You are on page 1of 23

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


“SISTEM SARAF PUSAT”

OLEH :

TRANSFER A
KELOMPOK 1

Juniver C.C Parapaga 17.01.259


Abdi Manaf Langga 17.01.267
Indah Oktaviani 17.01.283
Irawati Umar 17.01.288
Siti H. Mashanafi 17.01.468

ASISTEN : MUH. AMINUL MA’ARIF

LABORATORIUM FARMAKOLOGI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Tubuh manusia terdiri dari 50 juta sel, jumlah panjang jaringan
pembuluh darahnya sampai 100.000 kilometer. Tanpa kita sadari,
tubuh mengatur suhu badan kita, tekanan darah, sebagai penegak dan
penggerak, transportasi, pernafasan, pencernaan dan tugas-tugas lain
yang tidak terbilang banyaknya. Pusat pengatur tubuh, yakni otak,
memiliki kemampuan merekam dan menyimpan lebih banyak informasi
dibandingkan dengan komputer atau pesawat apapun (Irianto,
Koes.2013).

Otak merupakan salah satu alat tubuh yang sangat penting karena
merupakan pusat computer dari semua tubuh, bagian dari saraf sentral
yang terletak didalam rongga tengkorak (cranium) yang dibungkus oleh
selaput otak yang kuat (Pearce.2011)

Sistem saraf adalah salah satu sistem koordinasi yang berfungsi untuk
menyapaikan rangsangan dari reseptor yang akan dideteksi dan
direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup dapat
menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar
maupun dalam secara cepat (Widia, 2015).

Sebagai alat pengendali dan pengatur kegiatan alat-alat tubuh, dalam


sistem saraf diketahui bahwa serabut saraf menghubungkan setiap
bagian tubuh dengan susunan sistem saraf pusat (Irianto, Koes.2013).

Pada bidang farmasi obat yang bekerja pada ssp bekerja dengan cara
merangsang (menstimulasi) dan menghambat (mendepresi) obat –
obat ini mempengaruhi ssp dan menimbulkan efek yang sesuai
dengan cara kerja obat tersebut (Tjay dan Rahardja. 2009).

I. 2 Maksud dan Tujuan Percobaan


I. 2.1 Maksud Percobaan
Maksud percobaan yaitu untuk membahas mengenai anatomi
atau struktur yang menyusun sistem saraf pada manusia.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk memahami
bagian-bagian organ penyusun sistem saraf pusat beserta
fungsi fisiologisnya.
I. 3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan sistem saraf pusat yaitu menuliskan
bagian-bagian organ penyusun sistem saraf pusat beserta fungsi
fisiologisnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Sistem saraf terdiri dari berjuta-juta sel saraf yang bentuknya
bervariasi. Sistem ini terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi. Sistem saraf adalah salah satu sistem koordinasi yang berfungsi
untuk menyapaikan rangsangan dari reseptor yang akan dideteksi dan
direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup dapat
menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar
maupun dalam secara cepat (Widia, 2015).

Sistem saraf terdiri dari berjuta-juta sel yang sering disebut


dengan neuron yang berfungsi dalam mengirimkan pesan (impuls)
yang berupa rangsangan ataupun tanggapan. Sistem saraf manusia
tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf
pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem
saraf tepi terdiri atas system saraf somatic dan system saraf otonom
(Widia, 2015).

Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh, maka sistem


saraf mempunyai 3 fungsi utama yaitu:
1. Sebagai Alat Komunikasi
Sebagai alat komunikasi antara tubuh dengan dunia luar, hal ini
dilakukan oleh alat indera, yang meliputi: mata, hidung, telinga,
kulit dan lidah. Dengan adanya alat-alat ini, maka kita akan
dengan mudah mengetahui adanya perubahan yang terjadi
disekitar tubuh kita.
2. Sebagai Alat Pengendali
Sebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat tubuh, sehingga
dapat bekerja serasi sesuai dengan fungsinya. Dengan
pengaturan oleh saraf, semua organ tubuh akan bekerja dengan
kecepatan dan ritme kerja yang akurat.
3. Sebagai Pusat Pengendali Tanggapan Saraf
Merupakan pusat pengendali atau reaksi tubuh terhadap
perubahan atau reaksi tubuh terhadap perubahan keadaan
sekitar. Karena saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja
seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf terdapat pada seluruh
pada seluruh alat-alat tubuh kita (Irianto, Kus. 2013).

