You are on page 1of 52

Heart Failure

Azarine Neira Avisha


2017.04.200.207
Heart Failure

Kasus Pembahasan

TINJAUAN
PUSTAKA
SUBJECTIVE OBEJECTIVE ASSESMENT PLANNING
Subjective
IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. SH
No. RM : 57-00-61
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir | umur : 04 Maret 1983 | 35 tahun
Alamat : Wonokusumo Jaya Baru 2/11B Surabaya
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Tanggal Masuk RS : 12 Agustus 2018
Tanggal Pemeriksaan : 14 Agustus 2018
Subjective
ANAMNESA

Keluhan Utama: Sesak

Keluhan Tambahan: Nyeri dada. Kaki bengkak. Batuk.

RPS: Pasien datang ke IGD RSUD dr. M. Soewandhie pada tanggal 12 Agustus 2018
dengan keluhan sesak yang sudah muncul dalam 10 hari terakhir dan memberat dalam
2 hari terakhir. Sesak dirasakan muncul pada saat aktifitas ringan, namun dalam 2
hari terakhir sebelum MRS, pasien mengaku sesak timbul bahkan pada saat pasien
beristirahat. Pasien mengaku sering terbangun karena sesak pada saat malam hari.
Pasien juga sering merasa sesak saat berbaring pada 4 hari terakhir sebelum MRS
dan sesak membaik saat pasien tidur menggunakan 3 bantal.
Subjective
ANAMNESA

RPS: Pasien juga mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Nyeri hanya terasa kemeng dan
tidak menjalar ke bahu maupun lengan kiri.
Selain sesak, pasien juga mengalami bengkak pada kaki sejak 10 hari terakhir
sebelum MRS. Pasien mengaku bengkak secara tiba-tiba dan sesak mulai muncul
seiring timbulnya bengkak tersebut.
Pasien juga mengaku batuk sejak 3 hari sebelum MRS namun tidak keluar dahak.
Pasien mengaku tidak ada keluhan lain seperti mual, muntah, nyeri kepala, maupun
demam.
Subjective
ANAMNESA

RPD: Hipertensi (-)


DM (-)
RPK: Hipertensi (+)
Diabetes mellitus (-)

RPO: -

RSE: Pasien selama ini tidak bekerja dan belum menikah.


Objective
PEMERIKSAAN FISIK
12 Agustus 2018

Keadaan umum : Tampak sesak


Kesadaran : compos mentis
GCS : 4-5-6
Vital Sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg  84/50 mmHg (pk 19.30)
SpO2 : 89%  spontan
RR : 28-30 x/menit  takipneu
Nadi : 110 x/menit  takikardi
Objective
PEMERIKSAAN FISIK
12 Agustus 2018

Kepala : A +/ I +/ C -/ D +, Peningkatan JVP (+)


Thorax
Pulmo : Vesikuler +|+, Rhonki +|+, Wheezing -|-
Cor : S1 S2 tunggal , murmur (-), gallop S3 (+)
Abdomen : Supel
Ekstremitas : Akral hangat, kering, merah : + + Edema: - -
+ + + +
Objective
PEMERIKSAAN
Darah Lengkap Kimia Darah
PENUNJANG
Hb 7.5 g/dL (↓) Albumin 3.9 g/dL
12 Agustus 2018
RBC 3.16 x 106/µL (↓) Bilirubin Total 1.59 mg/dL (↑)

HCT 23.5 % (↓) Bilirubin Direk 0.30 mg/dL (↑)

Eosinofil 0.4 % (↓) Bilirubin Indirek 1.29 mg/dL


Basofil 0.8 % SGOT 49 U/L (↑)
Neutrofil 75.7 % (↑) SGPT 42 U/L
Limfosit 18.7 % (↓) GDA 119
Monosit 4.4 % BUN 10 mg/dL
Jumlah Trombosit 288 x 103/µL Kreatinin darah 0.8 mg/dL
MCV 74.4 fL (↓) Na darah 126 mmol/L (↓)
MCH 23.7 pg (↓) K darah 3.5 mmol/L
MCHC 31.9 g/dL
RDW-CV 16.6 % (↑)
RDW-SD 44.8 fL
MPV 8.7 fL
Objective
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

12 Agustus 2018

Keterangan: Irama Sinus, Frekuensi 117x|menit. Axis normal. Low QRS.


