You are on page 1of 21

PENGKAJIAN 12 PASANG SARAF KRANIAL

OLEH :
1. A.A Chintya Rusdiandari (16C11660)
2. Ni Luh Nyoman Denik Widiantari (16C11663)
3. Ni Putu Dewi Yuliantari (16C11668)
4. Ida Ayu Mirah Pradnya Dewi (16C11694)
5. Ni Made Tunia Ulyani Cahayasari (16C11713)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI


TAHUN AJARAN

2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi atau
Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat – Nyalah kami bisa menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan rencana. Adapun makalah ini kami susun dengan tujuan
untuk memenuhi dan melengkapi tugas - tugas yang diberikan oleh Dosen kepada
kami. Dalam mata ajar Keperawatan Medikal Bedah yang berjudul “PENGKAJIAN
SARAF KRANIAL”.

Makalah ini kami susun berdasarkan buku - buku yang ada kaitannya dengan
masalah yang akan kami bahas pada makalah ini. Dengan terwujudnya makalah ini
sudah sepantasnya kami sampaikan ucapan terima kasih yang sedalam - dalamnya
terutama kepada Dosen yang telah membimbing kami selama penyusunan makalah
ini. Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami sehingga makalah ini bisa terwujud tepat pada waktunya.

Kami menyadari keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami sudah tentu


makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengaharapkan saran dan
kritik dari pembaca yang bersifat membangun agar makalah ini selanjutnya bisa lebih
baik. Akhirnya kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua

Denpasar, Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ 01

Daftar Isi ................................................................................................................. 02

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 03


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 03
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 03

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Saraf Kranial ................................................................................... 04


2.2 Tujuan Pengkajian Saraf Kranial ...................................................................... 04
2.3 Cara Pengkajian Saraf Kranial .......................................................................... 05

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 16

3.2 Saran ................................................................................................................. 16

Daftar Pustaka ......................................................................................................... 17

3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia akan berada dalam kondisi sehat jika mampu berespon dengan tepat
terhadap perubahan-perubahan lingkungan secara terkoordinasi. Tubuh memerlukan
koordinasi yang baik. Salah satu sistem komunikasi dalam tubuh adalah sistem saraf.
Pengkajian system pernafasan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk
dilakukan dalam rangka menentukan diagnosa keperawatan tepat dan melakukan tindakan
perawatan yang sesuai
Pemeriksaan persarafan terdiri dari dua tahap penting yaitu pengkajian yang berupa
wawancara yang berhubungan dengan riwayat kesehatan klien yang berhubungan dengan
sistem persarafan seperti riwayat hipotensi, stroke, pengguna obat-obatan, dan alkohol.
Tahapan selanjutnya pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan mental sampai refleks.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik diperhatikan prinsip-prinsip head to toe,
chepalocaudal, dan proximadistal.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Pengertian Saraf Kranial?
1.2.2 Apa Tujuan Pengkajian Saraf Kranial?
1.2.3 Bagaimana Cara Pengkajian Saraf Kranial?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui Pengertian Saraf Kranial
1.3.2 Mengetahui Tujuan Pengkajian Saraf Kranial
1.3.3 Mengetahui Cara Pengkajian Saraf Kranial

4
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Saraf Kranial


Saraf kranial atau dalam bahasa latin disebut dengan Nervus Craniales adalah 12
pasang saraf pada manusia yang mencuat langsung dari otak manusia. Berbeda halnya
dengan saraf spinal yang mencuat dari tulang belakang manusia. Pasangan saraf kranial
diberikan nomor sesuai dengan letaknya dari depan smapai belakang. Dari 12 pasang saraf
kranial, terdapat 3 saraf kranial yang berperan sebagai saraf sensoris, 5 pasang sebagai saraf
motorik, dan 4 pasang saraf sebagai saraf gabungan (motorik dan sensorik).
Saraf kranial merupakan bagian dari susunan sistem saraf tepi, walaupun letaknya
yang berdekatan dengan sistem saraf pusat (SSP). Saraf kranial sendiri terhubung ke organ-
organ di tubuh manusia, seperti mata, telinga, hidung, tenggorokan, dan lain-lain.

