You are on page 1of 37

LAPORAN PRAKTIKUM MRI DASAR

DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT KEN SARAS


KABUPATEN SEMARANG
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah MRI Dasar
Dosen Pengampu Ibu Emi Murniati, S.ST,M.Kes

Disusun oleh :

Kelompok 4 Kelas 3A

1. Rinaldi Giri S. (P1337430116023)


2. Priagung Putra S. (P1337430116026)
3. Sulkhi Annisatul Q. (P1337430116033)
4. Meilina Fatmawati (P1337430116034)
5. Laila Maria Ulfah (P1337430116036)
6. Syafaatul Lamhati (P1337430116037)
7. Aselia Safitri (P1337430116038)
8. Elisia Maya Sari (P1337430116039)
9. Novie Maylinda (P1337430116040)
10. Riszki Nur Hidayah (P1337430116041)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran

penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen.

Tehnik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan

tergantung pada banyak parameter. Alat tersebut memiliki kemampuan

membuat gambaran potongan coronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak

memanipulasi tubuh pasien Bila pemilihan parameternya tepat, kualitas

gambaran detil tubuh manusia akan tampak jelas, sehingga anatomi dan

patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti.

Magnetic Resonance Imaging yang disingkat dengan MRI adalah suatu

alat diagnostik mutahir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan

menggunakan medan magnet dan gelombang frekuensi radio, tanpa operasi,

penggunaan sinar X ataupun bahan radioaktif.

Hasil pemeriksaan MRI adalah berupa rekaman gambar potongan

penampang tubuh/organ manusia dengan menggunakan medan magnet

berkekuatan antara 0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi

getaran terhadap inti atom hidrogen.

Beberapa faktor kelebihan yang dimilikinya, terutama kemampuannya

membuat potongan koronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi

posisi tubuh pasien sehingga sangat sesuai untuk diagnostik jaringan lunak.

2
BAB II

ISI

1. INSTRUMEN MRI

a. MAGNET UTAMA

Magnet utama adalah magnet yang memproduksi kuat medan yang besar

dan mampu menginduksi jaringan atau objek. Sehingga menimbulkan

magnetisasi dalam objek itu sendiri. Medan magnet yang digunakan untuk

diagnosis medis mempunyai jangkauan antara 0,1 Tesla sampai 3,0 Tesla

(Bontrager2001).

Pembangkitan medan magnet untuk MRI pada saat ini menggunakan salah

satu dari tipe magnet, yaitu magnet permanen yang terbuat dari bahan

ferromagnetic, magnet resistif atau magnet super konduktif. Sedangkan

untuk menjaga kestabilan, keseragaman atau kehomogenan medan magnet

utama dipasang koil elektromagnetik yang disebut Shim Coil pada pusat

koil utama. Homogenitas magnet diharapkan berkisar antara 1 sampai 10

ppm. (Wesbrook dan Kaut, 1998).

Magnet utama berfungsi sebagai penghasil medan magnet untuk

mensejajarkan inti atom hidrogen yang tadinya acak di dalam tubuh.

Berikut adalah 3 macam magnet yang sekarang dipakai dalam sistem MRI:

1. Magnet tetap (Permanent Magnet/PM)

2. Magnet resistif (Resistive Magnet/RM)

3. Magnet superkonduktif (Superconductive Magnet/SCM)

3
1) Magnet tetap (Permanent Magnet/PM)

Magnet tetap adalah sama dengan suatu magnet batang. Sistem MRI

yang menggunakan suatu magnet tetap dapat dianggap suatu magnet

batang yang besar.

S
Pati Large
ent bar
magn
Magneti
N et
c field

Gambar 2.1 MRI dengan magnet tetap


Ciri-ciri sistem MRI yang menggunakan magnet tetap adalah sebagai

berikut:

1. Karena tidak ada daya listrik untuk menghasilkan medan magnet,

biaya pemakaian sangat rendah.

2. Sistem sangat berat.

Keuntungan sistem ini adalah biaya pemakaian (running cost) yang

sangat rendah dibanding sistem yang lain (magnet kumparan dan

magnet superkonduktif).

2) Magnet Resistif (Resistive Magnet / RM)

Magnet resistif dapat dianggap suatu magnet listrik. Magnet ini

menghasilkan medan magnet yang kuat dengan mengalirkan suatu arus

listrik yang besar melalui suatu kumparan tembaga, aluminium, atau

4
materi yang lain yang mempunyai hambatan listrik (electric resistance)

rendah.

Cooling-water flanges

(sandwitching the coil)

Cooling
Coil
Water
(Aluminium sheet)
Gambar 2.2 Metoda MRI dengan magnet resistif

Ciri-ciri sistem magnet resistif adalah sebagai berikut:

1. Termasuk tidak mahal

2. Gampang untuk menangani

3. Biaya pemakaian sangat tinggi karena:

a. Arus sebesar 200 A mengalir

b. Harus ada aliran air untuk pendinginan sistem, karena panas

yang terjadi sangat tinggi

3) Magnet Superkonduktif (Superconductive Magnet/SCM)

Dari 3 macam magnet, magnet superkonduktif mungkin paling tidak

dikenal. Magnet ini adalah suatu magnet listrik yang menggunakan

suatu kumparan sebagai materi dengan suatu gejala superkonduktif

terjadi. Gejala superkonduktif adalah bahwa hambatan listrik (electrical

resistance) dari suatu logam menjadi nol bila metal didinginkan dengan

temperature yang sangat rendah (-272° C), dan temperature pada saat

5
tersebut disebut temperature kritis (critical temperature) Tc. Hambatan

listrik menjadi nol berarti bahwa suatu arus besar dapat mengalir dengan

memakai tegangan (voltage) rendah beberapa volt.

resistance
Electrical
Temperature

Critical Temperature Tc

Gambar 2.3 Gejala superkonduktif


Ciri-ciri sistem MRI dengan magnet superkonduktif adalah sebagai berikut:

1. Pemakaian daya listrik sangat rendah dibandingkan dengan sistem

magnet kumparan.

