Professional Documents
Culture Documents
Kasus Pembahasan
TINJAUAN
PUSTAKA
SUBJECTIVE OBEJECTIVE ASSESMENT PLANNING
Subjective
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. SH
No. RM : 57-00-61
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir | umur : 04 Maret 1983 | 35 tahun
Alamat : Wonokusumo Jaya Baru 2/11B Surabaya
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Tanggal Masuk RS : 12 Agustus 2018
Tanggal Pemeriksaan : 14 Agustus 2018
Subjective
ANAMNESA
RPS: Pasien datang ke IGD RSUD dr. M. Soewandhie pada tanggal 12 Agustus 2018
dengan keluhan sesak yang sudah muncul dalam 10 hari terakhir dan memberat dalam
2 hari terakhir. Sesak dirasakan muncul pada saat aktifitas ringan, namun dalam 2
hari terakhir sebelum MRS, pasien mengaku sesak timbul bahkan pada saat pasien
beristirahat. Pasien mengaku sering terbangun karena sesak pada saat malam hari.
Pasien juga sering merasa sesak saat berbaring pada 4 hari terakhir sebelum MRS
dan sesak membaik saat pasien tidur menggunakan 3 bantal.
Subjective
ANAMNESA
RPS: Pasien juga mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Nyeri hanya terasa kemeng dan
tidak menjalar ke bahu maupun lengan kiri.
Selain sesak, pasien juga mengalami bengkak pada kaki sejak 10 hari terakhir
sebelum MRS. Pasien mengaku bengkak secara tiba-tiba dan sesak mulai muncul
seiring timbulnya bengkak tersebut.
Pasien juga mengaku batuk sejak 3 hari sebelum MRS namun tidak keluar dahak.
Pasien mengaku tidak ada keluhan lain seperti mual, muntah, nyeri kepala, maupun
demam.
Subjective
ANAMNESA
RPO: -
12 Agustus 2018
12 Agustus 2018
Kepala
Mata : palpebra : edema (+|+)
Konjungtiva : anemis (+|+)
Sklera : icterus (+|+)
Pupil : reflex cahaya (+|+), bulat, isokor
Telinga : daun telinga simetris, sekret (-|-)
Hidung : deviasi septum nasi (-), simetris, perdarahan (-|-)
Mulut : Bibir sianosis (-)
Leher : Kaku kuduk (-)
Pembesaran KGB, thyroid (-), Deviasi trakea (-)
Bendungan JVP (+), Hepatojugular reflux (+)
Objective
PEMERIKSAAN FISIK
14 Agustus 2018
Thorax
Pulmo : Inspeksi : Normochest (simetris)
Palpasi : Gerak napas simetris
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +|+
Rhonki +|+
Wheezing -|-
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kanan atas ICS II Parasternal Line Dextra, bawah ICS IV
Parasternal Line Dextra
batas jantung kiri atas ICS II Parasternal Line Sinistra, bawah ICS IV Mid-axilar
Line Sinistra
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop S3 (+)
Objective
PEMERIKSAAN FISIK
14 Agustus 2018
Saturasi
Limfosit 13.8 % (↓) 11.3 %
Transferin
Monosit 6.2 %
Jumlah
293 x 103/µL
Trombosit
MCV 73.3 fL (↓)
MCH 23.6 pg (↓)
MCHC 32.2 g/dL
RDW-CV 16.5 % (↑)
Objective
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
13 Agustus 2018
14 Agustus 2018
Heart Hal ini biasanya diakibatkan karena kegagalan otot jantung, keadaan
hemodinamis kronis yang menetap yang disebabkan karena tekanan atau volume
overload yang menyebabkan hipertrofi dan dilatasi dari ruang jantung, serta
Failure dapat juga terjadi karena beberapa faktor eksternal yang menyebabkan
keterbatasan dalam pengisian ventrikel
Gagal Jantung
Transudasi Cairan
Kongesti Paru
Patofisiologi
Gagal jantung o.k gangguan fungsi diastolik
Mitral Tricuspidal
Transudasi cairan
ke intersitisum Transudasi cairan
pulmonal ke ekstremitas
Patofisiologi
Mekanisme Kompensatoris
Mekanisme yang bekerja untuk mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk
memelihara organ-organ vital dengan mengkompensasi penurunan cardiac output yang
terjadi pada gagal jantung.