Sinus Takikardi
Objective
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

12 Agustus 2018

Keterangan: CTR: 75%, Kardiomegali.


Apex tertanam Sudut costophrenicus sinistra tdk tampak
Objective
PEMERIKSAAN FISIK
14 Agustus 2018

Keadaan umum : Sesak tampak membaik


Kesadaran : compos mentis
GCS : 4-5-6
Vital Sign
Tekanan darah : 80/60 mmHg
SpO2 : 92%  masker O2
RR : 23 x/menit
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 35,4 °C
Objective
PEMERIKSAAN FISIK
14 Agustus 2018

Kepala
Mata : palpebra : edema (+|+)
Konjungtiva : anemis (+|+)
Sklera : icterus (+|+)
Pupil : reflex cahaya (+|+), bulat, isokor
Telinga : daun telinga simetris, sekret (-|-)
Hidung : deviasi septum nasi (-), simetris, perdarahan (-|-)
Mulut : Bibir sianosis (-)
Leher : Kaku kuduk (-)
Pembesaran KGB, thyroid (-), Deviasi trakea (-)
Bendungan JVP (+), Hepatojugular reflux (+)
Objective
PEMERIKSAAN FISIK
14 Agustus 2018
Thorax
Pulmo : Inspeksi : Normochest (simetris)
Palpasi : Gerak napas simetris
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +|+
Rhonki +|+
Wheezing -|-
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kanan atas ICS II Parasternal Line Dextra, bawah ICS IV
Parasternal Line Dextra
batas jantung kiri atas ICS II Parasternal Line Sinistra, bawah ICS IV Mid-axilar
Line Sinistra
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop S3 (+)
Objective
PEMERIKSAAN FISIK
14 Agustus 2018

Abdomen : Inspeksi : distended


Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien sulit dievaluasi, Ascites
Perkusi : redup
Ekstremitas: Akral dingin: + + Edema: + +
+ + + +
Objective Darah Lengkap

Hb 7.7 g/dL (↓) MPV 8.8 fL


PEMERIKSAAN RBC 3.26 x 106/µL (↓) Jumlah Retikulosit 92. (↑)
PENUNJANG COOMB’S DIREK :
13 Agustus 2018 HCT 23.9 % (↓)
NEGATIF
Eosinofil 0.8 % (↓) Gambaran Darah Tepi
Basofil 0.6 % Serum Iron 51 µL/dL

Neutrofil 78.6 % (↑) TIBC 45 µL/dL (↑)

Saturasi
Limfosit 13.8 % (↓) 11.3 %
Transferin
Monosit 6.2 %
Jumlah
293 x 103/µL
Trombosit
MCV 73.3 fL (↓)
MCH 23.6 pg (↓)
MCHC 32.2 g/dL
RDW-CV 16.5 % (↑)
Objective
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

13 Agustus 2018

Keterangan: Irama sinus, Frekuensi 74x/menit. Axis normal.


Rr’ pada lead 1 & aVL
Objective
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

14 Agustus 2018

Keterangan: Irama sinus, Frekuensi 79x/menit. Axis normal.


Assesment

DC + ALO + Syok Kardiogenik


Anemia
Edema Anasarca
Planning
Diagnosis:
EKG Terapi
Pemeriksaan darah lengkap Oksigen nasal 3 tpm
Pemeriksaan serum elektrolit Infus PZ / 6jam
Monitoring Inj. Furosemid 3 x 1amp
Vital sign Inj. Spironolacton 1 x 25mg
Laboratorium : darah lengkap, serum Ramipril 1 x 1,25mg
elektrolit, BUN, kreatinin, TIBC Dobutamin pump 3 mikron/kgBB/m
Edukasi
Bed rest
Diet KV RG 2100 kal
Membatasi cairan (minum max 750 cc)
Memakai masker O2
Pembahasan
Etiologi
Berbagai gangguan penyakit jantung yang mengganggu kemampuan jantung
untuk memompa darah menyebabkan gagal jantung.