2. Medan magnet yang kuat dapat dihasilkan karena arus listrik yang

cukup besar dapat dialirkan.

3. Untuk mendapatkan temperatur yang sangat rendah, kumparan harus

dicelupkan ke dalam helium cair (-272° C).

Magnet superkonduktif memerlukan biaya daya listrik yang rendah

daripada magnet kumparan untuk mendapatkan medan magnet yang

kuat, yang membuat magnet superkonduktif lebih berguna, tetapi

masalahnya adalah helium cair yang dibutuhkan untuk mendinginkan

kumparan.

Kekurangan dengan menggunakan helium cair adalah sebagai berikut:

1. Tidak mudah untuk menangani

6
2. Harga helium cair sangat mahal

3. Helium cair menguap pada kecepatan 0,6 sampai 0,7 liter/jam

4. Penggunaan kembali helium gas sesudah penguapan adalah sulit

b. COIL RADIOFREKUENSI

Sistem pencitraan berfungsi membentuk citra yang terdiri dari tiga buah kumparan

koil, yaitu:

1) Gradien coil X, untuk membuat citra potongan sagittal.

2) Gardien coil Y, untuk membuat citra potongan koronal.

3) Gradien coil Z untuk membuat citra potongan aksial.

Bila gradien koil X, Y dan Z bekerja secara bersamaan maka akan terbentuk

potongan oblik.

Radiofrekuensi (RF) coil terdiri dari dua tipe coil, yaitu coil pemancar dan

coil penerima. Fungsiya lebih mirip sebagai antena. Sistem radiofrekuensi

terdiri dari komponen untuk transmisi dan menerima radiofrekuensi

gelombang. Terlibat dalam pembentukan nuclei, memilih irisan dan

menerpakan gradien sinyal akuisisi.

a. Coil Pemancar

Coil adalah komponen penting dalam kinerja sistem radiofrekuensi. Coil

pemancar fungsinya untuk memberikan rangsangan energi RF yang

merata keseluruh volume pencitraan. Semua langkah-langkah ini

dikendalikan dengan sebuah komputer yang juga mengatur

pembangkitan deretan pulsa. Energi RF terakhir dikirim ke lilitan RF

dalam magnet yang berfungsi sebagai antena. Pemberian pulsa ini

merupakan pengendalian modulasi amplitude yang menyebabkan

7
terjadinya medan magnet pada area yang besarnya 0° sampai 180°.

Diperlukan pula frekuensi amplifier untuk modulasi gelombang digital

frekuensi larmor proton sehingga energi RF dapat diubah-ubah sesuai

dengan kebutuhan pencitraan MRI. Rancangan lilitan pemancar

(transmitter) sangatlah berpengaruh pada pencitraan MRI. Pemberian

flip angle pada RF pemancar, berbanding lurus dengan lamanya

keluaran sinyal dan amplitudo pulsa RF. RF amplifier yang tidak linier

dapat menimbulkan flip angle sehingga dapat menghasilkan pencitraan

yang mengalami distorsi dari bentuk irisan yang dibangkitkan.

b. Radiofrekuensi Penerima / Coil Penerima

Coil penerima harus peka terhadap sinyal radiofrekuensi. Magnetisasi

transversal menginduksi arus bolak-balik dalam lilitan RF yang

digunakan untuk penerima. Lilitan RF ini digunakan untuk

menghasilkan medan B1. Sedangkan sinyal RF dengan frekuensi yang

mendekati frekuensi Larmor digunakan untuk menghasilkan medan Bo.

Secara teknis, bekerja pada frekuensi tinggi bukanlah hal yang mudah.

Fungsi utama koil penerima adalah untuk menunjukkan secara benar

nilai-nilai amplitudo, periode, dan fasa dari sinyal MR yang datang ke

dalam memori komputer. Untuk mewujudkan fungsi ini perlu diukur

nilai relatif dari sinyal MR terhadap standar yang diketahui. Standar

yang digunakan untuk suatu RF adalah sebuah local oscillator yang

dalam prakteknya seringkali adalah suatu bagian sinyal RF dari

frekuensi synthesizer untuk transmisi. Kemudian memberikan sesuatu

sinyal yang merupakan selisih antara sinyal RF yang ditransmisi dan

8
yang diterima. Sinyal yang berbeda ini berada dalam rentang frekuensi

audio (AF). Rentang frekuensi inilah yang perlu diperhatikan dalam

hubungannya dengan lebar pita (bandwidth) penerima. Sinyal AF

diperkuat dengan suatu factor 10 hingga 1000 oleh sebuah AF amplifier.

Sinyal ini kemudian diarahkan ke analog digital converter (ADC) yang

mengkonversi sinyal AF menjadi suatu deretan angka biner. Angka-

angka ini selanjutnya disimpan dalam memori komputer untuk

dimanipulasi dan dilakukan transformasi Fourier dengan resolusi dalam

bentuk bit. Melihat dari kegunaannya, maka koil ini harus berada pada

jarak yang paling dekat dengan objek yang diperiksa. Koil antena dibuat

dengan berbagai variasi bentuk dan ukuran. Diantaranya jenis; volume

coil, phase array coil dan surface coil.

c. GRADIENT MAGNET

Gradient Medan Magnet Bo sepanjang ketiga sumbu-sumbu spasial

orthogonal merupakan prinsip dasar dari produksi citra MRI. Gradien-

gradien sepanjang sumbu yang lain dapat dijabarkan dengan kombinasi

gradien- gradien yang orthogonal.