2.2 Tujuan Pengkajian Saraf Kranial


Pada pemeriksaan fisik klien dengan gangguan sistem persarafan secara umum
biasanya menggunakan teknik pengkajian persistem sama seperti pemeriksaan medikal bedah
lainnya. Pemeriksaan fisik ini dilakukan sebagaimana pemeriksaan fisik lainnya dan

5
bertujuan untuk mengevaluasi keadaan fisik klien secara umum dan juga menilai apakah ada
indikasi penyakit lainnya selain kelainan neurologis.

2.3 Pengkajian sistem saraf kranial


Terdapat 12 pasang saraf kranial dimana beberapa diantaranya adalah serabut campuran,
yaitu gabungan saraf motorik dan sensorikk, sementara lainnya adalah hanya saraf motorik
ataupun hanya saraf sensorikk.

a. Nervus Olfaktorius/N I (sensorikk)

Nervus olfaktorius diperiksa dengan zat-zat (bau-bauan) seperti : kopi, teh dan tembakau.
1. Tujuan
Pada pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan adalah adanya penyakit intranasal
seperti influenza karena dapat memberikan hasil negatif atau hasil pemeriksaan
menjadi samar/tidak valid.
2. Cara pemeriksaan
Tiap lubang hidung diuji terpisah. Pasien atau pemeriksa menutup salah satu lubang
hidung pasien kemudian pasien disuruh mencium salah satu zat dan tanyakan apakah
pasien mencium sesuatu dan tanyakan zat yang dicium. Untuk hasil yang valid,
lakukan dengan beberapa zat/bau-bauan yang berbeda, tidak hanya pada 1 macam zat
saja.
3. Hasil
Pasien yang dapat mengenal semua zat dengan baik disebut daya cium baik
(normosmi). Bila daya cium kurang disebut hiposmi dan bila tidak dapat mencium
sama sekali disebut anosmi.

6
b. Nervus Optikus/N II (sensorikk)

1. Tujuan
Kelainan-kelainan pada mata perlu dicatat sebelum pemeriksaan misalnya :
katarak, infeksi konjungtiva atau infeksi lainnya. Bila pasien menggunakan kaca
mata tetap diperkenankan dipakai.
2. Cara Pemeriksaan
a. Ketajaman penglihatan
Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai apakah
pasien dapat melihat tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa lanjutkan dengan
jarak baca yang dapat digunakan klien, catat jarak baca klien tersebut. Pasien
disuruh melihat satu benda, tanyakan apakah benda yang dilihat jelas/kabur,
dua bentuk atau tidak terlihat sama sekali /buta.
b. Lapangan penglihatan
Alat yang digunakan sebagai objek biasanya jari pemeriksa. Fungsi mata
diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa duduk atau berdiri berhadapan,
mata yang akan diperiksa berhadapan sejajar dengan mata pemeriksa. Jarak
antara pemeriksa dan pasien berkisar 60-100 cm. Mata yang lain ditutup.
Objek digerakkan oleh pemeriksa pada bidang tengah kedalam sampai pasien
melihat objek, catat berapa derajat lapang penglihatan klien.
3. Hasil
a. Pada pasien dengan pemeriksaan ketajaman pengelihatan jika pasien tidak bisa
membaca kurang dari 6\6 maka pasien menderita miopi
b. Pada pemeriksaan lapang pengelihatan untuk mengetahui seberapa jauh lapang
pandang pasien dan mengetahui apakah ada indikasi pasien memiliki masalah
pada mata salah satunya yaitu glaukoma.
7
c. Nervus Okulomotorikius/N III (motorik)

Merupakan nervus yang mempersarafi otot-otot bola mata ekstena, levator palpeora
dan konstriktor pupil.
1. Tujuan
Mengetahui masalah pada mata apakah ada tekanan intrakranial yang terjadi pada
mata.
2. Cara Pemeriksaan
Diobservasi apakah terdapat edema kelopak mata, hipermi konjungtiva,hipermi
sklerata kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit (endophthalmus), dan bola
mata menonjol (exophthalmus).
3. Hasil
Jika pada pasien saat dilakukan pengkajian ada beberapa masalah yang
menyebabkan bola menonjol kemungkinan pasien terindikasi mengalami tekanan
intrakranial.

d. Nervus Trokhlearis/N IV (motorik)

