You are on page 1of 14

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK Tn G DENGAN MASALAH

KESEHATAN HIPERTENSI DI WISMA GIRI SARANGAN BALAI


PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO
SLEMAN YOGYAKARTA

Disusun oleh

Silvia Rahayu Setyaningsih


2520142611 / 40 / 3D

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan asuhan keperawatan ini disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik
Keperawatan (PKK) Gerontik Semester VI di Wisma Giri Sarangan Balai
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Abiyoso, Sleman, Yogyakarta, yang disahkan
pada:

Hari :
Tanggal :
Tempat:

Mahasiswa

(Silvia Rahayu Setyaningsih)

Mengetahui

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

( ) (Barkah Wulandari S.Kep.,Ns.,M.Kep)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah di atas normal, dengan nilai istolik > 140 mmHg dan sistolik > 90
mmHg. (kowalski, 2010). Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dengan keadaan cukup istirahat atau
tenang (Depkes RI, 2007). Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang
siapa saja, baik muda maupun tua. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent
killer karena termasuk penyakit yang mematikan. Bahkan, Hipertensi tidak dapat
secara langsung membunuh penderitanya, melainkan hipertensi memicu
terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat
meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal
(Pudiastuti, 2013). Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit degeneratif,
umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan seiring bertambahnya
umur. (Triyanto, 2014).

B. Jenis Hipertensi
Menurut Pudiastuti, (2013) hipertensi dikelompokan dalam 2 tipe
klasifikasi, yaitu : hipertensi primer dan hipertensi sekunder .
1. Hipertensi primer atau esensial
Merupakan hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.Dari sejumlah
penderita hipertensi secara umum, 90% termasuk di dalam golongan ini.
Faktor pemicu terjadinya hipertensi primer adalah karena faktor
bertambahnya usia, stres psikologis yang berkepanjangan, keturunan
(hereditas), gangguan pada fungsi jantung dan pembuluh darah sehingga
dapat memicu peningkatan tekanan darah. Umumnya penderita hipertensi
jenis ini tidak merasakan gejala apapun.
2. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang sudah diketahui penyebabnya. Dari total jumlah
penderita hipertensi, 10% dari golongan hipertensi sekunder. Penyebab
hipertensi sekunder yaitu gangguan pada endokrin (adrenal, tiroid, hipofisis,
dan paratirod), penyakit ginjal, kelainan hormonal, obat oral kontrasepsi.

C. Klasifikasi Hipertensi
Hampir semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam walaupun luar
negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg,
pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran
utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi. Adapun pembagian
derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu dasar
penentuan tatalaksana hipertensi (disadur dari A Statement by the American
Society of Hypertension and the International Society of Hypertension 2013)
Klasifikasi Sistolik diastolik
Optimal <120 Dan <80
Notmal 120-129 Dan/atau 80-84
Normal tinggi 130-139 Dan/atau 84-89
Hipertensi derajat 1 140-159 Dan/atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 Dan/atau 100-109
Hipertensi derajat 3 >180 Dan/atau >110

D. Etiologi
penyebab dari hipertensi menurut Ardiansyah (2012) :
1. Hipertensi primer
a. Genetik
b. Jenis kelamin dan usia
c. Diet
d. Berat badan/obesitas
e. Gaya hidup (konsumsi alkohol dan merokok).

2. Hipertensi sekunder
a. Coarctation aorta
b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
c. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
d. Gangguan endokrin, kegemukan dan gaya hidup yang ti
e. dak sehat (kurang olahraga)
f. Stres
g. Kehamilan
h. Luka bakar
E. Manifestasi Klinis
Pada umumnya gejala hipertensi antara lain (Dalimartha 2008) :
1. Pusing
2. Mudah marah
3. Telinga berdenging
4. Mimisan (jarang)
5. Sukar tidur
6. Sesak napas
7. Rasaberat di tengkuk
8. Mudah lelah
9. Mata berkunang-kunang

