You are on page 1of 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional serta individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga
(Friedman: 1998).
Keluarga dengan tahap perkembangan usia lanjut merupakan tahap
perkembangan dari keluarga yang merupakan tahap akhir dari sebuah
tahapan keluarga. Pada tahap ini menurut Duvall dan Miller 1985 adalah
tahap terakhir siklus kehidupan keluarga di mulai dengan salah satu atau
kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah
satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal
Pada tahap perkembangan keluarga usia lanjut proses lanjut usia dan
pensiun merupakan realita yang tidak dapat dihindari karena berbagai
stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut
adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial,
kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunya produktivitas dan fungsi
kesehatan. Untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan keluarga usia
lanjut keluarga harus mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut
(Friedman, 1998).
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan
dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal
kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal
dan jaringan lain yang ada kaitanya dengan timbulnya beberapa golongan
nyeri sendi. Yang sering dialami pada usia lanjut yang menimbulkan
gangguan muskuloskeletal terutama adalah nyeri sendi (fitriani, 2009).
Setiap orang, apalagi lansia (lanjut usia), tentu pernah merasakan nyeri
selama perjalanan hidupnya. Perasaan ini kualitas dan kuantitasnya
berbeda dari satu orang ke orang lain, tergantung dari tempat nyeri,
waktu, penyebab dan lain-lain. Pada lansia rasa nyeri ini sudah menurun,
sehingga keluhan akan berkurang, karena kepekaan sarafnya sudah mulai
berkurang bahkan bisa sampai hilang sama sekali. Karena berkurangnya
rasa nyeri inilah maka diagnosis nyeri pada lansia sering kali sulit atau
bahkan kabur untuk menentukan tempat/daerah asal nyeri (Warfields,
1991).
Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada
anggota keluarga yang sakit, sebagai pendidik kesehatan dan sebagai
fasilitator agar pelayanan kesehatan mudah dijangkau dan perawat dengan
mudah dapat menampung permasalahan yang di hadapi keluarga serta
membantu mencarikan jalan pemecahnya, misalnya mengajarkan kepada
keluarga untuk mencegah agar tidak terjadi penyakit nyeri sendi. Peran
klien dan keluarga lebih difokuskan untuk menjalankan lima tugas
keluarga tersebut adalah mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan kepada
anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana
rumah yang sehat, mempertahankan hubungan dengan menggunakan
fasilitas kesehatan masyarakat (Friedman, 1998).

B. Tujuan
Dapat Melakukan Asuhan Keperawatan pada Keluarga dengan Usia
Lanjut

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini adalah hanya untuk membahas bagaimana
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Usia Lanjut lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KEPERAWATAN KELUARGA

A. Laporan Pendahuluan Keluarga


1. Konsep Keluarga
Adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Setiadi,2008)
Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di
dalam peranannya masing-masing, menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Bailon dan ( Maglaya, 1989 dalam Setiadi,2008).

2. Tipe Keluarga
Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam
yaitu :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di
tambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari suami dan istri tanpa anak
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi
ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri
seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian
tinggal kost untuk bekerja atau kuliah)
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama :
sosialisasi anak dengan melelui aktivitas kelompok atau
membesarkan anak bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan
tanpa melelui pernikahan.
5) Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami – istri (marital partners).
6) Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alas an tertentu.
7) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah
tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi
sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang –barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanent karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan
dan criminal dalam kehidupannya.
3. Struktur Keluarga
Dalam (Setiadi,2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantarannya adalah :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan
itu disusun
b. melalui jalur garis ayah.
c. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari
sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
d. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama
keluarga sedarah istri.
e. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama
keluarga sedarah suami.
f. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai
dasar bagi pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara
yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau istri.

4. Fungsi Keluarga
Dalam (Setiadi,2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang
dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosial pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.
3) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhankeluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimiliki.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat
perkembangannya.

5. Tugas Kesehatan Menurut Friedman (1998), dalam (Murwani, 2007)


yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan/menciptakan suasana rumah sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas
kesehatan masyarakat.

6. Peran Keluarga
Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan
individu dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang
terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkunmgan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial
sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental,
sosial dan spriritual.

7. Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Duval (1985) dalam (Setiadi,2008), membagi keluarga dalam
8 tahap perkembangan, yaitu:
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
kelompok social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan,
persalinan dan menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan
menimbulkan krisis
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
a) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi,
seksual dan kegiatan).
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan.
c) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran
orang tua terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan
kehangatan).
d) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak.
e) Konseling KB post partum 6 minggu.
f) Menata ruang untuk anak.
g) Biaya / dana Child Bearing.
h) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
i) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan
pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses
belajar dan kotak sosial) dan merencanakan kelahiran
berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga
terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan
kembang anak.
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
sekolah dan lingkungan lebih luas.
2) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut
sertakan anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada say ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan
yang seimbang dan brertanggung jawab mengingat remaja
adalah seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki
otonomi).
2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi).
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan
anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk
hidup mandiri dan menerim,a kepergian anaknya, menata
kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga,
berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalh :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh
bagi anak – anaknya.
g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam
mengolahminat social dan waktu santai.
2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3) Keakrapan dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5) Persiapan masa tua/ pension.
h. Keluarga Usia Lanjut.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara
hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan
kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.

8. Peran perawat memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga


Dalam (Setiadi,2008), memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat
antara lain :
a. Pemberian Asuhan Keperwatan kepada anggota keluarga.
b. Pengenal/pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga.
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan perawatan kesehatan
keluarga.
d. Fasilitator menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau.
e. Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai
pendidikan untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak
sehat.
f. Penyulun dan konsultan, perawat dapat berperan memberikan
petunjuk tentang Asuhan Keperawatan dasar terhadap keluarga
disamping menjadi penasehat dalam mengatasi masalah-
masalah perawatan keluarga.

B. Laporan Pendahuluan Keluarga dengan Usia Lanjut\


1. Definisi Lansia
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode di mana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode
terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang
penuh dengan manfaat (Hurlock, 1980). Usia lanjut atau lansia adalah
bagian akhir dari perkembangan hidup manusia. Usia lanjut merupakan
tahap perkembangan psikososial yang terakhir dalam teori Erik Erikson.
Perkembangan psikososial lansia adalah tercapainya integritas diri yang
utuh (Keliat, dkk, 2006 dalamSyarniah, 2010)

2. Batasan Lansia
Batasan usia lansia menurut WHO meliputi (Santi, 2009):
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun
b. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun
Batasan Lansia menurut Depkes RI meliputi:
a. Menjelang usia lanjut (45-54 thn) : masa vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55 – 64 thn) : masa presenium
c. Kelompok usia lanjut (> 64 thn) : masa senium

3. Proses Menua
Proses menua (aging) adalah suatu keadaan alami selalu berjalan
dengan disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial
yang saling berinteraksi. Hal tersebut berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa. Secara individu, pada
usia di atas 55 tahun terjadi proses menua secara alamiah(Halis et al,
2008).
Menua didefinisikan sebagai perubahan progresif pada organisme
yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta
menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami
yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun
sosial akan saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi
pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu,
kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations),
ketidakmampuan (disability) dan keterhambatan (handicap) yang akan
dialami bersamaan dengan proses kemunduran (Santi, 2009).
Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan
terjadi biasanya dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori
biologis dan psikososial. Secara umum teori biologi dan psikososiologis
dijelaskan sebagai berikut (Stanley, 2006):

a. Teori Biologi
1) Teori Genetika
Teori sebab-akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama
dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada
pembentukan kode genetik. Menurut teori genetik, penuaan adalah
suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari
waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan
kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah
ditentukan sebelumnya.
2) Teori Wear and Tear
Teori Wear and Tear (Dipakai dan Rusak) mengusulkan bahwa
akumulasi sampah metebolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis
DNA, sehingga mendorong malfungsi molecular dan akhirnya
malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh
akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal.
3) Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya
karsinogen dari industry, cahaya matahari, trauma dan infeksi)
dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun
faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak
dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan
merupakan faktor utama dalam penuaan.
4) Teori Imunitas
Teori Imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem
imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah
tua, pertahanan mereka terhadap orgenisme sering mengalami
penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai
penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya
fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun
tubuh.
5) Teori Neuroendokrin
Para ahli menyatakan bahwa penuaan terjadi karena suatu
perlambatan dalam suatu sekresi hormon tertentu yang mempunyai
suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh suatu sistem saraf. Hal
ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal
dan reproduksi.

