You are on page 1of 20

PROPOSAL

PENGABDIAN PADA MASYARAKAT


SEMESTER GANJIL TA 2018/2019

UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN SANTRI PONDOK DARUL


HIJRAH PUTERA DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI
DESA CINDAI ALUS MARTAPURA KABUPATEN BANJAR

Oleh:
Muhammad Isqa Rakhman, S. Farm 1831015310017
Lia Rusyida, S. Farm 1831015320009
Mutia Safitri, S. Farm 1831015320022
Noor Indah Larasati, S. Farm 1831015320029
Suhantoro, S. Farm 1831015310038
Siti Rahmiyati, S. Farm 1831015320039

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018

1
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
FMIPA UNLAM SEMESTER GANJIL TA 2017/2018

1. Judul : Upaya Meningkatkan


Pengetahuan Santri Pondok Darul Hijrah Putera
dalam Pencegahan Penyakit Tuberkulosis di Desa
Cindai Alus Martapura Kabupaten Banjar

2. Ketua Pelaksanaan : Muhammad Isqa Rakhman, S.Farm

3. Jumlah Anggota : 5 (Lima) orang


a. Nama Anggota I : Lia Rusyida, S.Farm
b. Nama Anggota II : Mutia Safitri, S.Farm
c. Nama Anggota III : Nor Indah Larasati, S.Farm
d. Nama Anggota IV : Suhantoro, S.Farm
e. Nama Anggota V : Siti Rahmiyati, S.Farm

4. Lokasi Kegiatan : Pesantren Darul Hijrah Putera Desa Cindai


Alus Martapura Kabupaten Banjar

5. Jumlah biaya yang :


Diusulkan

Banjarbaru, 16 November 2017


Mengetahui,
Pembimbing Lapangan Ketua Pelaksana

Nani Kartinah, M.Sc., Apt Muhammad Isqa Rakhman, S.Farm

2
A. Judul
Upaya meningkatkan pengetahuan santri pondok darul hijrah putera dalam
pencegahan penyakit tuberkulosis di desa cindai alus martapura kabupaten banjar.

B. Latar Belakang
Penyakit Tuberkulosis atau yang sering disebut TB paru adalah penyakit
infeksi menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman
ini paling sering menyerang organ paru dengan sumber penularan adalah pasien TB
BTA positif. Sampai saat ini TB masih menjadi masalah kesehatan yang utama
diberbagai Negara di dunia. Tahun 2002-2020 akan ada sekitar satu miliar manusia
terinfeksi TBC, jika dihitung pertambahan jumlah pasien TBC, akan bertambah
sekitar 2,8-5,6 juta setiap tahun dan 1,1-2,2 juta jiwa meninggal setiap tahun.
Berdasarkan data World Health Organitation 1/3 penduduk dunia telah terinfeksi
kuman tuberculosis dan 9,6 juta orang sakit karena TB paru, 1,5 juta orang
meninggal karena TB paru (WHO, 2012)
Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit yang menjadi masalah di
tingkat dunia termasuk Indonesia. Dalam laporan Word Health Organization (WHO)
tahun 2012 diperkirakan 8,7 juta orang terjangkit TB paru dan 1,4 juta orang
meninggal. Dilaporkan terdapat 6.216.513 TB paru kasus baru, dan 2.621.308
merupakan BTA positif. Kasus terbanyak TB paru antara umur 15-44 tahun,
didapatkan 734.908 kasus. Menurut laporan WHO tahun 2012 Indonesia berada di
peringkat keempat dunia setelah India, China, dan Afrika Selatan. Indonesia terdapat
321.308 TB paru kasus baru dengan 197.797 BTA positif. Melihat tingginya angka
kematian karena TB paru maka WHO menepakan strategi yaitu Milenium
Development Goal (MDG). Dampak dari penerapan MDG Angka kematian turun
sampai 41% sejak tahun 1990 (WHO, 2012).
Tingginya angka kematian karena TB paru terdapat hubungan dengan
merokok. Data WHO dalam laporan mortality attributable to tobacco tahun 2012
secara global 5% didapatkan kematian akibat penyakit menular dan 14% penyakit
tidak menular dikaitkan dengan penggunaan tembakau termasuk merokok.