1. Tujuan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui reflek dari pupil

8
2. Cara Pemerikasaan
Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang
diperiksa adalah ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal
dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil bila ukuran pupil sangat kecil dan
midiriasis dengan ukuran >5 mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran antara
kedua pupil (isikor / sama, aanisokor / tidak sama), dan reak pupil terhadap
cahaya (positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak ada kontraksi
pupil. Dilihat juga apakah terdapat perdarahan pupil (diperiksa dengan
funduskopi).
1. Hasil
Pupil mata yang terkena cahaya senter secara tiba-tiba akan mengecil
dibanding pupil mata yang tidak terkena cahaya dari senter. Mata yang terkena
cahaya secara tiba-tiba akan mengecil secara cepat dan iris mendekat secara
cepat, sedangkan mata yang tidak terkena

e. Nervus Trigeminus/N V (motorik dan sensorikk)

1. Tujuan
Merupakan saraf yang mempersarafi sensoriks wajah dan otot pengunyah . Alat yang
digunakan : kapas, jarum, botol berisi air panas, kuliper/jangka dan garpu
penala, Sensibilitas wajah.
2. Cara Pemeriksaan
Pasien disuruh mengatup mulut kuat-kuat kemudian dipalpasi kedua otot pengunyah
(muskulus maseter dan temporalis) apakah kontraksinya baik, kurang atau tidak
ada. Kemudian dilihat apakah posis mulut klier. Simetris atau tidak, mulut miring.

9
a. Rasa raba: Pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung memanjang,
dengan menyentuhkan kapas kewajah pasien dimulai dari area normal ke area
dengan kelainan. Bandingkan rasa raba pasien antara wajah kiri dan kanan.
b. Rasa nyeri: Dengan menggunakan tusukan jarum tajam dan tumpul. Tanyakan
pada klien apakah merasakan rasa tajam dan tumpul. Dimulai dari area normal ke
area dengan kelainan.
c. Rasa suhu: Dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol berisi air
dingin dan air panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin). Pasien disuruh
meyebutkan panas atau dingin yang dirasakan
d. Rasa sikap: Dilakukan dengan menutup kedua mata pasien, pasien diminta
menyebutkan area wajah yang disentuh (atas atau bawah)
e. Rasa gelar: Pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu penala yang
dientuhkan ke wajah pasien.
3. Hasil
a. Pemeriksaan fungsi motorik nervus V (trigeminal) dengan mempalpasi otot
maaseter dan temporalis. Pasien diminta untuk mengatupkan gigi rapat-rapat dan
membuka mulut. Lesi nervus trigeminal unilateral dapat menyebabkan deviasi
rahang ke bagian yang lumpuh
b. Refleks hentakan rahang (jaw jerk reflect) dapat diperiksa dengan meminta pasien
merilekskan otot rahangnya dan membuka sedikit mulut. Pemeriksa menempatkan
ibu jari ke dagu pasien dan memukulkan palu refleks dengan ibu jari pasien
sebagai alasnya. Refleks yang normal adalah pasien sedikit megatupkan mulutnya
setelah mendapatkan rangsangan.

f. Nervus Abdusens/N VI (motorik)

1. Tujuan
Fungsi otot bola mata dinilai dengan keenam arah utama yaitu lateral. Lateral atas,
medial atas, medial bawah, lateral bawah, keatas dan kebawah. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui fungsi otot mata pasien.
2. Cara Pemeriksaan

10
Pasien disuruh mengikuti arah pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa sesuai
dengan keenam arah tersebut.
3. Hasil
Normal bila pasien dapat mengikuti arah dengan baik. Terbatas bila pasien tidak
dapat mengikuti dengan baik karena kelemahan otot mata, ninstagmus bila
gerakan bola mata pasien bolak balik involunter.

g. Nervus Fasialis/N VII (motorik dan sensorik)