b. Teori Psikososiologis
1) Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang
subur dalam tahun-tahun akhir kehidupannya. Teori kepribadian
menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa
menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia.
2) Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan harus
dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya
untuk mencapai penuaan yang sukses. Pada kondisi tidak adanya
pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang
baik, maka lansia tersebut berisiko untuk mengalami penyesalan
atau putus asa.
3) Teori Disengagement
Teori Disengagement (teori pemutusan hubungan)
menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran
bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini.
Proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat
dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat
yang sedang tumbuh. Manfaat pengurangan kontak sosial untuk
lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk
merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi
harapan yang tidak terpenuhi.
4) Teori Aktivitas
Menurut teori ini, jalan menuju penuaan yang sukses adalah
dengan cara tetap aktif. Berbagai penelitian telah memvalidasi
hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang penuh arti
dengan orang lain dan kesejahteraan fisik dan mental orang
tersebut. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pentingnya
aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah
kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan
manusia.
5) Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan,
merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan
mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan
untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan
dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan
pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian
sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan.

4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia


Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai
berikut (Hurlock, 1980):
a. Perubahan Fisik
1) Perubahan penampilan
Saat seseorang memasuki usia lanjut, penampilan secara fisik akan
berubah. Misal sudah mulai terlihat kulit keriput, bentuk tubuh
berubah, rambut mulai menipis.
2) Perubahan fungsi fisiologis
Perubahan pada fungsi organ juga terjadi pada lansia. Perubahan
fungsi organ ini yang menyebabkan lansia tidak tahan, terhadap
temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin, tekanan darah
meningkat, berkurangnya jumlah waktu tidur.
3) Perubahan panca indera
Perubahan pada indera berlangsung secara lambat dan bertahap,
sehingga setiap individu mempunyai kesempatan untuk melakukan
penyesuain dengan perubahan tersebut. Misal, kacamata dan alat
bantu dengar hampir sempurna untuk mengatasi penurunan
kemampuan melihat atau kerusakan pendengaran.
4) Perubahan seksual
Pada lansia, terjadi penurunan kemampuan seksual karena pada fase
ini klimakterik pada lansia laki – laki dan menopause pada wanita.
Tapi, hal itu juga tidak membuat potensi seksual benar – benar
menurun. Ini disebabkan penurunan atau peningkatan potensi
seksual juga dipengaruhi oleh kebudayaan, kesehatan dan
penyesuain seksual yang dilakukan di awal.

b. Perubahan Kemampuan Motorik


1) Kekuatan
Terjadi penurunan kekuatan otot. Hal ini menyebabkan lansia lebih
cepat capai dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk
memulihkan diri dari keletihan dibandingkan orang yang lebih muda.
2) Kecepatan
Kecepatan dalam bergerak nampak sangat menurun setelah usia enam
puluhan.
3) Belajar keterampilan baru
Lansia yang belajar keterampilan baru cenderung lebih lambat dalam
belajar dibanding dengan yang lebih muda dan hasil akhirnya juga
cenderung kurang memuaskan.
4) Kekakuan
Lansia cenderung canggung dan kagok, yang menyebabkan sesuatu
yang dibawa dan dipegangnya tertumpah dan jatuh. Selain itu, lansia
juga melakukan sesuatu dengan tidak hati – hati dan dikerjakan secara
tidak teratur.

c. Perubahan Kemampuan Mental


1) Belajar
Lansia lebih berhati – hati dalam belajar, memerlukan waktu yang
lebih banyak untuk dapat mengintegrasiakan jawaban mereka dan
kurang mampu mempelajari hal – hal baru yang tidak mudah
diintegrasikan dengan pengalaman masa lalu.
2) Berpikir dalam memberi argument
Secara umum terdapat penurunan kecepatan dalam mencapai
kesimpulan, baik dalam alasan induktif maupun deduktif.
3) Kreativitas
Kapasitas atau keinginan yang diperlukan untuk berpikir kreatif bagi
lansia cenderung berkurang.
4) Ingatan
Lansia pada umumnya cenderung lemah dalam mengingat hal – hal
yang baru dipelajari dan sebaliknya baik terhadap hal – hal yang
telah lama dipelajari.
5) Mengingat kembali
Kemampuan dalam mengingat ulang banyak dipengaruhi oleh faktor
usia dibanding pemahamam terhadap objek yang ingin diungkapkan
kembali. Banyak lansia yang menggunakan tanda – tanda, terutama
simbol visual, suara, dan gerakan, untuk membantu kemampuan
mereka dalam mengingat kembali.
6) Mengenang
Kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada masa
lalu meningkat semakin tajam sejalan dengan bertambahnya usia.
7) Rasa humor
Kemampuan lansia dalam hal membaca komik berkurang dan
perhatian terhadap komik yang dapat mereka baca bertambah dengan
bertambahnya usia.
8) Perbendaharaan kata
Menurunnya perbendaharaan kata yang dimiliki lansia menurun
dengan sangat kecil, karena mereka secara konstan menggunakan
sebagian besar kata yang pernah dipelajari pada masa anak – anak
dan remajanya.
9) Kekerasan mental
Kekerasan mental tidak bersifat universal bagi usia lanjut.