Heart Hal ini biasanya diakibatkan karena kegagalan otot jantung, keadaan
hemodinamis kronis yang menetap yang disebabkan karena tekanan atau volume
overload yang menyebabkan hipertrofi dan dilatasi dari ruang jantung, serta
Failure dapat juga terjadi karena beberapa faktor eksternal yang menyebabkan
keterbatasan dalam pengisian ventrikel

Gagal Jantung

Gagal jantung adalah sindroma


klinik yang ditandai oleh adanya
kelainan pada struktur atau fungsi
jantung yang mengakibatkan
jantung tidak dapat memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan
Patofisiologi
Gagal jantung o.k gangguan fungsi sistolik
Gangguan kontraktilitas miokard Peningkatan afterload

kapasitas ventrikel untuk mengeluarkan darah ↓ (gangguan


pengosongan darah pada sistolik)

Volume sistolik lebih tinggi dari normal


Stroke volume ↓
Jumlah darah yang tersisa di ventrikel
bertambah

Volume diastolik ↑, Tekanan diastolik ↑

Tekanan ventrikel kiri ↑


Darah dari ventrikel kembali ke atrium,
diteruskan ke vena pulmonal
Tekanan hidrostatik kapiler paru ↑

Transudasi Cairan

Kongesti Paru
Patofisiologi
Gagal jantung o.k gangguan fungsi diastolik

Gangguan relaksasi ventrikel Kekakuan dinding ventrikel

Jumlah darah yang tersisa di ventrikel


bertambah

Volume diastolik ↑, Tekanan diastolik ↑

Retrograde ke atrium melalui katup

Mitral Tricuspidal

Transudasi cairan
ke intersitisum Transudasi cairan
pulmonal ke ekstremitas
Patofisiologi
Mekanisme Kompensatoris
Mekanisme yang bekerja untuk mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk
memelihara organ-organ vital dengan mengkompensasi penurunan cardiac output yang
terjadi pada gagal jantung.

- Mekanisme Frank-Starling

- Aktivasi Sistem Saraf Simpatis

- Aktivasi RAAS

- Hipertrofi Ventrikel
- Peptida Natriuretik Atrium
Klasifikasi
NYHA classification of Heart Failure ACC/AHA classification of Heart Failure
Kelas 1 Tidak terdapat batasan dalam melakukan Stadium A Memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal
aktifitas fisik. Aktifitas fisik sehari-hari tidak jantung. Tidak terdapat gangguan struktural atau
menimbulkan kelelahan, palpitasi atau fungsional jantung, tidak terdapat tanda atau gejala
sesak nafas

Kelas 2 Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak Stadium B Telah terbentuk penyakit struktur jantung yang
terdapat keluhan saat istrahat, namun berhubungan dengan perkembangan gagal jantung,
aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan tidak terdapat tanda atau gejala
kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
Kelas 3 Terdapat batasan aktifitas bermakna. Stadium C Gagal jantung yang simtomatik berhubungan dengan
Tidak terdapat keluhan saat istrahat, penyakit struktural jantung yang mendasari
tetapi aktfitas fisik ringan menyebabkan
kelelahan, palpitasi atau sesak
Kelas 4 Tidak dapat melakukan aktifitasfisik tanpa Stadium D Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala gagal
keluhan. Terdapat gejala saat istrahat. jantung yang sangat bermakna saat istrahat walaupun
Keluhan meningkat saat melakukan sudah mendapat terapi medis maksimal (refrakter)
aktifitas
Klasifikasi
Berdasarkan penilaian fraksi ejeksinya ventrikel kiri (Left Ventricular Ejection Fraction, LVEF), gagal jantung diklasifikasikan menjadi:
Klasifikasi EF (%) Deskripsi
I Gagal jantung ≤ 40% Disebut juga gagal jantung
dengan penurunan sistolik
EF (Reduced EF
(HFrEF))
II Gagal jantung ≥ 50% Disebut juga gagal jantung
dengan EF baik diastolik
(Preserved EF
(HFpEF))
a. HFpEF 41-49% Karakteristik, tatalaksana, dan
borderline tujuan terapi sama dengan
HFpEF

a. HFpEF > 40% Pasien gagal jantung dengan


perbaikan EF yang masih baik (HFpEF)
setelah sebelumnya memiliki EF
yang menurun (HFrEF)
Diagnosis
Cara untuk mendiagnosis gagal jantung diantaranya adalah dengan keriteria Framingham
yang bisa digunakan untuk menilai diagnosis gagal jantung. Kriteria diagnosis yang dipakai
adalah dengan dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dan dua kriteria minor.

