Professional Documents
Culture Documents
Yos Arisandy
Mahasiswa S2 Ilmu Manajemen STIE YPUP Makassar
Alamat: Palopo
Abstrak
Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai posisi sentral dalam mewujudkan kinerja
pembangunan, yang menempatkan manusia dalam fungsinya sebagai resource
pembangunan. Hakikat sumber daya manusia pada setiap organisasi atau perusahaan
khususnya pada lembaga pendidikan diperlukan adanya suatu sumber daya manusia
sebagai tenaga kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa manajemen itu pada hakikatnya
adalah manajemen sumber daya manusia yang identik dengan manajemen itu sendiri.
Filsafat sebenarnya menyediakan seperangkat pengetahuan (a body of related
knowledge) untuk berfikir efektif dalam memecahkan masalah-masalah manajemen
termasuk manajemen sumber daya manusia. Dalam tulisan ini penulis akan mencoba
membahas lebih jelas tentang manajemen sumber daya manusia dilihat dari kacamata
epistemologi.
I. Pendahuluan
Membahas tentang filsafat manajemen, tidak bisa kita pisahkan dengan sejarah filsafat.
Seperti kita ketahui filsafat mempunyai andil yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, segala ilmu pengetahuan lahir dari rahim filsafat. Bisa dikatakan bahwa filsafat
adalah induk segala ilmu pengetahuan. Pada fase awalnya filsafat hanya melahirkan dua ilmu
pengetahuan, yakni ilmu alam (Natural Philosophy) dan ilmu sosial (Moral Philosophy) maka
dewasa ini terdapat lebih dari 650 cabang keilmuan.
Hal ini, menurut Ibnu Khaldun disebabkan oleh berkembangnya kebudayaan dan
peradaban manusia. Dalam abad ke 18 dengan bermunculannya negara-negara maju
dibelahan dunia, muncul cabang ilmu pengetahuan baru yakni manajemen, yang semula
masih segan diakui sebagai ilmu pengetahuan. Hal ini bukanlah suatu yang baru. Ilmu
kemasyarakatan (yang sejak semula dinamakan sosiologi) harus memperjuangkan
kedudukannya untuk menjadi ilmu pengetahuan disamping ilmu-ilmu pengetahuan yang lain.
Demikian pula halnya ilmu ”manajemen” yang menjadi bahan perbincangan kita
sekarang. Barulah pada masa Taylor dan Fuyol, seiring dengan tumbuhnya negara-negara
industri ilmu manajemen itu mulai dianggap sebagai ilmu. Kelahiran ilmu manajemen
kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan yang kemudian disintesiskan menjadi ilmu
Pengantar Manajemen.
Ruang lingkup epistemologi pada Manajemen dapat dilihat dalam kaitannya dengan
sejumlah disiplin ilmu yang bisa “kerja sama” seperti: pendidikan, ekonomi, politik, dan lain-
lain. Namun ruang lingkup itu mengalami perkembangan, sehingga pada setiap era terdapat
lingkup yang khusus dalam epistemologi itu. Ruang lingkup yang khusus bisa terjadi pada
disiplin ilmu manajemen itu sendiri sehingga melahirkan spesialisasi pengkajiannya.
Berdasarkan uraian teoritis singkat di atas, maka penulis akan mencoba membahas
tentang Epistemologi Manajemen Sumber Daya Manusia yang dipandang sebagai satu
kesatuan yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya.
II. Pembahasan
1. Pengertian
a. Epistemologi
Istilah Epistemologi ini pertama kali digunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun
1854 dalam bukunya yang berjudul Institute of Metaphysics. Menurut sarjana
tersebut ada dua cabang dalam filsafat, salah satunya adalah Epistemologi yang
mana berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan dan logos
yang berarti teori. Jadi, dengan istilah itu yang dimaksud adalah penyelidikan asal
mula pengetahuan atau strukturnya, metodenya, dan validitasnya. Semula
epistemologi ini mempermasalahkan kemungkinan yang mendasar mengenai
pengetahuan yang paling murni dan dapat dicapai. Permasalahan epistemologi di
ilmu manajamen berkisar pada ihwal proses yang memungkinkan ditimbanya
pengetahuan yang berupa ilmu: bagaimana prosedurnya, apa yang harus
diperhatikan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, apakah yang disebut
kebenaran dan apa saja kriterianya, serta sarana apa yang membantu orang
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu.
