Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Proses berfikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan
kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita
menjadi lebih mampu untuk membetuk asumsi, ide-ide dan menbuat simpulan
yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berfikir dan
belajar.
Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi
memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan
dan dukungan.Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang
berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah
denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran
yang disiplin dan mandiri.
Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan
mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan
kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan
keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan
merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posisi klinis
harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan
yang efektif, baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin.
2
1.3 Tujuan Tulisan
1. Jelaskan pengertian Berpikir Kritis?
2. Jelaskan Cara atau Langkah Berpikir Kritis?
3. Bagaimana Pengambilan Keputusan Klinis dalam Praktik Keperawatan?
4. Apa saja Kompetensi Berpikir Kritis?
5. Jelaskan Pengertian Pengambilan Keputusan?
6. Sebutkan Langkah-langkah Pengambilan Keputusan?
7. Berikan Contoh dan Aplikasi Berpikir Kritis?
2. Secara Praktis
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.1.2 Cara atau Langkah Berpikir Kritis
5
yang ia punya dan perawat harus banyak bertanya dan memiliki rasa
ingin tahu untuk melihat suatu hal dengan perspektif yang berbeda.
Pemikiran kritis adalah pusat praktik keperawatan profesional karena hal
tersebut membuat seorang perawat terus memperbaiki cara pendekatan
kepada klien dan menerapkan pengetahuan-pengetahuan baru
yang berdasarkan pengalaman dari sebelumnya.
2.2.2 Kompetensi Berpikir Kritis
Berpikir mencakup beberapa hal yaitu membuat pendapat, membuat
keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995 dalam
Potter dan Perry, 2005). Ketika perawat mengarahkan berpikir ke
arah pemahaman dan menemukan jalan keluar dari masalah kesehatan
klien, prosesnya menjadi bertujuan dan berorientasi pada tujuan. Dalam
kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran
yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan
difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan
(Kataoka dan Saylor, 1994 dalam Potter dan Perry, 2005). Kompetensi
berpikir kritis adalah proses kogritif yang digunakan perawat untuk
membuat penilaian keperawatan. Kompetensi merupakan kemampuan
individual yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan
yang dilandasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja keras sesuai
untuk kerja yang dipersyaratkan. Ada tiga tipe kompetensi yaitu berpikir
kritis umum, berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis, dan berpikir
kritis spesifik dalam keperawatan. Kompetensi berpikir kritis umum
mencakup metode ilmiah, pemecahan masalah, dan pembuatan
keputusan. Pemecahan masalah mencangkup mendapatkan informasi
ketika terdapat kesenjangan antara apa yang sedang terjadi dan apa yang
seharusnya terjadi. Dalam pembuatan keputusan, individu memilih
tindakan untuk memenuhi tujuan. Untuk membuat keputusan, seseorang
harus mengkaji semua pilihan, menimbang setiap pilihan tersebut
terhadap serangkaian kriteria, dan kemudian membuat pilihan akhir
6
(Potter dan Perry, 2005). Ketika dihadapkan pada suatu keputusan,
penting sekali untuk mengidentifikasi mengapa keputusan diperlukan.
Kriteria untuk pembuatan keputusan harus ditegakkan sehingga pilihan
yang tepat dapat dibuat. Kriteria harus mencangkup hal berikut:
1. Pertama,apa yang akan dicapai?
2. Kedua, apa yang akan dicapai selanjutnya?
3. Ketiga, apa yang harus dihindari?
Sejalan dengan perawat mempertimbangkan kriteria, terjadi
tingkat pengurutan prioritas. Perawat membuat prioritas dengan
mengaitkannya pada situasi spesifik klien. Agar perawat mampu
mengatasi berbagai masalah kelompok klien yang ada, pembuatan
keputusan berkelanjut sangat penting. Selain itu, manajemen waktu
merupakan bagian dari pembuatan keputusan dan memastikan bahwa
waktu perawat digunakan dengan baik dan bahwa perawat cukup tanggap
terhadap kebutuhan klien.
