaritis.
Syndrome mata kering atau biasa juga ketahui sebagai keratokonjungtivissica
adalah kondisi dimana mata pasien tidak bisa memproduksi air matayang
cukup, atau air mata menguap terlalu cepat. Ini bisa menyebabkan mata
kekurangan air dan menjadi meradang. Syndrome mata kering dapat
terjadi karena dipengaruhi gejala blefaritis, dermatitis seboroik,
dandermatitis rosea, namun dapat juga disebabkan karena kualitas air matayang
kurang baik.Gejalanya ditandai dengan nyeri, atau kering, sekitar mata, dan
adayang menganjal di dalam mata dengan penglihatan yang buram. Semua
gejala syndrome mata kering ini dapat dihilangkan dengan baik dengan
menggunakan obat tetes mata yang mengandung cairan yang dibuat untuk bisa
menggantikan air mata. Obat tetes mata ini bisa didapatkan di apotek atau toko
obat tanpa harus dengan mengunakan resep dokter
konjungtivitis.Konjungtivitis adalah peradangan pada mata. Ini terjadi ketika
ada bakteri di dalam kelopak mata. Kondisi ini menyebabkan efek buruk
padapenglihatan. Pada banyak kasus konjungtivitis akan hilang setelah dua
atau 13 minggu tanpa perlu pengobatan. Antibiotik berupa obat tetes mata
disarankan untuk megurangi gejala, atau untuk menghindari infeksi berulang.
Akan tetapi, pada beberapa kasus masih didapatkan bahwa penggunaan
antibiotik tetes tidak lebih cepat memperbaiki kondisi dibanding dengan
menunggu sampai kondisi itu kembali lagi tanpa pengobatan apapun Kista
meibom Adalah pembengkakan yang terjadi pada kelopak mata. Ini bisa terjadi
ketika salah satu kelenjar meibom meradang dan menyebabkan blefaritis.kista
umumnya tanpa rasa sakit, kecuali jika disertai denganinfeksi, yang
memerlukan antibiotik. Penggunaan kompres hangat untuk kista bisa membuat
kista mengecil, akan tetapi kista itu sering menghilangdengan sendirinya.
Jika kista tetap ada, ini dapat dihilangkan dengan bedah sederhana dengan
anastesi lokal Bintil pada kelopak mata Bintil pada kelopak mata ini
merupakan benjolan yang nyeri yang terbentuk di luar kelopak mata. Ini
disebabkan karena infeksi bakteri pada folikel bulu mata (yang berlokasi di
dasar bulu mata). Pada kasus ringan bisa disembuhkan dengan kompres.

2.9 Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Blefaritis


1. Pengkajian
a. Data Subjektif
 Pasien mengeluh ada rasa terbakar dan gatal pada tepi kelopak
mata yang mengalami iritasi
 Nyeri (ringan sampai berat) pada kelopak mata
 Lakrimasi (mata selalu berair)
 Sensitif terhadap cahaya (fotofobia)
 Gelisah akibat gatal-gatal/nyeri
 Penderita merasa ada sesuatu di matanya
 Malu dan kurang percaya diri akibat efek dari penyakitnya
(bulu mata rotok dan tidak terganti)
 Pandangan mata kabur
b. Data objektif
 Kemerahan pada palpebra
 Kelopak mata dapat menjadi rapat ketika tidur
 Pada kelopak mata terdapat ulkus kecil-kecil di tepian
palpebra
 Bulu mata rontok
 Iritasi pada tepi kelopak mata
 Pada pangkal bulu mata terdapat sisik kering (krusta) berwarna
kuning atau terdapat skuama
 Terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau
kearah bola mata (trikiasis) yang akan menyebabkan ulserasi
kornea.
 Lakrimasi