3
Diperkirakan 70% kematian pada penyakit menular karena tuberkulosis paru ada
hubunganya dengan penggunaan tembakau (WHO, 2012). Afrika Selatan terdapat
50% kematian akibat TB paru telah dikaitkan dengan merokok. Sementara hubungan
antara merokok dan TB paru dalam berbagai studi masih kurang jelas sampai sejauh
mana merokok meningkatkan resiko infeksi Mycobacterium tuberculosis, resiko
perkembangan dari infeksi penyakit, dan resiko kematian di antara pasien
tuberkulosis (Boon S.D et al, 2005).
Provinsi Kalimantan Selatan memiliki angka kejadian tuberkulosis yang
cukup tinggi. Data pada tahun 2017 mengenai jumlah kasus tuberkulosis semua tipe,
persentase kejadian pada laki-laki yaitu sebesar 61,48% dan pada perempuan 38,52%
(Datin, 2017). Data penyakit tuberkulosis di Kabupaten Banjar termasuk dalam 10
besar penyakit yang sering terjadi di daerah tersebut, sehingga perlu dilakukannya
peningkatan pemahaman kepada masyarakat mengenai penyakit tuberkulosis dan
cara pencegahannya agar dapat menurunkan angka kejadian tuberkulosis di daerah
tersebut.
C. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Berapa besar pengetahuan warga tentang informasi penyakit TBC dan cara
pencegahan penyakit TBC yang benar? (dengan mengadakan pretest/tanya
jawab).
2. Berapa persen kenaikan pemahaman warga setelah penyampaian informasi
menggunakan penyuluhan langsung? (dengan memberi materi lalu adakan post
test).
D. Tujuan kegiatan
Tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan ini, yaitu :
1. Mengetahui pengetahuan warga tentang informasi penyakit TBC dan cara
pencegahan penyakit TBC yang benar.
2. Meningkatkan pemahaman warga tentang informasi penyakit TBC dan cara
pencegahan TBC yang benar setelah penyampaian informasi menggunakan
metode penyuluhan langsung.

4
E. Manfaat kegiatan
Manfaat dari kegiatan ini adalah:
1. Mampu meningkatkan pengetahuan warga tentang TBC dan cara
pencegahannya.
2. Mampu menurunkan angka penyakit TBC.
F. Tinjauan Pustaka
I. Definisi

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-
paru. Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian
apabila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas (Kemenkes RI, 2014).Kuman
tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan)
kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ
tubuh yang lain melalui penyebaran darah, kelenjar limfe, saluran pernafasan,
penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Somantri, 2008).
II. Penyebab

Penyakit TBC disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, yang dapat


ditularkan dengan cara sebagai berikut :
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif
b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman keudara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan 3000
percikan dahak
c. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab
d. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut
e. Faktor yang memungkinkan seseorang terpapar kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut

5
f. Pasien TB dengan BTA negative juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positifadalah 65
%, pasien TB BTA negative dengan hasil kultur positif adalah 26 % sedangkan
pasien TB dengan hasil kultur negative dan fototoraks positif adalah 17 %
(Kemenkes RI, 2014).
III. Faktor Resiko

Faktor resiko untuk menjadi sakit TB adalah tergantung dari :


1. Konsentrasi / jumlah kuman yang terhirup
2. Lamanya waktu sejak terinfeksi
3. Usia seseorang yang terinfeksi
4. Tingkat daya tahan tubuh seseorang. Seseorang dengan daya tahan tubuh
yang rendah di antaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk)
akan memudahkan berkembangan TB aktif (sakit TB). Bila jumlah orang
terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan
demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat.