F. Patofisiologi
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan
usia, terjadinya penurunan elastisitas pembuluh darah, dan kemampuan meregang
pada arteri besar. Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai dengan
penurunan kelenturan pembuluh darah arteri besar, resistensi perifer yang tinggi,
pengisian diastolik yang abnormal, dan bertambahnya masa ventrikel kiri.
Penurunan volume darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar
menyebabkan penurunan tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi sistolik
dan diastolik memiliki output jantung, volume intravaskuler, aliran darah ke ginjal
dan aktivitas plasma renin yang lebih rendah, serta terjadi resistensi perifer.
Perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik dengan bertambahnya norepinephrin
menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor beta adrenergik
sehingga terjadi penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh darah (Temu Ilmiah
Geriatri, 2008). Lanjut usia mengalami kerusakan struktural dan fungsional
padaarteri besar yang membawa darah dari jantung yang menyebabkan semakin
parahnya pengerasan pembuluh darah dan tingginya tekanan darah
G. PATHWAY
H. Penatalaksanaan
Hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan terapi farmakologis.
Selain pengobatan untuk hipertensi, pengobatan untuk faktor resiko atau kondisi
penyerta lainnya seperti diabetes melitus atau dislipdemia juga harus dilaksanakan
hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi (Yogiantoro, 2007).
1. Non farmakologi
a. Pola makan
Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan
darah. Mengkonsumsi buah dan sayuran segar dan menerapkan pola
makan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, dan total lemak, serta kaya
akan buah, sayur, serta produk susu rendah lemak terbukti secara klinis
dapat menurunkan tekanan darah.
Untuk menanggulangi tekanan darah yang tinggi, secara garis besar ada 4
macam diet, yaitu:
1. Kurangi konsumsi garam dalam makanan Anda.
Tujuan diet rendah garam untuk membantu menghilangkan retensi
(penahanan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Walaupun rendah garam, yng penting dalam
melakukan diet ini adalah komposisi makanan harus tetap
mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral, maupun
vitamin yang seimbang.
2. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan
menurukan berat badan bagi penderita yang kegemukan. Mengurangi
berat badan. Ada hubungan yang jelas antara obesitas dengan
hipertensi. Obesitas menyebabkan aktivasi sistem saraf simpatik dan
berbagai hormon yang dapat mengubah tekanan darah (Morgan 2010).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengatur diet ini antara
lain sebagai berikut:
a) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin, dan mentega
terutama goreng-gorengan atau makanan yang digoreng dengan
minyak.
b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya serta
sea food ( udang , kepiting), minyak kelapa (santan).
c) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam
seminggu.
d) Lebih sering mengkonsumsi tempe, tahu, dan jenis kacang.
e) Batasi penggunaan gula dan makkanan yang manis-manis, sepeti
sirup, kue, biskuit.
b. Pola istirahat
Pemulihan anggota tubuh yang beraktivitas sehari penuh untuk
menetralisir tekanan darah.
c. Pola aktivitas
Olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan darah tinggi. Jika
Anda menderita tekanan darah tinggi, pilihlah olahraga yang ringan seperti
berjalan kaki, bersepeda, lari santai, aerobik dan berenang. Orang dengan
gaya hidup yang tidak aktif akan rentan terhadap tekanan darah tinggi.
Melakukan olah raga secara teraturtidak hanya menjaga bentuk dan dan
berat badan, tetapi juga dapat juga menurunkan tekanan darah. Jika
mempunyai tekanan darah tinggi Lakukan selama 30 hingga 45 menit