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


 Gangguan rasa nyaman (Nyeri) b.d agen injuri biologis (iritasi dan
fotofobia sekunder akibat peradangan di margo papebra ) d/d rasa
terbakar dan gatal pada palpebra, sensitive terhadap cahaya.
 Kerusakan integritas kulit b.d proses inflamasi kelenjar kulit di
daerah bulu mata d/d pelepasan lapisan tanduk di kulit dan di daerah
bulu mata, ulkus kecil di tepian palpebra.
 Gangguan citra tubuh b.d perubahan kondisi fisik : bulu mata rontok
dan tidak diganti dg yang baru, adanya krusta berwarna kuning ,
adanya skuama pada palpebra d/d klien malu tidak percaya diri
 Ansietas b.d penyakit yang diderita d/d klien tampak cemas dan
selalu bertanya tentang penyakitnya
 Kurang pengetahuan (tentang penyakit dan penatalaksanaannya)
yang b.d kurang paparan informasi d/d pasien tidak
mengerti kondisinya, menggosok-gosok mata.
3. Intervensi
 Observasi tanda terjadinya infeksi
Rasional : infeksi mata terjadi 2 – 3 hari setelah proseddur dan
memerlukan upaya intervensi.
 Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/
mengobati mata.
Rasional : menurunkan jumlah bakteri pada tangan.
 Gunakan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam
keluar dengan tisu basah untuk tiap usapan.
Rasional : teknik aseptik menurunkan resiko penyebab bakteri.
 Tekankan pentingnya tidak menyentuh/ menggaruk mata yang
dioperasi.
Rasional : mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi
 Kolaborasi dalam pemberian obat steroid sesuai indikasi.
Rasional : digunakan untuk menurunkan inflamasi.
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah tahap yang menggunakan rencana keperawatan dalam
melakukan tindakan keperawatan. definisi secara umum,
implementasi mencakup tindakan penyerahan tindakan dan pencatatan.
perawat harus memperhatikan atau tertuju pada pengembangan dari
langkah rencana keperawatan yang telah dibuat, kemudian
selanjutnya melakukan tindakan yang dicatat dalam aktivitas
perawat dan memperhatikan respon klien (Kozier, et. all, 2000). Tujuan
dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam,
2001).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
adalah tindakan yang terus menerus, bertujuan untuk menentukan
kemampuan klien dan keperawatan kesehatan profesional yaitu
menunjukkan peningkatan kearah tujuan yang hendak dicapai pada klien
dan keefektifan rencana keperawatan. Evaluasi merupakan aspek
yang penting karena memberikan kesimpulan proses akhir apakah
intervensi dihentikan, diteruskan, atau perlu rencana / intervensi baru
(Kozier, et. all, 2000). Hasil evaluasi yang diharapkan setelah
diberikan asuhan keperawatan pada klien dengan blepharitis yaitu :
 Tidak ada keluhan nyeri lagi
 Klien merasa nyaman
 Kecemasan klien berkurang atau hilang
 Klien mengetahui informasi tentang blefaritis
 Klien mampu menjaga dan merawat matanya
PENYAKIT INFEKSI MATA HORDEOLUM

3.1 Pengertian Penyakit Hordeolum


Hordeolum merupakan radang akut bernanah pada kelenjar lemak kelopak
mata, kelenjar keringat, kelenjar folikel rambut (bintit, timbil). Hordeolum ialah
suatu infeksi sufuratif (aktif) kelenjar kelopak mata, biasanya disebabkan oleh
stafilokok. Pembentukan nanah terdapat pada lumen kelenjar. Biasanya
mengenai kelenjar Meibom, Zeis dan Moll. Apabila yang terkena kelenjar
Meibom, pembengkakan agak besar, disebut hordeolum internum. Penonjolan
pada hordeolum ini mengarah ke kulit kelopak mata atau ke arah konjungtiva.
Jika yang terkena kelenjar Zeis dan Moll, penonjolan ke arah kulit
palpebra,disebut hordeolum eksternum.
Bentuk :
 Hordeolum eksternum, yaitu radang kelenjar Moll dan Zeiss.
Merupakan infeksi pada kelenjar Zeis dan folikel rambut oleh
staphylococc.
 Hordeolum internum, yaitu radang kelenjar Meibom.
Infeksi staphylococc pada kelenjar Meibom.

3.2 Etiologi Penyakit Hordeolum


Biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus
adalah penyebab pada 90 – 95% kasus). Biasanya dapat dicetuskan oleh stress,
nutrisi yang buruk, penggunaan pisau cukur yang sama untuk mencukur rambut
disekitar mata dan kumisatau tempat lain. Infeksi ini mudah menyebar,
sehingga diperlukan pencegahan terutama mengenai kebersihan
individual.Yaitu dengan tidak menyentuh mata yang terinfeksi, pemakaian
kosmetik bersama - sama, pemakaian handuk dan washcloth bersama-sama.
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering
ditemukan pada praktek kedokteran.Insidensitidak bergantung pada ras dan
jenis kelamin. Dapat mengenai semua usia, tapi lebih sering padaorang dewasa,
kemungkinan karena kombinasi dari beberapa faktor seperti tingginya level
androgen dan peningkatan insidensi meibomitis dan rosacea pada dewasa.

