You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari dan setiap aktivitas, manusia selalu terlibat


di dalam pengambilan suatu keputusan, baik keputusan sederhana maupun yang
kompleks. Proses dalam pengambilan keputusan selalu terkait dengan proses
berpikir kritis.
Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan
berfikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang
berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut
pandang selain itu juga membahas tentang komponen berfikir kritis dalam
keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar
berfikir kritis, analisis pertanyaan kritis, hubungan pemecahan masalah,
pengambilan keputusaan dan kreatifitas dalam berfikir kritis serta factor-faktor
yang mempengaruhi berfikir kritis.
Perawat sebagai bagian dari pemberi pelayanan kesehatan, yaitu memberi
asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu
dituntut untuk berfikir kritis dalam berbagai situasi. Penerapan berfikir kritis
dalam proses keperawatan dengan kasus nyata yang akan memberi gambaran
kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan
bermutu. Seorang yang berfikir dengan cara kreatif akan melihat setiap masalah
dengan sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya sama, sehingga dapat
dikatakan, dengan tersedianya pengetahuan baru, seorang profesional harus
selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang paling efektif dan ilmiah dan
memberikan hasil yang lebih baik untuk kesejahteraan diri maupun orang lain.

1
Proses berfikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan
kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita
menjadi lebih mampu untuk membetuk asumsi, ide-ide dan menbuat simpulan
yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berfikir dan
belajar.
Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi
memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan
dan dukungan.Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang
berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah
denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran
yang disiplin dan mandiri.
Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan
mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan
kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan
keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan
merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posisi klinis
harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan
yang efektif, baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengertian Berpikir Kritis?
2. Jelaskan Cara atau Langkah Berpikir Kritis?
3. Bagaimana Pengambilan Keputusan Klinis dalam Praktik Keperawatan?
4. Apa saja Kompetensi Berpikir Kritis?
5. Jelaskan Pengertian Pengambilan Keputusan?
6. Sebutkan Langkah-langkah Pengambilan Keputusan?
7. Berikan Contoh dan Aplikasi Berpikir Kritis?

2
1.3 Tujuan Tulisan
1. Jelaskan pengertian Berpikir Kritis?
2. Jelaskan Cara atau Langkah Berpikir Kritis?
3. Bagaimana Pengambilan Keputusan Klinis dalam Praktik Keperawatan?
4. Apa saja Kompetensi Berpikir Kritis?
5. Jelaskan Pengertian Pengambilan Keputusan?
6. Sebutkan Langkah-langkah Pengambilan Keputusan?
7. Berikan Contoh dan Aplikasi Berpikir Kritis?

1.4 Manfaat Tulisan


1. Secara Teoretis

Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan


manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa keperawatan
untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Berpikir Kritis
dan Pengambilan Keputusan.

2. Secara Praktis

Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan


sebagai suatu pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya
ilmu tersebut dapat dipahami dan dipraktikkan langsung di lingkungan
masyarakat.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Berpikir Kritis


2.1.1 Pengertian Berpikir Kritis

Sebelum kita mengetahui apa itu pengertian berpikir kritis ada


baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai pengertian berpikir.
Tri Rusmi dalam Perilaku Manusia (1996), mengatakan berpikir adalah
suatu proses sensasi, persepsi, dan memori/ ingatan, berpikir mengunakan
lambang (visual atau gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan
yang disertai proses pemecahan masalah. Berpikir adalah menggunakan
pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat keputusan, menarik
kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995). Jadi yang merupakan
pengertian berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara
berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan
persepsi.

Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu


dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk
membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,
menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman ( Pery & Potter,2005).
Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian
secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip,
pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992),
bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan
pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan
menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut
untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/
pandangan baru.

