You are on page 1of 22

Makalah

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT


FRAKTUR

Disusun:
Kelompok 4
Keperawatan 2016

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2018

ANGGOTA KELOMPOK 4:
SAGITA AKASEH
SITI SINTIYA PALOWA
SITTI FADHILA M. SOLEMAN
SITI NURAINUN YAHYA
SRIDELFI FAHRUN
SRIYATI NAPU
ANISA MIU
ZEIN SUSANTI S. ALI
IVAH RUSKIA NINGSIH
MIRANDAWATI SALEH
MIRTA K. ANA
MARLIN M. KAU
FRAKTUR
1.1 Konsep Medis
A. Definisi
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi
mungkin taklebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks;
biasanya patahan lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya
masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup ( atau sederhana) kalau kulit atau
salah satu dari rongga tubuhtertembus keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau
compound) yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dn infeksi
(A,Graham,A & Louis, S, 2000).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Sjamsuhidajat, 200). Fraktur atau patah
tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya (Brunner & Suddarth, 2005). Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,
keadaan tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang akan menetukan
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap ( Price, A dan L.Wilson,
2006).
B. Etiologi
Menurut Oswari E, (2000), penyebab fraktur adalah:
a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh
dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya, dan penarikan.
C. Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stres, gangguan fisisik,gangguan metabolik, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik terbuka ataupun tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah
menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
mengkudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di
dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan
dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas
fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak
yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan
kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur
adalah patah tulang, bisanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik,
patologik yang terjadi itu terbuka dan tertutup. Pada umumnya pada pasien fraktur
terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai
sembuh.
Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya
pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan. Respon
dini terhadap kehilangan darah adalah kompensasi tubuh, sebagai contoh
vasokontraksi progresif dari kulit, otot dan sirkulasi vaseral. Karena ada cedera,
respon terhadap berkurangnya volume darah yang akut adalah peningkatan detak
jantung sebagai usaha untuk menjaga output jantung, pelepasan katekolamin-
katekolamin endogen meningkatkan tahanan pembuluh perifer hal ini akan
meningkatkan tekanan darah diastolic dan mengurangi tekanan nadi (pulse
pressure), tetapi hanya sedikit membantu peningkatan perfusi organ. Hormon-
hormon lain yang bersifat vasoaktif juga dilepaskan di dalam sirkulasi sewaktu
terjadinya syok, termasuk histamin, bradikinin beta-endorpin dan sejumlah besar
prostanoid dan sitokin-sitokin lain. Subtansi ini berdampak besar pada mikro-
sirkulasi dan permeabilitas pembuluh darah. Pada syok perdarahan yang masih
dini, mekanisme kompensasi sedikit mengatur pengembalian darah (venous
return) dengan cara kontraksi volume darah di dalam sistem vena sistemik. Cara
yang paling efektif untuk memulihkan kardiak pada tingkat seluler, sel dengan
perfusi dan oksigen tidak adekuat tidak mendapat substrat esensial yang sangat
diperlukan untuk metabolisme aerobik normal dan produksi energi. Pada keadaan
awal terjadi kompensasi dengan berpindah ke metabolisme anaerobik, hal mana
mengakibatkan pembentukan asam laktat dan berkembangnya asidosis metabolik.
Bila syoknya berkepanjangan dan penyampaian substrat untuk pembentukan ATP
(adenosin triphosphat) tidak memadai, maka membran sel tidak dapat lagi
mempertahankan integritasnya dan gradientnya elektrik normal hilang.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan
kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur.
Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan
aliran darah ketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati
dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi
sebagai jala-jala untuk melakukan aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk
tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuah fibrin direabsorbsi dan sel-sel
tulang baru mengalami remodoling untuk membentuk tulang sejati.
D. Pathway