Catatan : Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.
Namun bila seorang dengan HIV positif akan meningkat kejadian TB
melalui proses reaktifasi. TB umumnya terjadi pada paru (TB paru) . Namun
penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat menyebabkan
terjadinya TB diluar organ paru (TB Ekstra Paru). Apabila penyebarannya
secara massif melalui aliran darah dapat menyebabkan semua organ tubuh
terkena (TB millier)
(Kemenkes RI,2014)
IV. Diagnosis
Diagnosis tuberculosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik,
pemeriksaan fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologic dan pemeriksaan
penunjang lainnya.
A. Gejala klinik
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal
dan gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal
adalah respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat). Gejala respiratori
terdiri dari batuk ≥ 2 minggu, batuk darah, sesak napas, dan nyeri dada.

6
Sedangkan gejala sistemik terdiri dari demam malaise, keringaat malam,
anoreksia dan berat badan menurun. Pada TB ekstraparu gejala tergantung dari
organ yang terlibat, misanyalimfadenitis TB akan terjadi pembesaran yang
lambat dan tidak nyeri dari kelejar getah bening. Pada meningitis TB akan
terlihat gejala meningitis. Sedangkan pada pleuretis TB terdapat gejala sesak
napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdpat cairan.
B. Pemeriksaan Fisis
Pada tuberculosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur
paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau
sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di
daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior, serta daerah
apex lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain
suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda
penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
C. Pemeriksaan Bakteriologik
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan
pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi
(termasuk biopsi jarum halus/BJH). Untuk pemeriksaan dahak dilakukan
pengambilan dahak 2 kali dngan minimal satu kali dahak pagi hari.
Pemeriksaan mikroskopis biasa menggunakan pewarnaan Ziehl-Nielsen dan
mikroskopis fluoresens menggunakan pewarnaan auramin rhodamin.
Berdasarkan rekomendasi WHO, interpretasi pemeriksaan mikrooskopis dibaca
dengan skala internasional Union Against Tuberculosis dan Lung Diseases
(IUATLD), antara lain:
1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang disebut negatif.
2. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan.
3. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut +1
4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +2
5. Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +3
Pemeriksaan identifikasi M. Tuberculosis dapat dilakukan dengan cara biakan
(padaeqq base media, yaitu lowenstein-jensen, ogawa, dankudoh; pada agar

7
base media yaitu Middle Brook, Mycobacterium Genotyping. Ujikepekaan
yang dapat digunakan antaraa inhain test (uji kepekaan terhadap R dan H),
Moleular beacon testing (uji kepekaan untuk R), dan gene x-pert
(ujikepekaanuntuk R)
D. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada
pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-
macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
1. Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah.
2. Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular.
3. Bayangan bercak milier.
4. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif:
1. Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas.
2. Kalsifikasi atau fibrotik.
3. Kompleks ranke.
4. Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura
Luluh Paru (Destroyed Lung ):
1. Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang
berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologik luluh
paru terdiri dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit
untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran
radiologik tersebut.
2. Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktiviti proses
penyakit.
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat
dinyatakan sbb (terutama pada kasus BTA dahak negatif):
1. Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan
luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrostemal

8
junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4
atau korpus vertebra torakalis 5 (sela iga 2) dan tidak dijumpai kaviti.
2. Lesi luas. Bila proses lebih luas dari lesi minimal.
E. PemeriksaanPenunjang
1. Analisa cairan pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivakta cairan pleura perlu
dilakukan pada pasien efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnois.
Interpretasi hasil analisis yang mendukung diagnosis TB adalah uji Rivalta
positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat
sel limfosit dominan dan glukosa rendah.
2. Pemeriksaan histopatologi jaringan
Pemeriksaan hispatologi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
TB. Pemeriksaan yang dilakukan ialah pemeriksaan hispatologi. Bahan
jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau autopsi.
3. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik
untuk tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua sangat
dibutuhkan. Data ini sangat penting sebagai indikator tingkat kestabilan
keadaan nilai keseimbangan biologik penderita, sehingga dapat digunakan
untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan
sebagai predeteksi tingkat penyembuhan penderita. Demikian pula kadar
limfosit bisa menggambarkan biologik/ daya tahan tubuh penderida , yaitu
dalam keadaan supresi / tidak. LED sering meningkat pada proses aktif,
tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis.
Limfositpun kurang spesifik.