II.2 Sistem Saraf Pusat


Secara fisiologis sistem saraf pusat ini berfungsi untuk interpretasi,
integrasi, koordinasi, dan inisiasi berbagai impuls saraf. Sistem saraf
pusat terdiri atas otak dan medulla spinalis. Dibungkus selaput
meninges yang berfungsi untuk melindungi sistem saraf pusat.
Meninges terdiri dari tiga lapisan, yaitu durameter, arakhnoid, dan
piameter. Otak merupakan tubuh paling kompleks. Tidak hanya
mengatur pikiran, bicara, dan emosi, otak juga menjadi pusat kendali
semua hal, dari fungsi sederhana, seperti detak jantung dan kegiatan
bernapas, hingga fungsi yang kompleks, seperti dorongan seks,
ingatan, dan suasana hati. Sepanjang hidup otak terus sibuk
menerima rangsangan, mengolah dan menyimpan informasi,
mengembangkan pikiran dan emosi, serta menyimpan memori
(Irianto, Koes. 2013).

II.3 Sel Saraf/Neuron


Sel saraf merupakan sel tubuh yang berfungsi mencetuskan dan
menghantarkan impuls listrik. Sel saraf merupakan unit dasar dan
fungsional sistem saraf yang mempunyai sifat eksitabilitas, artinya
siap member respon apabilaterstimulasi. Satu sel saraf mempunyai
badan sel (soma) yang mempunyai satu atau lebih tonjolan
(dendrite). Tonjolan-tonjolan ini keluar dari sitoplasma sel saraf. Satu
atau dua ekspansi yang sangat panjang disebut akson. Sel saraf
adalah akson dari satu sel saraf (Irianto, Koes. 2013).
Otak manusia memiliki tekstur seperti jeli yang sangat keras
dan mengandung sekitar 100 miliar sel saraf yang disebut neuron.
Setiap neuron memiliki beberapa tentakel bercabang dan filament
serupa benang atau akson, yang dapat dilewati oleh impuls listrik.
Panjang neuron biasanya hanya beberapa millimeter (kurang dari 1,5
cm) (Irianto, Koes. 2013).
Sekitar 60 jenis bahan kimia neurotransmitter diketahui dan
diduga terdapat dalam sistem saraf manusia. Mungkin masih banyak
lagi yang bisa ditemukan. Beberapa neurotransmitter yang sudah
cukup dikenal antara lain adalah serotonin, endorphin, noradrenalin
(juga disebut norepinefrin), dan asetilkolin (Irianto, Koes. 2013).
Bahan penting lainnya di dalam otak adalah lemak. Lemak amat
penting untuk membangun struktur dan fungsi otak. Yang
mengejutkan, lebih dari 60 persen struktur otak terbangun dari lemak
karena setiap sel saraf di dalam otak dikelilingi oleh sebuah
membrane yang tersusun atas molekul lemak. Banyak pula di antara
sel saraf yang dibungkus oleh selubung myelin. Selubung myelin ini
akan meningkatkan kecepatan pengiriman impuls saraf. Selubung
myelin itu sendiri sekitar 75% merupakan lemak. Lemak juga
memainkan tujgas penting lainnya, yakni sebagai kurir, pengatur
aspek kekebalan, pengatur sirkulasi, pengatur peradangan, dan
pengatur memori serta suasana hati (Irianto, Koes. 2013).

BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
- Alat peraga (torso)
- Alat tulis

III.2 Cara Kerja


- Diamati alat peraga otak (torso), kemudian mencatat bagian-
bagiannya serta fungsi setiap bagian pada gambar yang tersedia
dilembar kerja.
- Dibedakan antara sistem saraf pusat dengan sistem saraf tepi
- Ditentukan bagian-bagian neuron serta fungsinya.
- Dibedakan sistem saraf simpatis dengan saraf parasimpatis.
- Ditentukan neurotransmitter, reseptor serta efek sistem saraf
otonom dengan mengisi table pada lembar kerja.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Bagian – bagian Otak

(Wibowo dan Paryana, 2009)


a. Cerebrum (otak besar), Merupakan bagian terbesar dari otak
berfungsi sebagai pengatur semua aktivitas tubuh, otak besar
teridiri dari :
 Lobus frontalis
 Lobus parietalis
 Lobus oksipitalis
 lobus temporalis
b. Cerebellum (otak kecil), Cerebellum mempunyai fungsi utama
dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar,
keseimbangan dan posisi tubuh.
c. Brain Stem (Batang otak)
 Pons
 Medula oblongata
 Mid brain
d. Diencephalon
 Thalamus
 Hipothalamus
e. meninges
f. pituitery gland
g. Spinal cord

IV.1.2 Bagian-bagian Neuron

(Ferdinand & Ariebowo, 2009)


a. Akson terminal
b. Akson
c. Dendrit
d. Nodus Ranvier
e. Selubung myelin
f. Sel Schwan
g. Badan sel
h. Inti Sel

IV.2 Pembahasan
Anatomi Sistem Saraf Pusat Dan Fungsinya.Susunan saraf pusat
meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (medulla
spinalis), keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan
fungi yang sangat penting maka perlu perlindungan dari rangka
(Widia, 2015).
Otak (ensefalon) merupakan pusat saraf yang utama, terletak pada
tulang tengkorak dan dilapisi meningen. Otak terdiri dari otak besar,
otak kecil dan sumsum lanjutan. Besar otak orang dewasa kira-kira
1300 gram, 7/8 bagian berat terdiri dari otak besar (Irianto,
Kus.2013).
Otak terdiri dari dua belahan, belahan kiri mengendalikan tubuh
bagian kanan, bagian kanan mengendalikan belahan kiri.
Mempunyai permukaan yang berlipat – lipat untuk memperluas
permukaan sehingga dapat ditempati oleh banyak saraf. Otak juga
sebagai pusat penglihatan, pendengaran, kecerdaasan, ingatan,
keesadaran dan kemauan. Otak terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
a. Otak depan (Prosencephalon)
Otak depan berkembang menjadi telencephalon dan
diencephalon. Telencephalon berkembang menjadi otak besar
(cerebrum). Diencephalon berkembang menjadi thalamus dan
hipothamalmus (Widia, 2015).
Thalamus terutama berkenaan dengan penerimaan impils
sensorik, yang ditafsirkan pada tingkat ssubkortikal, atau
disalurkan pada daerah sensorik korteks otak, dengan tujuan
mengadakan tujuan penting mengatur perasaan dan gerakan
pada pusat–pusat tertinggi. Hypothalamus berfungsi pengaturan
suhu tubuh, lapar dan haus (Pearce, Evelyn C.2013).
b. Otak besar (cerebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas
mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi),
ingatan (memori), kesadaran dan pertimbangan. Pada bagian
korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian
penerima rangsang (area sensor) yang terletak disebelah
belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar
atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi
yang menghubungkan area motor dan sensorik (Widia, 2015).
Disekitar kedua area tersebut adalah bagian yang mengatur
kegiatan psikologi yang lebih tinggi misalnya bagian depan
merupakan pusat proses berfikir dan emosi. Pusat penglihatan
terdapat dibagian belakang (Widia, 2015).
c. Otak tengah (Mesencephalon)
Otak tengah terletak didepan otak kecil dan jembatan varol.
Didepan otak tengah terdapat thalamus dan kelenjar hipofisis
yang mengatur kerja kelenjar – kelenjar endokrin. Bagian atas
(dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur
refleks mata seperti penyempitan pupil mata dan juga
merupakan pusat pendengaran (Widia, 2015).
d. Otak belakang (Rhombencephalon)
Otak belakang berkembang menjadi metencephalon dan
mielencephalon. Metencephalon berkembang menjadi
cerebellum dan pons varolli. Sedangkan mielencephalon
berkembang menjadi medulla oblongata (Widia. 2015).
e. Otak kecil (cerebelum)
Cerebellum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan
otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan dan posisi tubuh.
Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka
gerakan yang sadar yang normal tidak mmunkin dilaksanakan
(Widia, 2015).
f. Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsung sambung berfungsi menghantar impuls yang dating
dari medulla spinalis menuju ke otak (Widia, 2015). sumsung
lanjutan juga berfungsi mengatur kecepatan pernapasan, denyut
jantung, suhu tubuh, tekanan darah dan kegiatan tubuh lainnya
yang tidak disadari (Irianto, Kus.2013).
g. Jembatan varol (Pons varoli)
Jebatan varol beris serabut saraf yang menghubungkan otak
kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan
sumsum tulang blakang (Widia, 2015).
h. Sumsum tulang punggung(medula spinalis)
Sumsum tulang punggung berfungsi untuk menghantarkan
impuls saraf dari dan ke otak dan sebagai pusat gerak refleks
(Irianto, Kus.2013).
i. Sistem saraf parifer
Sistem saraf parifer adalah system saraf yang berada diluar
system saraf pusat. Sistem saraf parifer merupakan saraf yang
menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ –
organ tubuh tertentu, seperti kulit, persendian, otot, kelenjar,
saluran darah dan lain-lain. Tidak seperti saraf pusat, sistem
saraf parifer tidak dilindungi tulang (Widia, 2015).