1. Cara Pemeriksaan
Dengan memberikan sedikit berbagai zat di 2/3 lidah bagian depan seperti gula,
garam dan kina. Pasien disuruh menjulurkan lidah pada waktu diuji dan selama
menentukan zat-zat yang dirasakan klien disebutkan atau ditulis dikertas oleh
klien. Inspeksi wajah pasien secara umum, perhatikan apakah ada asimetri dan
gangguan untuk menutup mata Minta pasien untuk melakukan berbagai ekspresi
wajah untuk menilai otot wajah. Minta pasien untuk menaikkan alis (otot
frontalis), menutup mata dengan kuat (otot orbikularis okuli), bersiul atau
menggembungkan pipi (otot buccinator) dan tersenyum sambil memperlihatkan
gigi (otot orbikularis oris).
2. Hasil
Nervus fasialis mensarafi hampir semua otot di wajah, kecuali otot mastikasi yang
disarafi oleh nervus kranialis V (trigeminal). Nervus kranialis mensarafi indera
perasa 2/3 anterior lidah melalui cabang korda timpani dan sebagai saraf efferen
refleks kornea. Nervus kranialis juga memilki fungsi parasimpatis untuk kelenjar
lakrimalis dan kelenjar submandibula. Gangguan nervus fasialis perifer yang
paling sering dijumpai adalah Bell’s palsy. Untuk membedakan gangguan nervus

11
kranialis yang dialami pasien adalah perifer atau sentral yaitu dengan meminta
pasien mengangkat alis. Bagian dahi atau otot frontalis diinervasi oleh nervus
fasialis ipsilateral dan kontralateral, sehingga bila yang dialami adalah gangguan
di sentral seperti stroke atau tumor otak maka pasien masih bisa mengangkat alis.

h. Nervus Akustikus/N VIII (sensorikk)

1. Cara Pemeriksaan
a. Pendengaran : Diuji dengan mendekatkan, arloji ketelinga pasien di ruang yang
disunyi. Telinga diuji bergantian dengan menutup salah telinga yang lain. Normal
klien dapat mendengar detik arloji 1meter..
b. Keseimbangan : Dilakukan dengan memperhatikan apakah klien kehilangan
keseimbangan hingga tubuh bergoyang-goyang (keseimbangan menurun) dan
normal bila pasien dapat berdiri/berjalan dengan seimbang.
2. Hasil
a. Bila jaraknya kurang dari satu meter kemungkinan pasien mengalami penurunan
pendengaran
b. Jika pasien mengalami penurunan keseimbangan pasien tidak bisa berdiri tegah

i. Nervus Glosso-faringeus/N IX (motorik dan sensorik)

1. Cara pemeriksaan
Dengan menyentuhkan tongs patel keposterior faring pasien. Timbulnya reflek
muntah adalah normal (positif), negative bila tidak ada reflek muntah.
12
j. Nervus Vagus/N X (motorik dan sensorikk)

1. Cara Pemeriksaan
Pasien disuruh membuka mulut lebar-lebar dan disuruh berkata ‘aaah’ kemudian
dilihat apakah terjadi regurgitasi kehidung. Dan observasi denyut jantung klien
apakah ada takikardi atau brakardi.
2. Hasil
a. Pemeriksa dapat memperhatikan apakah pasien memiliki suara serak atau sengau
b. Pasien diminta untuk membuka mulut lebar dan mengatakan “aaa”. Bila terjadi
kelumpuhan (palsy) maka uvula akan berdeviasi ke arah yang sakit

k. Nervus Aksesorius/N XI (motorik)

1. Cara Pemeriksaan
Dengan menyuruh pasien menengok kesatu sisi melawan tangan pemeriksa sedang
mempalpasi otot wajah Test angkat bahu dengan pemeriksa menekan bahu pasien ke
bawah dan pasien berusaha mengangkat bahu ke atas.
2. Hasil
Normal bila klien dapat melakukannya dengan baik, bila tidak dapat kemungkinan
klien mengalami parase.

13
l. Nervus Hipglosus (motorik)

1. Cara pemeriksaan
Pasien disuruh menjulurkan lidah dak menarik lidah kembali, dilakukan berulang kali.
2. Hasil
Normal bila gerakan lidah terkoordinasi dengan baik, parese/miring bila terdapat lesi
pada hipoglosus.