- Mekanisme Frank-Starling
- Aktivasi RAAS
- Hipertrofi Ventrikel
- Peptida Natriuretik Atrium
Klasifikasi
NYHA classification of Heart Failure ACC/AHA classification of Heart Failure
Kelas 1 Tidak terdapat batasan dalam melakukan Stadium A Memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal
aktifitas fisik. Aktifitas fisik sehari-hari tidak jantung. Tidak terdapat gangguan struktural atau
menimbulkan kelelahan, palpitasi atau fungsional jantung, tidak terdapat tanda atau gejala
sesak nafas
Kelas 2 Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak Stadium B Telah terbentuk penyakit struktur jantung yang
terdapat keluhan saat istrahat, namun berhubungan dengan perkembangan gagal jantung,
aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan tidak terdapat tanda atau gejala
kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
Kelas 3 Terdapat batasan aktifitas bermakna. Stadium C Gagal jantung yang simtomatik berhubungan dengan
Tidak terdapat keluhan saat istrahat, penyakit struktural jantung yang mendasari
tetapi aktfitas fisik ringan menyebabkan
kelelahan, palpitasi atau sesak
Kelas 4 Tidak dapat melakukan aktifitasfisik tanpa Stadium D Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala gagal
keluhan. Terdapat gejala saat istrahat. jantung yang sangat bermakna saat istrahat walaupun
Keluhan meningkat saat melakukan sudah mendapat terapi medis maksimal (refrakter)
aktifitas
Klasifikasi
Berdasarkan penilaian fraksi ejeksinya ventrikel kiri (Left Ventricular Ejection Fraction, LVEF), gagal jantung diklasifikasikan menjadi:
Klasifikasi EF (%) Deskripsi
I Gagal jantung ≤ 40% Disebut juga gagal jantung
dengan penurunan sistolik
EF (Reduced EF
(HFrEF))
II Gagal jantung ≥ 50% Disebut juga gagal jantung
dengan EF baik diastolik
(Preserved EF
(HFpEF))
a. HFpEF 41-49% Karakteristik, tatalaksana, dan
borderline tujuan terapi sama dengan
HFpEF
Selain kriteria Framingham, pemeriksaan penunjang juga dapat dipakai dalam penegakan
diagnosa gagal jantung dari:
Anamesa,
Pemeriksaan Fisik,
Amati tanda dan
gejala berdasarkan EKG CXR Lab
Kriteria
Framingharm
Kriteria Framingham
Kriteria Mayor: Kriteria Minor:
Paroxismal Nocturnal Edema ekstremitas
Dyspnea
Ronki paru
Terminologi
Gagal Jantung
Terapi Umum:
- Edukasi mengenai penyakit, penyebab, dan bagaimana bila timbul keluhan
- Edukasi pola diet, kontrol asupan air dan garam
- Monitor berat badan
- Hentikan kebiasaan merokok
Algoritma Tatalaksana Gagal Jantung Kronik
Terapi Farmakologi Gagal Jantung Kronik
Ace Inhibitor
Ace Inhibitor efektif dalam mengurangi afterload, memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup,
menetralkan para mediator RAAS yang diaktifkan untuk mencegah konsekuensi merusak mereka dan
akhirnya meminimalkan remodelling jantung.
Angiotensin Receptor Blocker
ARB pada pasien dengan gagal jantung kronik untuk mencegah reseptor angiotensin untuk
meminimalkan remodelling jantung.
β-blocker
Target pemberian beta-blocker adalah memperlambat laju denyut jantung.
Terapi Farmakologi Gagal Jantung Kronik
Digitalis
Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrium, digoksin dapat untuk membersihkan laju ventrikel
yang cepat.
Nitrat
Pada dosis rendah, nitrat+hydralazine mengurangi preload terutama melalui efek pengencerannya
pada sistem vena. Pada dosis yang lebih tinggi, menyebabkan dilatasi arteri, dengan demikian juga
mengurangi afterload.
Diuretik
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis atau gejala kongesti. Tujuan
dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia (kering dan hangat) dengan dosis
yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien, untuk menghindari dehidrasi atau
reistensi.