Fisiologi Tidur Rem Dan Non Rem.Data yang dikumpulkan dari EEG
(electroencephalogram) mengenai kesiatan otak selama tidur
menunjukkan kalau setidaknya ada empat tahapan tidur yang
berbeda.Selama tahap 1, detak jantung dan pernapasan agak
menurun, mata berputar perlahan - lahan dari satu sisi ke sisi yang
lain dan individunya merasakan sensasi melayang. Tahap ini
biasanya hanya berlangsung selama 5 menit. Individu yang terjaga
selama tidur tahap1 seringkali bersikeras kalau mereka tidak tidur,
tetapi sekedar “mengistirahatkan mata”.
Tidur tahap 2, mata biasanya tidak bergerak, detak jantung dan
pernapasan turun sangat sedikit. Tidur tidak nyenyak.
Tidur tahap 3 adalah tidur menengah dan dikarakterisasi
dengan pernapasan yang stabil, lambat, denyut nadi lambat,
penurunan suhu tubuh dan tekanan darah.hanya suara keras yang
membangunkan individu dalam tidur tahap 3.
Tidur tahap 4, dikenal sebagai tidur terlupa, aalah tahap paling dalam
biasanya tidak dimulai hingga sekitar satu jam sesudah tidur.
Gelombang otak menjadi bahkan lebih lambat lagi, detak jantung dan
pernapasan merosot hingga 20 atau 30 persen dibandingkan saat
terjaga. Individu yang tidur dalam tahap 4 tidak bias dibangunkan
dengan rangsangan eksternal, seperti suara, sekalipun EEG
mengindikasikan kalau otak mengakui keberadaan rangsangan
tersebut. Tidur tahap 4 berlanjut selama hamper satu sejam,
sesudah mana individunya perlahan – lahan akan kembali ketidur
tahap 3, diikuti tahap 2 lalu tahap 1 sebelum siklusnya dimulai lagi
(Balaban dan Bobick, 2017).
Tidur REM adalah tidur dengan mata bergerak cepat. Tidur REM
dikarakterisasi dengan pernapasan dan detak jantung yang lebih
cepat dari pada tidur NREM (tidur dengan mata bergerak lambat).
Satu-satunya orang yang tidak mengalami tidur REM adalah orang
yang buta sejak lahir. Tidur REM biasanya timbul selama empat
hingga lima pperiode. Bervariasi dari lima menit hingga sekitar satu
jam, semakin lama semakin panjang sementara tidur terus berlanjut
(Balaban dan Bobick, 2017).
Biasanya ada beberapa siklus tidur setiap malam. Setiap siklus
dimulai dengan periode tidur REM. Sebelumnya akan ada periode
tidur tahap 3 dan tahap 4. Tapi ini memudar menjelang pagi,
sementara tidur REM menjadi semakin panjang dan tidur semakin
tidak nyenyak (Balaban dan Bobick, 2017).

