You are on page 1of 179

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. “R” DENGAN STROKE


NON HEMORAGIK DI RUANG CEMPAKA RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
YOGYAKARTA

Disusun Oleh

Kiki Rizki Pradita


2520142598

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2017
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. “R” DENGAN STROKE

NON HEMORAGIK DI RUANG CEMPAKA RSUD

PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

YOGYAKARTA

Laporan kasus ini diajukan guna melengkapi syarat untuk menyelesaikan


Program Pendidikan Diploma III Keperawatan pada
Akademi Keperawatan Notokusumo
Yogyakarta

Disusun Oleh

Kiki Rizki Pradita

2520142598

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2017

i
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. “R” DENGAN STROKE NON
HEMORAGIK DI RUANG CEMPAKA RSUD PANEMBAHAN
SENOPATI BANTUL
YOGYAKARTA

Disusun Oleh

Kiki Rizki Pradita


2520142598

Telah Memenuhi Persyaratan dan


Disetujui pada tanggal:
17 Juli 2017

Pembimbing

(Linda Widyarani, S.Kep., Ns., M.Kep)


HALAMAN PENGESAHAN

Asuhan keperawatan pada klien Ny.“R” dengan Stroke Non Hemoragik di


Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta ini telah
dipertahankan di depan Dewan Penguji, guna memenuhi syarat kelulusan
Akademi Keperawatan Notokusumo Yogyakarta, pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 20 Juli 2017
Tempat : Ruang 4 Akademi Keperawatan Notokusumo Yogyakarta

Dewan Penguji Tanda Tangan

1. Linda Widyarani, S.Kep., Ns., M.Kep ...............................................

2. Rudi Haryono, S.Kep., Ns., M.Kep ...............................................

3. Sumirat Titis, S.Kep.,Ns ...............................................

Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Yayasan Notokusumo
Yogyakarta

(Giri Susilo Adi, S.Kep.,Ns.,M.Kep)


MOTTO

“Jangan pernah takut untuk mencoba. Kegagalan tak datang karena kamu jatuh,
namun kegagalan datang karena kamu tak berdiri setelah jatuh.”

(@pepatah)

“Perjuangan yang kamu alami hari ini menumbuhkan kekuatan yang kamu
butuhkan untuk esok hari”

“Lakukan sesuatu yang baik untuk dirimu sendiri, orang lain dan lingkungan
sekitarmu.”

(Mas Tito)

“Sukses tidak diukur dari posisi yang kita capai, tapi dari kesulitan-kesulitan yang
berhasil kita atasi ketika berusaha meraih sukses.”

(Indra Sajfri)

“Jangan pernah jadi orang yang sok tau dan ngerendahin atau ngejudge orang lain,
karena apa yang kita bilang dan kita pikirkan, belum tentu benar. Jangan jadikan
omonganmu itu dosamu.”

(Arbani Yasiz)

“Hadapi dengan senyuman, segala sesuatu yang menerpamu, senyuman adalah


salah satu jalan yang diridhoi TUHAN.”

(Alm.Babe Wahyu)

“Niat,ikhtiar,istiqomah PSS SLEMAN SELAMANYA!!”

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta memberi kemudahan dalam segala hal

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kasus dengan judul

“Asuhan Keperawatan pada Klien Nyonya “R” dengan Stroke Non Hemoragik di

Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta” sesuai rencana

waktu yang telah ditetapkan. Shalawat serta salam selalu penulis haturkan kepada

Nabi Muhammad SAW.

Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan program

Pendidikan Diploma III di Akademi Keperawatan Notokusumo, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kelancaran pembuatan laporan

ini berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini

penulis ingin manyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Gandung Bambang Hermanto selaku Direktur RSUD Panembahan

Senopati Bantul yang telah memberikan ijin sehingga penulis dapat

melaksanakan Ujian Akhir Program.

2. Giri Susilo Adi, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Direktur Akademi

Keperawatan Yayasan Notokusumo Yogyakarta yang telah mengizinkan

penulis menempuh pendidikan di Akademi Keperawatan Notokusumo

Yogyakarta hingga terselesainya program studi sesuai rencana.

v
3. Linda Widyarani, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen pembimbing

merangkap sebagai dosen penguji yang telah dengan sabar membimbing,

mengarahkan, memberikan kemudahan, masukan, saran, motivasi dalam

uji praktik.

4. Rudi Haryono, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan, saran, dan nasihat terhadap penyusunan laporan

kasus ini.

5. Sumirat Titis S.Kep., Ns. selaku penguji lahan yang telah memberikan

kemudahan, masukan, saran, dan motivasi dalam uji praktik serta

penyusunan laporan kasus ini.

6. Seluruh staff medis, non medis khususnya perawat di Ruang Cempaka

RSUD Panembahan Senopati, Bantul yang telah memberikan bantuan

kemudahan dalam uji praktik.

7. Staff Akademi Keperawatan Yayasan Notokusumo Yogyakarta yang telah

memberikan kemudahan dan pelayanan admisnistrasi Ujian Akhir

Program dan perpustakaan.

8. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan doa, semangat, dan

dukungan baik moril, materil, maupun spiritual hingga ujung waktu.

9. Teman-teman terbaik di kampus (Fatma Yuliani, Silvia Rahayu

Setyaningsih, Novia Dewi Lestari, Risky Martha Kusuma, Yulita

Puspitasari) yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan.

vi
10. Teman-temanku semua angkatan 25 terutama Kelas 3D yang telah

memberikan doa, semangat, bantuan, dan dukungan baik materi maupun

psikologi.

11. Teman-teman seperjuangan selama Ujian Akhir Program di Ruang

Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul (Sinta Dewi Rama, Koni

Apriliani, Lalu Muhammad Irfani) yang telah mampu bekerja sama

dengan baik.

12. Teman-teman LCS 1976, Southside 1976, Kostrat 1976, Militia 1976,

Atlascito 1976, adek Latifa Kurnia Sari, Asti, Estu, Karisma Ika, Indah,

Endah, Four Dion Alexander, Jevioko, Suci Riyanti, yang telah

memberikan doa, semangat, dan dukungan.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu secara keseluruhan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun dari para pembaca. Demikian hasil pemikiran

penulis dalam laporan kasus ini, semoga dapat bermanfaat bagi para

pembaca secara umum dan bagi penulis khususnya untuk meningkatkan

wawasan dan pengetahuan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

COVER
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
MOTTO................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii

BAB I KONSEP DASAR MEDIK


A. Pengertian.............................................................................. 1
B. Proses Terjadinya Masalah .................................................... 2
1. Faktor Presipitasi dan Predisposisi ............................... 2
2. Patofisiologi ................................................................. 5
3. Manifestasi Klinis ......................................................... 6
4. Klasifikasi ..................................................................... 8
5. Pemeriksaan Diagnostik................................................ 8
6. Komplikasi ..................................................................... 10
7. Penatalaksanaan Medis ................................................. 12
C. Diagnosa Keperawatan .......................................................... 13
D. Intervensi Keperawatan ......................................................... 13

BAB II RESUME KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Data Dasar ................................................................... 18
2. Data Fokus ................................................................... 20
3. Pemeriksaan Fisik ......................................................... 22
4. Pengkajian Nutrisi ........................................................ 26

viii
5. Pemeriksaan Penunjang ................................................ 26
6. Terapi .......................................................................... 28
B. Pengelompokan Data
1. Pengelompokan Data ........................................................ 33
2. Analisa Data ..................................................................... 34
C. Diagnosa Keperawatan ......................................................... 37
D. Rencana Tindakan Keperawatan, Implementasi, Evaluasi ...... 41

BAB III PEMBAHASAN


A. Pengkajian. ................................................................................ 88
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 92
C. Rencana Keperawatan ................................................................ 100
D. Pelaksanaan Keperawatan .......................................................... 110
E. Evaluasi...................................................................................... 116
F. Dokumentasi............................................................................... 121

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 123
B. Saran .......................................................................................... 129

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. xiii

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel. 1.1 :Penatalaksanaan Medis .............................................................. 12

Tabel. 1.2 : Rencana Tindakan Keperawatan. ........................................... 14

Tabel. 1.3 : Rencana Tindakan Keperawatan. ........................................... 15

Tabel. 1.4 : Rencana Tindakan Keperawatan. ........................................... 16

Tabel. 1.5 : Rencana Tindakan Keperawatan. ........................................... 16

Tabel. 1.6 : Rencana Tindakan Keperawatan. ........................................... 17

Tabel. 2.1 : Aktivitas dan Bantuan ........................................................... 25

Tabel. 2.2 : Pemeriksaan Laboratorium (1)............................................... 26

Tabel. 2.3 : Pemeriksaan Laboratorium (2)............................................... 27

Tabel. 2.4 : Terapi Obat ........................................................................... 29

Tabel. 2.5 : Pengelompokan Data ............................................................. 33

Tabel. 2.6 : Analisa Data .......................................................................... 34

Tabel. 2.7 : Perencanaan, Implementasi, Evaluasi diagnosa 1 ................... 41

Tabel. 2.8 : Catatan perkembangan hari ke 2 diagnosa 1 .......................... 44

Tabel. 2.9 : Catatan perkembangan hari ke 3 diagnosa 1 .......................... 47

Tabel. 2.10 : Perencanaan, Implementasi, Evaluasi diagnosa 2 ................. 50

Tabel. 2.11 : Catatan perkembangan hari ke 2 diagnosa 2......................... 54

Tabel. 2.12 : Perencanaan, Implementasi, Evaluasi diagnosa 3 ................. 61

Tabel. 2.13 : Catatan perkembangan hari ke 2 diagnosa 3......................... 65

x
Tabel. 2.14 : Catatan perkembangan hari ke 3 diagnosa 3......................... 68

Tabel. 2.15 : Perencanaan, Implementasi, Evaluasi diagnosa 4 ................. 71

Tabel. 2.16 : Catatan perkembangan hari ke 2 diagnosa 4......................... 74

Tabel. 2.17 : Catatan perkembangan hari ke 3 diagnosa 4......................... 76

Tabel. 2.18 : Perencanaan, Implementasi, Evaluasi diagnosa 5 ................. 78

Tabel. 2.19 : Catatan perkembangan hari ke 2 diagnosa 5......................... 82

Tabel. 2.20 : Catatan perkembangan hari ke 3 diagnosa 5......................... 85

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1.1 : Stoke Non Hemoragik ........................................................ 5

Gambar. 1.2 : Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik .. 8

xii
BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

A. Pengertian

Stroke adalah sindrom klinis yang ditandai dengan adanya defisit

neurologis serebral fokal atau global yang berkembang secara cepat dan

berlangsung selama minimal 24 jam atau menyebabkan kematian yang

semata-mata disebabkan oleh kejadian vaskular, baik perdarahan spontan

pada otak (stroke perdarahan) maupun suplai darah yang inadekuat pada

bagian otak (stroke iskemik) sebagai akibat aliran darah yang rendah,

trombosis atau emboli yang berkaitan dengan penyakit pembuluh darah

(arteri dan vena), jantung dan darah (Setiati et al, 2014).

