Professional Documents
Culture Documents
DISTOSIA BAHU
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa
intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu kekuatan ibu
(Power), keadaan jalan lahir (Passage) dan keadaan janin (Passanger). Faktor lainnya adalah
psikologi ibu (respon ibu), penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanya
keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut, persalinan normal diharapkan
dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan
atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut
distosia.
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi perputaran lagi paksi luar yang menyebabkan
kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya akan berada
pada sumbu miring (oblique) dibawah ramus publis. Dorongan saat ibu mengedan akan
menyebabkan bahu depan (anterior) berada dibawah pubis. Bila bahu gagal untuk mengadakan
putaran menyesuaikan dengan sumbu miring panggul dan tetap berada pada posisi anterior
posterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis.
Kasus distosia bahu amat bervariasi tergantung kriteria diagnosis yang digunakan.
Sebagai contoh, Gross dan rekan (1987) berhasil mengidentifikasi 0,9 persen dari hampir 11.000
persalinan pervaginam yang dikategorikan sebagai mengalami distosia bahu di Toronto General
Hospital. Meski demikian,distosia bahu sejati—yang baru didiagnosis ketika diperlukan manuver
lain selaintraksi ke bawah dan episiotomi untuk melahirkan bahu—hanya ditemukan pada 24
kelahiran (0,2 persen). Trauma nyata pada janin ditemukan hanya padadistosia bahu yang
memerlukan manuver untuk melahirkan. Laporan-laporanterkini, yang membatasi diagnosis
distosia bahu pada pelahiran yangmemerlukan manuver, menyatakan insidensi yang bervariasi
antara 0,6 sampai1,4 persen (American College of Obstetricians and Gynecologists, 2000;
Baskettand Allen, 1995; McFarland et al, 1995; Nocon et al, 1993).Berkisar dari 1 per 1000 bayi
dengan berat badan kurang dari 3,500g, sampai16 per 1000 bayi yang lahir di atas 4000 g. Di
samping banyak studi untukmengidentifikasi faktor predisposisi distosia bahu, lebih dari 50%
kasus terjadi tanpa adanya faktor resiko.
Distosia bahu dapat menjadi salah satu dari keadaan darurat yang paling menakutkan di
kamar bersalin. Walaupun banyak faktor telah dihubungkan dengan distosia bahu, kebanyakan
kasus terjadi dengan tidak ada peringatan. Kasus ini diangkat sebagai salah satu kejadian distosia
bahu yang tidak diperkirakan sebelumnya dan bagaimana penanganan yang dilakukan dalam
mengatasi masalah tersebut baik dalam hal maneuver yang dipilih dalam mengatasinya dan
tindakan-tindakan yang dilakukan setelah bayi lahir, dalam hal ini termasuk resusitasi neonatus.
Semoga dengan dibawakannya kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi kita akan kasus tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang Distosia ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui distosia dan askepnya, dan juga untuk memenuhi tugas Keperawatan
Maternitas tentang Distosia.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi Distosia
Distosia bahu didefinisikan sebagai impaksi (hambatan) lahirnya bahu bayi setelah
lahirnya kepala dan berkaitan dengan peningkatan insidensi morbiditas dan mortalitas bayi
akibat cedera pleksus brachialis dan asfiksia. Diagnosis ini harus dipikirkan ketika dengan traksi
kebawah yang memadai tidak dapat melahirkan bahu. Tanda distosia bahu lainnya adalah jika
setelah kepala melalui serviks kemudian tampak kepala kembali tertarik balik ke dalam (turtle
sign)
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai
kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan. (Bobak, 2004 : 784)
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang timbul
akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan sebagai berikut:
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya mengedan
ibu (kekuatan/power)
3. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan jumlah bayi
5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, persiapan,
budaya, serta sistem pendukung
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral
promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat
promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya
distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin dilahirkan.
Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervagina untuk
melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus. Spong dkk (1995) menggunakan sebuah
kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia bahu yaitu interval waktu antara lahirnya
kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala dengan
persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik , pada distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan
bahwa distosia bahu adalah bila interval waktu tersebut lebih dari 60 detik.
American College of Obstetrician and Gynecologist (2002) menyatakan bahwa angka
kejadian distosia bahu bervariasi antara 0.6 – 1.4% dari persalinan normal.