4
2.1.2 Cara atau Langkah Berpikir Kritis

Berpikir secara kritis melibatkan suatu rangkaian terintegrasi


tentang kemampuan dan sikap berpikir. Individu harus mampu menerima
informasi,menggunakan ingatan (memori) saat ini dan masa lalu,
menerapkan logika dan alasan, meninjau data dengan cara yang teratur,
dan membuat keputusan secara jelas dan kreatif. Adapun langkah berpikir
kritis yaitu:

a. Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking)


b. Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan (adequacy of
knowledge)
c. Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem)
d. Mengidentifikasi sumber pendukung (Helpful Resource)
e. Membuat keputusan yang kritis (Critique of judgment/Decision)

2.2 Konsep Berpikir Kritis dan Pengambilan Keputusan Dalam Keperawatan

2.2.1. Pengambilan Keputusan Klinis dalam Praktik Keperawatan


Pengambilan keputusan klinis akan memperlihatkan perbedaan
antara perawat dengan staf teknis, yaitu perawat akan cepat bertindak
ketika kondisi pasien menurun mendeteksi masalahnya dan berinisiatif
untuk memperbaikinya. Benner (1984) berpendapat bahwa pengambilan
keputusan klinis sebagai keputusan yang terdiri atas pemikiran kritis
dan penuh pertimbangan, serta penetapan dari ilmu serta pikiran kritis.
Klien tentu akan memiliki keluhan yang berbeda-beda yang dipengaruhi
oleh kesehatan fisik, gaya hidup, budaya, hubungan kekerabatan,
lingkungan tempat tinggal, hingga pengalaman klien itu sendiri. Oleh
karena itu, perawat tidak bisa langsung mengetahui apa yang
klien butuhkan, melainkan klien tersebut harus menyampaikan keluhan

5
yang ia punya dan perawat harus banyak bertanya dan memiliki rasa
ingin tahu untuk melihat suatu hal dengan perspektif yang berbeda.
Pemikiran kritis adalah pusat praktik keperawatan profesional karena hal
tersebut membuat seorang perawat terus memperbaiki cara pendekatan
kepada klien dan menerapkan pengetahuan-pengetahuan baru
yang berdasarkan pengalaman dari sebelumnya.
2.2.2 Kompetensi Berpikir Kritis
Berpikir mencakup beberapa hal yaitu membuat pendapat, membuat
keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995 dalam
Potter dan Perry, 2005). Ketika perawat mengarahkan berpikir ke
arah pemahaman dan menemukan jalan keluar dari masalah kesehatan
klien, prosesnya menjadi bertujuan dan berorientasi pada tujuan. Dalam
kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran
yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan
difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan
(Kataoka dan Saylor, 1994 dalam Potter dan Perry, 2005). Kompetensi
berpikir kritis adalah proses kogritif yang digunakan perawat untuk
membuat penilaian keperawatan. Kompetensi merupakan kemampuan
individual yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan
yang dilandasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja keras sesuai
untuk kerja yang dipersyaratkan. Ada tiga tipe kompetensi yaitu berpikir
kritis umum, berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis, dan berpikir
kritis spesifik dalam keperawatan. Kompetensi berpikir kritis umum
mencakup metode ilmiah, pemecahan masalah, dan pembuatan
keputusan. Pemecahan masalah mencangkup mendapatkan informasi
ketika terdapat kesenjangan antara apa yang sedang terjadi dan apa yang
seharusnya terjadi. Dalam pembuatan keputusan, individu memilih
tindakan untuk memenuhi tujuan. Untuk membuat keputusan, seseorang
harus mengkaji semua pilihan, menimbang setiap pilihan tersebut
terhadap serangkaian kriteria, dan kemudian membuat pilihan akhir

6
(Potter dan Perry, 2005). Ketika dihadapkan pada suatu keputusan,
penting sekali untuk mengidentifikasi mengapa keputusan diperlukan.
Kriteria untuk pembuatan keputusan harus ditegakkan sehingga pilihan
yang tepat dapat dibuat. Kriteria harus mencangkup hal berikut:
1. Pertama,apa yang akan dicapai?
2. Kedua, apa yang akan dicapai selanjutnya?
3. Ketiga, apa yang harus dihindari?
Sejalan dengan perawat mempertimbangkan kriteria, terjadi
tingkat pengurutan prioritas. Perawat membuat prioritas dengan
mengaitkannya pada situasi spesifik klien. Agar perawat mampu
mengatasi berbagai masalah kelompok klien yang ada, pembuatan
keputusan berkelanjut sangat penting. Selain itu, manajemen waktu
merupakan bagian dari pembuatan keputusan dan memastikan bahwa
waktu perawat digunakan dengan baik dan bahwa perawat cukup tanggap
terhadap kebutuhan klien.
Kompetensi berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis,
mencakup pertimbangan diagnostik, kesimpulan klinis, dan pembuatan
keputusan klinis. Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan mencakup
pendekatan sistematis yang digunakan untuk secara kritis mengkaji dan
menelaah kondisi klien, mengidentifikasi respon klien terhadap masalah
kesehatan, melakukan tindakan yang sesuai, dan mengevaluasi apakah
tindakan yang dilakukan telah efektif. Format untuk proses keperawatan
adalah unik untuk disiplin keperawatan dan memberikan bahasa dan
proses yang umum bagi perawat untuk “ memikirkan semua” masalah
klien (Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994). Proses keperawatan adalah
suatu pendekatan sistematik, komprehensif untuk asuhan keperawatan