Stroke adalah syndrom klinis yang awalnya timbul secara

mendadak, progresif cepat, berubah defisit neurologis lokal maupun

global, yang dapat berlangsung selama 24 jam atau langsung dapat

menyebabkan kematian, biasanya disebabkan oleh gangguan peredaran

darah otak non traumatik (Mansjoer,2006).

Stroke Non Hemoragik adalah disfungsi neurologi akut yang

disebabkan oleh gangguan pembuluh darah dan timbul secara

mendadak dalam beberapa jam dengan gejala-gejala dan tanda-tanda

yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu. Disfungsi

neurologis berupa hemiparalisis atau hemiparesis yang disertai dengan

1
2

defisit sensorik. Kejadian serangan penyakit stroke bervariasi antara

tempat, waktu dan keadaan penduduk (Bustan, 2010).

Berdasarkan tiga literatur diatas maka dapat disimpulkan

pengertian penyakit stroke non hemoragik adalah gangguan pembuluh

darah yang timbul secara mendadak yang terjadi akibat adanya

penyumbatan (obstruksi) pada peredaran darah di otak yang dapat

berlangsung selama 24 jam, sehingga otak tidak dapat mendapatkan

cukup oksigen.

B. Proses Terjadinya Masalah

1. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

Faktor Predisposisi

Menurut Koes (2015), penyempitan dan penyumbatan pembuluh

darah sering diderita oleh orang yang usianya di atas 40 tahun oleh

karena menurunnya elastisitas pembuluh darah dan atherosklerosis.

Menurut Tarwoto (2007), faktor lain yang dapat mempengaruhi

penyumbatan pembuluh darah yaitu:

1) Merokok yang akan mempermudah terjadinya penebalan dinding

pembuluh darah oleh nikotin, sehingga terjadi penyumbatan darah

ke otak.

2) Obesitas, berhubungan erat dengan hipertensi. Prevalensinya

meningkat dengan bertambahnya umur. Obesitas merupakan

predisposisi penyakit jantung koroner dan stroke. Mengukur


3

adanya obesitas dengan cara mencari body mass index (BMI) yaitu

berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter

dikuadratkan. Normal BMI antara 18,50-24,99 kg/m2, overweight

BMI antara 25-29,99 kg/m2 selebihnya adalah obesitas

3) Jenis kelamin, Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia,

ternyata bahwa kaum pria lebih banyak menderita stroke di

banding kaum wanita, sedangkan perbedaan angka kematianya

masih belum jelas. Penelitian yang di lakukan oleh Indah Manutsih

Utami (2002) di RSUD Kabupaten Kudus mengenai gambaran

faktor-faktor risiko yang terdapat pada penderita stroke

menunjukan bahwa jumlah kasus terbanyak jenis kelamin laki-laki

58,4% dari penelitianya terhadap 197 pasien stroke non hemoragik.

4) Hiperkolesterol

Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam

lemak bebas. Kolesterol dan trigliserida adalah jenis lipid yang

relatif mempunyai makna klinis penting sehubungan dengan

aterogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma sehingga lipid terikat

dengan protein sebagai mekanisme transpor dalam serum, ikatan

ini menghasilkan empat kelas utama lipuprotein yaitu kilomikron,

lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL), lipoprotein densitas

rendah (LDL), dan lipoprotein densitas tinggi (HDL). Dari keempat

lipo protein LDL yang paling tinggi kadar kolesterolnya, VLDL

paling tinggi kadar trigliseridanya, kadar protein tertinggi terdapat


4

pada HDL. Hiperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol dan

atau trigliserida serum di atas batas normal, kondisi ini secara

langsung atau tidak langsung meningkatkan risiko stroke, merusak

dinding pembuluh darah dan juga menyebabkan penyakit jantung

koroner. Kadar kolesterol total >200mg/dl, LDL >100mg/dl, HDL

<40mg/dl, trigliserida >150mg/dl dan trigliserida >150mg/dl akan

membentuk plak di dalam pembuluh darah baik di jantung maupun

di otak. Menurut Dedy Kristofer (2010), dari penelitianya 43

pasien, di dapatkan hiperkolesterolemia 34,9%, hipertrigliserida

4,7%, HDL yang rendah 53,5%, dan LDL yang tinggi 69,8%.

Faktor Presipitasi

Menurut Koes (2015), faktor risiko penyebab stroke secara medis,

antara lain:

1) Riwayat penyakit keluarga, seseorang yang pernah memiliki

riwayat stroke sebelumnya dalam waktu lima tahun kemungkinan

akan terserang stroke kembali sebanyak 35% sampai 42%.

2) Hipertensi, meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak empat

sampai enam kali ini sering di sebut the silent killer dan

merupakan risiko utama terjadinya stroke non hemoragik dan

stroke hemoragik. Yang dimaksud dengan tekanan darah tinggi

apabila tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg, makin

tinggi tekanan darah kemungkinan stroke makin besar karena

mempermudah terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh


5

darah, sehingga mempermudah terjadinya penyumbatan atau

perdarahan otak. Dimana pasien dengan hipertensi mempunyai

peluang tinggi untuk mengalami stroke.

3) Penyakit jantung, Penyakit jantung koroner kelainan katup jantung,

infeksi otot jantung, paska operasi jantung juga memperbesar

risiko stroke, yang paling sering menyebabkan stroke adalah

fibrilasi atrium, karena memudahkan terjadinya pengumpulan

darah di jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh

darah otak.

C. Patofisiologi

Gambar 1.1 Stroke Non Hemoragik

Berdasarkan gambar 1.1 patofisiologi stroke non hemoragik,

terjadi dalam jaringan otak yang aliran darah arterinya terganggu


6

akibat thrombus dan emboli sehingga menimbulkan gangguan fungsi

otak. Iskemi dapat menyebabkan hipoksia dan hipoglikemik pada

jaringan otak. Proses ini dapat mengakibatkan kematian pada neuron.

Edema dapat berlangsung dalam beberapa jam atau beberapa hari.

Setelah terjadinya infark dan edema maka secara otomatis akan terjadi

penurunan kemampuan fungsi otak. Hal ini mengakibatkan terjadinya

deficit neurologis pada otak yang terkena sesuai dengan karakteristik

dari otak. Lain halnya pada stroke Hemoragik, dimana gejala-gejala

klinik yang timbul semata-mata karena kerusakan sel akibat proses

hemolisis/proteolisis darah yang keluar dari pembuluh darah otak yang

pecah merembes ke massa otak sekitarnya (Muttaqin,2008).

D. Manifestasi Klinik

Secara umum manifestasi klinik antara Stroke Hemoragik dan

Stroke Non Hemoragik sama. Menurut Tarwoto (2013), serangan kecil

atau serangan awal stroke biasanya diawali dengan daya ingat menurun

dan sering kebingungan secara tiba-tiba dan kemudian menghilang

dalam waktu 24 jam selain itu tanda dan gejala stroke dapat diamati

dari beberapa hal :

1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) atau

hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak terjadi akibat

adanya kerusakan pada area motorik di korteks bagian frontal.


7

2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan terjadi

karena kerusakan system saraf otonom dan gangguan saraf sensorik

3. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau

koma), terjadi akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian

menekan batang ptak atau terjadinya gangguan metabolik otak

akibat hipoksia.

4. Afasia (kesulitan dalam bicara) adalah defisit kemampuan

komunikasi bicara, termasuk dalam membaca, menulis

menahami bahasa. Afasia terjadi jika terdapat kerusakan pada

area pusat bicara primer yang berada pada hemisfer kiri dan

biasanya terjadi pada stroke dengan gangguan pada arteri

middle serebral kiri.

5. Gangguan penglihatan, diplopia

Pasien dapat kehilangan atau juga pandangan menjadi ganda,

gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi

karena kerusakan pada lobus temporal atau parietal yang dapat

menghambat serat saraf optic pada korteks oksipital. Gangguan

penglihatan juga dapat disebabkan karena kerusakan pada saraf

kranial III, IV dan VI.

6. Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus

kranial IX. Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis

menutup kemudian makanan masuk ke esofagus.

7. Disartria (bicara pelo atau cadel), merupakan kesulitan bicara


8

terutama dalam artikulasi sehingga ucapannya menjadi tidak jelas

8. Ataksia (tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran).

9. Vertigo (mual dan muntah atau nyeri kepala).

E. Klasifikasi

Menurut Junaidi (2011), stroke ada 2 macam yaitu :

1. Stroke hemoragik merupakan perdarahan yang disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu.

2. Stroke non hemoragik adalah keadaan dimana suplai darah ke otak

mengalamai gangguan karena tersumbat atau berkurang didalam

arteri yang memperdarahi otak tersebut.

Gambar 1.2 Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik

F. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Muttaqin (2008), pemeriksaan diagnostik pada pasien

stroke non hemoragik adalah :

1. Pemeriksaan Radiologi
9

a. CT Scan kepala

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui secara pasti letak

edema, posisi hematoma, adanya jaringan infark atau iskemia.

b. MRI (Magnetic Imaging resonance)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan posisi ukuran dan

luasnya perdarahan otak.

c. Angiografi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu menentukan penyebab

dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau

adanya ruptur, dan mencari sumber perdarahan pada otak.

d. EEG (Electroencholograph)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan

dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunkan impuls

listrik dalam jaringan otak

2. Pemeriksaan Laboratorium

a. Fungsi Lumbal

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tekanan yang menigkat

dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya

perdarahan pada intracranial. Peningkatan jumlah protein

menunjukkan adanya proses inflamasi. Dan hasil pemeriksaan

loquor merah menunjukkan hasil perdarahan, sedangkan perdarahan

kecil menunjukkan perdarahan yang normal.

b. Pemeriksaan darah rutin


10

c. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi

Hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum

dan kemudian berangsur angsur turun kembali.

d. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu

sendiri.