B. Etiologi
C. Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada
sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan
meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan
putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada
bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa
lahir mengikuti kepala.
D. Manifestasi Klinis
Dapat dilihat dan diraba, perut terasa membesar kesamping.
Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak dada, teraba
bagian – bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas pada dada.
E. Komplikasi
Fetal/Neonatal
- Kematian
- Hypoxia/Asphyxia Dan Sequelae
- Perlukaan kelahiran
- Faktur klavikula-humerus
- kelumpuhan plexus brakhialis
Maternal
- Perdarahan postpartum
- Atoni
- Laseasi jalan lahir
- Ruptur uteri
F. Klasifikasi Distosia
1. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan Kekuatan
Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang menghambat
kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan pendataran/effacement (kekuatan
primer), dan atau kemajuan penurunan (kekuatan sekunder).
Presentasi muka
Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal sehingga muka bagian
terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada panggul sempit atau janin besar. Multiparitas dan perut
gantung juga merupakan faktor yang menyebabkan persentasi muka.
Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat, sehingga dahi merupakan
bagian yang paling rendah. Kondisi ini merupakan kedudukan yang bersifat sementara yang
kemudian berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Penyebab
terjadinya kondisi ini sama dengan presentasi muka.
Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada dibawah cavum uteri. Beberapa jenis letak sungsang yakni :
- Presentasi bokong
Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat keatas sehingga
ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Sehingga pada pemeriksaan dalam hanya
dapat diraba bokong.
- Presentasi bokong kaki sempurna
disamping bokong dapat diraba kedua kaki.
- Presentasi bokong kaki tidak sempurna
Hanya terdapat satu kaki disamping bokong sedangkan kaki yang lain terangkat keatas.
- Presentasi kaki
Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan,
lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai tangan.
Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal dalam
ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-
ubun. Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvic
Kelainan bentuk janin yang lain
- Janin kembar melekat(double master)
Torakopagus(pelekatan pada dada) merupakan janin kembar melekat yang paling sering
menimbulkan kesukaran persalinan.
- Janin dengan perut besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari asites atau tumor hati, limpa, ginjal
dan ovarium jarang sekali dijumpai.
Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin didalam
jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi kepala, prolaksus funikuli sangat berbahaya
bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan
lahir dengan akibat gangguan oksigenasi.
Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat disebabkan oleh gangguan adaptasi bagian bawah
janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin.
a. Identitas Klien
Pengkajian psikologi klien, apakah sering mengalami stres pada saat kehamilan dan bagaimana
persiapan dalam menghadapi persalinannya.
Kaji kapan terjadi pecah ketuban.
c. Keluhan sekarang:
“ Klien merasa mulas dan nyeri pada pinggang serta telah mengeluarkan air pada vaginanya”
a) Aktifitas/istirahat
b) Sirkulasi
Tekanan darah dapat meningkat,mungkin menerima magnesium sulfat untu hipertensi karena
kehamilan
c) Eliminasi
d) Integritas ego
Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada awal proses kehamilan,kontraksi jarang,dengan
intensitas ingan sampa sedang,dapat terjadi sebelum awitan persalinan atau sesudah persalinan
terjadi,fase laten dapat memanjang,
f) Keamanan
Serviks mungkin kaku atau tidak siap,pemerisaan vagina dapat menunjukkan janin dalam
malposisi,penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau kurang dari 2
cm/jam pada mutipara bahkan tidak ada kemajuan.,dapat mengalami versi eksternal setelah
getasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala
g) Seksualitas
3. Pengkajian fisik
Pengkajian dapat dilakukan dengan pengkajian Tanda-tanda vital, pada pengkajian fisik
tekanan darah, denyut jantung, suhu, pernapasan biasanya meningkat, hal ini dipengaruhi oleh
nyeri yang dirasakan oleh klien. Selain itu pengkajian fisik dapat juga dilakukan dengan palpasi
yaitu palpasi letak janin dalam kandungan, apakah normal atau malposisi.
4. Prosedur diagnostik
B. Diagnosa Keperawatan
a. Cedera, resiko tinggi terhadap maternal (ibu) b/d penurunan tonus otot/pola kontraksi otot,
obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
b. Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama, malpresentasi janin,hipoksia/asidosis
jaringan, abnormalitas pelvis ibu.
c. Kekurangan volume cairan b/d status hipermetabolik, muntah, diaforesis hebat, pembatasan
masukan oral, diuresis ringan berhubungan dengan pemberian oksitosin.