7
2.3 Pengambilan Keputusan
2.3.1 Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau


keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan
suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia.Menurut
James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan
untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Menurut
Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling
cepat. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah
proses berpikir untuk memilih tindakan terbaik guna mencapai tujuan
yang diharapkan. Keputusan harus dibuat kapan pun terdapat pilihan
eksklusif bersama atau saat terdapat pilihan untuk melakukan tindakan
atau tidak.

2.3.2 Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan


Adapun langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan yaitu:
a. Identifikasi tujuan
Perawat dapat mengidentifikasikan mengapa keputusan perlu diambil
dan kebutuhan yang perlu ditentukan.
b. Tetapkan kriteria
Ketika perawat menetapkan kriteria pengambilan keputusan, tiga
pertanyaan harus terjawab: apa hasil yang diharapkan, apa yang perlu
dipertahankan, dan apa yang perlu dihindari. sebagai contoh, untuk
klien menderita nyeri, kriteria yang dibuat harus seperti berikut:
1. Apa yang harus dicapai? : Peredaan nyeri
2. Apa yang perlu dipertahankan? : Fungsi fisik, fungsi kognitif,
psikologis, kenyamanan pasien.

8
3. Apa yang perlu dihindari? : Depresi sistem saraf pusat, depresi
pernafasan, mual.
c. Timbang kriteria
Dalam tahap ini, pengambilan keputusan menetapkan prioritas atau
mengurutkan aktivitas atau layanan dengan urutan kepentingan dari
yang kurang penting sampai yang penting saat dihubungkan dengan
situasi khusus. Karena menimbang sifatnya khusus terhadap situasi,
aktivitas dapat diurutkan sebagai yang paling penting pada satu situasi
dan tidak penting pada situasi yang lain. Sebagai contoh apabila klien
yang mengalami nyeri menderita kanker stadium akhir, peredaan nyeri
mungkin lebih penting dibandingkan menghindari efek samping obat
pereda nyeri tersebut.
d. Cari alternatif
Pengambilan keputusan mengidentifikasi semua cara yang mungkin
dilakukan untuk memenuhi kriteria tersebut. Pada situasi klinis,
alternatif dapat dipilih dari kisaran intervensi keperawatan atau strategi
perawatan klien. Nyeri dapat diatasi dengan obat oral atau injeksi, jika
perlu atau sesuai jadwal, atau tanpa intervensi farmasi sama sekali,
bahkan menggunakan modalitas penyembuhan alternatif dan
pelengkap (CAM).
e. Kaji alternatif
Perawat menganalisis alternatif untuk memastikan bahwa ada
penjelasan rasional objektif terkait kriteria yang ditetapkan untuk
memilih satu strategi yang lain. Untuk nyeri yang disebabkan oleh
prosedur (seperti pengangkatan benda asing), CAM mungkin tidak
cukup kuat meredakan nyeri dan obat oral mungkin efektif, tetapi
berkerja terlalu lambat, sehingga narkotik IV mungkin menjadi pilihan
terbaik.
f. Proyeksikan

9
Perawat memakai pemikiran kreatif dan skeptisisme untuk
menentukan konsekuensi negatif yang mungkin terjadi sebagai hasil
keputusan dan menyusun rencana untuk mencegah, meminimalkan
atau mengatasi semua masalah. Apabila narkotik IV dipilih, prosedur
keamanan apa yang harus ada, misalnya, antidot narkotik dan oksigen
tambahan.
g. Implementasikan
Rencana keputusan diimplementasikan. Terapi nyeri mulai dilakukan.
h. Evaluasi hasil
Seperti semua asuhan keperawatan, dalam melakukaan evaluasi,
perawat menentukan keefektifan rencana dan menetapkan apakah
tujuan awal telah tercapai. Bagaimana klien mengukur tingkat nyeri
setelah prosedur.

