You are on page 1of 16

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Alasan Pemilihan Bahan


1. Bubuk Soya
Bubuk soya adalah sari kedelai (soya) yang berbentuk bubuk.
Sari kedelai kaya dengan kandungan magnesium yang mampu
mengatur tekanan darah seseorang. Magnesium juga mampu
menghambat pelepasan tromboksan berlebih dalam darah.
Tromboksan merupakan zat yang membuat keping darah (trombosit)
menjadi lengket dan membentuk gumpalan yang menyebabkan
naiknya tekanan darah.
2. Maizena
Polimer glukosa dibentuk dari hidrolisis parsial dari tepung
jagung dan meningkatkan baik osmolitas dan kelarutan formula
enteral. Formula ini muncul sebagai maltodekstrin, glukosa
oligosakarida, glukosa polisakarida, sirup jagung padat, dan sirup
jagung. Polimer glukosa memerlukan kapasitas digestif yang lebih
sedikit dibanding tepung dan dihidrolisis cepat diusus halus.
3. Tepung Susu
Protein susu pada umumnya dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu kasein dan protein whey. Kasein merupakan komponen protein
yang terbesar dalam susu dan sisanya protein whey. Kadar kasein
pada protein susu mencapai 80% dari jumlah total protein yang
terdapat pada susu sapi, sedangkan protein whey sebanyak 20%.
Kasein penting dikonsumsi karena mengandung asam amino yang
dibutuhkan tubuh. Susu merupakan bahan makanan penting karena
mengandung kasein yang merupakan protein berkualitas dan mudah
dicerna oleh saluran cerna.
Selain zat gizi tersebut di atas, pada susu sapi juga terkandung
unsur gizi yang mampu menjaga kestabilan kualitas dan berat tubuh
manusia. Hal ini dikarenakan terdapat 3 kandungan gizi dan asam
lemak susu yang cukup penting untuk tubuh manusia, yakni asam
butirat, asam linoleat terkonjugasi (ALT), dan fosfolipid. Asam
butirat berfungsi untuk meningkatkan daya cerna tubuh. Sementara

19
ALT dan fosfolipit mampu menghindarkan tumor, menurunkan
resiko kanker, hipertensi dan diabetes.
4. Telur
Sebagai sumber protein hewani dari formula, telur utuh
mengandung lebih dari 90% kalsium dan zat besi pada kuning
telurnya dan satu telur mengandung 6 gram protein berkualitas tinggi
dan 9 asam amino esensial. Protein telur merupakan protein yang
bermutu tinggi dan mudah dicerna. Dalam telur, protein lebih banyak
terdapat pada kuning telur, yaitu sebanyak 16,5%, sedangkan pada
putih telur sebanyak 10,9%. Dari sebutir telur yang berbobot sekitar
50 gram, kandungan total proteinnya adalah 6 gram (Sudaryani,
2003).
Penelitian mengenai protein diantaranya, pada studi
observasional INTERMAP telah membuktikan adanya hubungan
negatif antara protein nabati dengan tekanan darah, sedangkan
protein hewani berhubungan positif dengan tekanan darah.
Penelitian terbaru Justin et al tahun 2014 pada subjek dewasa
menunjukkan bahwa asupan protein total, nabati dan hewani
berkorelasi negatif dengan tekanan darah sistolik dan diastolik
5. Jeruk manis
Dalam 1 buah jeruk mengandung 250 mg kalium. Di dalam tubuh,
kalium berfungsi untuk memelihara keseimbangan garam (natrium)
dan cairan serta membantu mengontrol tekanan darah. Kadar kalium
yang rendah akan menyebabkan terjadinya retensi natrium dalam
tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan tekanan darah mengalami
peningkatan. Dengan menerapkan diet tinggi kalium dapat menu
runkan dosis obat hipertensi yang dibutuhkan.
6. Tomat
Tomat mengandung antioksidan kuat yang menghambat
penyerapan oksigen reaktif terhadap endotel yang mengganggu
dilatasi pembuluh darah, sehingga menyebabkan hipertensi, ini
yang menjadi salah satu patofisiologi mengapa tomat dapat
menurunkan tekanan darah. Buah tomat juga memiliki banyak
kandungan zat yang berkhasiat yaitu pigmen lycopene (berfungsi
sebagai antioksidan yang melumpuhkan radikal bebas,