TABEL PENGKAJIAN SISTEM SARAF KRANIAL


No. Nama saraf
Saraf Yg menghubungkan Cara Pengkajian
A. Hidung, sebagai alat penciuman
 Berikan bau-bauan yang sangat menyengat,
misalnya parfum, bau makanan dll
 Instruksikan agar menarik nafas dalam-dalam
I N.Olfaktorius  Dan instruksikan untuk mencoba mengeliarkan
nafas melalui mulut
 Periksa dengan inspeksi bagian dalam hidung
guna untuk melihat kebersihan dan ada atau
tidaknya polip pada hidung
A. Bola mata untuk penglihatan
3. Kesimetrisan
II N. Optikus
 Warna seperti kulit sekitar, halus
 Posisi mata secara normal paralel satu sama lain.

14
 Bulu mata masuk (Enteropion, keluare
ksteropion)
 Normal bisa menutup bola mata
 Catat jika ada lesi (ukuran,bentuk,warna, cairan
yg keluar)
 Perhatikan bulu mata, normal menyebar rata dan
melengkung keluar.
 Perhatikan pola kedipan bilateral (n : 20x/mnt)

4. Iris & Pupil


 Pola iris harus jelas dengan pantulan warna yang
sama (sebutkan warna iris)
 Pupil normal untuk orang Indonesia berwarna
hitam, bundar, teratur sebanding dlm ukuran (
diameter 3 s/d 7 mm)
 Bandingkan kanan dan kiri, normal sama besar
(isokor), mengecil (miosis, ex; o/k obat; morfin),
amat kecil (pin point), melebar ( medriasis; o/k
koma,alkohol,DM,uremia, epilepsy).
 Uji reflek pupil thd cahaya langsung serentak;
normal bila diberi sinar akan mengecil
5. Lensa
 Normal jernih dan transparan, pada org tua kdg
ada cincin putih seputar iris (Arkus senilis)
 Palpasi Mata
 Sebagian dillakukan bersamaan dengan Inspeksi
 Palpasi dengan tujuan untuk mengetahui adanya
nyeri tekan,besar benjolan dalam, konsistensi,
peningkatan TIO,
 Hanya dilakukan pada palpebra.
6. Pemeriksaan Lapang Pandang
 Px.Lapang pandang Kontroversi

15
 Px. Dengan Amsler Grid. (sentral 200)

A. Penggerak bola mata dan mengangkat bola mata


III N. oklomotorius  Normal berkilau, transparan & halus
 BIla di uji sensitifitas dg kapas akan mengedip
A. Mata, memutar mata dan penggerak bola mata
Gerakan 2 mata (ekstraokuler) Normal dapat
mengikuti 8 arah mata angin
IV N.toklearis Pemeriksaan dengan Alat (px. Penunjang Dasar)
Snellen Card (langsung Praktek dan perhatikan
jarak periksa dan tahapan pemeriksaan serta cara
penulisan visus)
A. Kulit kepala & kelopak mata atas
 Lakukan inspeksi pada bagian kulit kepala guna
melihat kebersihan dan ada atau tidaknya memar
pada kulit kepala
 Lakukan palpasi pada bagian kepala guna untuk
N.trigeminus : melihat ada atau tidaknya benjolan pada kepala
- N.oftalmikus B. Rahang atas, palatum & hidung
V - N.maksilaris  Instruksikan agar pasien mencoba membuka dan
- menutup mulutnya agar kita bisa tau ada atau
N.mandibularis tidaknya fraktur atau disfungsi dari saraf yang
berhubungan ke rahang
C. Rahang bawah & lidah
 Hampir sama dengan rahang atas tapi rahang
bawah ada persarafan yang berhubungan dengan
liidah
A. Mata, penggoyang sisi mata
1. Alis Mata
 Normal Simetris
VI N.abdusen
 Kondisi bulu mata (rontok atau sengaja di cabut)
 Suruh klien menaikan dan menurunkan alis (
mengetahui Otot & saraf Fasialis)