E. Klasifikasi Fraktur
1. Menurut Garis Fraktur
Fraktur komplit Garis patahnya melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua korteks tulang dan fragmen tulang biasanya berubah
tempat. Fraktur inkomplit adalah fraktur yang garis patahnya tidak
melalui seluruh penampang tulang Greenstick fracture adalah jenis
fraktur yang mengenai satu korteks dimana korteks tulangnya sebagian
masih utuh juga periosteum, akan segera sembuh dan segera mengalami
remodelling ke bentuk normal. Bisa dikatakan fraktur ini adalah fraktur
yang di mana salah satu sisi tulang patah sedangkan sisi yang lainnya
membengkok. Hair line fraktur adalah Garis fraktur hampir tidak tampak
sehingga tidak ada perubahan bentuk tulang.
2. Menurut Jumlah Dan Garis Patah/Bentuk/Konfigurasi
Fraktur kominutif adalah fraktur yang Lebih dari satu garis fraktur,
fragmen tulang pecah, terpisah-pisah dalam berbagai serpihan. Fraktur
segmental adalah Bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan
satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk
sembuh dan keadaan ini perlu terapi bedah Fraktur multipel adalah Garis
patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya. Seperti
fraktur femur, cruris dan vertebra.
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme
trauma.
a. Fraktur Transversal adalah fraktur yang arahnya melintang sepanjang
garis tengah tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau
langsung.
b. Fraktur Oblik adalah fraktur yang arah garis patahnya membentuk
sudut terhadap sumbu tulang atau dengan garis tengah tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi juga.
c. Fraktur Spiral adalah fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral
yang disebabkan trauma rotasi.
d. Fraktur Kompresi adalah fraktur yang terjadi karena trauma aksial
fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lainbiasanya terjadi
pada tulang belakang.
e. Fraktur Avulsi adalah fraktur yang diakibatkan karena tertariknya
fragmen tulang dan ligamen atau tendon pada perlekatannya.
4. Berdasarkan jumlah garis patah.
a. Fraktur Komunitif adalah fraktur dimana garis patah lebih dari satu
dan saling berhubungan.
b. Fraktur Segmental adalah fraktur dimana garis patah lebih dari satu
tapi tidak berhubungan.
c. Fraktur Multiple adalah fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak pada tulang yang sama.
5. Menurut, (Sjamsuhidajat,2005) patah tulang dapat dibagi menurut:
a. Ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar, yaitu:
Patah tulang tertutup Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut dengan fraktur bersih
(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
b. Patah tulang terbuka, yang memungkinkan kuman dari luar dapat
masuk kedalam luka sampai ketulang yang patah. Patah tulang terbuka
dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat ringannya patah
tulang.
F. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005) adalah nyeri,
hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstrimitas, krepitus, pembengkakan
local, dan perubahan warna.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di
imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang di rancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak tidak alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran fraktur
menyebabkan deformitas, ekstrimitas yang bias di ketahui dengan
membandingkan dengan ekstrimitas yang normal. Ekstrimitas tidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
4. Saat ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
yang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan yang lainya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai
Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai
akibat dari trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini
biasanya baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera
G. Pemeriksaan penunjang
Menurut (doengoes, 2000) pemeriksaan diagnostik fraktur diantaranya :
1. Pemeriksaan Rontgen : menentukan lokasi atau luasnya fraktur
2. Scan tulang, tonogramm, scan CI/MRI: memperlihatkan fraktur juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
4. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multiple). Peningkatan jumlal SDP adalah respons stress normal
setelah trauma.
5. Kreatinin : traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal.
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
multiple, atau cederah hati.
H. Penatalaksanaan
Prinsip pennganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian
fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi( Brunner & Suddarth, 2002).
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasi anatomis. Metode untuk mencapai reduksifraktur adalah dengan reduksi
tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode yang dipilih untuk mereduksi fraktur
bergantung pada sifat frakturnya.
Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan
fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan
manipulasi dan traksi manual. Selanjutnya, traksi dapat dilakukan untuk
mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan
spesame otot yang terjadi. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka,
dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam
bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai
terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna dan fiksasi
eksterna. Metode fiksasi ekstern meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontin,
pin, dan tehnik gips. Sedangkan implant logam digunakan untuk fiksasi interna.
Mempertahankan dan mengembalikan fragmen tulang, dapat dilakukan dengan
reduksi dan imobilisasi. Pantau status neurovaskuler, latihan isometrik, dan
memotivasi klien untuk berpartisipasi dalam memperbaiki kemandirian dengan
harga diri (Brunner & suddarth, 2005).
Prinsip penangan fraktur dikenal dengan empat R yaitu:
1. Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian dan
kemudian dirumah sakit.
2. Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi fragmen-fragmen tulang
yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya.
3. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang untuk
mempertahankan reduksi harus melewati sendi di atas fraktur dan dibawah
fraktur.
4. Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan fraktur (Price, 2006).
Penatalaksanaan perawat menurut Mansjoer (2003), adalah sebagai berikut:
1. Terlebih dahulu perhatikan adanya perdarahan, syok dan penurunan
kesadaran, baru periksa patah tulang
2. Atur posisi tujuannya untuk menimblkan rasa nyaman,mencegah
komplikasi.
3. Pemantauan neurocirculatory yang dilakukan setiap jam secara dini, dan
pemantauan neurocirculatory pada daerah yang cedera adalah:
a. Merabah lokasi apakah masih ingat
b. Observasi warna
c. Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali kapiler
d. Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hilang sensasi pada
lokasi cedera
e. Meraba lokasi cedera apakah pasien bisa membedakan rasa sensasi
nyeri
f. Observasi apakah daerah fraktur bisa digerakan.
4. Pertahankan kekuatan dan pergerakan
5. Mempertahankan kekuatan kulit
6. Meningkatkan gizi, makanan- makanan yang tinggi serat anjurkan intake
protein 150-300 gr/hari
7. Memperhatikan immobilisasi fraktur yang telah direduksi dengan tujuan
untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh.
Tahap-tahap penyembuhan fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005):
1. Inflamasi, tubuh berespon pada tempat cedera terjadi hematom
2. Proliferasi sel, terbentuknya barang-barang fibrin sehingga terjadi
revaskularisasi
3. Pembentukan kalus, jaringan fibrus yang menghubungkan efek
tulang
4. Opsifikasi, merupakan proses penyembuhan pengambilan jaringan
tulang yang baru
5. Remodeling, perbaikan patah yang meliputi pengambilan jaringan
yang mati dan reorganisasi
I. Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut (Price, A dan L.Wilson, 2006)
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentu sudut
atau miring
2. Delayed Union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus
tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali
4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan yang
berlebihan di dalam suatu ruangan yang disebabkan oleh
pendarahan masif pada suatu tempat.
5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya
oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
6. Fat embolisme syndrome, tetesan lemak masuk ke dalam pembluh
darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur yang
meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sampai 80
faktur tahun.
7. Tromboembolik komplication, trombo vena dalam sering terjadi
pada individu yang imobilisasi dalam waktu yang lama karena
trauma atau ketidakmampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan
ekstermitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi
pada bedah ortopedi.
8. Infeksi, sistem pertahan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan .
Pada trauma orthopedik infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan
masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka,
tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedah
seperti pin dan plat.
9. Avascular nekrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptik atau
nikrosis iskemia.
10. Refleks symphathethik dysthropy, hal ini disebabkan oleh
hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal syndrome ini
belumbanyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik
dan vasomotor instability.