d. Perubahan Minat
1) Minat Pribadi
Minat pribadi meliputi minat terhadap diri sendiri, minat terhadap
penampilan, minat pada pakaian dan minat pada uang. Minat terhadap
diri sendiri pada lansia cenderung meningkat, sedangkan minat
terhadap uang dan penampilan cenderung menurun. Untuk minat
terhadap pakaian, disesuaikan dengan kegiatan sosial lansia.
2) Minat Kegiatan Sosial
Dalam bertambahnya usia mengakibatkan banyak orang yang merasa
menderita karena jumlah kegiatan sosial yang dilakukannya semakin
berkurang. Hal ini lazim diistilahkan sebagai lepas dari kegiatan
kemasyarakatan (social disengagement).
3) Minat Rekreasi
Lansia cenderung untuk tetap tertarik pada kegiatan rekreasi yang
biasa dinikmati pada masa mudanya, dan mereka hanya akan
mengubah minat tersebut kalau betul – betul diperlukan.
4) Minat Kegiatan Keagamaan
Sikap sebagian besar lansia terhadap agama mungkin lebih sering
dipengaruhi oleh bagaimana mereka dibesarkan atau apa yang telah
diterima pada saat mencapai kematangan intelektualnya.
5) Minat Mengenai Kematian
Semakin lanjut usia seseorang, biasanya mereka menjadi semakin
kurang tertarik terhadap kehidupan akherat dan lebih mementingkan
tentang kematian itu sendiri serta kematiannya sendiri.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat
mengambil informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya (Murwani, 2008).
Hal-hal yang dikaji dalam keluarga adalah :
1) Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
a) Nama kepala keluarga (KK)
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga
f) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
g) Tipe bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan.
h) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
i) Status sosial ekonomi keluarga
Status ekonomi sosial keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu
status sosial ekonomi keluarga ditentuka pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang
yang dimiliki oleh keluarga.
j) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun
dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.
2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah :
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga Inti.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada inti, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan
penyakit ( imunisasi ), sumber pelayanan kesehatan yang bisa
digunakan serta riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian
atau pengalaman penting yang berhubungan dengan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari
pihak suami dan istri.

3) Data lingkungan
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah dididentifikasikan dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan
ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak
septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang
digunakan serta denah rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/
kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
c) Mobiltas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga interaksinya dengan masyarakat.
e) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup, fasilitas fisik,
fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

4) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.
b) Struktur kekeuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
d) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga, yang berhubungan denga kesehatan.

5) Fungsi-fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga, dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai
b) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan
5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan, dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji megenai fungsi reproduksi keluarga
adalah:
1) Berapa jumlah anak
2) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
3) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga
adalah:
1) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan
2) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan panjang
- Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.
- Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon
terhadap situasi / stresor.
c) Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila meghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan fisik berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.
8) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Scoring
Skala untuk menentukan prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga (Bailon
dan Maglaya, 1978 dalam Murwani, 2008)
NO KRITERIA BOBOT
1 Sifat masalah 1
Skala : tidak/ kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat dirubah 2
Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah 1
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus segera 2
ditangani
Ada masalah tetapi tidak 1
perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
Skoring :
a) Tentukan skore untuk setiap kriteria
b) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan
bobot
skore
x Bobot
Angka Kematian

c) Jumlahkanlah skore untuk semua criteria

3. Prioritas Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulandata dan analisa data secara cermat, memberikan dasar
untukmenetapkan tindakan-tindakan dimana perawat
bertanggungjawabuntuk melaksanakannya (Mubarak, 2007).
4. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat
yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Gordon, 1994). Intervensi
keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas
nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang diprakarsai oleh
perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif (McCloskey & Bulechek,
1994).

5. Implementasi (Suprajitno, 2004)


Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya Asuhan
Keperawatn Keluarga, menyebutkan tindakan keperawatan keluarga
mencakup hal-hal berikut, yaitu :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,
mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan
mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan
alat dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga
melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan yang
menjadi sehat dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga
seoptimal mungklin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan
cara mengendalikan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas tersebut.

6. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai.

You might also like