9
V. Penatalaksanaan
a. Tujuan Terapi

Tujuanpengobatan TB menurutKemenkes RI (2014) adalah :


1. Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup
2. Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk
selanjutnya
3. Mencegah terjadinya kekambuhan TB
4. Menurunkanpenularan TB
5. Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat
b. Terapi Farmakologi

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu :


(1) Tahap awal (intensif) :

Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB
BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

10
(2) Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
presister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Berikut jenis, sifat dan dosis OAT lini pertama yang digunakan pada
pengobatan pasien tuberkulosis :
Tabel 1. Jenis, Sifat dan Dosis OAT lini pertama
Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)
Jenis OAT Sifat
Harian 3xseminggu
5 10
Isoniazid (H) Bakterisid
(4-6) (8-12)
10 10
Rifampisin (R) Bakterisid
(8-12) (8-12)
25 35
Pirazinamid (Z) Bakterisid
(20-30) (30-40)
15 15
Streptomisin (S) Bakterisid
(12-18) (12-18)
15 30
Etambutol (E) Bakteriostatik
(15-20) (20-35)
(Depkes RI, 2011).
1. Isoniazid
Isoniazid merupakan hydrasilasi dari asam isonikotinik, molekul yang larut
air sehingga mudah untuk masuk ke dalam sel. Mekanisme kerja obat ini
dengan menghambat sintesis dinding sel asam mikolik (struktur bahan yang
sangat penting pada dinding sel mykobakterium) (Alfin, 2012).
2. Rifampisin
Rifampisin merupakan turunan semisintetik dari Streptomyces mediterranei,
yang bekerja sebagai bakterisid intraseluler maupun ekstraseluler. Obat ini
menghambat sintesis RNA dengan mengikat atau menghambat secara khusus
RNA polymerase (Alfin, 2012).
3. Pirazinamid

11
Mekanisme kerjapirazinamid berdasarkan pengubahannya menjadi asam
pirazinat oleh enzim pyrazinamidase yang berasal dari basil TB(Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007)..
4. Streptomisin
Streptomisin merupakan golongan aminoglikosida yang diisolasi dari
Streptomyces griseus. Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis protein
(Alfin, 2012).
5. Etambutol
Mekanisme utamanya dengan menghambat sintesis metabolit sel sehingga
metabolism selterhambatdanselmati(Departemen Farmakologi dan Terapeutik
FK UI, 2007).

Tabel 2. OAT yang digunakandalampengobatan TB MDR


Jenis Sifat
Golongan 1: OAT linipertama
oral Bakterisidal
Pirazinamid (Z) Bakteriostatik
Etambutol (E)
Golongan 2 : OAT suntikan
Kanamycin (Km) Bakterisidal
Amikacin (Am) Bakterisidal
Capreomycin (Cm) Bakterisidal
Golongan 3 :
Fluorokuinolon
Levofloksasin (Lfx) Bakterisidal
Moksifloksasin (Mfx) Bakterisidal
Golongan 4 : OAT linikedua
oral Bakteriostatik
Para-aminosalicyclic acid (PAS)
Cycloserine (Cs) Bakteriostatik
Ethionamide (Etio) Bakterisidal
Golongan 5: obat yang masihbelumjelasmanfaatnyadalampengobatan TB
resistanobat.