G. Komplikasi

Menurut Tarwoto (2013), komplikasi stroke dibagi menjadi 2 (dua)

yaitu sebagai berikut:

1. Fase akut

a. Hipoksia serebral dan menurunnya aliran darah otak

Pada daerah otak yang infark atau terjadi kerusakan karena

perdarahan maka terjadi ganggaun perfusi jaringan akibat

terhambatnya aliran darah ke otak. Tidak adekuatnya aliran darah

dak oksigen mengakibatkan hipoksia jaringan otak. Fungsi dari

otak akan sangat tergantung pada derajat kerusakan dan lokasinya.

b. Oedema Cerebri

Merupakan respon fisiologis terhadfap adanya trauma jaringan.

Edema terjadi jika area yang mengalami hipoksia atau iskemia

maka tubuh akan meningkatkan aliran darah pada lokasi tersebut

dengan cara vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatkan

tekanan sehingga cairan interstisial akan berpindah ke ekstraseluler

sehinggan terjadi edema jaringan otak.


11

c. Peningkatan tekanan Intrakranial (TIK)

Bertambahnya masa pada otak seperti adanya perdarahan atau

edema otak akan meningkatkan tekanan intrakranial yang ditandai

adanya defisit neurologi seperti adanya gangguan motorik,

sensorik, nyeri kepala, gangguan kesadaran. Peningkatan tekanan

intrakranial yang tinggi dapat mengakibatkan hernbiasi serebral

yang dapat mengancam kehidupan.

d. Aspirasi

Pasien stroke dengan gangguan kesadaran atau koma sangat

rentang terhadap adanya aspirasi karena tidak adanya reflek batuk

atau menelan.

2. Komplikasi pada masa pemulihan atau lanjut

a. Komplikasi yang sering terjadi pada masa lanjut atau pemulihan

biasanya terjadi akibat immobilisasi seperti pneumonia, dekubitus,

kontraktur, thrombosisi vena dalam, atropi, inkontinensia urin dan

bowel.

b. Kejang, terjadi akibat kerusakan atau gangguan pada kativitas

listrik otak.

c. Nyeri kepala kronis seperti migrain, nyeri kepala tension, nyeri

kepala cluster

d. Malnutrisi, karena intake yang adekuat.


12

H. Penatalaksanaan Medis

Menurut Arif Muttaqin (2008), tujuan intervensi adalah berusaha

menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan kegiatan sebagai

berikut:

a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan

lendir dengan sering oksigenasi, jika perlu lakukan trakeostomi,

membantu pernafasan.

b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk

usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

c. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.

d. Menempatkan klien dalam posisi yang tepat harus dilakukan secepat

mungkin klien harus diubah posisi setiap 2 jam dan dilakukan latihan-

latihan gerak pasif.

Tabel 1.1 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan Jenis dan makna klinis


Pengobatan konservatif a. Vasodilator meningkatkan aliran
darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada
tubuh manusiabelum dapat
dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamine,
aminodiphilin, asetazolamide,
papaverin intra arterial.
c. Memedikasi anti trombosit dapat
diresepkan karena trombosit
memainkan peran sangat penting
dalam pembentukan thrombus dan
embolisasi.

Pengobatan Pembedahan Tujuan utama adalah memperbaiki aliran


darah serebral.
a. Endosterektomi karotis membentuk
kembali arteri karotis yaitu dengan
13

membuka arteri karotis di leher.


b. Revaskularisasi terutama merupakan
tindakan pembedahan dan manfaat
paling dirasakan oleh klien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan
pada stroke akut. Ugasi arteri karotis
komunis di leher khususnya pada
aneurisma.
Sumber: Arif Muttaqin (2008)

I. Diagnosa Keperawatan

Menurut Batticaca (2008), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

pada stroke non hemoragik adalah :

1. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan

kerusakan serebrovaskuler

2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan

neurovaskular.

3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan gangguan

sirkulasi serebral.

4. Defisit perawatan diri mandi yang berhubungan dengan kelemahan

5. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan stroke yang berhubungan

dengan kurangnya informasi mengenai pencegahan, perawatan dan

pengobatan stroke dirumah.

J. Intervensi Keperawatan

Fokus intervensi berdasarkan diagnosa di atas adalah sebagai berikut :

1. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan

kerusakan serebrovaskuler.
14

Menurut Batticaca (2008), fokus intervensi untuk diagnosa Penurunan

kapasitas adaptif intrakranial

Kriteria Hasil:

Klien mengatakan tidak sakit kepala

Klien mengatakan nyaman

Tidak adanya peningkatan tekanan intrakranial, yang ditandai dengan:

a. Nyeri kepala

b. Muntah proyektil

c. Hipertensi

d. Papil edema

Tabel 1.2 Rencana Tindakan Keperawatan


No Intervensi Rasional
1. a. Atur posisi klien bedrest a. Bedrest bertujuan untuk
mencegah perdarahan ulang.

b. Tinggikan kepala 150- b. Mengurangi tekanan arteri


300 dengan meningkatkan drainage
vena dan memperbaiki sirkulasi
serebral.

c. Awasi kecepatan c. Untuk mengidentifikasi


tetesan infus kebutuhan cairan

d. Pantau tanda gejala d. Mengetahui setiap perubahan


peningkatan TIK yang terjadi pada klien secara
dengan cara dini dan untuk menerapkan
1) Kaji nyeri kepala tindakan yang tepat.
2) Kaji papil edema
3) Kaji tekanan darah
4) Kaji riwayat muntah
15

2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan

neurovaskular.

Kriteria Hasil:

Pergerakan

a. Mempertahankan posisi yang optimal

b. Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh

c. Mendemonstrasikan perilaku yang memungkinkan aktivitas

d. Tidak ada kontraktur otot

Tabel 1.3 Rencana Tindakan Keperawatan


No Intervensi Rasional
2. Terapi Latihan Ambulasi
a. Kaji kemampuan klien a. Mengidentifikasi
dalam melakukan aktivitas kelemahan/kekuatan dan
dapat memberikan
informasi bagi pemulihan

b. Ubah posisi minimal setiap 2 b. Menurunkan resiko


jam (terlentang, miring) terjadinya dekubitus

c. Melakukan latihan rentang c. Meminimalkan artrofi otot,


gerak pasif pada ekstremitas meningkatkan sirkulasi,
yang sakit membantu mencegah
kontraktur

d. Kolaborasi dengan ahli d. Program yang khusus


fisioterapi dapat dikembangkan untuk
menemukan kebutuhan
yang berarti/menjaga
kekurangan tersebut dalam
keseimbangan, koordinasi
dan kekuatan
16

3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan gangguan

sirkulasi serebral.

Menurut Betticaca (2008), fokus intervensi Gangguan komunikasi

verbal

Kriteria Hasil:

a. Pasien dapat mengemukakan bahasa antara klien, perawat dan

keluarga

b. Pasien mampu berkomunikasi yang dapat dimengerti sesuai

kebutuhan

Tabel 1.4 Rencana Tindakan Keperawatan


No Intervensi Rasional
3. a. Kaji tingkat kemampuan a. Perubahan dalam isi
klien dalam berkomunikasi kognitif dan bicara
merupakan indikator dari
derajat gangguan serebral
b. Ajarkan klien tehnik b. Bahasa isyarat dapat
berkomunikasi non verbal membantu untuk
menyampaiakan isi pesan
yang dimaksud
c. Konsultasikan dengan/ c. Untuk mengidentifikasi
rujuk kepada ahli terapi kekurangan/kebutuhan
wicara terapi

4. Defisit perawatan diri mandi yang berhubungan dengan kelemahan

Tabel 1.5 Rencana Tindakan Keperawatan


No Intervensi Rasional
4. a. Kaji perawatan diri pasien a. Perawatan diri pasien
menentukan derajat
kesehatan pasien
b. Kaji kebersihan diri pasien b. Kebersihan diri agar selalu
dijaga agar tidak
memunculkan penyakit
c. Anjurkan pasien untuk c. Agar dapat memahami
menjaga kebersihan dirinya pentingnya kebersihan diri

d. Beri informasi tentang d. Agar mengetahui tentang


pentingnya menjaga pentingnya menjaga
17

kebersihan diri kebersihan diri

e. Memandikan pasien e. Agar pasien lebih segar dan


ditempat tidur terhindar dari bau yang
kurang sedap

5. Defisiensi pengetahuan tentang perawatan stroke yang berhubungan

dengan kurangnya informasi mengenai pencegahan, perawatan dan

pengobatan stroke dirumah.

Kriteria Hasil:

Pengetahuan: Proses Penyakit

a. Pasien bertambah pengetahuan tentang penyakitnya

b. Keluarga pasien mengetahui tentang penyakit pasien

Tabel 1.6 Rencana Tindakan Keperawatan


No Intervensi Rasional
5. a. Kaji tingkat pemahaman a. Mengidentifikasi kebutuhan
pasien belajar, memfalidasi
pemahaman tingkat ini

b. Tentukan persepsi pasien b. Membantu identifikasi ide


tentang stroke dan dan sikap pasien
pengobatannya
c. Beri informasi yang jelas c. Memberi informasi yang
dan akurat tentang penyakit diperlukan
pasien
BAB II
BAB II

RESUME KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Hari, Tanggal : Senin, 19 Juni 2017

Jam : 08.00 WIB

Tempat : Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul

Oleh : Kiki Rizki Pradita

Metode : Observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumen

Sumber : Pasien, keluarga pasien, rekam medis, tim kesehatan lain

1. DATA DASAR

a. Identitas Pasien

Nama : Ny. “R”

Umur : 66 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Bantul, Yogyakarta

Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragik

18
19

Nomor Rekam Medis : 56.4X.XX

Tanggal Masuk : 15 Juni 2017

b. Penanggung Jawab

Nama : Ny. “I”

Umur : 47 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Bantul, Yogyakarta

Hubungan dengan Pasien : Keponakan

c. Riwayat Kesehatan

1) Faktor Presipitasi

Pasien mempunyai riwayat Hipertensi sejak tahun 2014 (3

tahun yang lalu), pasien tidak pernah minum obat penurun

tekanan darah. Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai

riwayat hipertensi.