Pada sembarang waktu sepanjang sumbu gradien, medan magnetic netto

sama dengan jumlah Bo ditambah dengan sumbangan dari lilitan. Lilitan

yang lebih dekat ke posisi yang di kehendaki inilah yang memberi efek

lebih besar pada medan magnetik netto. Pada sebuah titik di tengah-tengah

antara kedua lilitan, medan magnet yang dibangkitkan oleh kedua lilitan

gradien saling meniadakan, yang menyebabkan medan magnet nettonya

sama dengan Bo.

9
Lilitan gradiennya ditempatkan sedemikian rupa sehingga titik tengah ini

berada pada pusat magnet (Bo) dan ditandai dengan isocenter. Lilitan

gradien pada kedua sumbu orthogonal lainnya dibuat berbeda, tetapi

keduanya juga memberikan tambahan dan pengurangan terhadap medan Bo

tergantung pada sepanjang sumbu-sumbu tersebut. Tambahan pula titik-

titik tengah dari sambungan untuk gradien netto sebesar nol diatur untuk

terjadi pada isocenter dari magnet. Daya diberikan pada setiap lilitan

gradien oleh gradient amplifier yang dikendalikan secara bebas oleh

komputer. Dari beberapa sifat gradien medan magnet yang memberikan

dampak pada penampilan sistem dan kualitas citra yang optimal adalah:

a. Amplitudo gradient maksimum dapat diperoleh dengan membatasi tebal

irisan dan FOV

b. Linieritas gradient mengacu pada keseragaman koefisien arah (sloop)

sepanjang sumbu gradien, gradien yang tidak linier dapat menimbulkan

artefak

c. Kecepatan suatu gradient untuk dibangkitkan dari nol ke amplitudo

maksimum harus diupayakan sesingkat mungkin.

Aksi mengubah-ubah gradien on dan off menimbulkan masalah lain. Aksi

ini akan menginduksi pembentukan arus elektronik yang disebut Eddy

current dalam struktur metalik dari magnet. Arus ini menimbulkan medan

magnet tersendiri yang kemudian menghilang dengan laju waktu yang

berbeda. Jadi Eddy current adalah hal yang tidak diinginkan dan

menimbukan efek yang menurunkan kualitas citra.

Untuk mengatasi masalah ini dilakukan dengan beberapa cara:

10
a. Dengan mengatur lilitan gradien dengan bentuk pulsa yang tidak

dikehendaki, tetapi dengan suatu bentuk pulsa yang ditentukan secara

empirik, yang menghapuskan sumbangan Eddy current dan

menghasilkan gradien yang dikehendaki magnet.

b. Dengan pemakaian self shielding gradient coil. Lilitan-lilitannya dibuat

sedemikian rupa sehingga medan magnet yang timbul diarahkan ke

bagian dalam lilitan Hal ini berguna untuk mencegah Eddy current di

bagian lain magnet.

d. ALAT BANTU KENYAMANAN PASIEN

1. Earplugs : Untuk mengurangi kebisingan pada saat pasien berada di

dalam ruang pemeriksaan MRI

2. Penyangga lutut

3. Selimut : Ruang pemeriksaan MRI ber-AC maka untuk

kenyamanan pasien diberi selimut agar tidak kedinginan

4. Memberikan dorongan mental terutama untuk pasien penderita

claustrophobia

11
e. ALAT-ALAT TERKAIT SAFETY DI MRI

No Alat-alat terkait safety Keterangan

CCTV (Closed Circuit Television) adalah

sebuah kamera video digital yang

difungsikan untuk memantau dan mengirim


1
sinyal video pada suatu ruangan yang

kemudian sinyal itu akan diteruskan

kesebuah layar monitor.

Easy move digunakan untuk memindahkan

2 pasien dari tempat tidur ke meja

pemeriksaan.

Earphone merupakan suatu alat

kenyamanan pasien yang berfungsi untuk

mendengarkan musik saat pemeriksaan

berlangsung.
3
Emergency buzzer digunakan jika pasien

mengalami rasa tidak nyaman saat

pemeriksaan berlansung sehingga pasien

bisa menekan tombol tersebut.

12
Garrett digunakan untuk mendeteksi ada

4 atau tidaknya logam atau besi pada tubuh

pasien sebelum dilakukan pemeriksaan.

Belt strap digunakan untuk fiksasi pasien

5 supaya pasien tidak jatuh saat pemeriksaan

berlangsung.

Selimut digunakan untuk menghangatkan

tubuh pasien dari suhu ruangan yang ber-


6
AC.

13
Form screening digunakan untuk

mengetahui riwayat pasien dan memastikan

bahwa tidak ada benda metal ferromagnet

pada tubuh pasien.


7
Screening dilakukan dengan cara

mewancarai pasien dengan tujuan untuk

mengetahui keadaan yang berbahaya bila

melakukan MRI,

8 Formulir Pemeriksaan MRI

14
Form Assesmen Pemeriksaan Radiologi

yang beresiko: digunakan untuk


9
pemeriksaan yang mnggunakan media

kontras.

Informed Consent/ Tindakan Dokter :

Inform Concent adalah surat persetujuan

pasien atau keluarga pasien akan tindakan

medis yang dilakukan

sebelum dilakukan pemeriksaan maka


10
pihak keluarga pasien yang bersangkutan

diberi penjelasan oleh dokter pemeriksaan

yang akan dilakukan, setelah

menyetujuinya maka pihak keluarga

menandatangani persetujuan tersebut

15
2. PROSEDUR SAFETY

Dua macam pelindung (shield) sangat penting untuk MRI:

a. MRI dipengaruhi oleh noise radio

Gelombang elektromagnet yang digunakan MRI mempunyai frekuensi

yang sama dengan siaran radio. Jika sistem MRI yang dipasang tanpa

pelindung (shield), maka akan terpengaruh noise radio serta mempengaruhi

mutu gambar (image) yang dihasilkan. Untuk menjamin mutu gambar,

seluruh sistem ruang MRI harus diberi pelindung.

b. MRI dipengaruhi bahan magnet (pengaruh luar terhadap sistem MRI)

Jika ada suatu benda dari bahan magnet di sekeliling MRI, akan

mengganggu uniformity dari medan magnet yang menyebabkan mutu

gambar menjadi rendah. Pelindung magnet tidak diperlukan karena kasus

ini tergantung pada kondisi sekeliling.