.
1.2 Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien Post op frakture Olecranon (Doenges, 1999) meliputi :
a. Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular
perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
b. Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple,
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ;
stimulasi simpatis.
c. Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane
mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
d. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ;
Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga
tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic
(efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat
transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
f. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,
analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang
dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan
kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan
juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono,
2010 : 17). Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op
fraktur (Wilkinson, 2006) meliputi :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen
tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress,
ansietas
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan,
ketidak edekuatan oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status
metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh
terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit
buruk, terdapat jaringan nekrotik.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan,
kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan
kekuatan/tahanan.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi
tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi
pembedahan.
C. Intervensi Dan Implementasi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Nyeri adalah Tujuan : nyeri dapat 1. Observasi tanda-tanda
pengalaman sensori serta berkurang atau hilang. vital.
2. Kaji tingkat intensitas dan
emosi yang tidak Kriteria Hasil :
frekwensi nyeri
menyenangkan dan - Nyeri berkurang atau
3. Lakukan pendekatan pada
meningkat akibat adanya hilang
klien dan keluarga
kerusakan jaringan aktual - Klien tampak tenang. 4. Jelaskan pada klien
atau potensial, penyebab dari nyeri
5. Melakukan kolaborasi
digambarkan dalam
dengan tim medis dalam
istilah seperti kerusakan ;
pemberian analgesik
awitan yang tiba-tiba
atau perlahan dari
intensitas ringan samapai
berat dengan akhir yang
dapat di antisipasi atau
dapat diramalkan dan
durasinya kurang dari
enam bulan.