20
menyeimbangkan kadar kolesterol darah dan tekanan darah, serta
melenturkan sel-sel saraf jantung yang kaku akibat endapan
kolesterol dan gula darah) dan zat yang lain adalah gamma amino
butyric acid (GABA) juga berguna untuk menurunkan tekanan
darah (Jacob, 2005).
Selain itu likopen yang memberikan warna merah pada buah tomat
sehingga dapat memberikan warna merah pada formula enteral.
Namun karena formula enteral memiliki komposisi dari berbagai
bahan makanan kemungkinan warna merah dari tomat akan mejadi
warna merah yang lebih muda
7. Gula Pasir
Digunakan untuk memberikan rasa manis pada formula, selain itu
gula pasir juga dapat menyumbangkan kebutuhan energi.
8. Minyak Kelapa Sawit
Sebagai sumber lemak, karena minya kelapa mengandung lemak
MCT, sehingga dalam penggunaanya tidak memerlukan enzim untuk
menghidrolisa agar dapat terserap oleh tubuh

21
B. Cara Pembuatan
1. Bahan
Tabel 3.1 Bahan Formula Enteral
No Bahan Jumlah
1 Tepung soya 120
2 Tepung maizena 40
3 Susu bubuk 40
4 Telur ayam 100
5 Jeruk manis 50
6 Tomat 200
7 Gula pasir 130
8 Minyak kelapa sawit 30

2. Alat
Tabel 3.2 Alat Untuk Membuat Formula Enteral
No Nama Alat Jumlah Satuan
1 Blender 1 Buah
2 Saringan 1 Buah
3 Gelas ukur 1 Buah
4 Panci 2 Buah
5 Baskom 1 Buah
6 Mangkok 2 Buah
7 Centong 1 Buah
9 Piring 2 Buah
10 Sendok 2 Buah
11 Pisau 1 Buah
12 Timbangan digital 1 Buah
13 Gelas 2 Buah
14 Cup + tutup + sendok 10 Buah
15 Tisu 1 Pack

3. Prosedur Pengolahan
a. Blender tomat hingga halus dan peras buah jeruk manis
b. Dilarutkan bubuk susu dan bubuk soya, masukan minyak kelapa
sawit, gula, jus tomat dan sari jeruk
c. Ditambahkan dengan 1700 ml air dalam panci
d. Diaduk hingga matang (mendidih)
C. Nilai Gizi
Standar referensi formula enteral RGI yang terdapat di rumah sakit
memiliki nilai zat gizi :
Energi : 1725,6 kkal
Protein : 62,2 gram
Lemak : 70,6 gram
Karbohidrat : 216,4 gram

22
Natrium : 534,9 gram
Untuk pembuatan formula enteral RGI didapatkan hasil nilai energi dan
zat gizi sebagai berikut :
Energi : 1749,8 kkal
Protein : 68,3 gram
Lemak : 78,7 gram
Karbohidrat : 228 gram
Natrium : 311,4 gram
Bahan makanan penyumbang energi terbesar adalah gula pasir dan
bubuk soya, protein terbesar adalah bubuk soya, lemak terbesar adalah
minyak, dan karbohidrat terbesar adalah tepung maizena , bubuk soya dan
gula pasir.

23
Tabel 3.3 Kandungan Nilai Gizi Bahan Makanan

Bahan Protein Vit. Vit.


Berat Energi L HA Ca Fosfor Fe Vit. A Na K Coles Serat AIR
Makanan H N B1 C
Bubuk
soya 120 416.4 0.0 43.1 24.7 35.9 234.0 652.8 10.1 168.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 10.8
Maizena 50 171.5 0.0 0.2 0.0 42.5 10.0 15.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7.0
Telur
ayam 100 162.0 12.8 0.0 11.5 0.7 54.0 180.0 2.7 900.0 0.1 0.0 158.0 178.0 550.0 0.0 74.0
Jeruk
manis 50 22.5 0.0 0.5 0.1 5.6 16.5 11.5 0.2 95.0 0.0 9.5 1.0 81.0 0.0 0.1 43.6
Minyak 30 270.6 0.0 0.0 30.0 0.0 0.0 0.0 0.0 18000.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Tepung
susu 40 203.6 9.8 0.0 12.0 14.5 361.6 277.6 0.2 628.0 0.1 2.4 152.0 480.0 0.0 0.0 1.4
Tomat/sari
airnya 200 30.0 0.0 2.0 0.4 7.0 14.0 30.0 0.8 1200.0 0.1 20.0 0.0 0.0 0.0 0.0 188.0
Gula pasir 130 473.2 0.0 0.0 0.0 122.2 6.5 1.3 0.1 0.0 0.0 0.0 0.4 0.7 0.0 0.0 7.0
TOTAL 1749.8 68.3 78.7 228.4 696.6 1168.2 14.9 20991.0 1.3 31.9 311.4 739.7 550.0 0.1 331.8

