You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DISTOSIA BAHU
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa
intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu kekuatan ibu
(Power), keadaan jalan lahir (Passage) dan keadaan janin (Passanger). Faktor lainnya adalah
psikologi ibu (respon ibu), penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanya
keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut, persalinan normal diharapkan
dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan
atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut
distosia.

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi perputaran lagi paksi luar yang menyebabkan
kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya akan berada
pada sumbu miring (oblique) dibawah ramus publis. Dorongan saat ibu mengedan akan
menyebabkan bahu depan (anterior) berada dibawah pubis. Bila bahu gagal untuk mengadakan
putaran menyesuaikan dengan sumbu miring panggul dan tetap berada pada posisi anterior
posterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis.

Kasus distosia bahu amat bervariasi tergantung kriteria diagnosis yang digunakan.
Sebagai contoh, Gross dan rekan (1987) berhasil mengidentifikasi 0,9 persen dari hampir 11.000
persalinan pervaginam yang dikategorikan sebagai mengalami distosia bahu di Toronto General
Hospital. Meski demikian,distosia bahu sejati—yang baru didiagnosis ketika diperlukan manuver
lain selaintraksi ke bawah dan episiotomi untuk melahirkan bahu—hanya ditemukan pada 24
kelahiran (0,2 persen). Trauma nyata pada janin ditemukan hanya padadistosia bahu yang
memerlukan manuver untuk melahirkan. Laporan-laporanterkini, yang membatasi diagnosis
distosia bahu pada pelahiran yangmemerlukan manuver, menyatakan insidensi yang bervariasi
antara 0,6 sampai1,4 persen (American College of Obstetricians and Gynecologists, 2000;
Baskettand Allen, 1995; McFarland et al, 1995; Nocon et al, 1993).Berkisar dari 1 per 1000 bayi
dengan berat badan kurang dari 3,500g, sampai16 per 1000 bayi yang lahir di atas 4000 g. Di
samping banyak studi untukmengidentifikasi faktor predisposisi distosia bahu, lebih dari 50%
kasus terjadi tanpa adanya faktor resiko.

Distosia bahu dapat menjadi salah satu dari keadaan darurat yang paling menakutkan di
kamar bersalin. Walaupun banyak faktor telah dihubungkan dengan distosia bahu, kebanyakan
kasus terjadi dengan tidak ada peringatan. Kasus ini diangkat sebagai salah satu kejadian distosia
bahu yang tidak diperkirakan sebelumnya dan bagaimana penanganan yang dilakukan dalam
mengatasi masalah tersebut baik dalam hal maneuver yang dipilih dalam mengatasinya dan
tindakan-tindakan yang dilakukan setelah bayi lahir, dalam hal ini termasuk resusitasi neonatus.
Semoga dengan dibawakannya kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi kita akan kasus tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang Distosia ?

2. Bagaimana Asuhan keperawatan pada Distosia ?

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui distosia dan askepnya, dan juga untuk memenuhi tugas Keperawatan
Maternitas tentang Distosia.

BAB II

KONSEP TEORI

A. Definisi Distosia

Distosia bahu didefinisikan sebagai impaksi (hambatan) lahirnya bahu bayi setelah
lahirnya kepala dan berkaitan dengan peningkatan insidensi morbiditas dan mortalitas bayi
akibat cedera pleksus brachialis dan asfiksia. Diagnosis ini harus dipikirkan ketika dengan traksi
kebawah yang memadai tidak dapat melahirkan bahu. Tanda distosia bahu lainnya adalah jika
setelah kepala melalui serviks kemudian tampak kepala kembali tertarik balik ke dalam (turtle
sign)
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai
kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan. (Bobak, 2004 : 784)

Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang timbul
akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan sebagai berikut:

1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya mengedan
ibu (kekuatan/power)

2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir)

3. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan jumlah bayi

4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan

5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, persiapan,
budaya, serta sistem pendukung

Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral
promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat
promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya
distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin dilahirkan.
Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervagina untuk
melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus. Spong dkk (1995) menggunakan sebuah
kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia bahu yaitu interval waktu antara lahirnya
kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala dengan
persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik , pada distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan
bahwa distosia bahu adalah bila interval waktu tersebut lebih dari 60 detik.
American College of Obstetrician and Gynecologist (2002) menyatakan bahwa angka
kejadian distosia bahu bervariasi antara 0.6 – 1.4% dari persalinan normal.

