You are on page 1of 7

Teori Dasar

Magnetic Resonance Imaging


Ernia Susana ( Poltekes Jakarta 2), Hendrana Tjahjadi ( Universitas Muhammad Husni Thamrin) 


Abstract—Penerapan teknologi canggih dibidang kesehatan II. PRINSIP DASAR MRI


digunakan untuk membantu meningkatkan kualitas dalam
Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air yang
pelayanan kesehatan. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
merupakan salah satu contoh penerapan teknologi canggih pada mengandung dua atom hidrogen dengan nomor atom ganjil.
pelayanan kesehatan.MRI tergolong teknologi baru dibidang Didalam inti atom hidrogen memiliki satu proton. Inti hidrogen
radiologi dan tidak semua rumah sakit memiliki fasilitas merupakan kandungan inti terbanyak dalam jaringan tubuh
pelayanan MRI. Metode penulisan jurnal ini menggunakan studi manusia yaitu 1019 inti/ mm³ dan memiliki gaya magnetik
literature.Pada Journal ini akan dibahas mengenai prinsip dasar (gyromagnetic) terkuat dibandingkan unsur lainnya.
MRIserta komponen-komponen pendunkung dari MRI.Sehingga
Proton memiliki sifat yang hampir sama dengan sifat
diharapkan dapat membantu memahami lebih mendalam
tentang prinsip kerja dari MRI . sebuah magnet. Sebab proton merupakan suatu partikel yang
bermuatan positif dan aktif melakukan putaran pada sumbunya
Key words—MRI, Gradient Coil, T1, T2. (spin ) secara kontiniu..Berdasarkan teori jika suatu muatan
listrik melakukan pergerakan maka disekitarnya akan timbul
I. PENDAHULUAN gaya magnet dengan demikian dapat diibaratkan proton seperti
Pada awalnya MRI dikenal dengan nama Nuclear sebuah magnet yang kecil.
Magnetic Resonance (NMR) Resonance). Hal ini disebabkan Telah diketahui inti sebuah atom terdiri dari neutron yang
prinsip dasar MRI bersumber pada pemanfaatan nucleus tidak bermuatan dan proton yang bermuatan positif. Proton
bermuatan positif atau proton yang berinteraksi dengan tersebut bersifat magnetik dan memiliki dua kutub yaitu kutub
gelombang radio didalam suatu medan magnet yang sangat utara dan selatan, mirip dengan sebuah magnet kecil. Proton
kuat. Namun karena presepsi masyarakat luas yang negatif dengan kutubnya tersebut disebut Magnetic Dipole . Pada
terhadap nuklir maka NMR diganti menjadi Magnetic unsur dengan nomor atom genap, proton-proton akan
Resonance Imaging (MRI). berpasang-pasangan sehingga efek magnetiknya akan saling
MRI merupakan alat kedokteran di bidang pemeriksaan meniadakan. Karena tidak ada magnetisasi pada unsur dengan
diagnostik radiologi yang dapat menghasilkan rekaman gambar nomor atom genap maka tidak terdapat inti bebas sehingga
potongan penampang tubuh manusia. MRI memiliki akan sulit untuk dirangsang agar terjadi pelepasan sinyal.
kemampuan menghasilkan gambaran jaringan lunak secara Sebaliknya unsur dengan nomor atom ganjil memiliki inti atom
axial,coronal dan sagittal tanpa merubah posisi tubuh bebas yang akan menghasilkan magnetisasi sehingga mudah
pasien.Walaupun posisimya terletak pada Instalasi Radiologi untuk melakukan pelepasan sinyal..Begitu pula dengan unsur
Rumah Sakit namun MRI tidak menghasilkan radiasi seperti selain hidrogen yang memiliki nomor atom ganjil. Sehingga
pada peralatan lainnya yang terdapat di Instalasi Radiologi. memungkinkan untuk melakukan pengembangan pemeriksaan
MRI pada jaringan yang mengandung Natrium (11Proton dan
12 neutron ), Phospor (15 proton dan 16 neutron ) dan
Potassium ( 19 proton dan 20 neutron ).
Dalam keadaan normal proton hidrogen dalam tubuh
tersusun secara acak sehingga tidak mengahasilkan jaringan
magnetisasi.Namun ketika pasien dimasukan kedalam medan
magnet utama (Bo) pada pesawat MRI, arah dari magnetik
dipole dari proton tubuh pasien akan berada pada dua keadaan
yaitu searah ( parallel ) dan tidak searah ( antiparallel ) dengan
arah kutub medan magnet utama (B0) MRI. Proton yang tidak
searah memiliki energi yang cukup tinggi sehingga dapat
melawan kekuatan medan magnet utama MRI (B0) .Jumlah
selisih antara proton yang searah dengan yang berlawanan
arah amatlah sedikit dan tergantung juga dari kekuatan medan
! magnet utama pesawat(B0). Jumlah selisih inilah yang akan
menjadi kelompok inti bebas (tidak berpasangan ) sehingga
Gambar.1 Proton saat melakukan spin[1] membentuk jaringan magnetisasi. Pada proses selamjutmya
jaringan magnetisasi ini yang akan berpengaruh ketika Nucl Unpaired Unpaired Net ! (MHz/
dimulainya proses pembentukan gambar pada MRI. ei Protons Neutrons Spin T)
Secara ringkas saat proses pembentukan gambar pada MRI,
proton akan melewati tiga fase yaitu; Fase Precession , Fase 1H 1 0 1/2 42.58
Resonansi dan Fase Relaksasi. Setelah melewati tiga fase
tersebut maka proton akan memancarkan sinyal yang dikenal 2H 1 1 1 6.54
dengan nama Free Induction Decay (FID). Kemudian sinyal
31P 1 0 1/2 17.25
FID ini akan diterima oleh antena berbentuk coil sebagai raw
data dan dikirim ke sisitem komputer untuk direkonstruksi 23Na 1 2 3/2 11.27
menjadi gambar digital.
14N 1 1 1 3.08
A. Fase Precession
Fase precission dimulai ketika pasien masuk kedalam 13C 0 1 1/2 10.71
magnet utama dari MRI maka proton-proton dari inti hidrogen
akan membentuk jaringan magnetisasi yang memiliki arah 19F 1 0 1/2 40.08
cenderung dengan arah kurub medan magnet utama pesawat
MRI(B0). Arah kutub medan magnet utama dikenal juga Tabel.1 Faktor Gyromagnetic[3]
dengan arah longitudinal (Z axis).
Saat pasien masuk kedalam magnet, proton selain terus Gerakan procession menghasilkan suatu frekuensi yang
melakukan spin juga melakukan gerakan relatif. Gerakan didapat dari berapa banyak proton melakukan gerakan
relatif tersubut serupa dengan gerakan permukan gasing yang procession dalam satu detik.Besarnya frekuensi tergantung dari
disebut gerakan procession yaitu pergerakan yang berpusat jenis atom dan kekuatan medan magnet luar yang
pada bagian dasarnya. mempengaruhinya, dalam hal ini kekuatan medam magnet
pesawat MRI (B0). Frekuensi tersebut dikenal dengan nama
Larmor Frequency (ω0).Frekuensi Larmor dapat dihitung
berdasarkan rumus Larmor sebagai berikut