Jawaban-jawaban yang dibutuhkan untuk memenuhi pertanyaan tersebut di
manajemen sudah sedemikian rupa diberlakukan bagi para ilmuwan itu sendiri.
Prosedur dengan pendekatan metode ilmiah adalah prosedur baku untuk
menelaah manajemen. Cara pencairan kebenaran yang dipandang ilmiah ialah
yang dilakukan melalui penilitian. Penilitian adalah hasrat ingin tahu pada
manusia dalam taraf keilmuannya. Penyaluran sampai taraf setinggi ini disertai
oleh keyakinan bahwa ada sebab bagi setiap akibat, dan bahwa setiap gejala yang
tampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah. Penilitian adalah suatu proses
yang terjadi dari suatu rangkaian langkah yang dilakukan secara terencana dan
sistematis untuk mendapatkan jawaban sejumlah pertanyaan.
Jika diperhatikan, batasan-batasan di atas nampak jelas bahwa hal-hal yang
hendak diselesaikan epistemologi ialah tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, validitas pengetahuan, dan kebenaran
pengetahuan.
Masalah epistimologi bersangkutan dengan pertanyaan-partanyaan tentang
pengetahuan. Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan, kita tidak akan
mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat di
ketahui.Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan
setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistimologi. Kita mungkin terpaksa
mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan, atau mungkin sampai
kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanyalah kemungkinan-
kemungkinan dan bukannya kepastian, atau mungkin dapat menetapkan batas-
batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak
dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya.
Dalam penyelesaiaan masalah epistimologi hendaknya kita mempelajari
naskah psikologi yang baik dalam bab-bab mengenai pengindraan, pencerahan,
penyimakan dan pemikiran, karena di dalam suatu penyelesaian yang di sarankan
terhadap masalah, bahan-bahan keterangan yang terdapat di dalam naskah
tersebut harus di perhitungkan.
Makna pengetahuan jika di katakana masalah epistimologi bersangkutan
dengan pertanyaan tentang pengetahuan, apakah yang kita maksudkan dengan
pengetahuan? Di misalkan saya berkata “Saya mempunyai pengetahuan tentang
kenyataan bahwa Caesar telah di bunuh”, atau “Saya tahu siapa yang membunuh
Cock Robin.” Tepatnya, apakah yang saya maksudkan? Yang pertama di antara
kedua pernyataan tersebut dapat di singkat membacanya,”Saya tahu Bahwa
Caesar di bunuh”. Dapatlah kiranya di mengerti bahwa kapanpun kita mempunyai
pengetahuan, maka pengetahuan itu merupakan pengetahuan mengenai sesuatu.
Demikianlah di dalam kedua kalimat tersebut, terdapat fakta-fakta: Caesar telah
di bunuh dan Cock Robin di bunuh oleh seseorang yang saya ketahui.
b. Manajemen
Manajemen berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus,
mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan. Sondang P. Siagian
mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk
memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan
orang lain.
Manajemen merupakan fungsi sosial yang tertanam dalam tradisi, nilai-
nilai, kebiasaan, kepercayaan dan dalam sistem pemerintahan serta politik.
Manajemen dibentuk oleh kebudayaan, dan sebaliknya manajemen dan para
manajer membentuk kebudayaan dan masyarakat. Walaupun manajemen
merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang terorganisasi, manajemen tetap
merupakan kebudayaan. Manajemen bukan ilmu yang bebas nilai”.