B. Etiologi

Distosia dapat disebabkan oleh :


1. Kelainan tenaga/ power
2. Kelainan jalan lahir/ passage
3. Kelainan letak dan bentuk janin/ passager
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
“melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan
kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan
bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul
setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.

C. Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada
sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan
meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan
putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada
bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa
lahir mengikuti kepala.

D. Manifestasi Klinis
Dapat dilihat dan diraba, perut terasa membesar kesamping.

Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan.

Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan.

Terjadi distensi berlebihan pada uterus

Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak dada, teraba
bagian – bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas pada dada.

E. Komplikasi

Fetal/Neonatal
- Kematian
- Hypoxia/Asphyxia Dan Sequelae
- Perlukaan kelahiran
- Faktur klavikula-humerus
- kelumpuhan plexus brakhialis
Maternal
- Perdarahan postpartum
- Atoni
- Laseasi jalan lahir
- Ruptur uteri

F. Klasifikasi Distosia
1. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan Kekuatan
Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang menghambat
kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan pendataran/effacement (kekuatan
primer), dan atau kemajuan penurunan (kekuatan sekunder).

2. Distosia karena Kelainan struktur Pelvis


Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kontraktur diameter pelvis yang mengurangi
kapasitas tulang panggul, termasuk pelvis inlet (pintu atas panggul), pelvis bagian
tengah,pelvis outlet (pintu bawah panggul), atau kombinasi dari ketiganya.
Disproporsi pelvis merupakan penyebab umum dari distosia. Kontraktur pelvis
mungkin disebabkan oleh ketidak normalan kongenital, malnutrisi maternal,
neoplasma atau kelainan tulang belakang. Ketidakmatangan ukuran pembentukan
pelvis pada beberapa ibu muda dapat menyebabkan distosia pelvis.
 Kesempitan pada pintu atas panggul
Kontraktur pintu atas panggul terdiagnosis jika diagonal konjugata kurang dari 11,5 cm.
Insiden pada bentuk wajah dan bahu meningkat. Karena bentuk interfere dengan
engagement dan bayi turun, sehingga beresiko terhadap prolaps tali pusat.

 Kesempitan panggul tengah


Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior
persisten atau posisi kepaladalam posisi lintang tetap.

 Kesempitan pintu bawah panggul


Agar kepala janin dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian belakang pintu
bawah panggul. Dengan distansi tuberum bersama dengan diameter sagittalis posterior kurang
dari 15 cm, timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran normal.

3. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin


a. Kelainan letak, presentasi atau posisi
 Posisi oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu atas panggul
dengan sutura sagittalis melintang atau miring sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri
melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang. Namun
keadaan ini pada umumnya tidak akan terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu bila
keadaan kepala janin dalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran normal.
Penyebab terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah usaha penyesuaian kepala
terhadap bentuk dan ukuran panggul.

 Presentasi puncak kepala


Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat defleksinya maka dapat
terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau presentasimuka. Presentasi puncak kepala
(presentasi sinsiput) terjadi apabila derajat defleksinya ringan sehingga ubun-ubun besar berada
dibawah. Keadaan ini merupakan kedudukan sementara yang kemudian berubah menjadi
presentasi belakang kepala.

 Presentasi muka
Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal sehingga muka bagian
terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada panggul sempit atau janin besar. Multiparitas dan perut
gantung juga merupakan faktor yang menyebabkan persentasi muka.

 Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat, sehingga dahi merupakan
bagian yang paling rendah. Kondisi ini merupakan kedudukan yang bersifat sementara yang
kemudian berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Penyebab
terjadinya kondisi ini sama dengan presentasi muka.
 Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada dibawah cavum uteri. Beberapa jenis letak sungsang yakni :
- Presentasi bokong
Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat keatas sehingga
ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Sehingga pada pemeriksaan dalam hanya
dapat diraba bokong.
- Presentasi bokong kaki sempurna
disamping bokong dapat diraba kedua kaki.
- Presentasi bokong kaki tidak sempurna
Hanya terdapat satu kaki disamping bokong sedangkan kaki yang lain terangkat keatas.
- Presentasi kaki
Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.

 Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan,
lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai tangan.

b. Kelainan bentuk janin


 Pertumbuhan janin yang berlebihan
Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Kepala dan bahu
tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis, selain itu distensi uterus oleh janin yang besar
mengurangi kekuatan kontraksi selama persalinan dan kelahirannya. Pada panggul normal, janin
dengan berat badan 4000-5000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam
melahirkannya.

 Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal dalam
ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-
ubun. Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvic
 Kelainan bentuk janin yang lain
- Janin kembar melekat(double master)
Torakopagus(pelekatan pada dada) merupakan janin kembar melekat yang paling sering
menimbulkan kesukaran persalinan.
- Janin dengan perut besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari asites atau tumor hati, limpa, ginjal
dan ovarium jarang sekali dijumpai.

 Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin didalam
jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi kepala, prolaksus funikuli sangat berbahaya
bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan
lahir dengan akibat gangguan oksigenasi.
Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat disebabkan oleh gangguan adaptasi bagian bawah
janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin.

4. Distosia karena kelainan posisi ibu


Posisi bisa menimbulkan dampak positif dan negatif pada persalinan, dimana efek gravitasi
dan bagian tubuh memiliki hubungan yang penting untuk kemajuan proses persalinan. Misalnya
posisi tangan dan lutut, posisi oksiput posterior lebih efektif dari pada posisi lintang. Posisi
duduk dan jongkok membantu mendorong janin turun dan memperpendek proses kala II (Terry
et al, 2006). Posisi recumbent dan litotomy bisa membantu pergerakan janin ke arah bawah.
Apabila distosia karena kelainan posisi ibu ini terjadi, tindakan yang harus segera dilakukan pada
proses persalinan adalah seksio sesaria atau vakum.

5. Distosia karena respon psikologis


Stress yang diakibatkan oleh hormon dan neurotransmitter (seperti catecholamines) dapat
menyebabkan distosia. Sumber stress pada setiap wanita bervariasi, tetapi nyeri dan tidak adanya
dukungan dari seseorang merupakan faktor penyebab stress.
Cemas yang berlebihan dapat menghambat dilatasi servik secara normal, persalinan
berlangsung lama, dan nyeri meningkat. Cemas juga menyebabkan peningkatan level strees yang
berkaitan dengan hormon (seperti: β endorphin, adrenokortikotropik, kortisol, dan epinephrine).
Hormon ini dapat menyebabkan distosia karena penurunan kontraksi uterus.

6. Pola persalinan tidak normal


Pola persalinan yang tidak normal diidentifikasi dan diklasifikasikan oleh Riedman (1989)
berdasarkan sifat dilasi servikal dan penurunan janin.
Persalinan normal
a) Dilasi (pembukaan) berlanjut
- Fase laten: <4 cm dan low slope
- Fase aktif: > 5 cm dan high slope
- Fase deselerasi: ≥ 9 cm
b) Penurunan: aktif pada dilasi ≥ 9 cm
Persalinan tidak Normal
Pola Nulliparas Multiparas
Fase laten < 20 jam >14 jam
prolonged
Fase dilasi aktif < 1.2 cm/jam <1.5 cm/jam
protracted
Secondary arrest: ≥ 2 jam ≥ 2 jam
no change
Protracted descent < 1 cm/jam < 2 cm/jam
Arrest of descent ≥ 1 jam ≥1/2 jam
Persalinan >5 cm /hari 10 cm/hari
precipitous
Failure of descent Tidak ada perubahan selama fase
deselarasi dan kala II