2) Faktor Predisposisi

Usia lanjut (pasien berusia 66 tahun)


20

2. DATA FOKUS

a. Alasan Masuk Rumah Sakit

Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan pusing gliyer

sejak Kamis 15 Juni 2017, saat bangun tidur tiba-tiba terjatuh dari

tempat tidur, pada saat terjatuh dari tempat tidur posisi pasien sadar

dengan kepala terbentur tempat tidur. Muntah sebanyak 2 kali.

b. Keluhan Utama

Pasien masuk RSUD Panembahan Senopati pada tanggal 15

Juni 2017. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 19 Juni 2017

pukul 08.00 WIB di Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati

data yang diperoleh adalah pasien mengeluh lemas, perut perih,

batuk berdahak “grok-grok” selama 2 minggu, kepala terasa sakit

serta pusing “gliyer-gliyer”, muntah sebanyak 2 kali.Pasien juga

mengeluh nyeri di area benjolan dahi akibat terjatuh dari tempat

tidur.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit, pasien mengeluh

badan terasa lemas, pusing gliyer. Pada tanggal 15 Juni 2017 pasien

di bawa ke Unit Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati untuk

memeriksakan dirinya. Saat di Unit Gawat Darurat pasien lemas,

nyeri pada dahi, pusing gliyer, batuk berdahak selama 2 minggu,

kemudian di bawa ke bangsal rawat inap untuk mendapatkan

perawatan.
21

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mempunyai riwayat penyakit Hipertensi sejak tahun

2014 (3 tahun yang lalu). Pasien pernah mondok karena sakit

Hipertensinya kambuh, terakhir tahun 2015 (2 tahun yang lalu).

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Genogram :

X X X X

66 th

Gambar 2.1 Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Tinggal Serumah

: Perempuan : Menikah

: Pasien Ny. R 66 Tahun X : Meninggal Dunia

Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat

penyakit Hipertensi.
22

f. Pemeriksaan Fisik

1) Status Kesehatan Umum

Pasien tampak lemas

a) Kesadaran : Compos Mentis

Glow Coma Scale : 15

Eyes : Skor 4, membuka mata spontan.

Verbals : Skor 5, baik dapat menjawab dengan kalimat

yang baik, tahu siapa dia, di mana dia berada.

Motorics : Skor 6, dapat menuruti semua perintah.

Keterangan :

Skor 14 – 15 : Compos Mentis

Skor 12 – 13 : Apatis

Skor 11 – 12 : Somnolent

Skor 8 – 10 : Sopor / Semi Coma

Skor < 5 : Coma

2) Tanda Tanda Vital

a) Tekanan Darah: 130 / 80 mmHg

b) Nadi : 82 x / menit

c) Respirasi : 24 x / menit

d) Suhu : 36° C

3) Status Gizi

a) Berat Badan : 40 kg

b) Tinggi Badan : 150 cm


23

c) Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT = BB ( kg ) / TB ( m )2

= 40 / (1,50)2

= 40 / 2,25

= 17,78 (Under Weight)

Keterangan :

IMT > 30 = Obesitas

IMT 25 – 30 = Over Weight

IMT 20 – 25 = Normal

IMT < 20 = Under Weight

4) Pemeriksaan Chepalo Caudal

a) Kepala

(1) Rambut

Distribusi rambut berwarna hitam bercampur uban,

rambut pasien tampak kotor.

(2) Wajah

Wajah pasien tampak pucat, lebam pada area wajah

terutama dibawah mata kanan dan mata kiri, terdapat

luka benjolan pada dahi pasien.

(3) Mata

Pada mata kanan dan kiri, konjungtiva pucat, pupil

isokor, reflek cahaya positif, sclera putih.Pasien

mengatakan penglihatannya sudah kabur.


24

(4) Hidung

Terlihat ada sedikit luka, tidak ada sekresi, tidak terlihat

pergerakan cuping hidung.

(5) Mulut

Bibir berwarana merah. Mukosa mulut kering, mukosa

lidah berwarna merah keputihan.

(6) Leher

Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe dan

kelenjar tiroid.

b) Ekstremitas (atas dan bawah)

a. Tidak ada edema di ekstremitas atas (pergelangan dan

punggung tangan kanan dan kiri), waktu kembali < 3

detik.

b. Capillary Refill< 3 detik.

c. Akral teraba hangat.

d. Terpasang Infus NaCl 0,9 % di ekstremitas atas sinistra

16 Tetes Per Menit tanggal 19 Juni 2017

e. Terpasang dower cateter sejak tanggal 15 Juni 2017

Kekuatan Otot : 5 5

5 5

Pasien dapat bergerak bebas dengan kekuatan penuh.


25

Keterangan :

5 = 100 % : Gerakan normal dengan kekuatan otot penuh,

menentang gravitasi dengan penahanan penuh.

4 = 75 % : Gerakan normal penuh menentang gravitasi

dengan sedikit penahanan.

3 = 50 % : Gerakan normal menentang gravitasi.

2 = 25 % : Gerakan otot penuh, menentang gravitasi dengan

songkongan

1 = 10 % : Tidak ada gerakan, teraba / terlihat adanya

kontraksi.

0=0% : Paralisis total.

5) Aktivitas dan Bantuan

Pasien mengatakan untuk aktivitas perawatan diri sehari-hari di

bantu oleh keluarga.

Pasien mengatakan badannya lemas.

Pasien terpasang dower cateter nomer 16, sejak 15 Juni 2017

Tabel.2.1.
Aktivitas dan Bantuan

Kemampuan
0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas fisik di

tempat tidur
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
26

Keterangan :

0 : Mandiri

1 : Dibantu dengan alat

2 : Dibantu dengan orang lain

3 : Dibantu dengan alat dan orang lain

4 : Tergantung total

Oksigenasi : pasien dapat bernapas spontan.

g. Pengkajian Nutrisi

Pasien mendapat diit BBRG (Bubur Rendah Garam) .

Makan : pasien makan 6-7 sendokdari menu yang disediakan

Rumah Sakit, sayuran tidak dimakan karena sayuran berbau amis.

Minum : Pasien minum 3-4 gelas ( 600-800 cc) dalam sehari.

h. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium

Tanggal : 18 Juni 2017

Tabel.2.2.
Pemeriksaan Laboratorium

No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan


1. Hemoglobin 7.7 12.0-16.0 g/dl
2. Lekosit 5.48 4.00-11.00 10^3/uL
3. Eritrosit 4.10 4.00-5.00 10^6/uL
4. Trombosit 168 150-450 10^3/uL
5. Hematokrit 26.3 36.0-46.0 Vol%
6. Eosinofil 0 2-4 %
7. Basofil 0 0-1 %
8. Batang 1 2-5 %
9. Segmen 88 51-67 %
10. Limfosit 9 20-35 %
11. Monosit 2 4-8 %
27

Analisa :

Hemoglobin dan Hematokrit rendah mengindikasikan anemia.

Segmen tinggi menandakan demam,nyeri bengkak dan infeksi

Limfosit rendah mengindikasikan kanker, leukemia, gagal

ginjal, SLE, pemberian steroid yang berlebihan.

Tanggal : 20 Juni 2017

Tabel.2.3.
Pemeriksaan Laboratorium
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
1. Hemoglobin 10.8 12.0-16.0 g/dl
2. Lekosit 5.56 4.00-11.00 10^3/uL
3. Eritrosit 4.47 4.00-5.00 10^6/uL
4. Trombosit 183 150-450 10^3/uL
5. Hematokrit 29.8 36.0-46.0 Vol%
6. Eosinofil 0 2-4 %
7. Basofil 0 0-1 %
8. Batang 1 2-5 %
9. Segmen 80 51-67 %
10. Limfosit 16 20-35 %
11. Monosit 2 4-8 %
Hemoglobin dan Hematokrit rendah mengindikasikan anemia.

Segmen tinggi menandakan demam,nyeri bengkak dan infeksi

Limfosit rendah mengindikasikan kanker, leukemia, gagal

ginjal, SLE, pemberian steroid yang berlebihan.

2) Rontgen Thoraks

Tanggal : 15 Juni 2017

Pemeriksaan: CR Thorax PA DEWASA

Pemeriksaan: CT SCAN KEPALA TANPA KONTRAS


28

Hasil:

Bronchitis

Cardiomegali

Pemeriksaan Head MSCT.Hasil :

a) Tampak soft tissue swelling extracranial regio frontal.

b) Tampak lesi hypoedens dengan HU:12 di paraventrikel

lateralis dextra, bentuk oval.

c) Tampak lesi hypodens bentuk amorf di periventrikel lateralis

dextra.

d) Sistema ventrikel tak menyempit.

Kesan :

a. Akut infark cerebri di periventrikel lateralis dextra

b. Cronic infark cerebri di paraventrikel lateralis dextra

c. Soft tissue swelling extra cranial regio frontal.

i. Terapi

1) Tanggal 19 Juni 2017

a) Acetylcysteine 200 mg / 8 jam per oral

b) Citicoline 500mg/ 12 jam per intravena

c) Vertikaf 8mg/12 jam per oral

d) Candesartan 8mg/24 jam per oral

e) Mecobalamin 500mg/12 jam per oral

f) Sulfas ferosus 300mg/8 jam per oral

g) Paracetamol (PCT) 500 mg/8 jam per oral


29

h) Methylprednisolone 31,25 mg/ 24 jam per intravena

2) Tanggal 20 Juni 2017

a) Acetylcysteine 200 mg / 8 jam per oral

b) Citicoline 500mg/ 12 jam per intravena

c) Vertikaf 8mg/12 jam per oral

d) Candesartan 8mg/24 jam per oral

e) Mecobalamin 500mg/12 jam per oral

f) Sulfas ferosus 300mg/8 jam per oral

g) Paracetamol (PCT) 500 mg/8 jam per oral

h) Methylprednisolone 31,25 mg/ 24 jam per intravena

3) Tanggal 21 Juni 2017

a) Acetylcysteine 200 mg / 8 jam per oral

b) Citicoline 500mg/ 12 jam per intravena

c) Vertikaf 8mg/12 jam per oral

d) Candesartan 8mg/24 jam per oral

e) Mecobalamin 500mg/12 jam per oral

f) Sulfas ferosus 300mg/8 jam per oral

g) Paracetamol (PCT) 500 mg/8 jam per oral

h) Methylprednisolone 31,25 mg/ 24 jam per intravena

Tabel.2.4.
Terapi Obat
No Nama obat Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek
samping
1. Acetylcystei 200 Acetylcysteine Jangan Mual dan
ne mg/8 digunakan untuk menggunakan obat muntah,
jam mengobati ini untuk pasien kulit
penyakit-penyakit yang memiliki kemerahan
30

pada saluran riwayat alergi / , bengkak


pernafasan dimana hipersensitivitas. pada
terjadi banyak wajah,
lendir atau dahak pengihatan
kabur,
kejang dan
kadang-
kadang
demam
2. Citicoline 500 1. Keadaan akut Hipersensitivitas Insomnia,
mg/1 Kehilangan terhadap citicoline. sakit
2 jam kesadaran kepala,
akibat trauma diare,
serebral atau tekanan
kecelakaan lalu darah
lintas dan rendah
operasi otak. atau
2. Keadaan kronik hipotensi,
Gangguan tekanan
psikiatrik atau darah
saraf akibat tinggi atau
apopleksia, hipertensi,
trauma kepala mual,
dan operasi penglihata
otak. n
3. Memperbaiki terganggu,
sirkulasi darah sakit di
otak sehingga bagian
termasuk stroke dada
iskemik.