3.3 Patofisiologi Penyakit Hordeolum


Infeksi bakteri stafilokokkus pada kelenjar yang sempit dan kecil, biasanya
menyerang kelenjar minyak (meibomian) dan akan mengakibatkan
pembentukan abses (kantong nanah) kearah kulit kelopak mata dan konjungtiva
biasanya disebut hordeolum internum. Apabila bakteri stafilokokkus minyerang
kelenjar Zeis atau moll maka akan membentuk abses kearah kulit palbebra yang
biasanya disebut hordeolum eksternum. Setelah itu terjadi pembentukan
chalazion yakni benjolan di kelopak mata yang disebabkan peradangan di
kelenjar minyak (meibom), baik karena infeksi maupun reaksi peradangan
akibat alergi. Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari
kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada
kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus.Obstruksi dari kelenjar-kelenjar
ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya.Kedua tipe
hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. Patogenesis terjadinya
hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan nanah dalamlumen kelenjar
oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya mengenai kelenjar Zeis dan Moll.
Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini
akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi
pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan
tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dandebris nekrotik.
Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar Meibom
dilempeng tarsal. Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata
seperti bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila
ditekan.Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding
hordeolum eksternum.Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah
beratnya kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasie dengan hordeolum,
kelenjar preaurikel biasanya turut membesar. Sering hordeolum ini membentuk
abses dan pecah dengan sendirinya.
3.4 Manifestasi Klinis pada Penyakit Hordeolum
 Kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri
bila ditekan.
 Adanya pseudoptosis atau ptosis yang mengakibatkan kelopak sukar
diangkat.
 Terjadi pembesaran pada kelenjar preaurikel
 Kadang mata berair dan peka terhadap sinar
 Adanya abses yang dapat pecah dengan sendirinya.

3.5 Penatalaksanaan Penyakit Hordeolum


Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam
1-2 minggu.Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat
topikal (salep atau tetes mataantibiotik) maupun kombinasi dengan obat
antibiotika oral (diminum).Urutan penatalaksanaan hordeolum adalah sebagai
berikut:

a. Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.

b. Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin,


Polimyxin B,Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat
topikal digunakan selama7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada
fase peradangan.

c. Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin,


Eritromisin, Doxycyclin.Antibiotik oral digunakan jika hordeolum
tidak menunjukkan perbaikan denganantibiotika topikal. Obat ini
diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenisantibiotika oral
hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.

d. Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan


sesuai denganmasing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya
hordeolum.
e. Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk
meredakan keluhannyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat,
ibuprofen, dan sejenisnya.

f. Pada nanah dan kantong nanah tidak dapat keluar dilakukan insisi. Pada
insisi hordeolumterlebih dahulu diberikan anestesia topikal dengan
pentokain tetes mata. Dilakukananestesi infiltrasi dengan prokain atau
lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisiyang bila :

- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebra.

- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.

g. Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase


seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi
salep antibiotik.

h. Diberikan anestesi setempat dengan tetes mata Pantokain. Kalau perlu


diberikan anestesi umum, misal pada anak-anak atau orang-orang yang
sangat takut sebelum diberi anestesi umum.

i. Untuk lokal anestesi bisa dipakai prokain 2% dilakukan secara infiltratif


dan tetes mata Pantocain 2%.

3.6 Pencegahan pada Penyakit Hordeolum


Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan wajah
dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum
tidak mudah berulang,dengan mengusap kelopak mata dengan lembut
menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak,
menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh
kuman, dan menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah
berdebu.
3.7 Kompilkasi
Penyulit hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang jaringan
ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.
a. Selulitis palpebra.
b. Abses palpebra.