 Coil Safety

Tidak banyak aturan dasar untk memastikan pengoperasian yang aman

pada RF coils. coil safety termasuk hardware (kbel dan coil) dan absorbs

RF (membatasi RF burn). Coil terhubung ke sistmen melalui kabel, yang

mana harus konsisten dalam mengalirkan material yang bersifat

konduktivitas sehingga RF power sehingga dapat menghantarkan ke coil

dan sinyal dapat tekirim ke image prosesor. Oleh karena itu coil memiliki

kapasitas untk mengirim panas selama pengoperasian normal. Namun

dalam kondisi tertentu, panas yang dihasilkan oleh oleh RF coils dapat

dirasakan pasien atau mengisolasi kabel. Untuk melindungi jika benar-

16
benar kejadian tersebut terjadi, kabel harus dicek telebih dulu apakah kabel

tidak telilit atau menyentuh tubuh pasien dan dalam lubang magnet apad

MRI serta kabel dijauhkan dari alat ECG.

Kabel pada koil harus selalu diperiksa setiap saat dan tidak boleh berada

disekitar pengisolali yang dapat membahayakan.Untuk menghasilkan

sinyal yang optimum dari pasien, coils harus disetting dengan benar.

Dimana saat ini RF coils sudah dapat menyetting dengan otomatis

tegantung dari alat dan mesin yang digunakan.

 RF Shielding

Di MRI, shielding sangat penting bukan hanya untuk magnetic tetapi juga

untuk RF field. RF Shielding bisa dilakukan dengan menggunakan tembaga

shielding yang juga diesbut dengan sangkar Faraday. Sangkar Faraday

terdiri dari tembaga shieding dalam dinding ruangan pemeriksaan, jika RF

shielding dapar berkompromi, maka RF artefak dapat terlihat.

 Sistem Transportasi

Semua sistem pada pemeriksaan MRI menggunakan hidrolik atau mekanik

pada meja pasien untuk menggeser ataupun menentukan center point pasien

yang akan melakukan pemeriksaan MRI. Biasanya terdapat pedal atau

tombol untuk menaik turunkan meja pemeriksaan dan mengeluarkan pasien

dari dalam mesin pemeriksaan. Meja pemeriksaan harus nyaman dan dapat

diletakkan coil dan mencegah pergerakan alat yang telah terpasang. alstmRi

juga dilengkapi tombol seperti pencetan yang dapat dipegang oleh pasien

jika terjadi emergency. Beberapa meja pemeriksaan dapat dilepas pasang

dari alat MRI sehingga memudahkan pasien yang tidak bisa bergerak untuk

17
berpindah tempat dengan mudah saat akan melakukan ataupun setelah

menjalani pemeriksaan. Sistem transport pasien untuk melakukan

pemeriksaan MRI semakin canggih dengan pergerakan pasien dengan cepat

selama dimasukkan kontras pada MRA. Saat ini MRI dilengkapi dengan

konfigurasi baru yang didalam meja pemeriksaan sudah dilengkapi RF coil.

Konfigurasi ini umunya pada pemeriksaan payudara.

3. PEMILIHAN PULSE SEQUENCE

Pulse sequences dan waktu pencitraan adalah pengontrol gambar MRI. Spin

echo pulse yaitu cara mendapatkan echo dengan menggunakan RF pulse. Spin

echo pulse sequence merephase pulse 1800. Macam-macam pulse sequece

diantaranya conventional spin echo, fast spin echo, iversion recovery.

Conventioal Spin Echo atau yang biasa disebut Spin Echo merupakan sequen

yang diperoleh dengan menggunakan aplikasi pulse RF 1800 untuk rephrase

agar sinyal dapat dicatat dalam masing-masing K-Space agar diperoleh hasill

citra.

Fast Spin echo adalah salah satu pengembangan dari sequence spin echo

(Westbrook, 2002). Fast spin echo dilakukan untuk mempercepat waktu scan,

dengan mengaplikasikan beberapa kali pulse 180° rephasing dalam satu TR.

Inversion recovery (IR) merupakan variasi sequence dari spin echo

(SE). Basic pulse sequence yang digunakan yaitu 1800-900-1800-1800.

Gradient echo merupakan sequence yang menggunakan flip angel sehingga

TR dan waktu scan dapat berkurang tanpa menghasilkan saturasi. Gradient

echo sequence dimulai dengan flip angel < 90°, lalu RF direfase dengan

18
gradien 180° untuk merefase FID. Gradien frekuensi encoding digunakan

karena lebih cepat daripada sinyal 180° dan dapat mengurangi TE. Gradien

frekuensi encoding digunakan untuk meningkatkan defase dari FID, lalu

digunakan berlawanan untuk menghasilkan refase dari gradient echo.

Untuk memaksimalkan saturasi diperlukan flip angel yang besar dan TR yang

pendek. Untuk meminimalkan saturasi diperlukan flip angel yang kecil dan

TR yang panjang. Untuk memaksimalkan T2* diperlukan TE yang panjang.

Untuk meminimalkan T2* diperlukan TE yang pendek.

Saturasi dicegah dengan penggunaan flip angel yang kecil dan TR yang

panjang untuk menghasilkan recovery penuh. Hal tersebut juga berlaku meski

menggunakan TR yang lebih pendek.

Pada gradient echo, terdapat steady state yang merupakan suatu kondisi

dimana proton-proton berada pada posisi yang sama dari medan magnet

transversal, dengan menggunakan parameter flip angel 30° – 40° dan TR 20 –

50 ms.