7. Distosia karena kelainan traktus genitalis


a) Vulva
Kelainan pada vulva yang menyebabkan distosia adalah edema, stenosis, dan tumor. Edema
biasanya timbul sebagai gejala preeklampsia dan terkadang karena gangguan gizi. Pada
persalinan jika ibu dibiarkan mengejan terus jika dibiarkan dapat juga mengakibatkan edema.
Stenosis pada vulva terjadi akibat perlukaan dan peradangan yang menyebabkan ulkus dan
sembuh dengan parut-parut yang menimbulkan kesulitan. Tumor dalam neoplasma jarang
ditemukan. Yang sering ditemukan kondilomata akuminata, kista, atau abses glandula bartholin.
b) Vagina
Yang sering ditemukan pada vagina adalah septum vagina, dimana septum ini memisahkan
vagina secara lengkap atau tidak lengkap dalam bagian kanan dan bagian kiri. Septum lengkap
biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar,
baik untuk koitus maupun untuk lahirnya janin. Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan
turunnya kepala janin pada persalinan dan harus dipotong terlebih dahulu.
Stenosis vagina yang tetap kaku dalam kehamilan merupakan halangan untuk lahirnya bayi,
perlu dipertimbangkan seksio sesaria. Tumor vagina dapat menjadi rintangan pada lahirnya janin
per vaginam
c) Servik uteri
Konglutinasio orivisii externi merupakan keadaan dimana pada kala I servik uteri menipis
akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga merupakan lembaran kertas dibawah kepala janin.
Karsinoma servisis uteri, merupakan keadaan yang menyebabkan distosia.
d) Uterus
Mioma uteri merupakan tumor pada uteri yang dapat menyebabkan distosia apabila mioma
uteri menghalangi lahirnya janin pervaginam, adanya kelainan letak janin yang berhubungan
dengan mioma uteri, dan inersia uteri yang berhubungan dengan mioma uteri.
e) Varium
Distosia karena tumor ovarium terjadi apabila menghalangi lahirnya janin pervaginam.
Dimana tumor ini terletak pada cavum douglas. Membiarkan persalinan berlangsung lama
mengandung bahaya pecahnya tumor atau ruptura uteri atau infeksi intrapartum.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ditosia bahu juga harus memperhatikan kondisi ibu dan janin. Syarat-
syarat agar dapat dilakukan tindakan untuk menangani distosia bahu adalah :
a) Kondisi vital ibu cukup memadai sehingga dapat bekerjasama untuk menyelesaikan persalinan
b) Masih mampu untuk mengejan
c) Jalan lahir dan pintu bawah panggul memadai untuk akomodasi tubuh bayi
d) Bayi masih hidup atau diharapkan dapat bertahan hidup
e) Bukan monstrum atau kelainan congenital yang menghalangi keluarnya bayi
Karena distosia bahu tidak dapat diramalkan, pelaku praktik obstetric harus mengetahui
betul prinsip-prinsip penatalaksanaan penyulit yang terkadang sangat melumpuhkan ini.
1. Teknik Penanganan Distosia Bahu
Prinsip utama dalam penanganan distosia bahu adalah melahirkan badan bayi sesegera
mungkin dengan beberapa teknik berikut :
a. Episiotomi
Episiotomi dilakukan dengan tujuan memperluas jalan lahir sehingga bahu diharapkan dapat
lahir.
b. Manuver Mc Robert (1983)
1) Dengan posisi ibu berbaring, minta ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke arah
dadanya, minta dua asisten (boleh suami atau anggota keluarganya) untuk membantu ibu.
2) Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (kearah anus ibu) untuk
menggerakkan bahu anterior di bawah symphisis pubis. Hindari tekanan yang berlebihan pada
bagian kepala bayi karena mungkin akan melukainya.
3) Secara bersamaan minta salah satu asisten untuk memberikan sedikit tekanan supra pubis ke
arah bawah dengan lembut. Jangan lakukan dorongan pada pubis, karena akan mempengaruhi
bahu lebih jauh dan bisa menyebabkan ruptur uteri
c. Manuver Corkscrew Woods (1943)
1) Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan lakukan penekanan pada bahu anterior, ke arah
sternum bayi, untuk memutar bahu bayi dan mengurangi diameter bahu
2) Jika perlu, lakukan penekanan pada bahu posterior ke arah sternum.
d. Teknik Pelahiran Bahu Belakang
1) Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan pegang tulang lengan atas yang berada pada posisi
posterior
2) Fleksikan lengan bayi di bagian siku dan letakkan lengan tersebut melintang di dada bayi.
e. Manuver Rubin (1964)
1) Pertama dengan menggoyang-goyang kedua bahu janin dari satu sisi ke sisi lain dengan
memberikan tekanan pada abdomen.
2) Bila tidak berhasil, tangan yang berada di panggul meraih bahu yang paling mudah di akses,
kemudian mendorongnya ke permukaan anterior bahu. Hal ini biasanya akan menyebabkan
abduksi kedua bahu kemudian akan menghasilkan diameter antar-bahu dan pergeseran bahu
depan dari belakang simfisis pubis.
f. Manuver Hibbard (1982)
Menekan dagu dan leher janin ke arah rectum ibu dan seorang asisten menekan kuat fundus
saat bahu depan dibebaskan. Penekanan fundus yang dilakukan pada saat yang salah akan
mengakibatkan bahu depan semakin terjepit (Gross dkk., 1987)
g. Posisi Merangkak
1) Minta ibu untuk berganti posisi merangkak
2) Coba ganti kelahiran bayi tersebut dalam posisi ini dengan cara melakukan tarikan perlahan
pada bahu anterior ke arah atas dengan hati-hati.
3) Segera setelah lahir bahu anterior, lahirkan bahu posterior dengan tarikan perlahan ke arah
bagian bawah dengan hati-hati.
h. Manuver Zavanelli (Sandberg, 1985)
1) Mengembalikan kepala ke posisi oksiput anterior atau posterior bila kepala janin telah berputar
dari posisi tersebut
2) Memfleksikan kepala dan secara perlahan mendorongnya masuk kembali ke vagina yang diikuti
dengan pelahiran secara sesar.
3) Memberikan terbutaline 250 mg subkutan untuk menghasilkan relaksasi uterus.
i. Fraktur Klavikula
Mematahkan klavikula dengan cara menekan klavikula anterior terhadap ramus pubis dapat
dilakukan untuk membebaskan bahu yang terjepit.
j. Kleidotomi
Kleidotomi yaitu memotong klavikula dengan gunting atau benda tajam lain, biasanya
dilakukan pada janin mati (Schram, 1983)
k. Simfisiotomi
Simfisotomi yaitu mematahkan simfisis pubis untuk mempermudah persalinan juga dapat
diterapkan dengan sukses (Hartfield, 1986). Namun Goodwin dkk. Melaporkan bahwa tiga kasus
yang mengerjakan simfisiotomi, ketiga bayi mati dan terdapat morbiditas ibu signifikan akibat
cedera traktus urinarius.