ω0 = ! .B0 (2.1)

Dimana ω0 merupakan frekuensi Larmor (MHz)


kemudian ! adalah faktor gyromagnetic (MHz/T ) dan B0
adalah kekuatan medan magnet utama MRI dalam satuan Tesla
(T).
Kita dapat mengetahui besarnya frekuensi Larmor pada
MRI 0.5 T, dengan cara memasukan factor gyromagnetic
hydrogen ( ! )dari table 1 yaitu ; 42.58 MHz/T kemudian
masukan besar medan magnet (B0) sebesar 0.5T kedalam
rumus Larmor ω0 = ! .B0 sehingga didapat frekuensi Larmor
pada MRI 0.5 T adalah sebesar 21.29 MHz
B. Fase Resonansi
Jaringan magnetisasi sulit dideteksi dan diukur karena
arah induksi magnetnya sama dengan arah induksi magnet
utama pesawat, sehingga dibutuhkan perubahan arah induksi
magnet dari jaringan magnetisasi tersebut. Untuk mengubah
arahinduksi tersebut maka digunakanlah RadioFrequency.
Mengetahui secara tepat frekuensi Larmor dari proton
sangat mutlak untuk menentukan besarnya Radio Frequency
(RF) yang akan dipancarkan untuk mengubah arah orientasi
proton yang membentuk jaringan magnetisasi.
Pada saat fase precession Radio Frequency (RF)
dipancarkan dari RF Amplifier yang merupakan salah satu
Hardware dari MRI. Proses resonansi terjadi ketika besarnya
Radio Frequency sama dengan besarnya frekuensi Larmor dari
proton. Pada saat proses resonansi terjadi maka proton akan
menyerap energi dan mulai bergerak meninggalkan arah
longitudinal yang sejajar dengan arah kutub magnet pesawat
menuju kearah transversal yaitu tegak lurus terhadap sumbu
medan magnet pesawat. Proses resonansi menghasilkan
Gambar.2 Proton pada fase precession [2] magnetisasi transversal. Proton yang dapat dipengaruhi oleh.
!
!
Gambar.3. Proton pada fase resonansi, Gambar.4. C.Proses T2 D. ProsesT1[1]
A.Posisi longitudinal B. Posisi Transvesal [1]