Terapi Farmakologi Gagal Jantung Kronik
Kriteria Framingharm Pasien datang ke IGD RSUD dr. M. Soewandhie pada tanggal 12
Agustus 2018 dengan keluhan sesak yang sudah muncul dalam
10 hari terakhir dan memberat dalam 2 hari terakhir. Sesak
Kriteria Mayor: Kriteria Minor: dirasakan muncul pada saat aktifitas ringan, namun dalam 2
Paroxismal Nocturnal Edema ekstremitas hari terakhir sebelum MRS, pasien mengaku sesak timbul bahkan
Dyspnea pada saat pasien beristirahat. Pasien mengaku sering
terbangun karena sesak pada saat malam hari. Pasien juga
Peningkatan JVP Batuk malam hari
sering merasa sesak saat berbaring pada 4 hari terakhir
Acute Lung Oedema Dyspneu d’effort sebelum MRS dan sesak membaik saat pasien tidur
Cardiomegaly Efusi pleura menggunakan 3 bantal.
Gallop S3 Takikardia (.120 kali per Pasien juga mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Nyeri hanya terasa
kemeng dan tidak menjalar ke bahu maupun lengan kiri.
menit)
Selain sesak, pasien juga mengalami bengkak pada kaki sejak
Refluks hepatojugular Hepatomegali
10 hari terakhir sebelum MRS. Pasien mengaku bengkak secara
Distensi vena leher Kapasitas vital berkurang tiba-tiba dan sesak mulai muncul seiring timbulnya bengkak
1/3 dari normal tersebut.
Pasien juga mengaku batuk sejak 3 hari sebelum MRS namun
Ronki paru tidak keluar dahak.
Pada kasus ini… Pemeriksaan Fisik & Penunjang
Kriteria Framingharm
Distensi Vena Leher
Peningkatan JVP
Kriteria Mayor: Kriteria Minor:
Gallop S3
Paroxismal Nocturnal Edema ekstremitas
Refluks hepatojugular
Dyspnea
Ronki paru
Peningkatan JVP Batuk malam hari
Acute Lung Oedema
Acute Lung Oedema Dyspneu d’effort
Edema palpebra dan ekstremitas
Cardiomegaly Efusi pleura Ascites
Gallop S3 Takikardia (.120 kali per Takikardia
menit) Cardiomegaly
Refluks hepatojugular Hepatomegali
Distensi vena leher Kapasitas vital berkurang Total ditemukan :
1/3 dari normal 8 Kriteria Mayor dan 4 Kriteria Minor
Ronki paru
Pada kasus ini…
Pemeriksaan elektrokardiogram harus dikerjakan pada semua pasien diduga gagal jantung.
Pada pasien didapatkan sinus takikardi dan terdapat low QRS pada EKG yang dilakukan
saat di IGD. right bundle branch block pada lead 1&Avf pada EKG tanggal 13 Agustus
2018.
Pemeriksaan foto toraks juga merupakan komponen penting dalam diagnosis gagal jantung.
Rontgen toraks dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura, dan dapat
mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau memperberat sesak nafas.
Pada gambaran foto toraks pasien, ditemukan gambaran kardiomegali dengan CTR ±75%.
Pada kasus ini…
Berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas fungsionalnya menurut The New York Heart
Association (NYHA), gagal jantung pada pasien termasuk gagal jantung NYHA kelas IV, karena pasien
tidak sanggup melakukan kegiatan apapun tanpa keluhan dalam 2 hari terakhir, gejala sesak napas tetap
ada walaupun saat pasien beristirahat.
Berdasarkan gejala menurut American Heart Association(AHA), gagal jantung pada pasien termasuk gagal
jantung AHA stadium C, karena gejala muncul secara simptomatis.
Berdasarkan klasifikasi Killip pada penilaian gagal jantung akut, pasien termasuk dalam kondisi kelas II
yakni pasien dengan gagal jantung yang ditandai dengan ronkhi dan gallop s3 dan berubah menjadi kelas
IV saat terjadi syok kardiogenik..
Berdasarkan klasifikasi Forester, pasien termasuk dalam klasifikasi Cold and Wet karena pasien
menunjukkan tanda tanda hipoperfusi dan kongesti.
Pada kasus ini…
Terapi