4. PARAMETER PEMERIKSAAN MRI

Untuk mendapatkan gambaran MRI yang tepat dan akurat harus dipilih dan

digunakan parameter yang tepat juga, antara lain:

c. Kontras T1 (Image Anatomis)

Gambar dengan kontras T1 dipilih parameter T1 yaitu dengan TR

(Repetition Time) dan TE (Echo Time) yang pendek

d. Kontras T2 (Image Pathologis)

19
Untuk mendapatkan gambaran dengan kontras T2 maka dipilih parameter

T2 yaitu dengan TR dan TE panjang

e. Kontras Proton Density (Image Inter Medicate)

Untuk mendapatkan gambaran dengan kontras proton density dipilih

parameter PD, yaitu TR panjang dan TE pendek

Ada banyak parameter tersedia yang dapat diubah oleh operator ketika ingin

membuat sebuah sequence. Pilihan penggunaan pulsa sequence menentukan

mutu gambaran seperti halnya kepekaan mereka ke ilmu penyakit. Parameter

pemilihan waktu yang terpilih spesifically menentukan gambaran yang dibuat.

a. TR menentukan nilai T1 dan pembobotan proton density.

b. Flip angle mengontrol nilai T1 dan pembobotan proton density.

c. TE mengontrol nilai T2.

Mutu gambaran dikendalikan oleh banyak faktor. Itu adalah hal yang sangat

penting bahwa operator menyadari faktor ini dan bagaimana mereka

menghubungkan satu dengan yang lain, sedemikian sehingga kualitas mutu

gambaran yang optimal selalu dapat diperoleh. Ada empat pertimbangan

utama menentukan mutu gambaran diantaranya adalah :

1) Signal to noise ratio (SNR)

Yang dimaksud SNR adalah perbandingan antara besarnya amplitudo

sinyal dengan besarnya amplitudo noise dalam gambar MRI. Signal

tersebut dapat mempengaruhi voltase tegangan pada receiver coil dengan

cara presesi (precession) dari NMV pada bidang transvelsal. Noise ini

digeneralisasi dengan adanya pasien yang berada pada medan magnet, dan

dengan menggunakan pulsa listrik dari sistem tersebut. Noise yang ada

20
adalah konstan pada setiap pasien dan tergantung pada objek dari pasien,

area yang diperiksa dan inherent noise dari sistem. Noise terjadi pada

semua frekwensi dan juga acak pada waktunya. Walau bagaimanapun

signal yang terjadi adalah curmulative dan tergantung pada banyak faktor

dan dapat diubah. Signal tersebut kemudian ditingkatkan atau dikurangi

sehubungan dengan noise yang ada. Meningkatkan signal itu dapat

meningkatkan SNR, sedangkan bila mengurangi signal maka SNR akan

berkurang. Oleh karena itu, manapun faktor yang mempengaruhi

amplitudo itu pada akhirnya akan mempengaruhi SNR.

SNR dapat ditingkatkan dengan cara:

1. Menggunakan SE dan FSE apabila memungkinkan

2. Menggunakan coil yang tepat dan tuning yang tepat

3. Menggunakan matrix yang kasar

4. Menggunakan FOV yang besar

5. Memilih slice yang tebal

6. Menggunakan NEX sebesar mungkin

2) Contrast to noise ratio (CNR)

Merupakan perbedaan SNR antara organ yang saling berdekatan. CNR

dipengaruhi oleh faktor yang sama seperti faktor yang mengontrol SNR.

CNR yang baik dapat menunjukkan perbedaan daerah yang patologis dan

daerah sehat atau normal.

CNR dapat ditingkatkan dengan :

a. Menggunakan kontras media

b. Menggunakan T2

21
c. Memilih magnetizazion transfer

d. menghilangkan gambaran jaringan normal dengan spectral pre-

saturation, atau menggunakan STIR atau FLAIR untuk menekan

jaringan tertentu.

Kontras gambar tergantung pada TR, TE, TI, Flip Angle, Flow, Turbo

Factor, T2, Proton Density

Teknik lain yang dapat mempengaruhi CNR antara jaringan adalah tranfer

magnetisasi.

3) Spatial resolution

Merupakan kemampuan untuk membedakan antara dua titik secara

terpisah dan jelas. Ini dikontrol oleh ukuran voxel. Semakin kecil ukuran

voxel, resolusi akan semakin baik. Ukuran voxel dapat dipengaruhi oleh

slice thickness, FOV, dan jumlah pixel atau matrix

Spatial Resolution dapat ditingkatkan dengan:

a. Slice tickness yang tipis

b. Matrix halus atau kecil

c. FOV kecil

Besarnya matrix menunjukkan jumlah pixel yang ada dalam FOV. Ukuran

pixel yang kecil dapat meningkatkan spatial resolusi sebagaimana dapat

meningkatkan kemampuan mereka untuk membedakan dua struktur yang

berdekatan yang ada pada pasien.

4) Scan Time

22
Scan time adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah

data akuisisi atau sequence. Scan time merupakan salah satu factor yang

penting dalam menghasilkan kualitas gambar, semakin lama waktu yang

diberikan untuk menghasilkan satu data akuisisi maka akan semakin besar

kemungkinan bagi pasien untuk melakukan pergerakan. Waktu scanning

dipengaruhi oleh TR, jumlah phase encoding, dan NEX.

Untuk mengurangu waktu scan dapat dilakukan dengan cara:

1. TR sependek mungkin

2. Matrix kasar

3. NEX sekecil mungkin.

5. MENGATUR PARAMETER MRI

a. Parameter yang dapat disesuaikan (diubah) antara lain :

1) Slice group

2) Disfactor

3) Orientasi

4) Phase encoding

5) FOV

6) Slice thickness

7) TR dan TE

8) SNR

b. Alasan pengubahan parameter

1) Slice group : mengatur jumlah slice yang akan diambil

2) Disfactor : mengatur gap antara slice satu dengan yang lainnya

3) Orientasi : mengatur potongan sagittal/coronal/transversal

23
4) Phase encoding : mengatur arah scanning

5) FOV : mengatur area yang akan diambil sesuai ukuran objek agar tidak

kepotong

6) Slice thickness : diatur menyesuaikan objek pemeriksaan

7) TR dan TE : diatur sesuai objek pemeriksaan

8) SNR : diatur dengan nilai paling rendah yaitu 0,7, jika dibawah 0,7

akan menimbulkan noise

6. PENGGUNAAN MEDIA KONTRAS PADA MRI

a. Apa media kontras yang digunakan?