memancarkan signal maksimum, berangsur-angsur mulai


Radio Frequency hanyalah proton yang memiliki frekuensi berkurang (Decay).
Larmor yang sama dengan besarnya Radio Frequency.Fase Pada saat gerakan precession dimulai, proton-proton berada
proton proton bergerak meninggalkan sumbu longitudinal dalam kecepatan yang sama, namun secara perlahan satu sama
menuju arah transversal disebut sebagai fase resonansi. lain terlihat saling meninggalkan. Sehingga terjadi peristiwa
C. Fase Relaksasi dephasing yaitu proton dengan tingkat energi lebih besar
melakukan over lapping pada proton lainnya pada waktu
Proton-proton hydrogen berada pada bidang transversal melakukan putaran procession.T2 merupakam waktu yang
hanyalah bersifat sementara, ketika sinyal Radio Frequenscy diperlukan proton-proton untuk mencapai dephasing Peristiwa
dihentikan maka proton-proton akan kembali ke posisi tersebut disebabkan karena adanya interaksi dari masing-
Longitudinal. Saat Radio Frequency dihentikan maka proton masing proton dengan proton-proton disekitarnya (spin-spin
proton secara perlahan –lahan akan kehilangan energinya dan interaction).
mulai bergerak meninggalkan arah transversal menuju kembali Peristiwa terjadinya T2* merupakan suatu fenomena
kearah longitudinal (recovery). Proses kembalinya posisi tambahan yang dikonstribusikan dari kenyataan bahwa medan
proton-proton pada posisi awal dinamakan sebagai fase magnetic dari pesawat MRI idak benar-benar homogen.Akibat
relaksasi. dari tidak homogennya medan magnet MRI maka akan
Pada saat proton-proton kembali ke posisi awal, maka menghasilkan magnetisasi proton proton lokal yang tidak
proton akan menginduksikan signal dalam bentuk gelombang homogen (local inhomogeneity). Local inhomogeneity
elektromagnetik yang dikenal dengan nama Free Induction meningkatkan interks antar spin-spin dan mempercepat
Decay( FID) yang kemudian akan diterima oleh antenna dephasing sehingga mempercepat penurunan besarnya signal
berupa sebuah kumparan penerima . FID ke nilai nol. Hal ini berarti terdapat adanya signal yang
Waktu yang dibutuhkan untuk proton kembali pada posisi hilang.
transversal dibagi menjadi dua pembagian yaitu T1 dan T2. T1
didefenisikan sebagai waktu yang diperlukan proton- proton
hydrogen untuk kembali pada posisi longitudinal dengan
memakan waktu sekitar 63% dari recovery time.T1
mencerminkan tingkat transfer energi frekuensi radio (RF) dari
proton-proton pada keseluruhan jaringan sekitarnya (Tissue-
Lattice).Sehingga T1 biasa pula dikenal dengan istilah Spin
Lattice-Relaxation, dimana besar T1 tergantung pada
kepadatan serta struktur kimiawi dari materi jaringan yang
diperiksa. Jika waktu T1 makin lama maka akan diperoleh
signal yang semakin besar.
Ketika Radio Frequncy dengan kekuatan energy yang
dapat membuat sudut precession dari proton berubah menjadi
sebesar 90° (RF 90° ) maka akan diperoleh signal dari arah
transversal secara maksimum. Namun ketika sinyal RF 90° !
dihentikan, maka magnetisasi transversal yang pada awalnya
Gambar.5. Perbedaan citra T1 dengan T2 [3]
!
!
Gambar.6. Proses T1 dan T2 saat relaksasi [2]
Gambar.7. Magnetic Resonance Imaging [3]
T2 membutuhkan waktu sebesar 37% dari waktu relaksasi A. Magnet Permanent
Waktu tersebut merupakan nilai T2 yang sebenarnya. Keuntungan utama dari magnet permanent ini adalah tidak