24
D. Penilaian Mutu Gizi
1. Skor Asam Amino
Menurut Hardinsyah (1989), skor asam amino atau sering disebut
chemical score yang merupakan suatu cara penilian kualitas protein
yang berdasarkan pada analisis bahan-bahan makanan, jadi tidak
berdasarkan pada percobaan secara biologis dengan hewan-hewan
percobaan. Skor asam amino membandingkan kandungan asam-asam
amino esensial dalam protein suatu bahan makanan atau dalam suatu
campuran protein dengan asam-asam amino esensial dalam standar
protein yang ditentukan oleh FAO/WHO (1973). Skor asam amino
pada formul enteral RGI dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 3.4 Skor asam amino formula RGI

Konsumsi Asam Amino


Jenis Kons.
No. DDDari tabel 4.3
Berat Isoleusi Lysin Treonin Triptofa
Makanan dapatProtei
dilihat nbahwa
(mg) angka
(mg)terendah(mg)
ditunjukkan
n (mg)
n (gr)
oleh asam amino treosin yaitu 116,16, ini berarti bahwa skor asam
1
aminoBubuk soyaformula
(SAA) 120 enteral
43.1 adalah
2464.8 2896.8
116,16 dengan 1804.8
asam amino631.2
2
Maizena
pembatas 50 adalah 0.2
yang utama 231 asam144
treosin. Skor 199didapat 30.5
amino yang
3 Tepung
telah susu
memenuhi syarat
40 yaitu nilai
9.8 skor659.2
asam amino >100. 476.4
803.6 145.6
4
Telur ayam 100 12.8 850 1126 637 211
5 Tomat/sari
airnya 200 2 36 54 54 12
6
Jeruk manis 50 0.5 10.52 10.68 7 1.44
7
Gula pasir 130 0
8 Minyak
kelapa
sawit 30 0
9 Cairan 1700
cc
Jumlah 5035.0
2. Mutu Cerna 68.4 4251 8 3178.2 1031.74
Mg/g P dalam campuran 62,16 73,61 46,46 15,08
Mutu protein bahan makanan ditentukan oleh jenis dan proporsi
Pola FAO
asam (1983),
amino 40 komplit
yang dikandungnya. Protein 55 atau protein
40 dengan
10
mg/g P
nilai biologis tinggi atau bermutu tinggi adalah protein yang
Skor Asam 155,39 133,84 116,16 151,84
mengandung
Amino (5) semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang
sesuaiNet
untuk keperluan
Protein pertumbuhan.
Value (NPV) =Skor AAProtein
terkecil yang terkandung
X Protein/ dalam
100 = 79,455
bahan pangan, setelah dikonsumsi kemudian mengalami pencernaan

25
(pemecahan oleh enzim protease) menjadi unit-unit penyusunnya yaitu
asam-asam amino. Asam-asam amino inilah yang selanjutnya diserap
usus dan dialirkan ke seluruh tubuh (Layly, 2002).
Berikut Mutu cerna protein dari beberapa protein pangan yang
terdapat dalam formula enteral RG I yang dibuat adalah :
Tabel 3.5. Penilaian Mutu Gizi Berdasarkan Mutu Cerna Protein
Formula Enteral RGI
Kons.
Bahan Mutu
Berat Protein Mc
Makanan Cerna
Protein
Bubuk soya 120 43.1 82 3534.2
Maizena 50 0.2 82 16.4
Tepung susu 40 9.8 100 980
Telur ayam 100 12.8 100 1280
Tomat/sari
airnya 200 2 67 134
Jeruk manis 50 0.5 88 44
Gula pasir 130 0 0 0
Minyak kelapa
sawit 30 0 0 0
TOTAL 68.4 5988.6
MCT 87.55
 MC formula RGI = jml (prot X MCbio)/ jml prot = 5988,6/68,4
= 87,55.
 NPU formula RGI = (SAA X MC)/ 100 = 116,16/68,4 = 101.7
Berdasarkan tabel 4.4. konsumsi mutu cerna tertinggi disumbang
oleh bubuk soya, telur ayam dan mutu cerna pada pembuatan formula
enteral RGI sebesar yang didapat adalah 87,55. Nilai yang didapat
telah memenuhi syarat standar mutu cerna yang ditetapkan yaitu 85.
Net protein utilization (NPU) adalah bagian protein yang dapat
dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan protein yang dikonsumsi
(Hardiansyah, 1989). Nilai NPU pada formula enteral RG I adalah
101,7 dan telah memenuhi syarat standar NPU yaitu 60.