3.8 Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Hordeolum


 Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat kesehatan dahulu
- Riwayat kesehatan keluarga
b. Keluhan nyeri
 Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi: adanya tanda tanda radang,adanya oedema atau tonjolan
interna/exsterna dan adanya purulen atau nanah
b. Palpasi : adanya nyeri tekan
 Diagnosa Keperawatan
- Gangguan rasa nyaman (nyeri) yang berhubungan dengan
pembengkakan pelpepra akibat proses peradangan yang ditandai dengan
klien mengeluh nyeri pada tepi kelopak mata, tepi kelopak mata merah,
bengkak dan terdapat tonjolan.
- Gangguan konsep diri (citra tubuh) yang berhubungan dengan
perubahan bentuk kelopak mata yang memengaruhi penampilan klien.
- Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan kontak sekret
dengan mata sehat atau mata orang lain.
 Intervensi keperawatan
- Gangguan rasa nyaman (nyeri) yang berhubungan dengan
pembengkakan pelpepra akibat proses peradangan yang ditandai dengan
klien mengeluh nyeri pada tepi kelopak mata, tepi kelopak mata merah,
bengkak dan terdapat tonjolan.
Kriteria hasil : Nyeri berkurang, pasien merasa nyaman
Ajarkan klien cara melakukan kompres air hangat pada tepi palpebra
dan beritahu klien agar mengkompres tepi palpebral selama 20 menit,
3-4 kali sehari.
Rasional : Mempercepat supurasi sehingga material purulen dapat
keluar dan nyeri reda. Pada klien wanita, beritahu agar tidak memakai
tata rias (khususnya tata rias mata) untuk sementara.
Rasional : Mengurangi Iritasi.
Kolaborasi :
Antibiotika salep setiap 3 jam setelah pemberian kompres hangat.
Antibiotika sistemik yang diindikasikan jika terjadi selulitis.
Insisi. Rasional : Mengeluarkan (drainase) material purulen.
Gangguan konsep diri (citra tubuh) yang berhubungan dengan
perubahan bentuk kelopak mata yang memengaruhi penampilan klien.
 Intervensi keperawatan
- Beritahu klien bahwa penyakitnya bisa disembuhkan.
- Anjurkan klien untuk melaksanakan anjuran yang telah diberikan
(kompres hangat dan penggunaan antibiotika) secara tertur.
- Beritahu klien bahwa salep mata dapat membuat pandangan kabur.
Rasional :Menguragi kecemasan klien.
- Bertahu klien, jangan pernah menekan pembengkakan.
Rasional : dapat menyebarkan infeksi.
- Beritahu klien untuk meningkatkan status kesehatan.
Rasional : Buruknya status kesehatan merupakan predisposisi berulang
hordeolum.
- Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan kontak sekret
dengan mata sehat atau mata orang lain
 Hasil Yang Diharapkan/ Kriteria Evaluasi
Pasien Akan :
Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen,
eritema, dan demam.
Tujuan: Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi
 Tindakan/intervensi:
- Kaji tanda-tanda infeksi
- Berikan therapi sesuai program dokter
- Anjurkan penderita istirahat untuk mengurangi gerakan mata
- Berikan makanan yang seimbang untuk mempercepat penyembuhan
Mandiri.
- Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati
mata.
- Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari
dalam keluar dengan bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan.
- Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang sakit
kemudian yang sehat
- Anjurkan untuk memisahkan handuk, lap atau sapu tangan.
PENYAKIT INFEKSI MATA KERATITIS

4.1 Pengertian Penyakit Keratitis

Keratitis adalah peradangan pada kornea. keratitis merupakan kelainan


akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan
kornea menjadi keruh. Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi
kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea.
(Darling,H Vera, 2000, hal 112).

Bentuk-bentuk klinik keratitis superfisialis (Ilyas, 2006) antara lain


adalah :

 Keratitis punctata superfisialis


Berupa bintik-bintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkan
oleh sindrom dry eye, blefaritis, keratopati logaftalmus, keracunan obat
topical, sinar ultraviolet, trauma kimia ringan dan pemakaian lensa kontak.
 Keratitis flikten
Benjolan putih yang yang bermula di limbus tetapi mempunyai
kecenderungan untuk menyerang kornea.
 Keratitis sika
Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar
lakrimale atau sel goblet yang berada di konjungtiva.
 Keratitis lepra
Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut
juga keratitis neuroparalitik.
 Keratitis nummularis
Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multiple dan
banyak didapatkan pada petani.