Media kontras yang digunakan adalah media kontras positif dan negatif.

1) Media Kontras Positif

yaitu Gadolinium adalah paramagnetik elemen yang terkuat krn dia

mempunyai 7 elektron tidak berpasangan yang ada di orbit terluar.

Sebagai molekul yang mempunyai ion paramagnetik, gadopentetate

mempunyai sifat kemagnetan yang besar

Dan ini sangat terlihat pengaruhnya pada semakin singkatnya waktu T1

relaksasi. Ini menjadikannya tampak enhance pada citra MRI.

Gadopentetate disebut sebagai media kontras positif. Secara

umum,gadolinium adalah logam berat yang sangat beracun, dari unsur

lanthanid oleh karena itu dia harus digabungkan dengan bahan lain agar

aman bagi tubuh

2) Media Kontras Negatif

Ferrites disebut sebagai media kontras negatif, karena memberi efek

tidakenhance pada T2, dan ini tampak pada pencitraan MRI hati dan

24
spleen, dengan memperpendek T2 relaxation time dan memperbesar

efek spin-spin relaxation.

b. Volumenya berapa, dimasukkan dengan cara apa?

Dimasukkan dengan cara intravena dan oral. Standar dosis yang digunakan

adalah 0,1mmol/kg setara dengan 0,2 ml/kg3

c. Persiapan pasiennya apa?

Sebelum melakukan pemeriksaan MRI, Anda dapat makan dengan normal

dan mengonsumsi obat-obatan seperti biasa, kecuali dokter menyarankan

sebaliknya. Pada keadaan tertentu dokter mungkin akan memberikan materi

kontras yang disuntikkan melalui pembuluh darah di tangan atau lengan.

Materi kontras dapat meningkatkan tampilan gambar untuk detail tertentu

pada pemeriksaan MRI.

Sebelum diperiksa, maka diminta untuk mengganti pakaian dengan pakaian

khusus yang disediakan oleh rumah sakit, serta melepas benda-benda di

tubuh yang berupa logam. Terutama jika memakai perhiasan, seperti cincin,

anting, kalung, jam tangan, atau jepit rambut. Petugas medis juga akan

meminta untuk melepas kacamata, alat bantu dengar, gigi palsu, atau bra

dengan penyangga logam yang digunakan.

 Reaksi penggunaan media kontras dapat berupa:

1) Reaksi sedang adalah mual dan rasa panas

2) Reaksi yang lain adalah sakit kepala, gangguan indra pengecapan,

pusingdan lemas

3) Waspada pada pasien dengan riwayat asma atau alergi baik alergi

obatmaupun makanan.

25
4) Pasien dengan riwayat pernah alergi pada Gd akan menderita lebih

parah pada pemeriksaan yang berikutnya

5) Penggunaan media kontras pada ibu yang sedang menyusui, sebaiknya

untuk selama 24 jam setelah pemeriksaan pemberian ASI dihentikan.

d. Penggunaan media kontras biasa dilakukan pada klinis atau

pemeriksaan apa?

Penambahan media kontras membuat semakin jelas penampakan dari

inflamasi, tumor, angiogenesis, atherosclerosis dan multiple sclerosis.

7. ARTEFAK PADA MRI

a. Artefak yang sering ditemukan pada pemeriksaan MRI antara lain

1) Zipper Artefak

2) Magnetic Suscebility Artefak

3) Cross Talk Artefak

4) Moire Artefak

5) Truncation Artefak

6) Phase Mismapping Artefak

b. Artefak yang sering ditemukan pada pemeriksaan MRI biasanya

terjadi karena

1) Zipper Artefak : terjadi karena adanya gelombang radiofrekuensi (RF)

dari luar sistem yang masuk ke dalam ruangan.

2) Magnetic Suscebility Artefak : penyebab utama dari artefak ini adalah

logam dalam volume pencitraan, karena magnetic ini jauh lebih tinggi

daripada jaringan di sekitarnya.

26
3) Cross Talk Artefak : penyebabnya ialah pulse RF eksitasi tidak selalu

berbentuk persegi.

4) Moire Artefak : disebabkan oleh beberapa alasan, misalnya

inhomogenitas medan magnet utama karena adanya gangguan pada

pulsa RF, gangguan yang dihasilkan oleh aliasing, dan gangguan echo

5) Truncation Artefak : terjadi karena proses undersampling pada high

spasial frekuensi encoding dan tervisualisasi sebagai garis-garis halus

pada tepian gambaran organ.

6) Phase Mismapping Artefak : karna adanya perbedaan amplitudo setiap

TR pada fase gradien encoding, sedangkan pada fase gradien frekuensi

dan gradien slice selection memiliki amplitudo yang sama.

c. Cara menghilangkan artefak yang sering ditemukan pada

pemeriksaan MRI adalah

1) Zipper Artefak : harus dipastikan bahwa selama pemeriksaan pintu

ruang MRI tertutup rapat, semua lampu dalam keadaan baik, dan semua

peralatan elektronik dalam ruang MRI mendapatkan RF shielding.

Apabila dicurigai terjadi kebocoran pada RF shielding, panggil teknisi

untuk menemukan lokasi kebocoran dan memperbaikinya.

2) Magnetic Suscebility Artefak :

a) Lepas semua benda logam. Selalu pastikan bahwa pasien telah

melepaskan semua benda logam jika mungkin sebelum pemindaian.