26
E. Hasil Uji Organoleptik
1. Uji Hedonik
Uji hedonik dilakukan terhadap 10 orang panelis, dengan hasil
sebaga berikut :
Tabel 3.6 Hasil Penilaian Mutu Organoleptik (uji hedonik) Formul
Diare Tanpa Susu

KATEGO Warna Aroma Rasa Tekstur Kekentalan


RI n % n % n % n % n %
Sangat suka - - 1 10 2 20 1 10 1 10
Suka 10 100 8 80 8 80 9 90 8 80
Tidak suka - - 1 10 - - - - 1 10
Sangat tidak - - - - - - - - - -
suka
TOTAL 10 100 10 100 10 100 10 100 10 100

Berdasarkan data hasil penilaian mutu organoleptik (uji hedonik)


pada tabel 3.6 yang meliputi warna, aroma, rasa, tekstur dan kekentalan
menunjukan 100% panelis suka terhadap warna formula enteral Diare
Tanpa Susu, 10% panelis tidak suka, 80% panelis suka dan 10% panelis
sangat suka terhadap aroma formula enteral Diare Tanpa Susu. 80%
panelis suka dan 20% panelis sangat suka terhadap rasa formula enteral
Diare Tanpa Susu, 90% panelis menyatakan suka dan 10% panelis
sangat suka terhadap tekstur formula enteral Diare Tanpa Susu, dan
10% panelis menyatakan tidak suka, 80% panelis suka dan 10%
panelis sangat suka terhadap kekentalan formula enteral Diare Tanpa
Susu.
Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah
pengolahan bahan pangan. Pengolahan bahan pangan merupakan
pengubahan bentuk asli kedalam bentuk yang mendekati bentuk
untuk dapat segera dimakan. Salah satu proses pengolahan bahan
pangan adalah menggunakan pemanasan. Pengolahan pangan
dengan menggunakan pemanasan dikenal dengan proses pemasakan.
Tujuan utama proses pemasakan adalah memperoleh rasa yang lebih
enak, aroma yang lebih baik, tekstur yang lebih lunak, untuk

27
membunuh mikrobia dan menginaktifkan semua enzim (Sundari et, al,
2015. Sehingga formula enteral dapat diterima baik dari segi warna,
aroma, rasa, tekstur dan kekentalan.
2. Uji Organoleptik
a. Warna

Gambar 3.1 Uji organoleptik warna


Berdasarkan gambar 3.1 di atas menunjukan sebanyak 100%
menyatakan warna formula Diare Tanpa Susu menarik. Warna yang
dihasilkan dari formula enteral Diare Tanpa Susu adalah warna
orange muda. Warna tersebut didapat dari sari wortel yang
bercampur dengan bahan bahan lainnya seperti tepung beras, susu
kedelai bubuk, putih telur ayam, tahu putih, pisang ambon, minyak
kelapa dan gula pasir.
Pigmen utama pada tomat adalah likopen (Syarief dan Irawati,
1988; Winarno, 1986 dalam Kertati, 1991) dan karoten (Winarno
dan Aman, 1979 dalam Kertati, 1991). Pada pembentukan likopen,
suhu mempunyai peranan yang penting, jika suhu naik maka
likopen akan semakin banyak terbentuk.
Buah tomat juga memiliki banyak kandungan zat yang
berkhasiat yaitu pigmen lycopene (berfungsi sebagai antioksidan
yang melumpuhkan radikal bebas, menyeimbangkan kadar
kolesterol darah dan tekanan darah, serta melenturkan sel-sel
saraf jantung yang kaku akibat endapan kolesterol dan gula
darah) dan zat yang lain adalah gamma amino butyric acid (GABA)
juga berguna untuk menurunkan tekanan darah (Jacob, 2005).
Selain itu, tomat kaya akan vitamin A dan C, beta-karoten,
kalium dan antioksidan likopen. Satu buah tomat ukuran sedang