Kompetensi berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis,
mencakup pertimbangan diagnostik, kesimpulan klinis, dan pembuatan
keputusan klinis. Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan mencakup
pendekatan sistematis yang digunakan untuk secara kritis mengkaji dan
menelaah kondisi klien, mengidentifikasi respon klien terhadap masalah
kesehatan, melakukan tindakan yang sesuai, dan mengevaluasi apakah
tindakan yang dilakukan telah efektif. Format untuk proses keperawatan
adalah unik untuk disiplin keperawatan dan memberikan bahasa dan
proses yang umum bagi perawat untuk “ memikirkan semua” masalah
klien (Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994). Proses keperawatan adalah
suatu pendekatan sistematik, komprehensif untuk asuhan keperawatan
7
2.3 Pengambilan Keputusan
2.3.1 Pengertian Pengambilan Keputusan
8
3. Apa yang perlu dihindari? : Depresi sistem saraf pusat, depresi
pernafasan, mual.
c. Timbang kriteria
Dalam tahap ini, pengambilan keputusan menetapkan prioritas atau
mengurutkan aktivitas atau layanan dengan urutan kepentingan dari
yang kurang penting sampai yang penting saat dihubungkan dengan
situasi khusus. Karena menimbang sifatnya khusus terhadap situasi,
aktivitas dapat diurutkan sebagai yang paling penting pada satu situasi
dan tidak penting pada situasi yang lain. Sebagai contoh apabila klien
yang mengalami nyeri menderita kanker stadium akhir, peredaan nyeri
mungkin lebih penting dibandingkan menghindari efek samping obat
pereda nyeri tersebut.
d. Cari alternatif
Pengambilan keputusan mengidentifikasi semua cara yang mungkin
dilakukan untuk memenuhi kriteria tersebut. Pada situasi klinis,
alternatif dapat dipilih dari kisaran intervensi keperawatan atau strategi
perawatan klien. Nyeri dapat diatasi dengan obat oral atau injeksi, jika
perlu atau sesuai jadwal, atau tanpa intervensi farmasi sama sekali,
bahkan menggunakan modalitas penyembuhan alternatif dan
pelengkap (CAM).
e. Kaji alternatif
Perawat menganalisis alternatif untuk memastikan bahwa ada
penjelasan rasional objektif terkait kriteria yang ditetapkan untuk
memilih satu strategi yang lain. Untuk nyeri yang disebabkan oleh
prosedur (seperti pengangkatan benda asing), CAM mungkin tidak
cukup kuat meredakan nyeri dan obat oral mungkin efektif, tetapi
berkerja terlalu lambat, sehingga narkotik IV mungkin menjadi pilihan
terbaik.
f. Proyeksikan
9
Perawat memakai pemikiran kreatif dan skeptisisme untuk
menentukan konsekuensi negatif yang mungkin terjadi sebagai hasil
keputusan dan menyusun rencana untuk mencegah, meminimalkan
atau mengatasi semua masalah. Apabila narkotik IV dipilih, prosedur
keamanan apa yang harus ada, misalnya, antidot narkotik dan oksigen
tambahan.
g. Implementasikan
Rencana keputusan diimplementasikan. Terapi nyeri mulai dilakukan.
h. Evaluasi hasil
Seperti semua asuhan keperawatan, dalam melakukaan evaluasi,
perawat menentukan keefektifan rencana dan menetapkan apakah
tujuan awal telah tercapai. Bagaimana klien mengukur tingkat nyeri
setelah prosedur.
10
tidak penting
Memvalidasi data
Mengatur data
Mengidentifikasi asumsi
Membuat kesimpulan
Menetapkan masalah
Mengkaji asumsi
11
Menyusun kriteria evaluasi
Membuat hipotesis
Menguji hipotesis
Unsur Kesejajaran
Pemikiran dengan Proses Penerapan Klinis
Paul Keperawatan
12
Informasi Pengkajian Data: seorang pria latin berusia 45 tahun mengeluh
sakit kepala berat, kelebihan berat badan 10 kg,
tekanan darah 180/95 mm Hg. Ia mengatakan
meminum pil untuk tekanan darah hanya saat dia
mengalami sakit kepala. Bekerja sebagai seorang
tukang kebun milik pribadi, tinggal bersama istri, ibu
mertua dan empat anak.
13
sudut pandang perawat. Meskipun perawat mendukung
sistem kepercayaan pengobatan barat yang
memprioritaskan pengobatan penyakit, orang yang
berpikir kritis juga menyadari bahwa klien terseut
mungkin menganut kepercayaan tentang persepsi sehat
sakit, terapi, dan tindakan pencegahan yang berbeda.
14
model) dapat menyebabkan ketergantungan eksklusif pada
sebuah konsep yang terlalu sederhanan seperti
“pengetahuan menyebabkan perubahan”.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/340875800/Berpikir-Kritis-Dan-Pengambilan-
Keputusan
https://dianmutiarach.wordpress.com/2012/12/12makalah-berpikir-kritis
17