3. Vertikaf 8 Kegunaan vertikaf a. Jangan Sakit


mg/1 (Betahistine digunakan perut, mual
2 jam dihydrochloride) untuk penderita dan
adalah untuk yang muntah,
mengobati penyakit mengalami keram
meniere. Penyakit reaksi perut,
ini biasanya hipersensitivita ruam, rasa
ditunjukkan dengan s terhadap terbakar,
gejala seperti : Betahistine kesemutan
dihydrochlorid
a. gangguan e.
keseimbangan b. Hindarkan juga
b. vertigo pemakaian obat
c. tinitus dan ini untuk
gangguan penderita
pendengaran pheochromocyt
yang lainnya oma, penyakit
akibat asma bronkial,
31

peningkatan dan orang-


tekanan di orang yang
telinga bagin memiliki
dalam. riwayat ulkus
d. biasanya gejala peptik.
seperti mual dan
muntah juga
terjadi.

4. Candesartan 8mg/ Candesartan dapat Hipersensitivitas, Batuk,


24 mengobati gangguan hati sakit
jam hipertensi, berat, jangan tenggoroka
pengobatan untuk berikan bersamaan n, pusing,
pasien gagal dengan aliskiren sakit
jantung pada pasien dengan kepala,
diabetes vertigo,
infeksi
saluran
pernapasan
5. Mecobalami 500m Neuropati perifer & Pasien yang Nafsu
n g/12 anemia hipersensitif makan
jam megaloblastik yang terhadap berkurang,
disebabkan Mecobalamin nausea,
defisiensi vitamin mungkin
B12 bisa diare
serta kulit
bisa
mengalami
gangguan
6. Sulfas 300m Untuk membantu Tidak diberikan Sulit buang
ferosus g/8 mencegah dan kepada penderita air besar,
jam mengobati anemia zat besi berlebih mencret,
defisiensi zat besi (hemokromatosis, feses
hemosiderosis), berwarna
anemia karena hitam,
pemecahan sel mual, dan
darah merah nyeri
(anemia hemolitik), perut,
kelainan sel darah perdarahan
merah (porfiria, saluran
talasemia), luka cerna,
pada lambung sumbatan u
(ulkus peptikum) sus, dan
dan usus besar kerusakan
(kolitis ulseratif) lapisan
peminum alkohol usus jarang
terjadi
7. Paracetamol 500m Indikasi utama Alergi parasetamol Gejala
(PCT) g/8 paracetamol yaitu atau acetaminophen ringan
32

jam digunakan sebagai gangguan fungsi seperti


obat penurun panas hati dan penyakit pusing
(analgesik) dan hati gangguan sampai
dapat digunakan fungsi ginjal serius, efek
sebagi obat shock overdosis samping
penghilang rasa acetaminophen gizi berat
sakit dari segala buruk seperti
jenis seperti sakit gangguan
kepala, sakit gigi, ginjal,
nyeri pasca operasi, gangguan
nyeri sehubungan hati, reaksi
dengan pilek, nyeri alergi dan
otot pasca-trauma, gangguan
dll. darah.

8. methylpredn 31,25 Gangguan alergi Memiliki riwayat Mual dan


isolone mg/2 karena obat, sakit hipersentif terhadap muntah,
4 jam karena serum, dan obat ini atau obat- nyeri ulu
reaksi transfusi obat glukokortikoid hati, sakit
urtikaria, gangguan lainnya, obat ini perut,
kolagen pada juga gangguan
carditis rheumatic, dikontraindikasikan pencernaan
lupus, penyakit untuk penderita , lemas dan
jaringan ikat tuberculosis (TB), lelah,
campuran, dan diabetes mellitus, mengeluar
vaskulitis. infeksi jamur kan banyak
sistemik, herpes keringat,
Gangguan pada simpleks, varisela, uring-
kulit seperti dan penderita uringan,
dermatitis, osteoporosis berat. kecemasan
gangguan saluran dan
pencernaan depresi,
misalnya sulit tidur,
peradangan pada linglung,
usus besar, pusing,
penyakit Crohn, hipertensi
dan penyakit celiac
berat, gangguan
darah seperti
anemia dan
hemolisis
33

PENGELOMPOKAN DATA

1. Pengelompokan Data

Tabel.2.5.
Pengelompokan Data

Data Subyektif Data Obyektif


1. Pasien mengeluh kepala terasa 1. Tanda – tanda vital:
sakit, pusing gliyer. Tekanan Darah :130 / 80
2. Pasien mengatakan badan terasa mmHg
lemas, saat akan berderi terasa Nadi: 80 x / menit
berat. 2. Konjungtiva pucat, mukosa
3. Pasien mengatakan perut terasa bibir kering, kulit kering
perih. 3. Tidak ada edema di ekstremitas
4. Keluarga pasien mengatakan atas (pergelangan dan punggung
selama 2 minggu pasien batuk tangan kanan dan kiri), waktu
berdahak grok-grok kembali < 3 detik.
5. Keluarga pasien mengatakan untuk 4. Kekuatan otot
aktivitas perawatan diri sehari-hari 5 5
di bantu oleh keluarga.
6. Keluarga pasien mengatak pasien 5 5
mempunyai riwayat sait hipertensi 5. Respirasi : 24 x / menit
3 tahun. 6. Suhu tubuh : 36,50 C
7. Pasien tidak mau makan sayuran 7. Wajah pasien tampak pucat,
yang disediakan Rumah Sakit terdapat lebam pada area wajah
karena merasa bau amis. terutama pada bagian bawah
mata kanan dan bawah mata
kiri.
8. Terpasang Infus NaCl 0,9 % di
ekstremiras atas sinistra 16
Tetes Per Menit tanggal 19 Juni
2017
9. Terpasang dower cateter sejak
15 Juni 2017
10. Angka Leukosit pada tanggal 18
Juni 2017 5.48 sel/mm3
11. Angka Leukosit pada tanggal 20
Juni 2017 5.56 sel/mm3
12. Angka Segmen pada tanggal 18
Juni 2017 88%
13. Angka Segmen pada tanggal 20
Juni 2017 80%
14. Angka Hemoglobin pada
tanggal 18 Juni 2017 7.7 g/dl
15. Angka Hemoglobin pada
tanggal 20 Juni 2017 10.8 g/dl
16. Pada tanggal Tanggal : 15 Juni
2017 dilakukan
Pemeriksaan: CR Thorax PA
34

DEWASA
Pemeriksaan: CT SCAN
KEPALA TANPA KONTRAS
Hasil:
Bronchitis
Cardiomegali
17. Pada tanggal 15 Juni 2017
dilakukan pemeriksaan Head
MSCT, dengan kesan hasil:
a. Akut infark cerebri di
periventrikel lateralis dextra
b. Cronic infark cerebri di
paraventrikel lateralis dextra
c. Soft tissue swelling extra
cranial regio frontal.
18. Rambut pasien tampak kotor.
19. Kemampuan perawatan diri:
Makan / minum : 0
Toileting : 3
Berpakaian : 2
Mobilitas fisik di tempat tidur :
2
Berpindah : 2

2. Analisa Data

Tabel.2.6.
Analisa Data

No Data Senjang Problem Etiologi


1. Data Subyektif: Ketidakefektifan Mukus berlebih
Keluarga pasien mengatakan bersihan jalan
pasien batuk selama 2 minggu nafas
grok-grok dan berdahak.
Data Obyektif:
1. Pasien tampak tidak bisa
mengeluarkan dahak.
2. Respirasi : 24x/menit
3. Pada tanggal Tanggal : 15
Juni 2017 dilakukan
Pemeriksaan: CR Thorax
PA DEWASA
Pemeriksaan: CT SCAN
KEPALA TANPA
KONTRAS
35

Hasil:
Bronchitis
Cardiomegali
2. Data Subyektif: Kerusakan Penurunan
1. Pasien mengeluh serebrovaskuler kapasitas adatif
kepalanya terasa sakit, intrakranial
pusing gliyer.
2. Pasien mengatakan saat
akan berdiri badan terasa
berat.
Data Obyektif:
1. Tanda – tanda vital:
Tekanan Darah :
130 / 80 mmHg
Nadi: 80 x / menit
2. Pada tanggal 15 Juni 2017
dilakukan pemeriksaan
Head MSCT, dengan kesan
hasil:
a. Akut infark cerebri di
periventrikel lateralis
dextra
b. Cronic infark cerebri di
paraventrikel lateralis
dextra
3. Soft tissue swelling
extra cranial regio
frontal.

3. Data Subyektif: Keletihan Kelesuhan


1. Keluarga pasien fisiologis (anemia)
mengatakan pasientidak
mau makan sayuran yang
disediakan Rumah Sakit
karena merasa bau amis.
2. Pasien mengatakan badan
terasa lemas
Data Obyektif:
1. Angka Hemoglobin pada
tanggal 18 Juni 2017 7.7
g/dl
2. Angka Hemoglobin pada
tanggal 20 Juni 2017 10.8
g/dl
3. Konjungtiva pasien tampak
pucat

4. Data Subyektif: Defisit Kelemahan


1. Pasien mengatakan untuk perawatan diri:
aktivitas perawatan diri mandi
36

sehari-hari di bantu oleh


keluarga.