28
mengandung hamper setengah batas jumlah kebutuhan harian
(required daily allowance/RDA) vitamin C untuk orang dewasa
(Franceschi et. al., 1994).
b. Rasa

Gambar 3.2 Uji organoleptik rasa


Berdasarkan gambar 3.2 diatas 80% menyatakan formula
enteral Diare Tanpa Susu enak dan 20% menyatakan formula
enteral Diare Tanpa Susu sangat enak. Kemudian, dari tabel 3.6
hasil penilaian mutu organoleptik formula RG I, 100% panelis
menyatakan suka terhadap formula enteral RG I. Hal tersebut
dikarenakan formula terbuat dari bubuk soya, bubuk susu, sari
tomat dan sari jeruk dengan penambahan gula sehingga
menghasilkan rasa yang manis. Menurut Buckle (1987), Komposisi
bahan yang mengandung glukosa, sukrosa, dan pati yang dapat
meningkatkan citarasa dengan menimbulkan rasa manis pada
makanan.
Rasa merupakan salah satu komponen penting menentukan
habis tidaknya makanan. Jika rasa makanan enak maka makanan
akan habis dikonsumsi. Namun jika makanan kurang enak maka
memungkinkan seseorang tidak menghabiskan makanan yang
disajikan. Yang berakibat tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi
sesorang (Arsiti, 2010).

c. Aroma

29
Gambar 3.3 Uji organoleptik aroma
Dari gambar 3.3 di atas diketahui organoleptik dari aroma
formula eneral Diare Tanpa Susu, sebanyak 20% panelis
menyatakan aroma tidak enak, 70% menyatakan enak dan 10%
menyatakan sangat enak. Persentasi tertinggi yaitu aroma enak,
karena tidak ada aroma yang kuat dari formula enteral Diare Tanpa
Susu. Hal ini karena tidak ada bahan pembuatan formula enteral
yang memiliki aroma tajam. Proses pemasakan yang tepat yakni
perebusan yang sempurna dapat membuat aroma yang lebih baik
(Winarno, 2004). Formula enteral Diare Tanpa Susu dari segi
organolaptik aroma bisa diterima dan disukai oleh panelis.
Sedangkan panelis yang menyatakan formula memiliki aroma \
yang amis, dikarenakan adanya penambahan putih telur ayam
sebanyak 150 gram dalam pembuatan formula mengakibatkan
aroma khas wortel dan tahu tidak dominan dan lebih muncul aroma
khas dari buah pisang dan susu kedelai bubuk. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Buntaran (2009) yang menyatakan bahwa
konsentrasi gula yang tinggi masuk kejaringan tomat
mengakibatkan molekul air yang berada pada sel – sel tomat lebih
banyak keluar (difusi) sehingga diduga aroma khas tomat ikut
terlarut, selain itu aroma merupakan senyawa yang mudah
menguap.

30
d. Tekstur

Gambar 3.4 Uji organoleptik tekstur


Dari gambar 3.4 di atas diketahui organoleptik dari tekstur
formula eneral Diare Tanpa Susu, sebanyak 10% panelis
menyatakan tekstur sedikit kasar, 70% menyatakan tekstur halus
dan 20% menyatakan tekstur sangat halus . Persentasi tertinggi
yaitu tekstur adalah tekstur halus.
Tekstur dari formula yang dihasilkan pada umumnya sudah
tercampur hingga homogen. Tekstur yang halus dihasilkan dari
penggunaan tepung maizena yang sudah sesuai jika
dikombinasikan dengan komposisi bahan-bahan campuran lainnya.
Densitas zat gizi pada formula enteral yang dihasilkan adalah 1 cc
1 kkal sesuai dengan syarat formula enteral. Penyaringan yang
dilakukan juga merupakan salah satu cara agar menghindari
terjadinya endapan yang banyak sehingga tekstur dari formula
halus dan dapat melewati pipa sonde dengan lancar.