2.4 Contoh dan Aplikasi di Bidang Keperawatan


2.4.1 Contoh dan Aplikasi Berpikir Kritis

Proses keperawatan adalah metode perencanaan dan pemberian


asuhan keperawatan individu yang sifatnya rasional dan sistemik. Fase
proses keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.

Contoh Penggunaan Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan

Fase Proses Keperawatan Aktivitas Berpikir Kritis

Pengkajian Melakukan observasi yang andal

Membedakan data yang relevan dengan


data yang tidak relevan

Membedakan data yang penting dan

10
tidak penting

Memvalidasi data

Mengatur data

Mengelompokkan data sesuai dengan


kerangka berpikir

Mengidentifikasi asumsi

Diagnosis Menemukan pola dan hubungan


diantara petunjuk

Mengidentifikasi celah pada data

Membuat kesimpulan

Menunda penilaian ketika kekurangan


data

Menentukan hubungan antar disiplin

Menetapkan masalah

Mengkaji asumsi

Membandingkan pola dengan standar


atau kebiasaan

Mengidentifikasi faktor yang


menimbulkan masalah

Perencanaan Membentuk generalisasi yang valid

Memindahkkan pengetahuan dari satu


situasi ke situasi lain

11
Menyusun kriteria evaluasi

Membuat hipotesis

Melakukan hubungan antar disiplin

Memprioritaskkan masalah klien

Mengeneralisasi prinsip dari ilmu


pengetahuan lain

Implementasi Menerapkan pengetahuan untuk


melakukan intervensi

Menguji hipotesis

Evaluasi Memutuskan apakah hipotesis benar

Melakukan evaluasi berdasarkan


kriteria

Hubungan pemikiran Paul dan Elder (1995) terhadap fase proses


keperawatan dan penerapannya pada contoh klinis tercantum sebagai berikut :

Hubungan Unsur Pemikiran Paul dan Elder dengan Proses Keperawatan

Unsur Kesejajaran
Pemikiran dengan Proses Penerapan Klinis
Paul Keperawatan

12
Informasi Pengkajian Data: seorang pria latin berusia 45 tahun mengeluh
sakit kepala berat, kelebihan berat badan 10 kg,
tekanan darah 180/95 mm Hg. Ia mengatakan
meminum pil untuk tekanan darah hanya saat dia
mengalami sakit kepala. Bekerja sebagai seorang
tukang kebun milik pribadi, tinggal bersama istri, ibu
mertua dan empat anak.

Saat diberikan data ini, orang yang berpikir kritis


menyadari dibutuhkan lebih banyak data mengenai
nilai kesehatan budaya klien dan alasan terhadap
perilaku yang dikatakannya tersebut. Kegagalan untuk
berpikir secara kritis dan mendapatkan data tambahan
menyebabkan penetapan tujuan, diagnosis dan
intervensi menjadi tidak akurat.

Maksud Penetapan Tujuan: meningkatkan kepatuhan terhadap regimen


Pemikiran tujuan pengobatan untuk meredakan sakit kepala dan
mencegah cedera serebrovaskular (CVA). Dengan
berpikir secara kritis perawat akan mencoba
menentukan tujuan klien dan setuju dengan tujuan
bersama.

Pertanyaan Diagnosis Seorang yang berpikir kritis akan menunda


seputar isu pengidentifikasian diagnosa klien sampai didapatkan
lebih banyak data dan prioritas klien diketahui. Hal ini
mencegah diagnosis prematur akibat data yang tidak
memadai.