Bentuk-bentuk klinik keratitis profunda antara lain adalah :

 Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital


 Keratitis sklerotikans.
4.2 Etiologi Penyakit Keratitis

1. Keratitis Mikrobial

Keratitis ini diakibatkan oleh berbagai organisme bakteri,virus, jamur, atau


parasit, abrasi sedikitpun bisa menjadi pintu masuk bakteri. Kebanyakan infeksi
kornea terjadi akibat trauma atau gangguan mekanisme pertahanan sistemis
ataupun lokal. keratitis bacterial keratitis akibat dari infeksi stafilokokkus,
berbentuk seperti :

 keratitis pungtata, terutama dibagian bawah kornea


 keratitis viral dendritik herpetic keratitis dendritik yang disebabkan virus
herpes simpleks akan memberi gambaran spesifik berupa infiltrat pada
kornea dengan bentuk seperti ranting pohon yang bercabang – cabang
dengan memberikan uji fluoresin positif nyata pada tempat percabangan.
 Keratitits herpes zoster Merupakan manifestasi klinis dari infeksi virus
herpes zooster pada cabang saraf trigeminus, termasuk puncak hidung dan
demikian pula kornea atau konjungtiva.
 Keratitis pungtata epithelial dengan infiltrat halus pada kornea, selain
disebabkan oleh virus keratitits pungtata juga disebabakan oleh obat seperti
neomicin dan gentamisin.
 Keratitits disiformis merupakan keratitits dengan bentuk seperti cakram
didalam stroma permukaan kornea, keratitis ini disebabkan oleh infeksi atau
sesudah infeksi virus herpes simpleks
2. Keratitis Peremajaan

Infeksi ini terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara memadai dan
dilindungi oleh kelopak mata. Kekeringan kornea dapat terjadi dan
kemudian dapat diikuti ulserasi dan infeksi sekunder. Pemajanan kornea
dapat disebabkan oleh karena keadaan eksoptalmus, paresis saraf kranial
VII tetapi juga dapat terjadi pada pasien koma atau yang dianastesi.
 Keratitis lagoftalmos Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang
dapat terjadi pada ektropion palpebra, protrusio bola mata atau pada
penderita koma dimana mata tidak terdapat reflek mengedip.
 Keratitis neuroparalitik Terjadi akibat gangguan pada saraf trigeminus yang
mengakibatkan gangguan sensibilitas dan metabolisme kornea
 Kerato konjungtivitis sika Terjadi akibat kekeringan pada bagian
permukaan kornea.

4.3 Patofisiologi Penyakit Keratitis


Kornea berfungsi sebagai membran pelindung yang uniform dan jendela
yang dilalui berkas cahaya retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan
strukturnya yang uniform, avaskular, dan deturgessens. Deturgesens atau
keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh fungsi sawar
epitel. Epitel adalah sawar yang efisiens terhadap masuknya mikroorganisme
ke dalam kornea dan merupakan satu lapis sel-sel pelapis permukaan
posterior kornea yang tidak dapat diganti baru. Sel-sel ini berfungsi sebagai
pompa cairan dan menjaga agar kornea tetap tipis dan basah, dengan
demikian mempertahankan kejernihan optiknya. Jika sel-sel ini cedera atau
hilang, timbul edema dan penebalan kornea yang pada akhirnya menggangu
penglihtan. Karena kornea avaskular, maka pertahanan sewaktu peradangan
tak dapat segera datang. Maka badan kornea, sel-sel yang terdapat di dalam
stroma segera bekerja sebagai makrofag baru kemudian disusul oleh
pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagi injeksi
perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrat, yang tampak sebagi bercak
bewarna kelabu, keruh, dan permukaan yang licin. Kemudian dapat terjadi
kerusakan epitel dan timbul ulkus kornea yang dapat menyebar ke
permukaan dalam stroma. Pada perdangan yang hebat, toksin dari kornea
dapat menyebar ke iris dan badan siliar dengan melalui membran descement
dan endotel kornea. Dengan demikian iris dan badan siliar meradang dan
timbulah kekeruhan di cairan COA, disusul dengan terbentuknya hipopion.
Bila peradangan terus mendalam, tetapi tidak mengenai membran
descement dapat timbul tonjolan membran descement yang disebut mata
lalat atau descementocele.
Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir dengan
terbentuknya jaringan parut yang dapat berupa nebula, makula, atau
leukoma. Bila ulkusnya lebih mendalam lagi dapat timbul perforasi yang
dapat mengakibatkan endophtalmitis, panophtalmitis, dan berakhir dengan
ptisis bulbi.