Selalu periksa apakah pasien memiliki klip aneurisma atau logam.

Implan Sebagian besar implan dapat dipindai namun dapat

menyebabkan pemanasan local

27
b) Gunakan urutan spin echo bukan gema gradien. Pulsa menstruasi

180° yang digunakan dalam rangkaian spin echo sangat penting

untuk mengkompensasi perbedaan fasa antara lemak dan air,

sementara deret echo gradien sangat buruk dalam hal ini. Dan urutan

spin echo telah digunakan masing-masing. Artefak logam di tibia

menghasilkan artefak kerentanan magnetik pada kedua gambar tapi

ini secara signifikan dikurangi dalam urutan putaran gema. Hal yang

sama juga dihasilkan saat menggunakan SS-FSE sebagai lawan

standar FSE. Kereta gema panjang yang digunakan dalam pencitraan

tembakan tunggal menghasilkan peningkatan rephasing dari pulsa

denyut nadi 180° yang ditambahkan. Oleh karena itu artifak

berkurang secara signifikan.

c) Turunkan TE. Waktu gema yang lebih lama memungkinkan lebih

banyak dephasing antara jaringan dengan kerentanan, sehingga

menggunakan TE pendek mengurangi artefak ini. Luas menerima

bandwidth juga mengurangi TE.

3) Cross Talk Artefak : cross-excitation dapat sedikit dikurangi dengan

memastikan bahwa adanya sedikit batasan sekitar 30% antara tiap slices.

4) Moire Artefak : menggunakan sequence spin echo atau surface coil.

5) Truncation Artefak : dengan menaikkan jumlah phase encoding ( misal

dari 128 menjadi 256 phase encoding ) atau dengan kata lain atur

resolusi matrix pada arah frekuensi sesua dengan lebar FOV dan tidak

lebih kecil dari matrix arah phase.

6) Phase Mismapping Artefak :

28
a) Menempatkan pre-saturation antara asal artefak dengan FOV,

b) Menggunakan respiratori gating,

c) Menggunakan gating EKG dan peripheral gating,

d) Menggunakan GMN (gradien moment nulling)

e) Swapping phase axis.

8. PEMERIKSAAN MRI BRAIN

a. Paling sering dengan klinis apa?

Pemeriksaan yang biasa dilakukan dengan klinis stroke, tumor,

meningeomam dan metastasis.

Pemeriksaan MRI brain di Rumah Sakit Ken Saras yang paling sering yaitu

dengan klinis tumor.

b. Bagaimana persiapan pasien?

Persiapan pasien pada pemeriksaan MRI brain dengan klinis tumor di

Rumah Sakit Ken Saras adalah sebagai berikut.

1) Pasien puasa selama 4 jam (jika tidak menggunakan media kontras

tidak perlu puasa)

2) Ganti baju menggunakan baju pasien dan melepaskan benda-benda

logam

3) Dilakukan skin test untuk mengecek adanya alergi atau tidak, ditunggu

10-15 menit untuk melihat reaksinya

4) Sebelum pemeriksaan, pasien dianjurkan untuk buang air kecil (BAK)

terlebih dahulu

29
c. Bagaimana dengan positioning pasiennya?

Pada pemeriksaan MRI brain posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan

dan digunakan head coil. Untuk kenyamanan pasien diberikan antara lain

penggunaan Earplugs untuk mengurangi kebisingan, penggunaan

penyangga lutut/tungkai, dan pemberian selimut.

d. Coil apa yang digunakan?

Coil yang digunakan pada pemeriksaan MRI brain adalah head coil.

e. Bagaimana pengaturan parameternya?

Untuk citra anatomi dipilih parameter yang Time Repetition (TR) dan Time

Echo (TE) pendek, sehingga pencitraan jaringan dengan konsentrasi

hidrogen tinggi akan berwarna hitam. Untuk citra patologis dipilih

parameter yang Time Repetition (TR) dan Time Echo (TE) panjang,

sehingga misalnya untuk gambaran cairan cerebro spinalis dengan

konsentrasi hidrogen tinggi akan tampak berwarna putih. Untuk kontras

citra antara, dipilih parameter yang Time Repetition (TR) dan Time Echo

(TE) pendek sehingga gambaran jaringan dengan konsentrasi hidrogen

tinggi akan tampak berwarna abu-abu.

9. PEMERIKSAAN MRI VERTEBRAE

a. Paling sering dengan klinis apa?

Biasanya untuk mendeteksi kelainan kongenital pada tulang belakang,

medula spinalis, infeksi, tumor, trauma.

Paling sering adalah untuk klinis di vertebra lumbal yaitu HNP (Hernia

Nucleus Pulposus).

30
b. Bagaimana persiapan pasien?

1) Menanyakan riwayat kesehatan pasien yang berhubungan dengan

rencana pemeriksaan MRI.

2) Formulir ditandatangani oleh pasien atau keluarga dan petugas

MRI. Hal ini untuk memastikan pasien benar – benar aman untuk

dilakukan pemeriksaan MRI

3) Pasien harus mengganti pakaian dengan pakaian khusus yang telah

disediakan di ruang ganti pasien.

4) Semua barang pasien seperti jam tangan, gigi palsu, dompet yang berisi

kartu kredit, perhiasan dan benda – benda yang mengundang unsur

logam disimpan di loker / lemari terkunci

5) Beri penjelasan bahwa sejumlah pemeriksaan akan terdengar suara –

suara berisik yang ditimbulkan oleh alat

6) Selama pemeriksaan pasien harus dalam keadaan diam untuk

mendapatkan hasil yang informatif

c. Bagaimana dengan positioning pasiennya?

1) Berbaring , knee di atas foam pads untuk kenyamanan dan ratanya verte

lumbal, shg lebih dekat dengan coil.

2) Posisi coil memanjang dari xipisternum ke bawah sacrum.