2. Langkah- langkah Penatalaksanaan Distosia Bahu


a. Asuhan Persalinan Normal 2008
1) melakukan episiotomy,
2) melakukan manuver McRobert dengan tekanan supra pubik.
Biasanya dengan manuver tersebut janin dengan distosia bahu sudah dapat dilahirkan.
Namun jika bahu tidak lahir direkomendasikan manuver Corkscrew Woods, teknik pelahiran
bahu belakang dan melahirkan dengan posisi merangkak. Sedangkan fraktur klavikula
merupakan pilihan terakhir.

b. The American College of Obstetrician


Merekomendasikan langkah-langkah berikut ini untuk penatalaksanaan distosia bahu dengan
urut-urutan bergantung pada pengalaman dan pilihan masing-masing operator :
1) Panggil bantuan (mobilisasi asisten, anestesiolog, dan dokter anak). Pada saat ini dilakukan
upaya untuk melakukan traksi ringan. Kosongkan kandung kemih bila penuh.
2) Lakukan episiotomy luas (mediolateral) untuk memperluas ruangan posterior
3) Penekanan suprapubik dilakukan pada saat awal oleh banyak dokter karena alasan
kemudahannya. Hanya dibutuhkan satu asisten untuk melakukan penekanan suprapubik
sementara traksi ke bawah dilakukan pada kepala janin.
4) Manuver McRobert memerlukan dua asisten, tiap asisten memegangi satu tungkai dan
memfleksikan paha ibu ke arah abdomen.
Manuver-manuver di atas biasanya dapat mengatasi sebagian besar kasus distosia bahu.
Namun, bila manuver ini gagal, langkah-langkah berikut dapat dicoba :
1) Manuver Corkscrew Woods
2) Pelahiran lengan belakang dapat dicoba, tapi jika lengan belakang dalam posisi ekstensi
sempurna, hal ini biasanya sulit dilakukan.
3) Teknik-teknik lain sebaiknya dilakukan bila manuver-manuver lain telah gagal, yang termasuk
teknik ini adalah fraktur klavikula dan manuver Zavanelli.
BAB III
Asuhan Keperawatan Distosia Bahu
A. Pengkajian
1. Pengkajian umum

a. Identitas Klien

b. Keluhan masa lalu :

Pengkajian psikologi klien, apakah sering mengalami stres pada saat kehamilan dan bagaimana
persiapan dalam menghadapi persalinannya.
Kaji kapan terjadi pecah ketuban.

Tanyakan pada klien gerakan aktif janin dalam 24 jam

c. Keluhan sekarang:

“ Klien merasa mulas dan nyeri pada pinggang serta telah mengeluarkan air pada vaginanya”

2. Pengkajian pola fungsional

a) Aktifitas/istirahat

Melaporkan keletihan,kurang energi,letargi,penurunan penampilan

b) Sirkulasi

Tekanan darah dapat meningkat,mungkin menerima magnesium sulfat untu hipertensi karena
kehamilan

c) Eliminasi

Distensi usus atau kandng kemih yang mungkin menyertai

d) Integritas ego

Mungkin sangat cemas dan ketakutan

e) Nyeri atau ketidaknyamanan

Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada awal proses kehamilan,kontraksi jarang,dengan
intensitas ingan sampa sedang,dapat terjadi sebelum awitan persalinan atau sesudah persalinan
terjadi,fase laten dapat memanjang,

f) Keamanan
Serviks mungkin kaku atau tidak siap,pemerisaan vagina dapat menunjukkan janin dalam
malposisi,penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau kurang dari 2
cm/jam pada mutipara bahkan tidak ada kemajuan.,dapat mengalami versi eksternal setelah
getasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala

g) Seksualitas

Dapat primigravida atau grand multipara,uterus mungkin distensi berlebihan karena


hidramnion,gestasi multipel.janin besar atau grand multiparis.