4.4 Manifestasi Klinis pada Penyakit Keratitis


 Inflamasi bola mata yang jelas
 Terasa benda asing di mata
 Cairan mokopurulen dengan kelopak mata saling melekat saat bangun
 Ulserasi epitel
 Hipopion (terkumpulnya nanah dalam kamera anterior)
 Dapat terjadi perforasi kornea
 Ekstrusi iris dan endoftalmitis
 Fotofobi
 Mata berair
 Kehilangan penglihatan bila tidak terkontrol

(Brunner dan Suddarth, 2001)

4.5 Penatalaksanaan Penyakit Keratitis


 Pemberian antibiotik
 Pada keratitis bakteri diberikan gentamisin 15 mg/ml,tobramisin 15
mg/ml,atau seturoksim 50 mg/ml.untuk hari-hari pertama diberikan setiap
setengah jam kemudian diturunkan menjadi setiap jam sampai 2 jam
bila membaik.ganti obatnya bila resisten atau tidak terlihat membaik.
 Perlu diberikan sikloplegik untuk menghindari terbentuknya sinekia
posterior dan mengurangi nyeri akibat spasme siliar
 Pada keratitis jamur,sebagai terapi awal diberikan ekonazol 1 % yang
berspektum luas.
 Antivirus,anti inflamasi dan analgetik

4.6 Pencegahan pada Penyakit Keratitis


Keratitis termasuk penyakit yang bisa dihindari. Langkah-langkah
sederhana yang bisa kita lakukan meliputi:
 Jangan lupa untuk melepas lensa kontak sebelum Anda tidur atau berenang.
 Merawat lensa kontak secara rutin dan seksama, misalnya mencuci tangan
sebelum membersihkan lensa kontak, menggunakan produk-produk
pembersih steril khusus untuk lensa kontak, serta jangan membersihkan
lensa kontak dengan cairan yang sudah dipakai.
 Pastikan Anda mengganti lensa kontak sesuai batas waktunya.
 Hindari penggunaan obat tetes mata kortikosteroid, kecuali atas anjuran
dokter.
 Jangan lupa untuk mencuci tangan sebelum Anda menyentuh mata atau
bagian sekitarnya. Terutama jika Anda mengidap luka akibat virus herpes.

4.7 Kompilkasi
Kerstitis adalah peradangan pada kornea. Gangguan pada kornea
merupakan penyakit yang fatal karena penanganan yang terlambat atau tidak
sempurna dapat menyebabkan penurunan penglihatan yang permanen baik
ringan hingga kebutaan. Komplikasi lain dari keratitis adalah timbulnya luka
pada kornea (ulkus kornea) .keratitis dapat mengenai seluruh rentan usia,jenis
kelamin,dan ras.

4.8 Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Keratitis


1. Pengkajian
a. Pengkajian ketajaman mata
b. Pengkajian rasa nyeri
c. Kesimetrisan kelopak mata
d. Reaksi mata terhadap cahaya/gerakan mata
e. Warna mata
f. Kemampuan membuka dan menutup mata
g. Pengkajian lapang pandang
h. Menginspeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk mengetahui
adanya pembengkakan 4 inflamasi
( Brunner dan Suddarth, 2001)

2. Analisa Data
a. Data fokus
- Gatal-gatal
- Nyeri (ringan sampai berat)
- Lakrimasi (mata selalu berair)
- Fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau blepharospasme (kejang
kelopak mata)
b. Diagnosa Kemungkinan Penyebab
- Nyeri : pada mata - Edema mata, sekresi, fotofobia, peningkatan TIO
atau inflamasi
- Potensial infeksi, - Kurang pengetahuan penyebaran ke mata yang tidak
sakit
3. Fokus Intervensi
Diagosa Keperawatan
a. Nyeri pada mata berhubngan dengan edema mata, fotofobia dan inflamasi
Tujuan yang diharapkan :Keadaan nyeri pasien berkurang
Intervensi
1. Beri kompres basah hangat
Rasionalisasi : Mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan, dan
membersihkan mata
2. Kompres basah dengan NaCL dingin
Rasionalisasi : mencegah dan mengurangi edema dan gatal-gatal yang
berat
3. Beri irigasi
Rasionalisasi : untuk mengeluarkan sekret, benda asing/kotoran dan zat-
zat kimia dari mata
(Barbara C .Long, 1996)
4. Dorong penggunaaan kaca mata hitam pada cahaya kuat
Rasionalisasi : cahaya yang kuat meyebabkan rasa tak nyaman
5. Beri obat untuk megontrol nyeri sesuai resep
Rasionalisasi : pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri
(Brunner dan Suddarth, 1996).
b. Gangguan penglihatan berhubungan dengan kerusakan kornea
Tujuan yang diharapkan :Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam
batas situasi individu.