Anatomi dan fisiologi neuron/sel saraf.Sistem persarafan merupakan


sistem yang berfungsi mengumpulkan informasi baik dari dalam
maupun dari luar tubuhSebuah neuron dapat berhubungan dengan
beberapa ribu neuron. (Sarpini; 2016). Neuron merupakan unit
fungsional dasar susunan saraf. Neuron terdiri dari badan sel saraf
dan prosesus-prosesusnya. Badan sel saraf merupakan pusat
metabolisme dari suatu neuron. Badan sel mengandung nukleus dan
sitoplasma. Nukleus terletak di sentral, berbentuk bulat dan besar. Di
dalam sitoplasma terdapat retikulum endoplasma serta mengandung
organel seperti substansi nissl,apparatus golgi, mitokondria, mikrofi
lamen, mikrotubulus dan lisosom. Membran plasma dan selubung sel
membentuk membran semipermeabel yang memungkinkan difusi
ion-ion tertentu melalui membran ini dan menghambat ion-ion
lainnya. Processus sel neuron terbagi menjadi dendrit-dendrit dan
sebuah akson. Neuron mempunyai banyak dendrit yang
menghantarkan impuls saraf ke arah badan sel saraf. Akson
merupakan processus badan sel yang paling panjang
menghantarkan impuls dari segmen awal ke terminal sinaps.
Segmen awal badan sel merupakan elevasi badan sel berbentuk
kerucut yang tidak menganadung granula Nissl dan disebut akson
hillock (Senapathi, 2013).
Neuron memiliki kemampuan metabolisme yang sangat tinggi, tetapi
tidak dapat menyimpan zat-zat makanan dan oksigen. Oleh karena
itu neuron perlu didukung oleh neuroglia yang menyuplai zat
makanan dan oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Sel-sel
pendukung yang sangat penting antara lain adalah sel satelit dan sel
Schwann. Sel Schwann pada susunan saraf tepi bersifat seperti
oligodendroglia pada SSP. Sebagian besar akson pada susunan
saraf tepi dilapisi myelin dan membentuk segmen-segmen seperti di
SSP. Tiap sel Schwann hanya melapisi satu segmen, bila terjadi
kerusakan pada saraf tepi, sel Scwhann membentuk serangkaian
silinder yang berperan sebagai penunjuk arah pertumbuhan akson .
Jenis-jenis neuron diklasifikasi berdasarkan morfologi neuron yang
ditentukan oleh jumlah, panjang, dan bentuk percabangan neuritnya
antara lain neuron unipolar, neuron bipolar dan neuron multipolar.
Pada sistem saraf tepi neuron sensorik berbentuk unipolar dan
neuron motorik berbentuk multipolar (Senapathi, 2013).
Mielin adalah campuran dari lipid dan protein. Pada susunan saraf
tepi, selubung mielin diproduksi oleh sel Schwann dan hanya
terdapat satu sel Schwann untuk setiap segmen serabut saraf. Mula-
mula serabut saraf atau akson membentuk lekukan di tepi sebuah sel
schwann. Lalu membran eksternal sel schwann membentuk
mesakson yang menggantung akson di dalam sel schwann saat
akson menyatu dengan sel schwann. Selanjutnya sel Schwann
berotasi mengelilingi akson sehingga membran plasma membungkus
akson berbentuk seperti spiral. Arah spiral sesuai dengan arah jarum