Menurut Drucker manajemen meliputi suatu area disiplin ilmiah dan
praktek yang luas. Akan tetapi cara berpikir dan praktek manajemen memiliki
beberapa prinsip esensial yang bersifat filosofis. Pertama, manajemen adalah soal
manusia. Fungsi utama manajemen adalah memungkinkan terjadinya kerja sama,
yakni untuk membuat kekuatan orang-orang yang berbeda menjadi relevan, dan
kelemahan mereka menjadi tidak relevan. Ini adalah alasan dari keberadaan
organisasi, apapun bentuknya. Dalam hal ini praktek manajemen sangatlah
penting. Kedua, karena manajemen terkait dengan integrasi dari beragam orang
untuk mencapai tujuan yang sama, maka praktek tersebut berakar kuat di dalam
kultur. Praktek manajemen di manapun tempat dilakukannya, pada hakekatnya,
adalah sama. Akan tetapi pola penerapannyalah yang berbeda. Ketiga, setiap
organisasi apapun bentuknya selalu membutuhkan komitmen tertentu pada tujuan
bersama (common goal), dan diikat oleh nilai-nilai bersama (common
values). Keempat, Drucker lebih jauh menjelaskan bahwa praktisi manajemen
haruslah mampu membawa organisasi untuk berkembang dan menyesuaikan diri
dengan perubahan yang ada. Ia harus mampu membaca situasi, dan
memanfaatkan semua peluang yang mungkin diraih. Kelima, setiap organisasi
selalu terdiri dari beragam orang dengan beragam pengetahuan dan ketrampilan.
Mereka melakukan pekerjaan yang berbeda-beda, sesuai dengan kemampuannya.
Semua aktivitas tersebut haruslah dilakukan atas dasar komunikasi dan tanggung
jawab individu yang kokoh. Keenam, bagaimana menilai kemajuan suatu
organisasi? Kriteria apa yang dapat kita gunakan untuk melakukan itu? Memang
produktivitas, luasnya pasar, status finansial, dan pengembangan sumber daya
manusia sangatlah penting bagi keberlangsungan suatu organisasi. Dan ketujuh,
daya guna dan hasil suatu organisasi terletak di luar organisasi itu sendiri. “Hasil
dari praktek bisnis adalah konsumen yang puas.”
Manajemen tidak bisa dilepaskan dari filsafat. Tanpa filsafat manajemen
tidak memiliki fondasi pengetahuan yang kuat. Tanpa manajemen filsafat akan
berhenti menjadi pengetahuan dan insight yang belum diterapkan ke dalam
praktek. Oleh karena itu kedua displin itu sebenarnya saling bertautan tanpa
pernah bisa dipisahkan.
Tujuan dasar dari manajemen adalah untuk membuat beragam orang
bekerja sama untuk tujuan yang sama, berpijak pada nilai-nilai yang sama,
struktur kerja yang sama, pelatihan yang sama, dan perkembangan bersama yang
diarahkan untuk menanggapi berbagai perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat. Dulu manajemen hanya berfokus untuk mengatur sekumpulan orang
yang tidak memiliki keahlian apapun, dan hanya bekerja untuk tujuan-tujuan
jangka pendek saja. Sekarang dan akan terus berkembang di masa depan,
manajemen digunakan untuk mengatur orang-orang yang memiliki pendidikan
dan keahlian yang tinggi. Mereka mengabdi tidak hanya untuk memenuhi tujuan-
tujuan jangka pendek, tetapi untuk masa depan kebudayaan manusia dan
memiliki pengaruh yang sangat luaske seluruh dunia.
Praktek manajemen berurusan dengan tindakan dan aplikasi. Ujian terhadap
berhasil tidaknya praktek manajemen adalah hasilnya. Akan tetapi hasil itu tidak
melulu terkait dengan uang (economic performance), tetapi juga dengan manusia,
nilai-nilainya, dan perkembangannya. Inilah yang membuat manajemen terkait
erat dengan kemanusiaan. Bahkan bisa juga dibilang, dimensi filosofis terdalam
dari manajemen adalah sisi kemanusiaannya. Manajemen terkait erat juga dengan
struktur sosial dari komunitas, di mana praktek manajemen tersebut dilaksanakan.