Data Obyektif:
1. Rambut pasien tampak
kotor.
2. Semua aktifitas pasien
dibantu oleh keluarga
3. Pasien terlihat lemah
4. Kemampuan perawatan
diri:
Makan / minum : 0
Toileting : 2
Berpakaian : 2
Mobilitas fisik di tempat
tidur : 2
Berpindah : 2

5. Data Subyektif: Prosedur invasif Risiko infeksi


- (pemasangan
Data Obyektif: infuse dan
1. Terpasang Infus NaCl 0,9 dower cateter)
% di ekstremiras atas
sinistra 16 Tetes Per Menit
tanggal 19 Juni 2017
2. Terpasang dower cateter
sejak 15 Juni 2017
3. Suhu tubuh 36,50 C
4. Angka Leukosit pada
tanggal 18 Juni 2017 5.48
sel/mm3
5. Angka Segmen pada
tanggal 18 Juni 2017 88%
6. Angka Segmen pada
tanggal 20 Juni 2017 80%
7. Angka Hemoglobin pada
tanggal 18 Juni 2017 7.7
g/dl
8. Angka Hemoglobin pada
tanggal 20 Juni 2017 10.8
g/dl
37

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus

berlebih, ditandai dengan :

Data Subyektif:

Keluarga pasien mengatakan pasien batuk selama 2 minggu grok-grok

dan berdahak.

Data Obyektif:

a. Pasien tampak tidak bisa mengeluarkan dahak.

b. Respirasi : 24x/menit

c. Pada tanggal Tanggal : 15 Juni 2017 dilakukan

Pemeriksaan: CR Thorax PA DEWASA

Pemeriksaan: CT SCAN KEPALA TANPA KONTRAS

Hasil:

Bronchitis

Cardiomegali

2. Penurunan kapasitas adatif intrakranial berhubungan dengan Kerusakan

serebrovaskuler, ditandai dengan :

Data Subyektif:

a. Pasien mengeluh kepalanya terasa sakit, pusing gliyer.

b. Pasien mengatakan saat akan berdiri badan terasa berat.

Data Obyektif:

a. Tanda – tanda vital:


38

Tekanan Darah :130 / 80 mmHg

Nadi : 80 x / menit

b. Pada tanggal 15 Juni 2017 dilakukan pemeriksaan Head MSCT,

dengan kesan:

1) Akut infark cerebri di periventrikel lateralis dextra

2) Cronic infark cerebri di paraventrikel lateralis dextra

3) Soft tissue swelling extra cranial regio frontal.

3. Keletihan berhubungan dengan Kelesuhan fisiologis (anemia), ditandai

dengan :

Data Subyektif:

a. Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan sayuran yang

disediakan Rumah Sakit karena merasa bau amis.

b. Pasien mengatakan badan terasa lemas

Data Obyektif:

a. Angka Hemoglobin pada tanggal 18 Juni 2017 7.7 g/dl

b. Angka Hemoglobin pada tanggal 20 Juni 2017 10.8 g/dl

c. Konjungtiva pasien tampak pucat

4. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan Kelemahan, ditandai

dengan :

Data Subyektif:

Pasien mengatakan untuk aktivitas perawatan diri sehari-hari di bantu

oleh keluarga
39

Data Obyektif:

a. Rambut pasien tampak kotor.

b. Semua aktifitas pasien dibantu oleh keluarga

c. Pasien terlihat lemah

d. Kemampuan perawatan diri:

Kemampuan
0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas fisik di

tempat tidur
Berpindah √
Ambulasi / ROM √

5. Risiko infeksi dengan faktor risiko Prosedur invasif (pemasangan infuse

dan dower cateter), ditandai dengan :

Data Subyektif:

Data Obyektif :

a. Terpasang Infus NaCl 0,9 % di ekstremiras atas sinistra 16 Tetes Per

Menit tanggal 19 Juni 2017

b. Angka Leukosit pada tanggal 18 Juni 2017 5.48 sel/mm3

c. Terpasang dower cateter sejak 15 Juni 2017

d. Suhu tubuh 36,50 C

e. Angka Leukosit pada tanggal 18 Juni 2017 5.48 sel/mm3

f. Angka Segmen pada tanggal 18 Juni 2017 88%


40

g. Angka Segmen pada tanggal 20 Juni 2017 80%

h. Angka Hemoglobin pada tanggal 18 Juni 2017 7.7 g/dl

i. Angka Hemoglobin pada tanggal 20 Juni 2017 10.8 g/dl


D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI, EVALUASI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI, EVALUASI

Tabel.2.7.
Perencanaan, Implementasi, Evaluasi Diagnosa 1

Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC: Manajemen Senin, 19 Juni 2017 Senin, 19 Juni 2017
bersihan jalan nafas tindakan Jalan Napas Jam 09.50 WIB Jam 10.00 WIB
berhubungan dengan keperawatan 1. Memonitor status 1. S : -
mukus berlebih, selama 3 x 24 jam, 1. Ajarkan 1. Untuk pernapasan O:
ditandai dengan : diharapkan keluarga dan mengeluarkan 1. Pasien tampak
NOC: Status pasien tentang dahak berat saat
Data Subyektif: Pernapasan: buang sekret bernapas
Keluarga pasien Kepatenan Jalan dengan Kiki 2. Respirasi
mengatakan batuk Napas teratasi, memotivasi 24x/menit
selama 2 minggu grok- dengan kriteria pasien untuk
grok dan berdahak hasil : melakukan
1. Pasien mampu batuk efektif. Kiki
Data Obyektif: mengeluarkan
1. Pasien tampak sekret. Jam 10.10 WIB Jam 10.20 WIB
tidak dapat 2. Respirasi 2. Monitor status 2. Untuk 2. Menemani pasien 2. S :-
mengeluarkan Rate: 16-20 pernapasan memonitor dan menanyakan O:
dahak. x/menit keadekuatan keadaannya. Pasien tampak berat
2. Respirasi: pernapasan saat bernapas
24x/menit
3. Pada tanggal 3. Kelola 3. Nebulizer dapat
Tanggal : 15 Juni nebulizer jika mengencerkan
Kiki Kiki

41
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
2017 dilakukan perlu dahak sehingga Jam : 13.00 WIB Jam 13.30 WIB
Pemeriksaan: CR dahak mudah 3. Memberikan obat 3. S: -
Thorax PA dikeluarkan Acetylcysteine O:
DEWASA 4. Kolaborasi 4. Memudahkan 200 mg, serta Tidak ada reaksi obat
Pemeriksaan: CT pemberian pengenceran menganjurkan Acetylcysteine 200
SCAN KEPALA obat dan pasien untuk posisi mg masuk melalui
TANPA ekspektoran pembuangan semi fowler. oral, pasien tampak
KONTRAS sekret duduk semifowler
Hasil: 5. Posisikan 5. Memungkinkan
Bronchitis pasien upaya nafas
Cardiomegali semifowler lebih dalam dan Kiki
Kiki
lebih kuat serta
menurunkan Jam 17.15 WIB
ketidaknyamana S: -
n dada
O:
1. Pasien tampak berat
saat bernapas
2. Dahak belum keluar
3. Respirasi 20x/menit

A:
Masalah keperawatan
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan mukus berlebih
belum teratasi, dengan
kriteria :

42
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Yang belum teratasi:
1. Pasien masih masih
batuk berdahak
P:
Lanjutkan Intervensi :
1. Monitor status
pernapasan.
2. Beri posisi yang
nyaman pada tempat
tidur.
3. Buang sekret dengan
memotivasi pasien
untuk melakukan
batuk efektif
4. Kelola pemberian
obat:
a. Acetylcysteine
200 mg/ 8 jam
(per oral)
b. Ventolin 2,5 mg/
12 jam (jika
perlu)

Kiki

43
CATATAN PERKEMBANGAN

Tabel.2.8.
Catatan Perkembangan Diagnosa 1

SOAP Implementasi Evaluasi


Selasa, 20 Juni 2017 Selasa, 20 Juni 2017 Selasa, 20 Juni 2017
Jam : 06.00 WIB Jam : 06.15WIB Jam : 07.30 WIB
S: 1. Memposisikan pasien semifowler 1. S: -
1. Pasien mengatakan masih batuk dan dahak O:
belum keluar Pasien tampak lebih mudah bernapas

O: Kiki
1. Tanda-tanda vital: Kiki
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit Jam : 07.35 WIB Jam : 07.45 WIB
Respirasi : 22 x/menit 2. Memonitor status pernapasan pasien. 2. S:-
O:
Nadi : 80 x/menit
A: Respirasi : 22x/menit
Kiki
Masalah keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan
mukus berlebih belum teratasi, dengan kriteria
Kiki
:
Yang belum teratasi:
1. Pasien masih masih batuk berdahak
2. Respirasi : 22 x/menit
3. Pasien tampak berat ketika bernapas.

44
SOAP Implementasi Evaluasi
P: Jam : 13.00 WIB
Lanjutkan Intervensi : 3. Memberikan obat Acetylcysteine 200 mg Jam : 13.30 WIB
1. Monitor status pernapasan. (per oral) 3. S: Keluarga dan pasien mengatakan masih
2. Beri posisi yang nyaman pada tempat susah mengeluarkan dahak
tidur. O:
3. Buang sekret dengan memotivasi pasien 1. Obat Acetylcysteine 200 mg masuk
untuk melakukan batuk efektif Kiki melalui oral
4. Kelola pemberian obat: 2. Pasien tampak batuk berdahak
c. Acetylcysteine 200 mg/ 8 jam (per
oral)
d. Ventolin 2,5 mg/ 12 jam (jika perlu)
Kiki
Jam : 16.00 WIB
S: -

O:
Kiki 1. Nadi : 78 x/menit
2. Respirasi : 21 x/menit
3. Pasien tampak lebih rileks dalam bernapas

A:
Masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan napas berhubungan dengan mukus berlebih
belum teratasi,dengan kriteria :
Yang belum teratasi:
1. Pasien masih batuk berdahak dan dahak belum
dapat keluar
2. Nadi : 78 x/menit
3. Respirasi : 21 x/menit

45
SOAP Implementasi Evaluasi

P:
Lanjutkan Intervensi:
1. Monitor status pernapasan.
2. Ajarkan batuk efektif
3. Beri posisi yang nyaman pada tempat tidur.
4. Kelola pemberian obat:
a. Obat Acetylcysteine 200 mg / 8 jam (per
oral)
b. Ventolin 2,5 mg/ 12 jam (jika perlu)

Kiki

46
CATATAN PERKEMBANGAN

Tabel.2.9.
Catatan Perkembangan Diagnosa 1

SOAP Implementasi Evaluasi


Rabu,21 Juni 2017 Rabu, 21 Juni 2017 Rabu, 21 Juni 2017
Jam : 06.10 WIB Jam 06.18 WIB Jam : 06.30 WIB
S: - 1. Menemani pasien dan menanyakan 1. S:
keadaannya Pasien mengatakan masih terasa batuk
O: berdahak.
1. Nadi : 80 x/menit O:
2. Respirasi : 22 x/menit 1. Nadi : 88 x/menit
Kiki 2. Respirasi : 22 x/menit
3. Pasien tampak berat saat bernapas
A:
Masalah keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan
mukus berlebih belum teratasi, dengan kriteria Kiki
:
Yang belum teratasi:
1. Pasien masih masih batuk berdahak
2. Respirasi : 22 x/menit
3. Pasien tampak berat ketika bernapas.