3. Pengkajian fisik

Pengkajian dapat dilakukan dengan pengkajian Tanda-tanda vital, pada pengkajian fisik
tekanan darah, denyut jantung, suhu, pernapasan biasanya meningkat, hal ini dipengaruhi oleh
nyeri yang dirasakan oleh klien. Selain itu pengkajian fisik dapat juga dilakukan dengan palpasi
yaitu palpasi letak janin dalam kandungan, apakah normal atau malposisi.

4. Prosedur diagnostik

a) Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion,janin besar atau gestasi multipel.

b) Tes stres kontraksi/tes nonstres : mengkaji kesejahteraan janin.

c) Ultrasound atau pelvimetri sinar X : mengevaluasi arsitektur pelvis,presentase janin,posisi dan


formasi.

d) Pengambilan sampel kulit kepala janin : mendeteksi atau mengesampingkan asidosis.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Cedera, resiko tinggi terhadap maternal (ibu) b/d penurunan tonus otot/pola kontraksi otot,
obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.

b. Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama, malpresentasi janin,hipoksia/asidosis
jaringan, abnormalitas pelvis ibu.

c. Kekurangan volume cairan b/d status hipermetabolik, muntah, diaforesis hebat, pembatasan
masukan oral, diuresis ringan berhubungan dengan pemberian oksitosin.
Rencana Asuhan Keperawatan Distosia Bahu
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Implementa Evaluasi
o si
1 resiko tinggi Mencegah  Tinjau  Membantu  meninjau S:
Cedera adanya resiko ulang dalam ulang Klien
terhadap cedera pada riwayat mengidentifikasi riwayat mengatak
maternal (ibu) ibu persalinan, kemungkinan persalinan,a an nyeri
b/d penurunan awitan dan penyebab, witan dan post
tonus durasi kebutuhan durasi partum
otot/pola pemeriksaan
kontraksi diagnostik dan O:
otot, obstruksi intervensi yang - tonus
mekanis pada tepat otot
penurunan  Evaluasi  Kelelahan ibu  mengevalua dibawah
janin, tingkat yang berlebihan si tingkat batas
keletihan keletihan menimbulkan keletihan normal
maternal yang disfungsi yang - durasi
menyertai,s sekunder, atau menyertai,se partus
erta mungkin akibat rta aktifitas lama
aktifitas dari persalinan dan
dan lama istirahat,sebe A:
istirahat,se lum awitan Tujuan
belum persalinan belum
awitan tercapai
persalinan
 Kaji pola  Disfungsi  mengkaji P:
kontraksi kontraksi dapat pola Intervensi
uterus memperlama kontraksi dilanjutka
secara persalinan,menin uterus secara n
manual gkakan resiko manual atau
atau secara komplikasi secara
elektronik maternal/janin elektronik
 Catat  Serviks kaku  mencatat
kondisi atau tidak siap kondisi
serviks.pan tidak akan serviks.panta
tau tanda dilatasi, u tanda
amnionitis. menghambat amnionitis.c
catat penurunan atat
peningkata janin/kemajuan peningkatan
n suhu atau persalinan. suhu atau
jumlah sel terjadi amniositis jumlah sel
darah secara langsung darah
putih;catat dihubungkan putih;catat
bau dan dengan lamanya bau dan
rabas persalinan rabas vagina
vagina sehingga
melahirkan harus
terjadi dalam 24
jam setelah
pecah ketuban
 Catat  Digunakan  mencatat
penonjolan sebagai indikator penonjolan,p
,posisi dalam osisi janin
janin dan mengidentifikasi dan
presentase persalinan yang presentase
janin lama janin
 Anjurkan  Kandung kemih menganjurk
klien dapat an klien
berkemih menghambat berkemih
setiap1-2 aktifitas uterus setiap1-2
jam.kaji dan jam.kaji
terhadap mempengaruhi terhadap
penuhanka penurunan janin penuhankand
ndung ung kemih
kemih diatas
diatas simfisis
simfisis pubis
pubis
 Tempatkan  Ambulasi dapat menempatka
klien pada membantu n klien pada
posisireku kekuatan posisirekum
mben gravitasi dalam ben lateral
lateral dan merangsang pola dan anjurkan
anjurkan persalinan tirah baring
tirah baring normal dan atau
atau dilatasi serviks ambulasi
ambulasi sesuai
sesuai tolerans
toleransi
 Bantu  Melahirkan  membantu
dengan seksio sesari dengan
persiapan segera persiapan
seksio diindifikasikan seksio
sesaria untuk cincin sesaria
sesuai bandl untuk sesuai
indikasi distres janin indikasi
untuk karena CPD untuk
malposisi, malposisi,
CPD atau CPD atau
cincin cincin bandl
bandl
 Siapkan  Melahirkan  menyiapkan
untuk secara forsep untuk
melahirkan dilakukan pada melahirkan
dengan ibu yang lelah dengan
forsep (bila berlebihan dan forsep (bila
perlu) tidak mampu perlu)
untuk mengedan
lagi