Intervensi

1. Tentukan ketajaman, catat apakah satu atau kedua mata terlibat


Rasionalisasi : kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab
kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progesif, bila bilateral, tiap mata
dapat berlanjut pada laju yang berbeda tetapi, biasanya hanya satu mata
diperbaiki per prosedur.
2. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya
Rasionalisasi : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan
menurunkan cemas dan disorientasi pascaoperatif. (Marilynn E.
Doenges, 2000)
c. Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit berhubungan dengan
kurang pengetahuan. Tujuan yang diharapkan :Infeksi tidak menyebar ke
mata sebelahnya (Barbara C .Long, 1996)
1. Intervensi
Monitor pemberian antibiotik dan kaji efek sampingnya
Rasionalisasi : mencegah komplikasi
2. Lakukan tehnik steril
Rasionalisasi : mencegah infeksi silang
3. Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan penyakit
Rasionalisasi : memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara
memproteksi diri. (Tarwoto dan Warunnah, 2003)
d. Gangguan citra tubuh berhubung dengan hilangnya penglihatan
Tujuan yang diharapkan :Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas
penampilan tentang penilaian diri.
1. Intervensi
Berikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan orang dekat,
sehubungan dengan terlihatnya kehilangan, kehilangan fungsi, dan
emosiyangterpendam.
Rasionalisasi : Dengan kehilangan bagian atau fungsi tubuh bisa
menyebabkan individu melakukan penolakan, syok, marah, dan tertekan.
2. Dorong individu tersebut dalam merespon terhadap kekurangannya itu tidak
dengan penolakan, syok, marah, dan tertekan.
Rasionalisasi : Supaya pasien dapat menerima kekurangannya dengan lebih
ikhlas.
3. Sadari pengaruh reaksi-reaksi dari orang lain atas kekurangannya itu dan
dorong membagi perasaan dengan orang lain.
Rasionalisasi : Bila reaksi keluarga bagus dapat meningkatkan rasa percaya
diri individu dan dapat membagi perasaan kepada orang lain.
4. Ajarkan individu memantau kemajuannya sendiri
Rasionalisasi : Mengetahui seberapa jauh kemampuan individu dengan
kekurangan yang dimiliki. (Lynda Jual Carpenito, 1998)
BAB III

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Blefaritis dalah suatu infeksi kronik pada pinggir kelopak mata,
yang biasanya terdapat bilateral. Blefaritis biasanya terjadi kolonisasi
bakteri pada mata karena adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam
kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai
oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit.
Hordeolum merupakan radang akut bernanah pada kelenjar lemak
kelopak mata, kelenjar keringat, kelenjar folikel rambut (bintit, timbil).
Hordeolum ialah suatu infeksi sufuratif (aktif) kelenjar kelopak mata,
biasanya disebabkan oleh stafilokok.
Keratitis adalah peradangan pada kornea. keratitis merupakan
kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh.

5.2 Saran
Demikian penyusunan makalah Keperawatan Medikal Bedah Pada
Penyakit Blefaritis,Hordeolum,Keratitis, kami menyadaribahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan
pengetahuan.Dengandemikian, kritik maupun saran sangat dibutuhkan demi
kemajuan dalam pembuatan makalahkami.Mahasiswa keperawatan harus
belajar memahami tentang berbagi penyakit karena akan mudah dalam
membuat pembelajaran dan dapat mengaplikasikannya dalam suatu asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

__________. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran
edisi ke-2. Jakarta 2002.

John Thomas. Mata dan Kedaruratan Mata. Jakarta : EGC,2014.

Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas SpM. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta 2004.

_________. Infeksi pada Mata. 25 juni 2015. [online]. Intervensi Keperawatan N


O Dx. Keperawatan Tujuan dan kreteria hasil Interven si Rasional. 14 Oktober 2017

Fitri, Yuli. Asuhan Keperawatan Blefaritis.12 Desember 2016[online].


[https://yulifitri34.wordpress.com/2012/12/06/askep-blefaritis/. 14 Oktober 2017.

dr.Tri Amalia, Dina. Hordeolum Gejala, Penyebab, dan Pengobatan.


[online].https://mediskus.com/hordeolum. 24 Oktober 2017.

Istiqomah, dkk. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Mata.
EGC; Jakarta.

You might also like