3) Horisontal alignment light di pertengahan coil, di bawah costal margin

setinggi vertebra lumbal 3 atau setinggi SIAS

d. Coil apa yang digunakan?

Coil yang digunakan adalah coil khusus spine, memanjang dari xipisternum

ke bawah sacrum

31
e. Bagaimana pengaturan parameternya

Parameter yang digunakan adalah dengan memilih ptongan axial dan

coronal.

1) SE/FSE

2) Coherent GRE T2*

3) STIR untuk lebih bagus memvisualisasikan bone marrow dan

metastasis pada vertebral bodies.

4) Multiple 1800 RF pada FSE mengakibatkan perpanjangan waktu T2

decay pada lemak. Ini membuat lemak pada T2 FSE lebih tinggi

sinyalnya atau lebih terang daripada CSE, ini membuat deteksi

abnormalitas sumsum tulang tidak mudah. Oleh karena itu perlu

digunakan STIR.

5) Yang terbaik adalah penggunaan phased array coil.

6) Spatial resolution penting terutama pada irisan axial untuk

menampakkan akar syaraf di regio thoracal. Gunakan irisan tipis

dengan small gap.

7) Gunakan multiple NEX/NSA jika inherent SNR rendah.

8) Gunakan rectangular/asymetric FOV pada irisan sagittal

Hasil nya dengan daerag discus intervertebralis T1 hitam dan T2 dan PD

adalah putih. Sedangkan untuk cerebro spinal fluid T1 hitam dan T2 putih

10. FILMING DAN PRINTING PADA PEMERIKSAAN MRI

a. Apa yang harus ditampilkan atau disajikan pada dokter

Pemrosesan film MRI di RS. Ken Saran menggunakan teknologi digital,

dengan citra yang akan di cetak radiografer akan meminta pertimbangan

32
pada radiolog untuk pemilihan sekuens dan parameter pada pemeriksaan

tertentu agar hasilnya sesuai dengan yang diinginkan oleh dokter radiolog

dan memberikan detail cukup dan sesuai yang dibutuhkan.

b. Bagaimana terkait dengan parameter yang digunakan, apa yang harus

diinformasikan / dituliskan pada gambar.

Parameter yang dibutuhkan untuk pemrosesan film ini adalah parameter

slice thickness, slice group, FOV dan jumlah slice. Informasi yang harus

diberikan atau dituliskan pada gambar adalah identitas pasien terkait nama,

no RM, dan jenis kelamin.

c. Biasanya menggunakan berapa lembar film rata-rata untuk satu

pemeriksaan MRI brain? dan MRI vertebra?

Di RS. Ken Saras untuk pemeriksaan MRI Brain di RS Ken Saras

biasanya menghabiskan 5 lembar film yaitu T1 Sagital, T2 Coronal, T1

Axial, T2 Axial, Axial FLAIR contrast dan ditambahkan T1 multiplanar

contrast apabila pemeriksaan MRI Brain Contrast. Sedangkan pada

pemeriksaan MRI vertebrae menghabiskan 4 lembar film yaitu T1 Sagital

(disisipkan 1 gambar myelo), T2 Sagital, T1 Axial, T2 Axial.

33
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi, pemanfaatan MRI untuk memeriksa bagian dalam tubuh

sangat efektif karena memiliki kemampuan membuat citra potongan

koronal, sagital, aksial tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien dan

diagnosa dapat ditegakkan dengan lebih detail dan akurat. Pesawat MRI

menggunakan efek medan magnet dalam membuat citra potongan tubuh,

sehingga tidak menimbulkan efek radiasi pengion seperti penggunaan

pesawat sinar X.

Gambaran yang dihasilkan oleh pesawat MRI tergantung pada

ketepatan pemilihan parameternya. Dalam pengoperasiannya dapat terjadi

kecelakaan yang bisa membahayakan pasien, petugas serta lingkungannya.

Mengingat biaya pemeriksaan MRI bagi seorang pasien cukup mahal dan

efek sampingnya, (terutama efek latennya) yang belum diketahui maka

perlu pertimbangan yang matang sebelum pasien dikirim untuk

pemerikaan MRI.

B. SARAN

1. Sebaiknya bagi Anda yang memiliki pen yang tertanam pada tulang

atau jenis alat metal lainnya yang ditanam dalam tubuh, seperti

pacemaker, maka tidak dapat melakukan pemeriksaan ini. Adanya alat

berbahan metal di tubuh akan mengganggu cara kerja alat tersebut dan

hasil pemeriksaan MRI akan tidak maksimal.

34
2. Sebaiknya Petugas radiologi harus waspada terhadap pemeriksaan

yang menggunakan media kontras karena reaksi terhadap media

kontras bermacam-macam setiap pasien berbeda mulai dari reaksi

alergi ringan sampai berat.

3. Sebaiknya untuk pasien non kooperatif ataupun pasien pediatrik

apabila tidak bisa diam dalam waktu lama maka dilakukan sedasi, dan

selalu monitoring tanda-tanda vital untuk meminimalkan faktor resiko.

35
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, Kenneth L dan Lamphignano, John P. 2005. Textbook of Radiographic

Positioning and Related Anatomy Sixth Edition. Elsevier. Mosby.

Westbroke,Catherine, Roth,Carolyn Kaut dan Talbot, John. 2011. MRI in Practice


4th edition. Willey Blackwell. USA.

Westbrook Catherine, etl. “MRI in Practice 4th Edition”. 2011.


Chambridge:Blackwell Publishing Ltd

MRI Instrumentation and MRI Safety. Diunduh di www.imaios.com pada 7

Desember 2018 Pukul 22.25

Teknik Imaging MRI. Diunduh di http://dunia-

radiology.blogspot.com/2013/10/teknik-imaging-mri.html pada 7 Desember 2018

Pukul 22.25

36
LAMPIRAN

37

You might also like