Sudut Diagnosis Sebagai orang yang berpikir kritis, perawat menyadari


pandang bahwa sudut pandang klien dapat berbeda dengan

13
sudut pandang perawat. Meskipun perawat mendukung
sistem kepercayaan pengobatan barat yang
memprioritaskan pengobatan penyakit, orang yang
berpikir kritis juga menyadari bahwa klien terseut
mungkin menganut kepercayaan tentang persepsi sehat
sakit, terapi, dan tindakan pencegahan yang berbeda.

Interpretasi Diagnosis Orang yang berpikir kritis mengenali bahwa


dan inferensi pemakaian obat-obatan dan resep yang tidak teratur
(kesimpulan oleh klien mungkin disebabkan oleh banyak hal (mis.,
dan anjuran) efek samping yang mengganggu atau yakin bahwa
sakit karena kehendak tuhan dan tidak dapat dicegah)
dan tidak akan menyimpulkan diagnosis dengan
etiologinya sampai didapatkan lebih banyak data.
Kegagalan berpikir kritis dapat menyebabkan
interpretasi yang tidak relevan, tidak adekuat, dan
dangkal (mi., kesalahan saat interpretasi bahwa
masalah klien adalah kurang pengetahuan).

Asumsi Diagnosis Orang yang berpikir kritis membuat asumsi menurut


data dasar yang tidak bias dan luas serta tujuan klien
yang ditetapkan bersama. Orang yang berpikir kritis
menghindari membuat asumsi yang tidak terbukti,
misalnya pada asumsi bahwa peningkatan pengetahuan
akan meningkatkan kepatuhan klien atau bahwa klien
ini termotivasi untuk mencegah CVA.

Konsep Diagnosis Orang yang berpikir kritis menggunakan konsep


(teori, perencanaan tentang motivasi, teori berubah dan keperawatan
hukum, multikultural untuk memahami perilaku dan motivasi
prinsip, klien untuk berubah. Kegagalan untuk berpikir kritis

14
model) dapat menyebabkan ketergantungan eksklusif pada
sebuah konsep yang terlalu sederhanan seperti
“pengetahuan menyebabkan perubahan”.

Implikasi Perencanaan Orang yang berpikir kritis mempertimbangkan


dan implementasi implikasi dan konsekuensi strategi keperawatan
konsekuensi tertentu sebelum mengimplementasikan rencana
asuhan. Rencana asuhan termasuk tujuan dan hasil
didasarkan pada pengkajian yang berkelanjutan
terhadap nilai budaya, kepercayaan dan kebutuhan
klien. Kegagalan berpikir kritis dapat menyebabkan
intervensi yang tidak efektif seperti penyuluhan klien
yang berfokus hanya pada perbaikan defisit
pengetahuan tentang obat yang diprogramkan. Orang
yang berpikir kritis mengenali bahwa defisit
pengetahuan dapat atau tidak menyebabkan salah satu
masalah.

Interpretasi Evaluasi Orang yang berpikir kritis mendasarkan evaluasi hasil


dan inferensi pada klien dan keefektifan intervensi keperawatan
pada kriteria baku dan dapat diukur serta
mempertimbangkan secara rasional apakah hasil telah
divalidasi. Kegagalan berpikir kritis dapat
menyebabkan ketidakpatuhan klien dan kesimpulan
bahwa klien tersebut tidak belajar secara efektif dan
membutuhkan petunjuk lebih lanjut.

15
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan


dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat-
tidaknya ataupun layak-tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan
analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang
ada, kemudian merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu keputusan.

Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan


mendasar bagi tenaga kesehatan. Khusus dalam bidang keperawatan
pengambilan keputusan sangat dibutuhkan dalam membuat asuhan keperawatan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis sangat erat hubungannya


dengan pengambilan keputusan. Karena khususnya dalam bidang kesehatan
seperti perawat sangat perlu dibutuhkannya berpikir kritis tertutama dalam
pengambilan keputusan dalam menyelesaikan asuhan keperawatan.

3.2. Saran

Dengan penyusunan makalah ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca,


khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Penyusun berharap agar para pembaca
dapat lebih memahami mengenai berpikir kritis dan pengambilan keputusan
sehingga ilmu yang didapatkan dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/340875800/Berpikir-Kritis-Dan-Pengambilan-
Keputusan

https://dianmutiarach.wordpress.com/2012/12/12makalah-berpikir-kritis

17

You might also like