2 Intoleransi aktivitas Tujuan : pasien memiliki 1. Rencanakan periode


adalah suatu keadaaan cukup energi untuk istirahat yang cukup.
2. Berikan latihan aktivitas
seorang individu yang beraktivitas.
secara bertahap.
tidak cukup mempunyai Kriteria hasil : - perilaku
3. Bantu pasien dalam
energi fisiologis atau menampakan kemampuan
memenuhi kebutuhan
psikologis untuk untuk memenuhi
sesuai kebutuhan.
bertahan atau memenuhi kebutuhan diri. 4. Setelah latihan dan
kebutuhan atau aktivitas - pasien mengungkapkan aktivitas kaji respons
sehari-hari yang mampu untuk melakukan pasien.
diinginkan. beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
- Koordinasi otot, tulang
dan anggota gerak lainya
baik.

3 Kerusakan integritas Tujuan : Mencapai 1. Kaji kulit dan identifikasi


kulit adalah keadaan penyembuhan luka pada pada tahap perkembangan
kulit seseorang yang waktu yang sesuai. luka.
2. Kaji lokasi, ukuran,
mengalami perubahan Kriteria Hasil : - tidak ada
warna, bau, serta jumlah
secara tidak diinginkan. tanda-tanda infeksi seperti
dan tipe cairan luka.
pus.
3. Pantau peningkatan suhu
- luka bersih tidak lembab
tubuh.
dan tidak kotor. 4. Berikan perawatan luka
- Tanda-tanda vital dalam dengan tehnik aseptik.
batas normal atau dapat Balut luka dengan kasa
ditoleransi. kering dan steril, gunakan
plester kertas.
5. Jika pemulihan tidak
terjadi kolaborasi tindakan
lanjutan, misalnya
debridement.
6. Setelah debridement, ganti
balutan sesuai kebutuhan.
7. Kolaborasi pemberian
antibiotik sesuai indikasi.

4 Hambatan mobilitas Tujuan : pasien akan 1. Kaji kebutuhan akan


fisik adalah suatu menunjukkan tingkat pelayanan kesehatan dan
keterbatasan dalam mobilitas optimal. kebutuhan akan peralatan..
2. Tentukan tingkat motivasi
kemandirian, Kriteria hasil :
pasien dalam melakukan
pergerakkan fisik yang - penampilan yang
aktivitas.
bermanfaat dari tubuh seimbang..
3. Ajarkan dan pantau pasien
atau satu ekstremitas atau - melakukan pergerakkan
dalam hal penggunaan alat
lebih. dan perpindahan.
bantu.
- mempertahankan 4. Ajarkan dan dukung
mobilitas optimal yang pasien dalam latihan ROM
dapat di toleransi, dengan aktif dan pasif.
karakteristik : 5. Kolaborasi dengan ahli

0 = mandiri penuh terapi fisik atau okupasi.

1 = memerlukan alat
Bantu.
2 = memerlukan
bantuan dari orang lain
untuk bantuan,
pengawasan, dan
pengajaran.

3 = membutuhkan
bantuan dari orang lain
dan alat Bantu.
4 = ketergantungan;
tidak berpartisipasi dalam
aktivitas.
1.
5 Risiko infeksi Tujuan : infeksi tidak 1. Pantau tanda-tanda vital.
2. Lakukan perawatan luka
berhubungan dengan terjadi / terkontrol.
tidak adekuatnya Kriteria hasil : - tidak ada dengan teknik aseptik.
3. Lakukan perawatan
pertahanan perifer, tanda-tanda infeksi seperti
terhadap prosedur inpasif
perubahan sirkulasi, pus.
seperti infus, kateter,
kadar gula darah yang - luka bersih tidak lembab
drainase luka, dll.
tinggi, prosedur invasif dan tidak kotor.
4. Jika ditemukan tanda
dan kerusakan kulit. - Tanda-tanda vital dalam
infeksi kolaborasi untuk
batas normal atau dapat
pemeriksaan darah, seperti
ditoleransi.
Hb dan leukosit.
5. Kolaborasi untuk
pemberian antibiotik.

D. Evaluasi
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah :
1. Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
3. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai
4. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
5. Infeksi tidak terjadi / terkontrol
6. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan
proses pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M. 1993. Medical Surgical Nursing. W.B Sainders Company :
Philadelpia
Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.
E. Oerswari 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. Jakarta
Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.
Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi.
EGC : Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner
& Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta

You might also like