Kehilangan signal yang diakibatkan oleh medan magnetic lokal membutuhkan supply listrik untuk magnetisasinya, oleh karena
yang tidak homogen tersebut, menutupi nilai T2 yang itu biaya pengoperasiannya relative rendah. Arah medan
sebenarnya. Hadirnya T2* mempersepat signal menuju ke nol, magnet utama (Bo) dari selatan ke utara atau dari bawah ke
oleh karena itu prosedur pemeriksaan MRI salah satunya atas sehingga dapat digunakan untuk open
adalah mengurangi atau menghilangkan efek T2*, sehingga configurasi.Kelemahannya kekuatan medan magnet kecil dan
diperileh nilai T2 yang sebenarnya. tidak merata sehingga kualitas gambar rendah.Sedangkan dari
Sementara jaringan dengan waktu relaksasi T2 pendek segi fisik sangat berat.
mengalami dephasing sangat cepat sehingga intensitas sinyal
yang dihasilkan sangat besar. Jaringan dengan waktu relaksasi B. Magnet Elektromagnet
T2 pendek akan kelihatan hitam pada pembobotan T2.Waktu Kuat medan magnetnya tergantung dari banyaknya dan
relaksasi T1 dan T2 terjadi bersamaan pada saat eksitasi diameter kawat gulungan ,juga besarnya arus listrik pada kawat
jaringan oleh gelombang radio (RF) dan merupakan suatu tsb..Untuk menghasilkan medan magnet yang besar dibutuhkan
proses kerja yang berlawanan yaitu saat proses recovery ke banyak kawat yang dibuat pararel. Namun pada MRI tidak
magnetisasi longitudinal diimbangi dengan proses peluruhan mungkin dibuat susunan kawat pararel, untuk menghasilkan
kurva relaksasi T2. efek yang sama maka satu kawat dibuat menjadi suatu
Jika nilai T2 besar maka signal yang dihasilkan juga besar. lilitan.Keuntungannya; magnet dapat di hidup atau dimatikan
Jadi proses dephasing diakibatkan oleh hasil interaksi spin-spin secara langsung, kekuatan medan magnet lebih besar dari
yang sebenarnya dan interaksi spin spin akibat medan magnet permanent.Secara fisik rimgan. Kelemahannya; membutuhkan
yang tidak homogen daya listrik yang besar, suhu disekitar magnet sangat panas.
berat.
III. MAGNET C. Magnet Superkonduktor
Magnet pada MRI mempunyai fungsi sebagai penentu Kelemahan dari system elektromagnetik adalah adanya
kualitas image, semakin besar kuat medan magnet semakin nilai tahanan pada kawat lilitan sehingga membutuhkan daya
besar spectrum usur yang dapat diolah sehingga gambar yang besar.Untuk menhilangkan tahanan maka bahan kawat
semakin tajam.Magnet pada MRI juga berfungsi sebagai diganti dari jenis superkonduktor.Pada superkonduktor nilai
penyearah dari proton-proton,Namun besarnya medan magnet tahanan adalah nol. Saat ini MRI menggunakan
untuk aplikasi medis dibatasi hanya sampai 1,5 Tesla, superkonduktor Nb-Ti (Niobium Titanium) yang bersifat
sedangkan untuk riset yang menggunakan tubuh manusia superkonduktor pada suhu Helium cair (-273° C). Untuk tetap
dibatasi sampai 3 Tesla. Selain untuk keamanan kalau magnet bersifat superkonduktor maka lilitan harus tetap terendam
terlalu besar kontras yang dihasilkan tidak bagus karena helium cair, apabila volume helium cair dibawah standart yang
terdapat peristiwa yang dikenel dengan chemical shift artifact. ditetapkan maka akan terjadi peristiwa Quench. Pada peristiwa
Pada saat ini MRI menggunakan 3 jenis magnet utama, Quench akan terjadi pelepasan arus didalam lilitan sehingga
dengan keterangan sbb; magnet hilang, selain itu juga terjadi perubahan
! !
Gambar.8. Potongan Penampang Magnetic Resonance Imaging [3] Gambar.9. Potongan Gradient Magnet [3]