16
2. Kesimetrisan
 Warna seperti kulit sekitar, halus
 Posisi mata secara normal paralel satu sama lain.
 Bulu mata masuk (Enteropion, keluare
ksteropion)
 Normal bisa menutup bola mata
 Catat jika ada lesi (ukuran,bentuk,warna, cairan
yg keluar)
 Perhatikan bulu mata, normal menyebar rata dan
melengkung keluar.
 Perhatikan pola kedipan bilateral (n : 20x/mnt)
A. Otot lidah, menggerakkan lidah dan selaput lendir
rongga mulut
 Instruksikan pada pasien agar menggerakkan
lidahnya, misalnya menjulurkan lidah dan
VII N.fasialis
menggerakkan lidah kekanan dan kekiri
 Inspeksi papila pada lidah dan kondisi
permukaan lidah guna untuk mengetahui ada
atau tidaknya infeksi jamur.
A. Telinga, rangsangan pendengaran
 Perdengarkan suara-suara dari beberapa volume
VIII N.auditorius
kepada pasien dan instruksikan agar pasien fokus
mendengar suara tersebut.
A. Faring, tonsil, lidah ; rangsangan cita rasa
 Berikan makanan yang mempunyai cita rasa
yang berbeda guna untuk mengetahui
IX N.glossofarineus
pengecapan baik atau tidaknya
 Tanyakan pasien pada bagian mana akan
merasakan pahit, manis, asin dll
A. Faring, laring, paru, esofagus
X N.vagus 1. Faring dapat dikaji dengan cara melihat
keadaan faring pasien dari mulut dengan cara :

17
 Instruksikan kpd px agar membuka mulutnya
 Lihat faring px dengan menekan lidahnya dgn
menggunakan tongspatel
 Catat bagaimana keadaan faring px
2. Paru
 Pemeriksaan paru dapat dilakukan dengan
teknik auskultasi
 Dengarkan suara nafas px pada saat menarik
dan menghembuskan nafas yg di tinjau adalah
ada atau tidaknya suara tambahan
 Catat apa yang kita dengarkan
3. Esofagus
 Pemeriksaan pada kerongkongan dapat
dilakukan dengan menginstruksikan kepada
px agar mencoba menelan
 Tanyakan apa yang dirasakan px pada saat
menelan apakah merasakan sakit atau tidak
 Catat hasil yang di katakan dan yang
dikeluhkan pasien
4. Laring
 Pengkajian pada laring hampir sama dengan
pengkajian pada faring yaitu
 Instruksikan pada px untuk menelan
 Tanyakan apa yang dirasakan px pada saat px
itu menelan,bila px sulit menelan dan
merasakan nyeri pada tenggorokan maka ada
gangguan pada laring px.
 Catat hasil pengkajian tersebut.

A. Leher, otot leher


XI N.assesorius
 Amati pergerakan kepala pasien antar menoloh

18
kekanan, kekiri atau kebelakang
 Instruksikan agar pasien menggerakkan
kepalanya agar kita bisa tau ada atau tidaknya
disfungsi dari otot pada leher
A. Lidah & otot lidah, cita rasa
 Kaji dengan cara memberikan makanan dengan
memiliki cita rasa yang berbeda
 Tanyakan pada px bagaimana rasa makanan yg
XII N. Hipoglosus
sudah dapat dimakan bila px menyatakan rasa
makanan itu benar maka lidah px tidak
mengalami gangguan begitu pula sebaliknya.
 Catat apa yang dikatakan oleh px

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Saraf kranial atau dalam bahasa latin disebut dengan Nervus Craniales adalah
12 pasang saraf pada manusia yang mencuat langsung dari otak manusia
3.1.2 Pemeriksaan fisik ini dilakukan sebagaimana pemeriksaan fisik lainnya dan
bertujuan untuk mengevaluasi keadaan fisik klien secara umum dan juga
menilai apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan neurologis.
3.1.3 Terdapat 12 pasang saraf kranial dimana beberapa diantaranya adalah serabut
campuran, yaitu gabungan saraf motorik dan sensorikk, sementara lainnya
adalah hanya saraf motorik ataupun hanya saraf sensorikk
3.2 Saran
3.2.1 Saran Bagi Pembaca
Diharapkan pembaca dapat mengaplikasikan ilmu kesehatan tentang
bagaimana cara pengkajian saraf kranial di kehidupan sehari-hari dan dapat
mengembangkan ilmu kedepannya.
3.2.2 Saran Bagi Masyarakat

19
Diharapkan informasi yang disampaikan oleh penulis bisa bermanfaat bagi
masyarakat.

20
DAFTAR PUSTAKA

 Buku Keperawatan Medikal Bedah oleh Joyce M. Black dan Jane Hokanson Hawks
tahun 2014.
 Buku Seri Panduan Praktik Keperawatan Klinis Marilynn Jacson & Lee Jackson
tahun 2011

21

You might also like