Selain kriteria Framingham, pemeriksaan penunjang juga dapat dipakai dalam penegakan
diagnosa gagal jantung dari:

Anamesa,
Pemeriksaan Fisik,
Amati tanda dan
gejala berdasarkan EKG CXR Lab
Kriteria
Framingharm
Kriteria Framingham
Kriteria Mayor: Kriteria Minor:
Paroxismal Nocturnal Edema ekstremitas
Dyspnea

Peningkatan JVP Batuk malam hari

Acute Lung Oedema Dyspneu d’effort

Cardiomegaly Efusi pleura

Gallop S3 Takikardia (.120 kali per


menit)

Refluks hepatojugular Hepatomegali

Distensi vena leher Kapasitas vital berkurang 1/3


dari normal

Ronki paru
Terminologi
Gagal Jantung

Life threatening  Gagal Jantung Akut: Gagal Jantung Kronis


Adanya perubahan Sindroma klinik yang
mendadak gejala kompleks yang disertai
atau tanda gagal keluhan gagal jantung
jantung berupa sesak, fatigue,
edema, dan tanda
New Onset: pasien Gagal jantung adanya disfungsi
menunjukkan tanda perburukan. jantung
gagal jantung untuk (pasien stadium C
pertama kali ACC/AHA yang
menunjukkan episode
dekompensasi
Gagal Jantung Akut
Klasifikasi Killip
Gagal Jantung Akut
Klasifikasi Forester
Terapi Gagal Jantung Akut
Berdasarkan Klasifikasi Forester
Terapi Gagal Jantung Akut
Oksigen
Loop Diuretik
Vasodilator
Dapat diberikan pada tahap awal dari GJA apabila tekanan darah sistolik >110mmHg.
Vasodilator menurunkan tekanan sistolik, mengurangi tekanan pengisian jantung dan tekanan
vaskular sistemik, dan dapat memperbaiki sesak napas.
Dapat berupa:
- ISDN dan Nitrogliserin, efek utamanya yakni sebagai venodilator
- Nitropruside, efek utamanya yakni dapat menurunkan preload dan afterload
Rekombinan dari BNP  Nesritid
Memiliki efek vasodilator dan menurunkan tekanan pengisian ventrikel kiri.
Terapi Gagal Jantung Akut
Inotropik
Diberikan pada pasien dengan tanda-tanda hipoperfusi atau kongesti dan hanya boleh diberikan pada
pasien dengan tekanan sistolik yang rendah.
Contoh preparat yang dapat dipakai:
Dobutamin
Bekerja melalui stimulasi reseptor β1 untuk menginduksi efek inotropik. Dosis awal diberikan 2-3µg/kg/menit.
Dopamin
Menstimulasi reseptor β-adrenergik dengan akibat meningkatkan kontraktilitas miokardium dan curah jantung.
Milrinon
Mencegah pemecahan cyclic AMP dan memiliki efek inotropik dan efek vasodilator perifer dengan
meningkatkan cardiac output dan volume sekuncup.
Levosimendan
Merupakan salah satu calcium sensitisizer yang berikatan dengan troponin C dalam kardiomiosit dan
meningkatkan kontraktilitas miokardium.
Terapi Gagal Jantung Akut
Vasopressor
Hanya diberikan pada pasien syok kardiogenik
Gagal Jantung Kronik

Tidak Life threatening


Pasien bisa didiagnosa sebagai gagal jantung kronik apabila terdapat 2 gejala mayor, 1
gejala mayor dan 2 minor atau 3 gejala minor dari Kriteria Framingham.

Terapi Umum:
- Edukasi mengenai penyakit, penyebab, dan bagaimana bila timbul keluhan
- Edukasi pola diet, kontrol asupan air dan garam
- Monitor berat badan
- Hentikan kebiasaan merokok
Algoritma Tatalaksana Gagal Jantung Kronik
Terapi Farmakologi Gagal Jantung Kronik

Ace Inhibitor
Ace Inhibitor efektif dalam mengurangi afterload, memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup,
menetralkan para mediator RAAS yang diaktifkan untuk mencegah konsekuensi merusak mereka dan
akhirnya meminimalkan remodelling jantung.
Angiotensin Receptor Blocker
ARB pada pasien dengan gagal jantung kronik untuk mencegah reseptor angiotensin untuk
meminimalkan remodelling jantung.
β-blocker
Target pemberian beta-blocker adalah memperlambat laju denyut jantung.
Terapi Farmakologi Gagal Jantung Kronik
Digitalis
Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrium, digoksin dapat untuk membersihkan laju ventrikel
yang cepat.
Nitrat
Pada dosis rendah, nitrat+hydralazine mengurangi preload terutama melalui efek pengencerannya
pada sistem vena. Pada dosis yang lebih tinggi, menyebabkan dilatasi arteri, dengan demikian juga
mengurangi afterload.
Diuretik
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis atau gejala kongesti. Tujuan
dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia (kering dan hangat) dengan dosis
yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien, untuk menghindari dehidrasi atau
reistensi.
Terapi Farmakologi Gagal Jantung Kronik