31
e. Kekentalan

Gambar 3.5 Uji organoleptik kekentalan


Berdasarkan gambar 3.5 diatas menunjukan bahwa 40%
panelis menyatakan kental dan 60% panelis menyatakan
kekentalan sesuai. Artinya formula tidak terlalu kental dan tidak
terlalu encer. Dalam hal ini bahan yang sangat berpengaruh
terhadap keentalan formula enteral Diare Tanpa Susu adalah
tepung beras.
Pati jagung atau maizena merupakan salah satu produk dari
hasil pengolahan jagung pasca panen (Winarno, 1988). Seperti
kelompok pati pda umumnya maizena terdiri dari dua fraksi yang
dapat dipisahkan dalam air panas yaitu fraksi lraut dan disebut
amilosa dan fraksi tidak larut disebut amilopektin. Perbandingan
amilosa dan amilopektin mempengaruhi sifat pati. Semakin kecil
kandungan amilosa atau semakin besar amilopektin kekntalan yang
dihasilkan semakin tinggi. Biasanya pati lebih banyak mengandung
amilopektin dari pada amilosanya. Pada maizena nisbah amilosa
terhadap amilopektin mendekati perbandingan1-3 (Sakidja, 1988).
Kondisi maizena yang demikian dapat menjadi agensi
pengental,karena maizena mempunyai kemampuan membentuk gel
(Gaman, 1992). Menurut Satuhu (1994) pati dapat ditambahkan
sebagai pengental dalam pembuatan makanan.

F. Biaya

32
1. Kebutuhan Biaya
Tabel 3.7. Anggaran Biaya
No. Bahan Jumlah BDD Berat Harga Satuan Harga
(%) Kotor (Rp) Sebenarnya
(Rp)
1 Bubuk Soya 120 gr 100 120 49.000/400gr 14.700
2 Tepung susu 40 gr 100 40 30.000/300gr 4.000
3 Maizena 50 gr 100 50 11.000/kg 550
4 Telur ayam 100 gr 89 112 1.300/btr 2.600
5 Sari jeruk 50 gr 100 50 2.000/biji 900
manis
6 Minyak 30 gr 100 30 14.000/L 420
7 Gula pasir 130 gr 100 130 12.000/kg 1.560
8 Tomat 200 gr 95 210,52 5.000/Kg 1.052
masak
Jumlah Rp. 25.782

Biaya bahan dalam pembuatan formula enteral RGI untuk


kebutuhan sehari mencapai Rp. 25.782-.
2. Food Cost dan Unit Cost
Food cost merupakan semua biaya yang terkait dengan
penyelenggaraan bahan makanan, baik bahan utama maupun penolong
(Bakri, 2013). Sedangkan unit cost adalah biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan suatu produk dan merupakan biaya rata-rata hasil
perhitungan dari biaya total dibagi sejumlah biaya produk (Kemenkes,
2014). Food Cost yang ditetapkan dalam pembuatan formula enteral
ini sebesar 60%, sehingga didapatkan unit cost sebesar :
Food Cost = Rp. 25.782

Unit Cost = Rp. 25.782,- = Rp. 42.970,-

Formula enteral diberikan sebanyak 8 kali dengan satu kali


pemberiannya adalah 212 cc. Jadi, harga Unit cost untuk satu kali

makan adalah = Rp.5.371,-.

33
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulalan dari pengembangan formula enteral RG 1 adalah :
1. Zat gizi dari formula enteral RG I yang dimodifikasi yakni, Energi
1749,8 kkal, Protein 68,3 gram, Lemak 78,7 gram, Karbohidrat 228
gram, dan Natrium 311,4 gram.
2. Skor asam amino, mutu cerna dan NPU masing-masing telah
memenuhi syarat yakni skor asam amino formula enteral 116,16,
mutu cerna 87,55, dan NPU sebesar 101,7.
3. Mutu organoleptik meliputi uji hedonik dan uji organoleptik formul a
enteral RG I sebesar 90% panelis menyatakan suka terhadap warna dan
tekstur, 100% panelis menyatakan suka terhadap aroma dan rasa,
kemudian 80% panelis menyatakan suka terhadap kekentalan formula
enteral RG I. Berdasarkan uji organoleptik warna dari produk
menarik, rasa yang enak dan kekentalan formula pas.
4. Biaya pembuatan enteral berdasarkan unit cost dengan pemberian
sebanyak 8 kali pemberian adalah Rp 5.371 untuk satu kali makan
B. Saran
Untuk memperbaiki mutu organoleptik dari segi aroma tambahkan
berat sari jeruk 25% dari berat sari tomat.

34

You might also like