2 Cedera resiko Mencegah  Kaji  Bradikardi dan  mengkaji S:


tinggi adanya resiko denyut takikardi pada denyut
terhadap janin cedera pada jantung janin dapat jantung janin O:
b/d persalinan bayi janin disebabkan oleh secara - durasi
lama, secara stres, hipoksia, manual dan persalina
malpresentasi manual dan asidosis, atau elektronik,da n lama
janin, elektronik, sepsis n kaji irama-
hipoksia/asid dan kaji jantung janin bradik
osis jaringan, irama ardi pada
abnormalitas jantung janin
pelvis ibu janin
 Perhatikan Tekanan dan  memperhati A:
tekanan kontraksi yang kan tekanan Tujuan
uterus besar dapat uterus belum
selama menggangu selama tercapai
istirahat oksigenasi dalam istirahat dan
dan fase ruang intravilos fase P:
kontraksi kontraksi Intervensi
melalui melalui dilanjutka
kateter kateter n
tekanan tekanan
intrauterus intrauterus
bila bila tersedia
tersedia
 Perhatikan Kontraksi yang memperhati
frekuensi terjadi setiap 2 kan
kontaksi menit atau frekuensi
uterus. kurang tidak kontaksi
Beri tahu memungkinkan uterus. Beri
dokter bila oksigenasi tahu dokter
frekuensi adekuat dari bila
dua menit ruang intravilous frekuensi
atau dua menit
kurang atau kurang
 Kaji  Menentukan  mengkaji
malposisi pembaringan malposisi
dengan janin,posisi,dan dengan
mengguna persentase dapat menggunaka
kan mengidentifikasi n manuver
manuver faktor-faktor Leopold dan
Leopold yang temuan
dan temuan memperberat pemeriksaan
pemeriksaa disfungsional internal.tinja
n persalinan u ulang hasil
internal.tinj USG
au ulang
hasil USG
 Pantau  Penurunan jalan
memantau
penurunan lahir merupakan
penurunan
janin pada tanda CPD ataujanin pada
jalan lahir malposisi jalan lahir
dalam dalam
hubungann hubunganny
ya dengan a dengan
kolumna kolumna
vertebralis vertebralis
iskial iskial
 Perhatikan  memperhati
Kelebihan cairan
warna dan amnion yang kan warna
jumlah berlebihan dan jumlah
cairan menyebabkan cairan
amnion distensi uterus amnion bila
bila pecah dihubungkan pecah
ketuban dengan anomali ketuban
janin
 Perhatikan Infeksi asenden memperhati
bau dan dan sepsis kan bau dan
perubahan disertai dengan perubahan
warna takikardia dapat warna cairan
cairan terjadi pada amnion pada
amnion pecah ketuban pecah
pada pecah lama ketuban
ketuban lama.
lama. Dapatkan
Dapatkan kultur bila
kultur bila temuan
temuan abnormal
abnormal
 Berikan  Mencegah  memberikan
antibiotik /mengatasi antibiotik
pada klien infeksi asenden pada klien
sesuai dan juga akan sesuai
indikasi melindungi janin indikasi