jam pada beberapa segmen, dan berlawanan arah dengan jarum jam
pada segmen lain. Awalnya selubung ini longgar, namun sitoplasma
antar lapisan membran menghilang secara bertahap. Yang tertinggal
hanya sitoplasma yang ada di dekat permukaan dan daerah nukleus.
Selubung menjadi ketat dengan maturasi serabut saraf. Ketebalan
mielin bergantung pada jumlah spiral membran sel schwan.
Selubung sel Schwann dan mielin yang dikandungnya, diselingi
setiap 1-2 mm oleh konstruksi berbentuk cincin yang disebut nodus
ranvier (Senapathi, 2013).
Pada nodus ranvier, dua sel Schwann yang berdekatan berakhir dan
selubung mielin menjadi lebih tipis. Nodus ini memainkan peranan
penting dalam perkembangan efek rangsangan dari reseptor ke
medula spinalis atau sebaliknya, dengan mengadakan konduksi
cepat impuls melalui konduksi saltatori dari potensial aksi. Makin
tebal selubung mielin makin cepat konduksi serat saraf. Sel-sel
schwann dilapisi oleh selapis jaringan ikat, yaitu endoneurium.
Jaringan ikat yang melapisi beberapa berkas serat saraf disebut
perineurium dan jaringan ikat yang membungkus saraf lebih besar
disebut epineurium. Lapisan jaringan ikat ini melindungi saraf dari
cedera mekanis dan kontak langsung dengan bahan yang merusak
saraf. Jaringan ikat membawa pembuluh darah yang memberi makan
serat saraf (Senapathi, 2013).
Mekanisme penghantaran dan penerimaan impuls. Sebuah serabut
saraf mempunyai kemampuan konduktivitas (penghantar) dan
eksitabilitas (dapat dirangsang), serabut saraf berkemampuan
memberikan reaksi atas rangsangan dari sumber luar, seperti
rangsangan mekanik, elektrik, kimiawi, atau fisik yang menimbulkan
impuls yang dihantarkan melalui serabut saraf. Sebuah impuls saraf
selalu dihantarkan melalui dendrit ke sel, lantas dari sel ke akson.
Proses sedemikian disebut dalil penghantaran maju. Dengan cara
yang sama, sebuah impuls dapat juga melintasi sejumlah neuron.
Impuls motorik yang dibangkitkan dalam sebuah sel pyramidal pada
daerah motorik dalam korteks melintasi akson atau serabut saraf;
yang sewaktu-waktu menyusui, sumsum tulang belakang berada di
dalam substansi putih. Akson itu mengait dendrit sel saraf motorik
pada kornu anterior sumsum tulang belakang. Kemudian impuls
merambat pada akson sel-sel tersebut, yang membentuk serabut-
serabut motorik akar anterior saraf sumsum tulang belakang, dan
dihantar pada tujuan akhirnya dalam otot.
Impuls sensorik diterima ujung-ujung saraf dalam kulit, melintasi
serabut saraf (dendron), menuju sel sensorik dalam ganglion akar
posterior, dan kemudian melalui akson sel-sel ini masuk ke dalam
sumsum tulang belakang, lantas naik menuju sebuah nucleus dalam
medulla oblongata, dan akhirnya dikirimkan ke otak. Serabut safar
yang bergerak ked an dari berbagai bagian otak dikelompokkan
menjadi berkas-berkas saluran tertentu dalam sumsum tulang
belakang (Pearce, 2011).