12
Clofazimine (Cfz), linezolid (Lzd), Amoxicillin/Clavulanate (Amx/Clv),
Thioacetazone (Thz), Imipenem/Cilastatin (Ipm/Cln), Isoniazid dosistinggi (H),
Clarithromycin (Clr), Bedaquilin (Bdq)
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian
Tuberkulosis (2014) di Indonesia adalah :
1. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.

Kategori 1 diberikanuntukpasienbaru :
 Pasien TB paruterkonfirmasibakteriologis
 Pasien TB paruterdiagnosisklinis
 Pasien TB ekstraparu

Kelompok HRZE (isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol) diminum


pada masa pengobatan tahap awal selama 2 bulan, kemudian dilanjutkan
dengan kelompok obat HR (isoniazid, rifampisin) pada tahap lanjutan
selama 4 bulan dengan aturan minum obat 3 kali seminggu
2. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

Kategori 2 diberikanuntukpasien BTA positif yang


pernahdiobatisebelumnya (pengobatanulang) :
 PasienKambuh
 Pasiengagalpadapengobatandenganpaduan OAT kategori 1 sebelumnya
 Pasien yang diobatikembalisetelahputusberobat

Kelompok HRZE (isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol) diminum


pada masa pengobatan tahap awal selama 2 bulan dengan tambahan injeksi
streptomisin, 1 bulan selanjutnya pasien mengonsumsi HRZE, dan
kemudian dilanjutkan konsumsi obat HR (isoniazid, rifampisin) dengan
tambahan etambutol 3 tablet 3 kali seminggu pada tahap lanjutan selama 5
bulan.
Disamping kedua kategori ini, disediakan panduan obat sisipan (HRZE)
3. Kategori Anak: 2HRZ/4HR

Penderita TB anak pada tahap awal selama 2 bulan mengonsumsi


kelompok obat HRZ (isoniazid, rifampisin, pirazinamid), kemudian

13
dilanjutkan mengonsumsi kelompok obat HR (isoniazid, rifampisin) pada
tahap lanjutan selama 4 bulan
4. Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan obat di
Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu kanamisin, capreomisin,
levofloksasin, ethionamide, sikloserin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu
pirazinamid and etambutol.

Tabel 3.EfekSampingRingan OAT

Tabel 4 EfekSampingBerat OAT

(Kemenkes RI,2014)

c. TatalaksanaPengobatan TB

Tabel 5 Pemeriksaandahakulanguntukpemantauanhasilpengobatan

14
 Untuk kategori pengobatan pasien baru BTA positif 2HRZE/4HR3,
pengobatan yang dilakukan adalah selama 6 bulan. Pemeriksaan dahak
setelah pengobatan pertama kali dilakukan pada minggu terakhir tahap awal
(intensif) di bulan ke-2 untuk memantau hasil pengobatan. Apabila hasil
yang diperoleh ternyata masih BTA (+), maka lakukan pemeriksaan kembali
pada bulan ke-3. Pemeriksaan pada bulan ke-3 dilakukan hanya ketika hasil
pemeriksaan pada tahap awal menunjukkan hasil BTA (+). Padabulan ke-3
jika hasil pemeriksaan tetap (+) lakukan pemeriksaan biakan dan uji
kepekaan, jika hasilnya menunjukkan resisten maka pasien bias dirujuk ke
faskes rujukan TB resistan obat namun apabila hasilnya tidak resisten
lanjutkan pengobatan dan periksa kembali pada bulan ke-5. Selanjutnya
pada bulan ke-6 dilakukan pemeriksaan kembali apabila pasien masih BTA
(+) maka pasien dinyatakan gagal dan lakukan uji biakan serta uji kepekaan.
 Untuk kategori pengobatan pasien baru BTA negatif 2HRZE/4HR3,
pengobatan yang dilakukan adalah selama 6 bulan. Pemeriksaan dahak
setelah pengobatan pertama kali dilakukan pada minggu terakhir tahap awal
(intensif) di bulan ke-2 untuk memantau hasil pengobatan. Apabila hasil
yang diperoleh ternyata BTA (+), maka lakukan pemeriksaan kembali pada
bulan ke-3. Pemeriksaan pada bulan ke-3 dilakukan hanya ketika hasil