P: Jam 10.00 WIB Jam 10.30 WIB


Lanjutkan Intervensi : 2. Memberikan penyuluhan kesehatan 2. S:
1. Monitor status pernapasan. tentang batuk efektif dan mengajari cara Keluarga dan pasien mengatakan paham
2. Beri posisi yang nyaman pada tempat

47
tidur. batuk efektif tentang apa yang telah disampaikan
3. Buang sekret dengan memotivasi pasien O:
untuk melakukan batuk efektif Keluarga dan pasien mampu mengulang
4. Kelola pemberian obat: dan memperagakan apa yang telah
a. Acetylcysteine 200 mg/ 8 jam (per Kiki disampaikan perawat
oral)

Kiki

Kiki Jam 14.00 WIB


S:
Keluarga dan pasien mengerti dan akan
mempraktikkan cara batuk efektif yang sudah
diajarkan

O:
1. Pasien mampu memaparkan kembali poin-
poin penyuluhan dan mempraktikkan
cara batuk efektif
2. Pasien mampu mengeluarkan dahak
3. Respirasi 20x/menit

A:
Masalah keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan
mukus berlebih teratasi, dengan kriteria :
1. Pasien mampu mengeluarkan dahak
2. Respirasi 20x/menit

48
P:
Lanjutkan intervensi:
Kelola pemberian obat:
1. Monitor status pernapasan
2. Acetylcysteine 200 mg/ 8 jam (per oral)

Kiki

49
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI, EVALUASI

Tabel.2.10.
Perencanaan, Implementasi, Evaluasi Diagnosa 2

Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
2. Penurunan kapasitas Setelah dilakukan NIC: Monitor Senin, 19 Juni 2017 Senin, 19 Juni 2017
adaptif intrakranial tindakan tanda-tanda vital Jam: 08.00 WIB Jam: 08.05 WIB
berhubungan dengan keperawatan 1. Memonitor 1. S:
kerusakan selama 3 x 24 jam 1. Monitor tanda- 1. Tanda-tanda Tekanan darah, Pasien mengeluh
serebrovaskuler, diharapkan NOC: tanda vital vital dapat nadi, dan respirasi. badannya terasa
ditandai dengan : Perfusi Jaringan memberikan lemas.
Serebral menurun, gambaran O:
Data Subyektif: dengan kriteria keadaan umum Tekanan darah:
3. Pasien mengeluh hasil: NIC: Pemberian pasien Kiki 130/80 mmHg
kepalanya terasa 1. Sakit kepala Obat Nadi: 88 x/menit
sakit dengan skala berkurang Respirasi: 24 x/ menit
nyeri 3, pusing dengan skala 2. Kelola pemberian 2. Mengevaluasi
gliyer. nyeri 2 obat sesuai memberikan
4. Pasien 2. Tanda vital perintah dan perencanaan Kiki
mengatakan saat dalam batas prosedur maupun Jam : 09.00 WIB Jam : 09.10 WIB
akan berdiri badan normal penanganan 2. Mengelola 2. S: -
terasa berat. a. Tekanan untukterapi pemberian citicolin O:
Data Obyektif: darah NIC: Monitor 500 mg per i.v Tidak ada reaksi alergi
4. Tanda – tanda normal tekanan obat citicolin 500 mg
vital: 120/80 – intrakranial masuk melalui i.v
Tekanan Darah: 140/90
130 / 80 mmHg mmHg 3. Ajarkan pasien 3. Mengurangi Kiki
Kiki

50
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Nadi: 80 x / menit b. Nadi : 80- dan keluarga tekanan arteri Jam : 09.25 WIB Jam : 09.39 WIB
5. Pada tanggal 15 100 x/menit tentang dengan 3. Mengatur posisi 3. S: -
Juni 2017 c. Tidak ada memposisikan meningkatkan pasien (15-300) O:
dilakukan tanda kepala saat tidur drainage vena Posisi pasien 300
pemeriksaan Head kenaikan (15-350) dan kadang duduk tegak
MSCT, dengan TIK , antara memperbaiki
kesan hasil: lain: sirkulasi Kiki
d. Akut infark 1) Nyeri NIC: Peningkatan serebral
cerebri di kepala perfusi serebral Kiki
periventrikel 2) Muntah
lateralis dextra proyekt 4. Monitor tanda 4. Untuk Jam :11.00 WIB Jam : 11.15 WIB
e. Cronic infark il kenaikan TIK mengetahui 4. Menanyakan 4. S:
cerebri di 3) Papil pasien potensial bagaimana keadaan Pasien mengatakan
paraventrikel edema peningkatan pasien. masih merasa lemas
lateralis dextra 4) Hiperte TIK. dan pusing
f. Soft tissue nsi O:
swelling extra Posisi pasien duduk
cranial regio Kiki tegak.
frontal.

Kiki

Jam : 17.00 WIB Jam : 17.40 WIB


5. Mengelola 5. S:
pemberian Pasien mengatakan
vertikaf 8 mg per masih merasa lemas
oral, candesartan

51
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
8 mg per oral, O:
citicolin 500 mg Tidak ada reaksi alergi
per i.v dan pada terapi vertikaf 8
mecobalamin 500 mg masuk melalui
mg per oral oral
candesartan 8 mg
masuk melalui oral,
citicolin 500 mg
Kiki masuk melalui i.v,
mecobalamin 500 mg
masuk melalui oral

Kiki

Jam : 18.00 WIB


S:
Pasien mengatakan masih
merasa lemas dan pusing

O:
1. Tekanan darah 130/90
mmHg
2. Respirasi Rate: 24
x/menit
3. Nadi: 80x/menit

52
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
4. Posisi pasien duduk
dengan posisi 300

A:
Penurunan kapasitas
adaptif intrakranial
berhubungan dengan
kerusakan
serebrovaskulerbelum
teratasi, dengan kriteria :
Yang belum teratasi:
1. Pasien masih lemas
dan merasa pusing
2. Tekanan darah
130/90 mmHg

P:
Lanjutkan Intervensi:
1. Monitor tanda-tanda
vital
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
penurunan tanda
kenaikan TIK

Kiki

53
CATATAN PERKEMBANGAN

Tabel.2.11.
Catatan Perkembangan Diagnosa 2

SOAP Implementasi Evaluasi


Selasa, 20 Juni 2017 Selasa, 20 Juni 2017 Selasa, 20 Juni 2017
Jam : 05.30 WIB Jam : 06.00 WIB Jam : 06.35 WIB
S: 1. Mengelola pemberian vertikaf 8 mg per oral, 1. S:
1. Pasien mengatakan masih merasa pusing, citicolin 500 mg per i.v dan mecobalamin
badan terasa lemas. 500 mg per oral Pasien mengatakan masih merasa lemas
O: O:
1. Pasien tampak lemas Tidak ada reaksi alergi pada terapi vertikaf 8 mg
2. Tekanan darah 140/90 mmHg masuk melalui oral, citicolin 500 mg masuk
Kiki melalui i.v, mecobalamin 500 mg masuk
A: melalui oral
Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
berhubungan dengan kerusakan
serebrovaskulerbelum teratasi, dengan kriteria
: Kiki
Yang belum teratasi:
1. Pasien masih lemas dan merasa pusing Jam : 06.40 WIB
2. Mengukur tanda-tanda vital pasien Jam : 06.45 WIB
P: 2. S:
Lanjutkan Intervensi: Pasien mengatakan masih lemas dan pusing
1. Monitor tanda-tanda vital O:
2. Kelola pemberian obat: Tekanan darah: 140/90 mmHg
Kiki
a. vertikaf 8 mg per oral Nadi: 80x/menit
b. candesartan 8 mg per oral
c. citicolin 500 mg per i.v dan
mecobalamin 500 mg per oral

54
SOAP Implementasi Evaluasi
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan Jam: 07.00 WIB Kiki
penurunan tanda kenaikan TIK 3. Memonitor tanda kenaikan tekanan Jam 07.20 WIB
intrakranial pasien 3. S:
Pasien mengatakan pusing cekot-cekot, tetapi
tidak merasa mual dan muntah
Kiki O:
Kiki a. Tekanan darah 140/90 mmHg
b. Tidak muntah proyektil

Kiki

Jam : 14.00 WIB


4. Menanyakan bagaimana keadaan pasien Jam : 14.10 WIB
4. S:
Pasien mengatakan dirinya masih merasa
pusing
Kiki O:
Pasien tampak lemas

Kiki

55
SOAP Implementasi Evaluasi
Jam 17.00 WIB
5. Mengelola pemberian vertikaf 8 mg per oral, Jam: 17.40 WIB
candesartan 8 mg per oral, citicolin 500 mg S: -
per i.v dan mecobalamin 500 mg per oral O:
Tidak ada reaksi alergi pada terapi vertikaf 8 mg
msuk melalui oral
candesartan 8 mg masuk melalui oral, citicolin
Kiki 500 mg masuk melalui i.v, mecobalamin 500
mg masuk melalui oral

Kiki
Jam 18.00 WIB
S:
Pasien mengatakan kepala masih terasa pusing

O:
1. Tekanan darah: 130/80 mmHg
2. Nadi: 80x/menit

A:
Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
berhubungan dengan kerusakan serebrovaskuler
teratasi sebagian, dengan kriteria :
1. Yang sudah teratasi:
a. Tekanan darah: 130/80 mmHg
b. Nadi: 80x/menit
2. Yang belum teratasi:
Skala nyeri dikepala pada skala nyeri 2

56
SOAP Implementasi Evaluasi

P:
Lanjutkan Intervensi:
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Kelola pemberian obat:
a. vertikaf 8 mg per oral
b. candesartan 8 mg per oral
c. citicolin 500 mg per i.v dan mecobalamin
500 mg per oral
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
penurunan tanda kenaikan TIK