Fungsi yang lebih tinggi, seperti pembelajaran dan memori,


melibatkan interaksi yang rumit antara area-area serebral korteks
dan antara korteks serta area-area lain dari otak. Informasi diproses
baik secara sadar maupun bawah sadar. Karena fungsi yang lebih
tinggi bukan bagian dari “sambungan” terprogram dari otak, fungsi-
fungsi ini bisa dimodifikasi dan disesuaikan seiring dengan waktu
(Balaban dan Bobick, 2017).

Ingatan jangka pendek, juga disebut memori utama, menunjuk pada


potongan-potongan kecil informasi yang bisa dipanggil kembali
dalam waktu singkat. Informasi yang dipanggil kembali tidak memiliki
nilai penting yang permanen, seperti nama atau nomor telepon yang
hanya digunakan sekali. Memori jangka panjang adalah proses
dengan mana informasi yang entah untuk alasan apa ditafsirkan
sebagai penting diingat untuk waktu yang lebih lama. Memori jangka
pendek bisa diubah menjadi memori jangka panjang (Balaban dan
Bobick, 2017).
Gerak Sadar dan Tak Sadar
1. Gerak Sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi
karena di sengaja atau disadari. Impuls yang menyebabkan
gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang, yaitu
dari reseptor, ke saraf sensori, di bawa ke otak, untuk
selanjutnya di olah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh
otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai
perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
2. Gerak reflex
Gerak reflex adalah gerak yang tidak di sengaja atau tidak
disadari, Gerak reflex berjalan sangat cepat dan tanggapan
terjadi secaraotomotis terhadap rangsangan, tanpa
memerlukan control dari otak. (Widia, 2015)
Fisiologi tidak normal pada sistem saraf pusat
1. Neuritis
Radang saraf, bias karena pengaruh fisis seperti tekanan
pukulan, patah tulang dapat pula karena racun atau defisiensi
vitamin B1, B6, B12. Pada daerah yang disarafi terasa sakit dan
terkadang semutan. Neuritis sering terjadi sepanjang saraf
sciatik pada tungkai bawah karena gangguan pada vertebra
lumbar.
2. Transeksi
Kerusakan sebagian atau seluruh segmen tertentu dari medula
spinalis misalnya karena terjatuh atau tertembak, yang sering
disertai dengan hancurnya tulang-tulang vertrebrae.
Transeksi dekat kea rah kepala menimbulkan kematian karena
gangguan pada saraf untuk pernapasan ke otot diafragma.
Transeksi di daerah serviks menimbulkan kuadriplegia (lumpuh
tungkai atasa dan bawah). Transeksi diatas pembesaran lumbar
menimbulkan paraplegia (lumpuh kedua tungkai bawah).
Transeksi juga disertai dengan kehilangan segala rasa.
Pada transeksi mula-mula timbul spinal scohk, yaitu hilangnya
segala refleks. Ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu, kemudian beberapa refleks berangsur-angsur kembali,
tetapi gerakan-gerakan sdar dan fungsi seksual, buang air kecil
dan besar biasanya terganggu.
3. Trauma Kepala
Trauma kepala sering disebabkan oleh benturan pada kepala
yang menimbulkan bebagai derajat keruakan.
4. Penyakit Parkinson
Penyakit ini disebabkan oleh berkurangnya neurotransmitter
dopanmin pada basal ganglia dengan gejala gemetaran tangan
sewaktu istrahat (tetapi gemetaran tersebut hilang sewaktu
tidur), sulit bergerak, dan kekakuan otot. Otot-otot muka yang
kaku menimbulkan kesan seolah-olah bertopeng, mata sulit
mengedipdan langka-langka menjadi kecil dan kaku. Penyakit
Parkinson biasanya menyerang orang yang berusia di atas 40
tahun. Penyakit ini tidak mempengaruhi pendengaran,
penglihatan dan intelegensi karena korteks otak tidak
terganggu.
5. Struk
Merupakan kematian sel-sel otak disertai gangguan fungsinya
yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah otak.
Penyebab yang paling sering adalah tekanan darah tinggi dan
terosklerosis ataupun kedua-duanya.
6. Epilepsi
Suatu penyakit yang terajdi karena dilepaskannya letusan-
letusan listrik ( impuls) pada neuron-neuron di otak, Bergantung
pada sel-sel saraf yang mana yang terkena, epilepsy dibagi
menjadi :
a. Gandmal, bila daerah motoris dan kesadaran terkena
serangan sehingga terjadi kejang-kejang dan hilang
kesadaran.
b. Psikomotor, bila yang terkena adalah lobus temporalis,
sering menimbulkan gangguan mental
c. Petimal, bila mengenai talamus dan hipotalamus, penderita
kehilangan kesadaran terhadap lingkungan selama 5-30
detik, diam beberapa saat dan aktif kembali setelah
serangan seperti tidak terajdi apa-apa.
Penyebab epilepsi antara lain, terdapatnya jaringan parut di
otak dari bekas luka sewaktu kelahiran atau karena infeksi.
7. Polimielitis
Suatu penyakit infeksi disebabkan oleh virus yang menyerang
neuron-neuron motoris sistem saraf pusat (otak dan medulla
spinalis). Penyakit poliomyelitis ditularkan melalui makanan dan
ditandai dengan gejala-gejala panas, sakit kepala, kaku duduk,
sakit otot, kemudian kelumpuhan. Pencegahan dengan vaksin
autipolio yang diminumkan, biasanya sewaktu masih bayi.
(Irianto, Kus.2013)
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalahSistem saraf pusat
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara
individu dengan lingkungan lainnya.Sistem saraf pusat terdiri otak
(ensefalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis),
keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungi yang
sangat penting maka perlu perlindungan dari rangka.Otak terdiri dari
dua belahan, belahan kiri mengendalikan tubuh bagian kanan,
bagian kanan mengendalikan belahan kiri. Mempunyai permukaan
yang berlipat – lipat untuk memperluas permukaan sehingga dapat
ditempati oleh banyak saraf. Otak juga sebagai pusat penglihatan,
pendengaran, kecerdaasan, ingatan, keesadaran dan kemauan.