helium cair menjadi helium gas. Perlu diketahui apabila 1 liter volume pencitraan. Semua langkah-langkah ini dikendalikan
helium cair menjadi gas akan menghasilkan 6 liter gas helium, dengan sebuah komputer yang juga mengatur pembangkitan
sedangkan didalam tangki MRI terdapat sekitar 1400 liter deretan pulsa. Diperlukan Radio Frequency Amplifier sebagai
helium cair untuk keamanan maka disediakan saluran keluar pemancar dari RF yang akan digunakan selama fase resonansi.
khusus Quench. Quench sangat dihidarkan karena apabila Besarnyta flip angle pada fase resonansi berbanding lurus
terjadi maka sama dengan membeli baru MRI.Namun Quench dengan lamanya keluaran sinyal dan amplitudo pulsa RF.Coil
dapat digunakan untuk alasan keselamatan apabila terjadi penerima(RF receiver berfungsi sebagai antenna yang harus
keadaan pasien terhimpit oleh metal (tabung gas) dan dapat peka terhadap sinyal radiofrekuensi. Magnetisasi transversal
membahayakan nyawanya maka Quench harus menginduksi arus bolak-balik dalam lilitan RF yang
diaktifkan.Keuntungannya; medan magnet sangat kuat, digunakan untuk penerima.Secara teknis, bekerja pada
resolusi gambar tajam, tidak menggunakan daya listrik untuk frekuensi tinggi bukanlah hal yang mudah. Fungsi utama koil
magnetnya.Kelemahannya; biaya maintenance besar karena penerima adalah untuk menerima sinyal FID yang kemudian
membutuhkan pengisian helium setiap helium level mencapai diteruskan kepada sistem untuk diolah menjadi sebuah
50%. gambar, Melihat dari kegunaannya, maka coil ini harus berada
pada jarak yang paling dekat dengan objek yang akan
IV. HARDWARE MRI diperiksa.Bentuk coil disesuaikan dengan bentuk objek yang
Secara garis besar MRI terdiri dari hardware dan software akan diperiksa seperti; Head Coil, Spine Coil, Knee Coil,
pendukung. Hardware pada MRI berfungsi sebagai pengolah Abdomen Coil. Secara garis besar terbgai menjadi volume coil,
data dan sebagai sumber dari Radio Frequency. Pada bab ini phase array coil dan surface coil.
akan dibahas mengenai hardware MRI dengan penjelasn
sebagai berikut; C. Sangkar Faraday
A. Gradient Magnet MRI menggunakan RF yang dapat menggangu peralatan
elektronik disekitarnya, demikian pula sebaliknya peralatan
Pada setiap MRI memiliki magnet kedua dengan nama
elektronik disekitarnya dapat mengganggu MRI.Untuk
gradient magnet. Gradient magnet termasuk jenis
mengatasi masalah itu maka di buatlah sangkar faraday..
electromagnet yang berfungsi untuk membuat irisan atau
potongan tubuh. Gradient coil berfungsi membentuk citra yang
terdiri dari tiga buah kumparan coil, yaitu: Gradien coil X,
untuk membuat citra potongan sagittal. Gardien coil Y, untuk
membuat citra potongan coronal.Gradien coil Z untuk
membuat citra potongan axial .Bila gradien coil X, Y dan Z
bekerja secara bersamaan maka akan terbentuk potongan oblik
Arus untuk gradient dihasilkan oleh gradient amplifier sebesar
250 A .Posisi gradient magnet letaknya berdampingan dengan
magnet utama MRI
B. Radio frekuency coil
Radio frekuency coil terdiri dari dua tipe coil, yaitu coil
pemancar dan coil penerima. Coil pemancar berfungsi untuk
memberikan rangsangan energi RF yang merata keseluruh !
Gambar.10. Coil Penerima [3]
!