Mineralocorticoid Receptor/Aldosterone Antagonist (MRA)


MRA (spironolactone dan eplerenone) memblokir reseptor yang mengikat aldosterone dan hormon
steroid lainnya (misalnya kortikosteroid, androgen). Spirontactone atau eplerenone direkomendasikan
pada semua pasien simtomatik (meskipun perawatan dengan ACEI dan beta-blocker) dengan HFrEF dan
LVEF ≤35%, untuk mengurangi mortalitas dan rawat inap oleh karena gagal jantung.
Penggunaan MRA harus diwaspadai pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan pada pasien
dengan tingkat serum potasium 5.0 mmol/L. Pemeriksaan teratur kadar kalium serum dan fungsi ginjal
harus dilakukan sesuai dengan status klinis.
Terapi Farmakologi Gagal Jantung Kronik
Angiotensin Receptor Neprilysin Inhibitor (ARNI)
Dalam ARNI, ARB dikombinasikan dengan inhibitor neprilysin, enzim yang mendegradasi peptida
natriuretik, bradikinin, adrenomedullin, dan peptida vasoaktif lainnya.
ARNI dapat digunakan pada gagal jantung kronik dengan fraksi ejeksi rendah (HFrEF) untuk
menurunkan mortalitas dan morbiditas.
Pada pasien HFrEF simptomatik NYHA kelas II dan III, ARNI dapat menggantikan ACE-I dan ARB untuk
lebih jauh menurunkan mortalitas dan morbiditas.
ARNI tidak boleh diberikan bersamaan dengan ACE-I atau minimal 36 jam setelah pemberian ACE-I
terakhir.
ARNI tidak dianjurkan pada pasien dengan riwayat angioedema.
Inotropik
Obat-obatan inotropik harus dipertimbangkan pada pasien yang menunjukkan tanda-tanda syok
kardiogenik.
Dosis
Dosis
Pada kasus ini… Keluhan Pasien…

Kriteria Framingharm Pasien datang ke IGD RSUD dr. M. Soewandhie pada tanggal 12
Agustus 2018 dengan keluhan sesak yang sudah muncul dalam
10 hari terakhir dan memberat dalam 2 hari terakhir. Sesak
Kriteria Mayor: Kriteria Minor: dirasakan muncul pada saat aktifitas ringan, namun dalam 2
Paroxismal Nocturnal Edema ekstremitas hari terakhir sebelum MRS, pasien mengaku sesak timbul bahkan
Dyspnea pada saat pasien beristirahat. Pasien mengaku sering
terbangun karena sesak pada saat malam hari. Pasien juga
Peningkatan JVP Batuk malam hari
sering merasa sesak saat berbaring pada 4 hari terakhir
Acute Lung Oedema Dyspneu d’effort sebelum MRS dan sesak membaik saat pasien tidur
Cardiomegaly Efusi pleura menggunakan 3 bantal.
Gallop S3 Takikardia (.120 kali per Pasien juga mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Nyeri hanya terasa
kemeng dan tidak menjalar ke bahu maupun lengan kiri.
menit)
Selain sesak, pasien juga mengalami bengkak pada kaki sejak
Refluks hepatojugular Hepatomegali
10 hari terakhir sebelum MRS. Pasien mengaku bengkak secara
Distensi vena leher Kapasitas vital berkurang tiba-tiba dan sesak mulai muncul seiring timbulnya bengkak
1/3 dari normal tersebut.
Pasien juga mengaku batuk sejak 3 hari sebelum MRS namun
Ronki paru tidak keluar dahak.
Pada kasus ini… Pemeriksaan Fisik & Penunjang