V.2 Saran
Fasilitas dan perlengkapan praktikum dilaboratorium agar dapat
di lengkapi.
DAFTAR PUSTAKA

Balaban N dan Bobick J. 2017. Seri Ilmu Pengetahuan Anatomi dan


Fisiologi. PT Indeks.Jakarta.

Ferdinand P dan Ariebowo M. 2009. Praktis Belajar Biologi. Pusat


perbukuan departmen pendidikan nasional.Jakarta

Irianto, Kus. 2013. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Yrama Widya.Bandung

Irianto, Koes. 2013. Anatomi dan FisiologiUntuk Mahasiswa.


Alfabeta.Bandung

Judha, Mohammad. 2016. “Rangkuman Sederhana Anatomi dan Fisiologi


untuk Mahasiswa Kesehatan”. Gosyen Publishing.Yogyakarta. P.
36.
Pearce, Evelyn. 2011. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT
Gramedia Pustaka Utama.Jakarta
Pearce, Evelyn C.2013. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.
PT.Gramedia Pustaka Utama.Jakarta

Sarpini, Rusbandi. 2014. “Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia untuk


Paramedis”.In Media.Jakarta. P. 117.

Senapathi. 2013. Saraf Perifer Masalah dan Penanganannya. Seri Buku


Ajar. PT. Indeks.Jakarta

Tjay dan Rahardja. 2009. Obat – obat penting. Elex Media Komputindo.
Jakarta
Widia, Lidia. 2015. Anatomi, Fisiologi dan Siklus Kehidupan Manusia.
Numed.Jakarta

You might also like