 Siapkan  Melahirkan  menyiapkan


untuk janin dalam untuk
melahirkan posisi posterior melahirkan
pada posisi mengakibatkan pada posisi
posterior,bi insiden lebih posterior,bila
la janin tinggi dari janin gagal
gagal laserasi maternal memutar
memutar dari oksiput
dari posterior ke
oksiput anterior
posterior
ke anterior
 Siapkan  Untuk  Siapkan
untuk menghindari untuk
kelahiran cedera pada kelahiran
secara kolumna secara
sesaria bila vertebralis bila sesaria bila
presentasi melahirkan presentasi
bokong pervagina dari bokong
terjadi bokong terjadi
3 Kekurangan mempertahan Pantau  Untuk  memantau S:
volume cairan kan masukan membandingkan masukan dan Klien
b/d status keseimbangan dan apakah keluaran mengatak
hipermetaboli cairandan keluaran pemasukan dan cairan an tidak
k, muntah, bebas dari cairan pengeluaran dehidrasi
diaforesis komplikasi seimbang
hebat, sehingga tidak O:
pembatasan terjadi dehidrasi - turgor
masukan oral,  Lakukan  Ketidakadekuata  melakukan kulit
diuresis tes urine n masukan tes urine normal
ringan untuk glukosa untuk -
berhubungan mengetahu mengakibatkan mengetahui pemas
dengan i adanya pemecahan adanya keton ukan
pemberian keton lemak dan cairan
oksitosin adanya keton adekuat
pada urin - TTV
 Pantau  Peningkatan  memantau dalam
tanda vital. frekuensi nadi tanda vital. batas
Catat dan suhu ,dan Catat normal
laporan perubahan laporan
pusing tekanan darah pusing pada A:
pada ortostatik dapat perubahan Tujuan
perubahan menandakan posisi tercpai
posisi penurunan namun
volume sirkulasi butuh
kajian
 Kaji Kulit yang tidak mengkaji ulang
elastisitas elastis elastisitas
kulit menandakan kulit P:
terjadi dehidrasi intervensi
  Membran
Kaji bibir  mengkaji dilanjutka
dan mukosa atau bibir dan n
membran bibir yang kering membran
mukosa dan penurunan mukosa oral
oral dan saliva adalah dan derajat
derajat indikator lanjut saliva
saliva dari dehidrasi
 Perhatikan Dapat  memperhati
respon menunjukkan kan respon
denyut efek dehidrasi denyut
jantung maternal dan jantung janin
janin yang penurunan yang
abnormal perfusi abnormal
 Berikan  Mengurangi  memberikan
masukan dehidrasi masukan
cairan cairan
adekuat adekuat
melalui melalui
pemberian pemberian
minuman > minuman >2
2500 liter 500 liter
 Berikan  Larutan  memberikan
cairan parenteral cairan secara
secara mengandung intravena
intravena elektrolit dan
glukosa dapat
memperbaiki
atau mencegah
ketidakseimbang
an maternal dan
janin serta apat
menurunkan
keletihan
maternal

 Tinjau  Peningkatan Ht  meninjau


ulang menunjukkan ulang
hemoglobi dehidrasi hemoglobin
n dan dan
hematokrit hematokrit
 Tinjau  Kadar elektrolit meninjau
ulang serum ulang kadar
kadar mendeteksi elektrolit
elektrolit terjadinya serum dan
serum dan ketidakseimbang glukosa
glukosa an elektrolit, serum
serum kadar glukosa
serum
mendeteksi
hipoglikemia

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai
kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan. (Bobak, 2004 : 784)

Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang timbul
akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan sebagai berikut:

1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya mengedan
ibu (kekuatan/power)

2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir)

3. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan jumlah bayi

4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan

5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, persiapan,
budaya, serta sistem pendukung
Daftar Pustaka

Bulechek,Gloria M, dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). United


States of America: Mosby
Chandranita, ida ayu, dkk. 2009. Buku ajar patologi obstetric untuk mahasiswa
kebidanan. Jakarta:EGC
Chandranita, ida ayu, dkk. 2009. Memahami kesehatan reproduksi wanita.
Jakarta:EGC
Doenges, Marilyn E dan Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan
Maternal/Bayi. Jakarta:EGC.
Farrer, Helen. 2001. Perawatan meternitas edisi II. Jakarta: EGC
Mckinney, Emily Slone, dkk. 2009. Maternal Child Nursing. Canada: Library of
Congress Catologing in Publication Data
Prawirohardjo, sarwono. 1997. Ilmu kebidanan edisi 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Perry, Shannon E, dkk. 2010. Maternal child nursing care edisi 4. Canada: Mosby
elseveir

Stright, Barbara R. 2004. Keperawatan ibu-bayi baru lahir edisi 3. Jakarta: EGC

You might also like