15
pemeriksaan pada tahap awal menunjukkan hasil BTA (+). Pada bulan ke-3
jika hasil pemeriksaan tetap (+) lakukan pemeriksaan biakan dan uji
kepekaan, jika hasilnya menunjukkan resisten maka pasien bias dirujuk ke
faskes rujukan TB resistan obat namun apabila hasilnya tidak resisten
lanjutkan pengobatan dan periksa kembali pada bulan ke-5. Selanjutnya
pada bulan ke-6 dilakukan pemeriksaan kembali apabila pasien masih BTA
(+) maka pasien dinyatakan gagal dan lakukan uji biakan serta uji kepekaan.
 Untuk kategori pengobatan pasien pengobatan ulang dengan BTA positif
2(HRZE)S/HRZE/5(HR)3E3, pengobatan yang dilakukan adalah selama
8bulan. Pemeriksaan dahak setelah pengobatan pertama kali dilakukan pada
minggu terakhir tahap lanjutan di bulan ke-3 untuk memantau hasil
pengobatan. Pada bulan ke-3 jika hasil pemeriksaan (+) lakukan
pemeriksaan biakan dan uji kepekaan, jika hasilnya menunjukkan resisten
maka pasien bias dirujuk ke faskes rujukan TB resistan obat namun apabila
hasilnya tidak resisten lanjutkan pengobatan dan periksa kembali pada bulan
ke-5. Selanjutnya pada bulan ke-8 dilakukan pemeriksaan kembali apabila
pasien masih BTA (+) maka pasien dinyatakan gagal dan lakukan uji biakan
serta uji kepekaan.
d. TerapiNon Farmakologi
1. Mencegah penyebaran TB
2. Segera temukan dan menginvestigasi seseorang yang pernah kontak dengan
penderita TB
3. Mengembalikan dan memperbaiki status gizi penderita TB

(DIPIRO,2008)
G. Khalayak Sasaran
Sasaran Utama dari kegiatan ini adalah santri Pondok Pesantren Darul Hijrah
Putera di Desa Cindai Alus Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar
Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar. Pondok pesantren Darul Hijrah
Putera memiliki 4 lembaga pendidikan yaitu SMP, Tsanawiyah, SMA, dan Aliyah.
H. Metode Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan berupa ceramah dengan bantuan LCD, speaker dan
power point dikombinasikan dengan poster, leaflet, dan video. Disini juga melakukan

16
tanya jawab kepada santri. Selain itu juga dilakukan simulasi cara pencegahan
penyebaran TB dengan melibatkan peserta kegiatan.
I. Keterkaitan
Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan hubungan Fakultas MIPA
program studi apoteker dengan pihak luar. Kegiatan ini diharapkan memberi
manfaat terhadap masyakat dalam hal ini Santri Darul Hijrah Putera Desa Cindai
Alus Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar. Kegiatan pengabdian
masyarakat dalam rangka melaksanakan salah satu Dharma Bakti Perguruan Tinggi.
Diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan, sehingga meningkatnya pegetahuan
Santri Darul Hijrah Putera Desa Cindai Alus Kecamatan Martapura Kota Kabupaten
Banjar tentang pentingnya pencegahan penyakit TB. Hal tersebut berdampak pada
terbentuknya generasi muda Indonesia yang sehat. Kegiatan ini sangat berkaitan
dengan berbagai pihak di antaranya Program Studi Profesi Apoteker FMIPA
Universitas Lambung Mangkurat dan Kepala Pondok Pondok Pesantren Darul
Hijrah Putera Desa Cindai Alus Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar dalam
menyediakan fasilitas kegiatan serta pengumpulan santri.
J. Rancangan Evaluasi
Kegiatan pengabdian masyarakat ini direncanakan untuk dilaksanakan dalam
satu hari di Pondok Pesantren Darul Hijrah Putera. Bentuk rancangan evaluasi dapat
berupa:
1. Kehadiran Santri, diharapkan santri dapat berhadir dalam kegiatan ini. Kuota
peserta kegiatan adalah 40 orang dan minimal 80% peserta berhadir dalam
kegiatan ini.
2. Dll