Berbicara melalui pengalaman bertahun-tahun bekerja sama dengan para praktisi
manajemen, Drucker berpendapat, bahwa manajemen sangatlah terkait dengan
moralitas. Moralitas yang juga selalu terkait dengan hakekat dari manusia itu
sendiri, sisi baik maupun sisi buruknya. Dengan alasan-alasan yang telah
dikemukanan tersebut, manajemen adalah suatu praktek yang berfokus pada
kemanusiaan. Tujuan utama manajemen adalah supaya kemanusiaan diakui dan
dijadikan prinsip utama. Tanpa aspek kemanusiaan manajemen hanyalah alat
untuk membenarkan penindasan, atau selubung yang menutupi ketidakadilan.
Filsafat manajemen adalah kerjasama saling menguntungkan, bekerja
efektif dan dengan metode kerja yang terbaik dan mencapai hasil yang optimal.
Filsafat manajemen adalah kumpulan pengetahuan dan kepercayaan yang
memberikan dasar atau basis yang luas untuk menentukan pemecahan terhadap
masalah-masalah manjer.
Nanang Fattah menjelaskan bahwa filsafat manajemen yang termasuk
didalamnya adalah filsafat Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) bahwa
yang dijadikan dasar filsafat manajemen dibedakan dalam tiga jenis hakikat,
yaitu: Hakikat tujuan, hakikat manusia dan hakikat kerja.[15] Jadi, Filsafat
manajemen SDM adalah sebuah dasar atau beberapa dasar yang digunakan
sebagai pijakan untuk mencapai tujuan, baik itu dari aspek tujuan, aspek pelaku
(manusia) maupun aspek aktifitas yang dilakukan.
Filsafat manajemen mengandung dasar pandangan hidup yang
merefleksikan keberadaan, identitas, dan implikasinya guna mewujudkan
efisiensi dan efektivitas dalam pekerjaan manajemen. Untuk merealisasikan
tujuan dibutuhkan beberapa faktor pendukung sehingga menjadikan kombinasi
yang terpadu antara kepentingan individu atau umum. Filsafat Manajemen
memberikan pemikiran dan tindakan yang menguntungkan dalam manajemen dan
membantu kepada sifatnya yang dinamis dan memberi tantangan.
III. Kesimpulan
1. Epistemologi diawali dengan langkah-langkah : perumusan masalah, penyusunan
kerangka pikiran, perumusan hipotesis, dan penarikan kesimpulan.
2. Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia
merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara
memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan.
3. Epistemologi Manajemen Sumber Daya Manusia adalah bagaimana menggali
sedalam-dalam pengetahuan tentang apakah hakikat sesungguhnya dari ilmu
pengetahuan manajemen sumber daya manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Kanto, Muklis, dan Patta Rapanna, Filsafat Manajemen, Celebes Media Perkasa, 12 Sep
2017. hal.13
Memahami Aspek Pengelolaan SDM dalam Organisasi Dra. Justine T. Sirait, MBAT
Grasindo hal 16
Mahmud, Moh. Natsir. Epistemologi dan Studi Islam Kontemporer, Cet.I; Makassar: 2000.
Saefuddin et.al, Desekularisasi Pemikiran: landasan Islamisasi, Cet. IV; Bandung: Mizan,
1998.
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet. X; Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1990), h. 33.
http://geniusschool1409.blogspot.com/2015/03/filsafat-manajemen-sumber-daya-
manusia_2.html
https://msdmandtraining.wordpress.com/2017/02/22/landasan-ontologi-epistemologi-dan-
aksiologi-dalam-filsafat-ilmu/
http://yunie160691.blogspot.com/2010/06/landasan-ontologi-epistemologi-dan.html
https://ariantokutabatu.blogspot.com/2014/04/pengertian-manajemen-dan-filsafat.html