Rencana Asuhan Keperawatan Distosia Bahu
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Implementa Evaluasi
o si
1 resiko tinggi Mencegah Tinjau Membantu meninjau S:
Cedera adanya resiko ulang dalam ulang Klien
terhadap cedera pada riwayat mengidentifikasi riwayat mengatak
maternal (ibu) ibu persalinan, kemungkinan persalinan,a an nyeri
b/d penurunan awitan dan penyebab, witan dan post
tonus durasi kebutuhan durasi partum
otot/pola pemeriksaan
kontraksi diagnostik dan O:
otot, obstruksi intervensi yang - tonus
mekanis pada tepat otot
penurunan Evaluasi Kelelahan ibu mengevalua dibawah
janin, tingkat yang berlebihan si tingkat batas
keletihan keletihan menimbulkan keletihan normal
maternal yang disfungsi yang - durasi
menyertai,s sekunder, atau menyertai,se partus
erta mungkin akibat rta aktifitas lama
aktifitas dari persalinan dan
dan lama istirahat,sebe A:
istirahat,se lum awitan Tujuan
belum persalinan belum
awitan tercapai
persalinan
Kaji pola Disfungsi mengkaji P:
kontraksi kontraksi dapat pola Intervensi
uterus memperlama kontraksi dilanjutka
secara persalinan,menin uterus secara n
manual gkakan resiko manual atau
atau secara komplikasi secara
elektronik maternal/janin elektronik
Catat Serviks kaku mencatat
kondisi atau tidak siap kondisi
serviks.pan tidak akan serviks.panta
tau tanda dilatasi, u tanda
amnionitis. menghambat amnionitis.c
catat penurunan atat
peningkata janin/kemajuan peningkatan
n suhu atau persalinan. suhu atau
jumlah sel terjadi amniositis jumlah sel
darah secara langsung darah
putih;catat dihubungkan putih;catat
bau dan dengan lamanya bau dan
rabas persalinan rabas vagina
vagina sehingga
melahirkan harus
terjadi dalam 24
jam setelah
pecah ketuban
Catat Digunakan mencatat
penonjolan sebagai indikator penonjolan,p
,posisi dalam osisi janin
janin dan mengidentifikasi dan
presentase persalinan yang presentase
janin lama janin
Anjurkan Kandung kemih menganjurk
klien dapat an klien
berkemih menghambat berkemih
setiap1-2 aktifitas uterus setiap1-2
jam.kaji dan jam.kaji
terhadap mempengaruhi terhadap
penuhanka penurunan janin penuhankand
ndung ung kemih
kemih diatas
diatas simfisis
simfisis pubis
pubis
Tempatkan Ambulasi dapat menempatka
klien pada membantu n klien pada
posisireku kekuatan posisirekum
mben gravitasi dalam ben lateral
lateral dan merangsang pola dan anjurkan
anjurkan persalinan tirah baring
tirah baring normal dan atau
atau dilatasi serviks ambulasi
ambulasi sesuai
sesuai tolerans
toleransi
Bantu Melahirkan membantu
dengan seksio sesari dengan
persiapan segera persiapan
seksio diindifikasikan seksio
sesaria untuk cincin sesaria
sesuai bandl untuk sesuai
indikasi distres janin indikasi
untuk karena CPD untuk
malposisi, malposisi,
CPD atau CPD atau
cincin cincin bandl
bandl
Siapkan Melahirkan menyiapkan
untuk secara forsep untuk
melahirkan dilakukan pada melahirkan
dengan ibu yang lelah dengan
forsep (bila berlebihan dan forsep (bila
perlu) tidak mampu perlu)
untuk mengedan
lagi
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai
kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan. (Bobak, 2004 : 784)
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang timbul
akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan sebagai berikut:
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya mengedan
ibu (kekuatan/power)
3. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan jumlah bayi
5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, persiapan,
budaya, serta sistem pendukung
Daftar Pustaka
Stright, Barbara R. 2004. Keperawatan ibu-bayi baru lahir edisi 3. Jakarta: EGC