Kriteria Framingharm
Distensi Vena Leher
Peningkatan JVP
Kriteria Mayor: Kriteria Minor:
Gallop S3
Paroxismal Nocturnal Edema ekstremitas
Refluks hepatojugular
Dyspnea
Ronki paru
Peningkatan JVP Batuk malam hari
Acute Lung Oedema
Acute Lung Oedema Dyspneu d’effort
Edema palpebra dan ekstremitas
Cardiomegaly Efusi pleura Ascites
Gallop S3 Takikardia (.120 kali per Takikardia
menit) Cardiomegaly
Refluks hepatojugular Hepatomegali
Distensi vena leher Kapasitas vital berkurang Total ditemukan :
1/3 dari normal 8 Kriteria Mayor dan 4 Kriteria Minor

Ronki paru
Pada kasus ini…

Pemeriksaan elektrokardiogram harus dikerjakan pada semua pasien diduga gagal jantung.
Pada pasien didapatkan sinus takikardi dan terdapat low QRS pada EKG yang dilakukan
saat di IGD. right bundle branch block pada lead 1&Avf pada EKG tanggal 13 Agustus
2018.

Pemeriksaan foto toraks juga merupakan komponen penting dalam diagnosis gagal jantung.
Rontgen toraks dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura, dan dapat
mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau memperberat sesak nafas.
Pada gambaran foto toraks pasien, ditemukan gambaran kardiomegali dengan CTR ±75%.
Pada kasus ini…
Berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas fungsionalnya menurut The New York Heart
Association (NYHA), gagal jantung pada pasien termasuk gagal jantung NYHA kelas IV, karena pasien
tidak sanggup melakukan kegiatan apapun tanpa keluhan dalam 2 hari terakhir, gejala sesak napas tetap
ada walaupun saat pasien beristirahat.

Berdasarkan gejala menurut American Heart Association(AHA), gagal jantung pada pasien termasuk gagal
jantung AHA stadium C, karena gejala muncul secara simptomatis.

Berdasarkan klasifikasi Killip pada penilaian gagal jantung akut, pasien termasuk dalam kondisi kelas II
yakni pasien dengan gagal jantung yang ditandai dengan ronkhi dan gallop s3 dan berubah menjadi kelas
IV saat terjadi syok kardiogenik..

Berdasarkan klasifikasi Forester, pasien termasuk dalam klasifikasi Cold and Wet karena pasien
menunjukkan tanda tanda hipoperfusi dan kongesti.
Pada kasus ini…
Terapi

Pasien diberi oksigen nasal 3 tpm Infus PZ


01 02
Pemberian oksigen untuk IV line PZ tiap 6 jam bertujuan untuk
pencegahan hipoksia serta pembatasan intake cairan
mengurangi beban jantung pada Namun, terapi ini kurang tepat
pasien yang mengalami sesak apabila diberikan pada pasien
napas. GJA dengan syok kardiogenik.
Pada kasus ini… Furosemid 3x1amp(20mg/2ml) dan
Terapi 04 Spironolakton 1x25mg
Pada pasien ini, diberikan diuretik
Ramipril 1x1,25mg
berupa furosemid dengan dosis
03 20mg/2ml yang mana pemberian
Untuk ACE-Inhibitornya, pasien dengan dosis tersebut sudah tepat
mendapatkan terapi Ramipril menurut guideline AHA 2013.
1x1,25mg. Menurut referensi, dosis Pada pasien juga diberikan
awal ramipril pada pasien ini sudah spironolakton dosis 25mg. Menurut
tepat yakni 1,25-2,5mg setiap hari guideline AHA 2013, untuk pasien
dengan dosis maksimal 10mg setiap gagal jantung yang menerima
hari. ACEI/ARB bisa diberikan
spironolakton dengan dosis awal 25
mg.
Pada kasus ini…
Terapi Pada pasien ini, terapi diuretik dan
Ace-I diberikan karena pada saat
Dobutamin drip 3 mikron/kgBB/menit pasien masuk (siang hari), kondisi
05 pasien masih stabil.
Obat-obatan inotropik seperti Namun, setelah malam hari, pasien
dobutamin diberikan pada pasien menunjukkan tanda syok
yang menunjukkan tanda-tanda kardiogenik sehingga diberikan
syok kardiogenik. Inotropik.
Dobutamin menstimulasi reseptor Tata laksana yang tepat pada
adrenergik menghasilkan pasien harus sesuai dengan kondisi
peningkatan kontraktilitas dan GJA dengan syok kardiogenik.
mengurangi efek afterload.
Thank you

You might also like