sehari sebanyak 3 kali seminggu dapat menurunkan tekanan darah.
d. Mengelola stres
Stres adalah salah satu faktor yang berperan besar dalam tekanan
darah tinggi. Menurunkan stress bermanfaat menurunkan tekanan darah
pada sebagian besar orang. Jalan kan terapi anti stres agar mengurangi
stres dan mengendalikan emosi.
e. Hindari Alkohol
Mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah. Untuk
pria yang menderita hipertensi, sekarang diperkirakan bahwa hipertensi
yang berhubungan dengan alkohol merupakan salah satu penyebab
sekunder paling banyak dari hipertensi. Kira-kira sebanyak 5-12% dari
kasus. Mengurangi minum alkohol dapat menurunkan hipertensi.
(Kowalski, 2010).
f. Lakukan terapi relaksasi
Pasien hipertensi yang melakukan teknik releksasi dengan cara
mendengarkan musik sambil menarik nafas dalam-dalam menunjukan
penurunan. Mendengarkan musik santai selama 20-30 menit sehari
diketahui juga dapat memperlambat jantung dan menurunkan tekanan
darah (Ahmad, 2011).
g. Periksa tekanan darah secara berkala
Sebaiknya pemeriksaan tekanan darah lakukan setiap hari dan
penting diketahui bahwa morning hypertension atau tekanan
2. Farmakologi
Terdapat berbagai beberapa golongan obat yang digunakan dalam
terapi antihipertensi, yaitu : diuretik, β-bloker, ACE inhibitor, Angiotensin
Reseptor Blocker (ARB), Calcium Channel Blocker (CCB), vasodilator dan
golongan antihipertensi lain yang penggunaannya lebih jarang dibandingkan
golongan obat yang disebutkan.
Berdasarkan JNC 7, terapi farmakologis antihipertensi diberikan
berdasarkan pertimbangan berat ringannya derajat hipertensi. Pasien dengan
hipetensi derajat 1 memulai terapi dengan monoterapi. Kebanyakan dimulai
dengan terapi tiazid diuretik karena selain efektif pada hipertensi derajat
ringan, tiazid diuretik juga relatif terjangkau, atau dapat juga dipertimbangkan
monoterapi dari golongan lain (ACEinhibitor, ARB, BB, CCB). Apabila masih
belum mencapai target terapi, dapat dilakukan optimalisasi dosis. Namun bila
masih tetap tidak mencapai target terapi dapat dipertimbangkan terapi
kombinasi dengan 2 golongan obatyang berbeda. Sedangkan untuk hipertensi
derjat 2, terapi inisial dimuali dengan kombinasi dua macam obat (tiazid diretik
+ ACE inhibitor/ARB/BB/CCB). Pasien dengan compelling indication
terapinya akan disesuaikan dengan jenis compelling indication yang
dimilikinya.
I. Komplikasi
Tekanan darah yang menetap tinggi membawa resiko berbahaya.Biasanya,
muncul berbagai komplikasi. Berikut ini komplikasi hipertensi yang dapat terjadi
(Julianti 2009) :
1. Kerusakan dan gangguan pada otak
Tekanan yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan pembuluh
darah sulit meregang sehingga aliran darah ke otak berkurang dan
menyebabkan otak kekurangan oksigen. Pembuluh darah di otak sangat
sensitif sehingga apabila terjadi kerusakan atau gangguan di otak akan
menimbulkan perdarahan yang dikarenakan oleh pecahnya pembuluh darah.
2. Gangguan dan kerusakan mata
Tekanan darah tinggi melemahkan bahkan merusak pembuluh darah di
belakang mata.Gejalanya yaitu pandangan kabur dan berbayang.
3. Gangguan dan kerusakan jantung
Akibat tekanan darah yang tinggi, jantung harus memompa darah dengan
tenaga yang ekstra keras. Otot jantung semakin menebal dan lemah sehingga
kehabisan energi untuk memompa lagi. Gejalanya yaitu pembengkakan pada
pergelangan kaki, peningkatan berat badan, dan napas yang tersengal-sengal.
4. Gangguan dan kerusakan ginjal
Ginjal berfungsi untuk menyaring darah serta mengeluarkan air dan zat sisa
yang tidak diperlukan tubuh. Ketika tekanan darah terlalu tinggi, pembuluh
darah di ginjal akan rusak dan ginjal tidak mampu lagi untuk menyaring
darah dan mengeluarkan zat sisa. Umumnya, gejala kerusakan ginjal tidak
tampak. Namun, jika dibiarkan terus menerus akan menimbulkan komplikasi
yang lebih serius.