K. Jadwal Pelaksanaan
Dilaksanakan pada hari Selasa xx November 2018.
Waktu (Wita) Acara Pemateri
08.30-09.00 Registrasi Peserta Panitia

17
09.00-09.30 Pembukaan Kepala pondok pesantren,
 Sambutan Kepala Pondok Dosen Pembimbing,
Pesantren Organisasi Santri dan
 Sambutan dosen pembimbing Mahasiswa
 Sambutan Organisasi Santri
 Sambutan Ketua Pelaksana
09.30-09.40 Pelaksanaan pretest Mahasiswa
09.40-10.10 Penyampaian materi Mahasiswa
10.10-10.40 Sesi tanya jawab Mahasiswa
10.40-11.00 Simulasi Mahasiswa
11.00-11.20 Post test Mahasiswa
11.20-11.35 Pemberian Kenang-kenangan Dosen, Mahasiswa
11.35-11.40 Penutupan Mahasiswa
11.40-11.15 Foto Bersama Dosen Pembimbing,
Mahasiswa

M. Rancangan Biaya
ANGGARAN DANA PROMOSI KESEHATAN KELOMPOK E

PENGELUARAN
SPANDUK 2 Rp25.000 Rp50.000
BOOKLET 1 Rp100.000 Rp100.000
POSTER 1 Rp50.000 Rp50.000
PAMFLET 40 Rp1.500 Rp60.000
STIKER KENANG-KENANGAN 40 Rp500 Rp20.000
BIAYA DESAIN 1 Rp50.000 Rp50.000
KONSUMSI PESERTA 45 Rp5.000 Rp225.000
KONSUMSI UNDANGAN 10 Rp10.000 Rp100.000
AQUA BOTOL 10 Rp3.000 Rp30.000
PHOTOCOPY 100 Rp150 Rp15.000
KENANG-KENANGAN 4 Rp24.000 Rp96.000
PLAKAT 1 Rp25.000 Rp25.000
BIAYA TAK TERDUGA Rp100.000 Rp100.000
JUMLAH Rp921.000
DAFTAR PUSTAKA

Alfin, S.K. 2012.Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB).Aceh


:FakultasKedokteranUniversitasSyiah Kuala

Boon S.D, et al. 2005. Association Berwen Smoking and Tuberculosis Infection: A
Population Survey In High Tuberculosis Incidence. Thorax. 60 : 557-559.

Depkes RI. 2011. Pedoman Penanggunalan Nasional TBC. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

18
DepartemenFarmakologidanTerapeutik FK UI. 2007. FarmakologidanTerapiEdisi 5.
Jakarta:BagianFarmakologi FK UI.

Dipiro, J.T. 2008.Pharmacoterapy Handbook 7th edition. New York :McGraw Hill

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian


Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta :BaktiHusada

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. Tuberkulosis; pedoman diagnosis dan


penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Somantri, I. 2008. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan keperawatan pada Pasien


dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

WHO. 2012. Global tuberculosis report.(25 Agustus 2013).

N. Lampiran
1. Gambaran kegiatan pengabdian masyarakat yang akan diterapkan

Koordinasi Tim

Survey Lokasi Need Assesment

Undangan dari Universitas Untuk Persiapan Materi


Pondok Pesantren Darul Hijrah Putera

19
Kegiatan
Penyuluhan

Evaluasi

Pelaporan

Gambar 1. Flowchart pengabdian

20

You might also like