Gambar.11. Sangkar Faraday [3]

Magnet beserta kelengkapannya diletakan didalam sangkar !


faraday Sangkar faraday berfungsi ssebagai antenna bagi
Gambar.13. Phantom MRI [3]
frekuensi dari dan menuju MRI. Terbuat dari tembaga yang
disekitarnya terhubung dengan ground sehingga frekwensi Bahaya atau resiko tubuh karena medan magnet
yang tertangkap langsung menuju ground a. Benda seperti logam di dalam tubuh pasien (jepitan,
sambungan buatan, dll). Walaupun benda tersebut
sejenis logam yang nonmagnetic perlu diperiksa
D. Console sebelumnya. Bila logam tersebut nonmagnetic akan
Console merupakan tempat operator mengendalikan MRI. menyebabkan artifact pada gambar,
Pengendalian dilakukan dari computer dengan operating b. Benda yang tertarik magnet (jarum suntik, gunting,
system menggunakan Windows atau Unix.Untuk melakukan pisau , kursi roda, dll).Ada kemungkinan suatu benda
komunikasi antara komputer dengan MRI digunakan jaringan logam tertarik ke dalam gantry. Daya tarik ini lebih
LAN,. kuat jika benda tersebut lebih besar atau medan
magnet lebih kuat. Oleh karena itu dibutuhkan
E. Keselamatan Pasien
perhatian khusus dalam hal ini.
Pengaruh langsung dari medan magnet pada tubuh c. Pasien yang menggunakan pacemaker tidak bisa
manusia efek negatifnya belum diketahui sampai sekarang. dilakukan scanning MRI, karena medan magnet akan
Tetapi, bagaimanapun juga medan magnet sebesar 3.0 T dan memnyebabkan tidak berfungsinya pacemaker dan
yang lebih rendah seperti yang dipakai pada MRI akan sangat hal ini sangat berbahaya bagi pasien tersebut.
berbahaya apabila pada tubuh kita menggunakan atau terdapat d. MRI memerlukan pemeriksaan berkala sehubungan
bahan logam (Ferromagnetic) dengan kualitas gambar, untuk mendapatkan hasil
gambar yang akurat sehingga didapat hasil diagnosa
yang tepat. Untuk melakukan quality control maka
secara rutin dilakukan pengukuran signal to noise
ratio dengan menggunakan phantom.
V. RINGKASAN
1. MRI menggunakan inti atom hidrogen yang memiliki
satu proton sebagai unsur utama dalam pembentukan
gambar.
2. Inti hidrogen merupakan kandungan inti terbanyak
dalam jaringan tubuh manusia yaitu sekitar 1019 inti/
mm³.
3. Terdapat tiga fase yang dilalui oleh proton pada MRI
yaitu ; Fase Procession, Fase Resonansi dan Fase
Relaksasi
4. Untuk dapat melakukan resonansi, proton dipapar
oleh Radio Frequency sebesar frekuensi Larmor dari
proton tersebut.
! 5. Perbedaan kontras pada MRI terbagi menjadi dua
yaitu; Kontras T1 dan Kontras T2.
Gambar.12.Console [3]
6. MRI secara umum aman untuk pasien karena tidak REFERENCES
menghasilkan radiasi pengion. Namun yang perlu 1. Ridgway JP. Cardiovascular magnetic resonance physics for
diperhatikan adalah penggunaan logam dan clinicians: part I.Cardiovasc Magn Reson 2010;12:71.
pacemarker pada pasien dapat membahayakan pasein 2. Smith H, Ranello F. A non-mathematical approach to basic
tersebut. MRI. Madison, Wis: Medical Physics Publishing, 1989.
3. Schild H. MRI made easy. Berlin: Schering, 1990.


You might also like