J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (Nanda, 2015):
1. Resiko perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial.
2. Nyeri kronik berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
4. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

K. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Resiko perfusi Setelah dilakukan 1. Mempertahankann
jaringan serebral tindakan keperawatan tirah baring selama
berhubungan pasien tidak terjadi fase akut
2. Pantau tanda-tanda
dengan kerusakan jaringan
vital
peningkatan dengan kriteria hasil:
3. Beri tindakan
tekanan 1. Melaporkan nyeri
nonfarmakologi untuk
intrakranial. atau
menghilangkan sakit
ketidaknyamanan
kepala, Misal ;
hilang atau
kompres dingin pada
terkontrol,
dahi, beri pijatan di
2. Mengikuti
regimenfarmakologi leher atau punggung
4. Ajarkan teknik
yang diresepkan
relaksasi
5. Hilangkan atau
minimalkan aktivitas
vasokonstriksi yang
dapat meningkatkan
sakit kepala Misal ;
mengejan saat buang
air besar, batukm
panjang, membungkuk
6. Kolaborasi dengan tim
dokter dalam
pemberian terapi
analgetik
2. Nyeri kronik Setelah dilakukan 1. Mempertahankan
berhubungan tindakan keperawatan tirah baring
dengan diharapkan nyeri 2. Berikan tindakan
peningkatan berkurang atau hilang non farmakologi
tekanan vascular dengan kriteriahasil: untuk
cerebral 1. Pasien menghilangkan
mengungkapkan sakit kmepala,
tidak adanya sakit misalnya kompres
kepala dingin pada dahi,
2. Pasien tampak
pijat punggung
nyaman
dan leher, tenang,
3. TTV dalam batas
redupkan lampu
normal
kamar, tekhnik
relaksasi.
3. Hilangkan atau
minimalkan
aktivitas fase
kontriksi yang
dapat
meningkatkan
sakit kepala,
misalnya
mengejam saat
bab, batuk
panjang,
membungkuk
3. Gangguan nutrisi Setelah dilakukan 1. Beri makan dalam
kurang dri tindakan keperawatan porsi sedikit tapi
kebutuhan tubuh diharapkan kebutuhan sering
2. Kaji ulang pola
berhubungan nutrisi pasien dapat
makan pasien
dengan intake yang terpenuhi dengan kriteria
3. Motivasi pasien
tidak adekuat hasil:
untuk makan
1. Nafsu makan 4. Awasi pemasukan
meningkat diit
2. Mukosa bibir 5. Beri hygiene oral
lembab sebelum dan
3. Tidak terjadi
sesudah makan
penurunan berat 6. Kolaborasi dengan
badan tim gizi dalam
pemenuhan nutrisi
bagi pasien
4. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan
aktivitas tindakan keperawatan umum
2. Kaji tingkat aktivitas
berubungan diharapkan pasien dapat
pasien
dengan kelemahan melakukan aktivitanya
3. Bantu pasien dalam
fisik secara mandiri dengan
melakukan aktivitas
kriteria hasil: 4. Anjurkan keluarga
1. Aktivitas dapat untuk membantu
dilakukan secara pasien dalam
optimal, memenuhi
2. Aktivitas dapat
kebutuhan
dilakukan sendiri 5. Beri dorongan untuk
melakukan aktivitas
atau perawatan diri
bertahap jika dapat
ditoleransi

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. 2015. Nanda Internasional Diangnosis


Keperawatan:Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC

Kusuma, I. 2014. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi


Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di Panti Wredha Dharma Bakti
Kasih Surakarta. Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma
Husada: Surakarta. (online)
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-devitaindr-
567-1-skripsi-0.pdf diunduh pada tanggal 30 Maret 2017
Rahmawati. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn.I Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi Pada Ny.S Di Desa Kebon Baru
Kartasura. Program Studi Diploma Iii Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta. (online)
http://eprints.ums.ac.id/33711/1/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
diunduh pada tanggal 30 Maret 2017

Seke, P. 2016. Hubungan Kejadian Stres Dengan Penyakit Hipertensi Pada Lansia
Dibalai Penyatuan Lanjut Usia Senja Cerah Kecamatan Mapaget Kota
Manado. Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi: Manado. (online)
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/12880/12470
diunduh pada tanggal 30 Maret 2017

Soenarta, A; Erwinanto; Mumpuni, a; Barack, R; dkk. 2015. Pedoman Tatalaksana


Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia. (online)
http://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_TataLaksna_hipertensi_pada
_penyakit_Kardiovaskular_2015.pdf diunduh pada tanggal 30 Maret 2017

Utomo, T. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan


Upaya Pencegahan Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di Desa
Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakrta: Surakarta. (online)
http://eprints.ums.ac.id/26548/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf diunduh
pada tanggal 30 Maret 2017

You might also like