Kiki

57
SOAP Implementasi Evaluasi

Rabu, 21 Juni 2017 Rabu, 21 Juni 2017 Rabu, 21 Juni 2017


Jam : 06.10 WIB Jam : 06.15 WIB Jam : 06.17 WIB
S: 1. Mengukur tanda-tanda vital pasien 1. S:
1. Pasien mengatakan masih merasa pusing Pasien mengatakan badan terasa berat ketika
cekot-cekot akan berdiri
2. Saat mau berdiri badan terasa berat dan O:
lemas Kiki 1. Pasien tampak lemas
2. Tekanan darah: 140/90 mmHg
O: 3. Nadi: 80x/menit
1. Pasien tampak lemas
2. Tekanan darah 130/80 mmHg
3. Nadi: 82x/menit Kiki
Jam 08.15 WIB Jam 08.20 WIB
A: 2. Memonitor tanda kenaikan tekanan 2. S:
Penurunan kapasitas adaptif intrakranial intrakranial pasien Pasien mengatakan kepala masih terasa pusing
berhubungan dengan kerusakan O:
serebrovaskulerbelum teratasi, dengan kriteria 1. Tekanan darah: 130/80 mmHg
: 2. Pasien tidak mengalami muntah proyektil
Yang belum teratasi:
Kiki
1. Pasien masih lemas dan merasa pusing

P:
Kiki
Lanjutkan Intervensi:
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Kelola pemberian obat:
a. vertikaf 8 mg per oral
b. candesartan 8 mg per oral
c. citicolin 500 mg per i.v dan
mecobalamin 500 mg per oral

58
SOAP Implementasi Evaluasi
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan Jam 09.00 WIB Jam : 09.10 WIB
penurunan tanda kenaikan TIK 3. Mengelola pemberian methylprednisolone 3. S: -
31,25 mg (0,5 cc) per i.v O:
Tidak ada reaksi alergi pada terapi Mengelola
pemberian methylprednisolone 31,25 mg (0,5
Kiki cc) per i.v
Kiki

Kiki
Jam : 09.20 WIB Jam 09.35 WIB
4. Menanyakan bagaimana keadaan pasien 4. S:
Pasien mengatakan pusing cekot-cekot dan
badan merasa berat ketika akan berdiri
O:
Kiki 1. Pasien tampak lemas
2. Tidak muntah proyektil

Kiki

Jam : 14.10 WIB


S:
Pasien mengatakan masih merasa pusing

O:
1. Pasien tidak mengalami hipertensi (tekanan
darah: 130/80 mmHg)
2. Nadi: 80x/menit

59
SOAP Implementasi Evaluasi
3. Pasien tidak mengalami muntah proyektil

A:
Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
berhubungan dengan kerusakan serebrovaskuler
teratasi sebagian, dengan kriteria :
Kriteria yang teratasi:
1. Yang sudah teratasi:
a. Tekanan darah: 130/80 mmHg
b. Nadi: 80x/menit
c. Pasien masih merasakan pusing, sakit
kepala dengan skala nyeri 2

P:
Lanjutkan Intervensi:
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Kelola pemberian obat:
a. vertikaf 8 mg per oral
b. candesartan 8 mg per oral
c. citicolin 500 mg per i.v dan mecobalamin
500 mg per oral
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
penurunan tanda kenaikan TIK

Kiki

60
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI, EVALUASI

Tabel.2.12.
Perencanaan, Implementasi, Evaluasi Diagnosa 3

Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
3. Keletihan Setelah dilakukan NIC: Manajemen Senin, 19 Juni 2017 Senin, 19 Juni 2017
berhubungan dengan tindakan energi Jam: 09.30 WIB Jam: 009.30 WIB
Kelesuhan fisiologis keperawatan 1. Monitor asupan 1. Dengan nutrisi 1. Memonitor 1. S:
(anemia), ditandai selama 3 x 24 jam nutrisi untuk yang adekuat, Hemoglobin (Hb) Pasien mengatakan
dengan: diharapkan NOC: mengetahui pasien akan lemas
Tingkat Kelelahan sumber energi mendapat O:
Data Subyektif: dapat teratasi yang adekuat energi yang 1. Wajah pasien
3. Keluarga pasien dengan: cukup untuk Kiki pucat
mengatakan Kriteria Hasil: melakukan 2. Angka
pasientidak mau 1. Pasien tidak aktivitas. Hemoglobin pada
makan sayuran kehilangan tanggal 18 Juni
yang disediakan selera makan 2. Motivasi pasien 2. Mempertahanka 2017 7.7 g/dl
Rumah Sakit (mau makan untuk makan n status nutisi
karena merasa bau sayuran) sedikit tapi pada klien agar
amis. sering dapat
4. Pasien 2. Kelesuhan meningkat atau Kiki
mengatakan badan pasien stabil.
terasa lemas berkurang
Data Obyektif: (pasien mampu 3. Monitor waktu 3. Mengetahui
4. Angka duduk dan dan lama tidur sejauh mana
Hemoglobin pada makan dengan pasien tingkat Jam 12.00 WIB Jam : 12.15 WIB
tanggal 18 Juni mandiri) ketidaknyamana 2. Memonitor intake 2. S:
2017 7.7 g/dl n atau asupan nutrisi Pasien mengatakan
5. Angka

61
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Hemoglobin pada NIC: Manajemen untuk mengetahui makan siang tidak
tanggal 20 Juni NOC: Tidur obat 1. Pemberian sumber energi yang habis, sayuran berbau
2017 10.8 g/dl Dengan kriteria 1. Kelola vitamin adekuat amis
6. Konjungtiva hasil: pemberian penambah darah
pasien tampak 1. Jam tidur dan vitamin untuk O:
pucat kualitas tidur penambah darah pembentukan Pasien makan 5 suap
pasien zat besi, Kiki
meningkat (7-8 sehingga
jam per hari) meningkatkan
2. Hemoglobin ≥ pembentukan Kiki
10 g/dl sel darah merah
Jam 12.20 WIB Jam :12.40 WIB
2. Monitor Hb 2. Mengetahui 3. Memotivasi 3. S: -
(Hemoglobin) nilai pasien untuk O:
Hemoglobin makan sedikit Pasien tidak mau
agar dalam tetapi sering makan dan selalu
batas normal menolak untuk
12.0-16.0 g/dl makan sayur dari
rumah sakit
3. Kelola 3. Untuk
pemberian meningkatkan Kiki
transfusi darah Hemoglobin
menurut resep dan Hematokrit
Kiki
dokter pasien
Jam 21.00 WIB Jam 21.30 WIB
4. Mengelola 4. S: -
pemberian obat O:
sulfas ferosus 300 Tidak ada reaksi alergi

62
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
mg per 8 jam (per pada terapi sulfas
oral) ferosus 300 mg
masuk melalui oral

Kiki Kiki

Jam 21.40 WIB


S:
1. Pasien mengatakan
merasa lemas
2. Keluargapasien
mengatakan tidak
mempunyai alergi
terhadap makanan.

O:
1. Pasien tampak lemas
2. Angka Hemoglobin
pada tanggal 18 Juni
2017 7.7 g/dl
3. Pasien hanya makan
5-6 suap

A:
Masalah keletihan
berhubungan dengan
kelesuan fisiologis

63
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
(anemia) belum teratasi,
dengan kriteria:
Yang belum teratasi:
1. Pasien masih merasa
lemas
2. Pasien hanya makan
5-6 suapan

P:
Lanjutkan Intervensi :
1. Monitor waktu dan
lama tidur pasien.
2. Kelola pemberian
transfusi darah
menurut resep dokter
3. Monitor intake
nutrisi
4. Motivasi untuk
makan sedikit tetapi
sering
5. Kelola pemberian
obat sulfas ferosus
300 mg per 8 jam (per
oral)

Kiki

64
CATATAN PERKEMBANGAN

Tabel.2.13.
Catatan Perkembangan Diagnosa 3

SOAP Implementasi Evaluasi


Selasa, 20 Juni 2017 Selasa, 20 Juni 2017 Selasa, 20 Juni 2017
Jam : 06.00 WIB Jam : 06.05 WIB Jam : 12.00 WIB
1. Mengelola pemberian transfusi darah 1 kolf. 1. S: -
S: O:
1. Pasien mengeluh masih lemas, saat akan PRC 1 kolf msuk melalui i.v, wajah pucat.
berdiri badan terasa berat
2. Keluarga pasien mengatakan pasien tidur Kiki
malam selalu terbangun
Kiki
O:
1. Pasien tampak lemas Jam 07.00 WIB Jam : 07.10 WIB
2. Wajah pasien tampak pucat 2. Menanyakan bagaimana keadaan pasiendan 2. S:
3. Angka Hemoglobin pada tanggal 18 Juni memonitor waktu dan lama tidur pasien Pasien mengatakan susah tidur karena perut
2017 7.7 g/dl merasa perih
O:
A: Pasien tampak lemas dan letih
Masalah keletihan berhubungan dengan
Kiki
kelesuan fisiologis (anemia) belum teratasi,
dengan kriteria:
Yang belum teratasi:
Kiki
1. Pasien masih merasa lemas
2. Wajah pasien tampak pucat
3. Pasien hanya makan 5-6 suapan
Jam : 13.00 WIB Jam : 13.35 WIB
3. Memberikan obat sulfas ferosus 300 mg per 3. S: -

65
SOAP Implementasi Evaluasi
P: 8 jam (per oral) O:
Lanjutkan Intervensi: Tidak ada reaksi alergi pada terapi sulfas
1. Monitor waktu dan lama tidur pasien. ferosus 300 mg masuk melalui oral
2. Kelola pemberian transfusi darah menurut
resep dokter Kiki
3. Monitor intakenutrisi Kiki
4. Motivasi untuk makan sedikit tetapi Jam : 14.00 WIB Jam : 14.10 WIB
sering 4. Memberi motivasi kepada pasien untuk 4. S:
5. Kelola pemberian obat sulfas ferosus 300 makan sedikit tetapi sering Keluarga pasien mengatakan pasien sudah dapat
mg per 8 jam (per oral) menghabiskan ½ porsi tetapi belum mau makan
sayur dari rumah sakit karena merasa bau amis
Kiki O:
Makanan sisa ½ porsi
Kiki

Kiki

Jam : 16.00 WIB


S:
1. Pasien mengatakan masih merasa lemas

O:
1. Pasien menghabiskan ½ porsi diit dari rumah
sakit
2. Wajah pasien tampak pucat

A:
Masalah keletihan berhubungan dengan kelesuan
fisiologis (anemia) belum teratasi, dengan kriteria:

66
SOAP Implementasi Evaluasi
Yang belum teratasi:
1. Pasien masih merasa lemas
2. Wajah pasien tampak pucat

P:
Lanjutkan Intervensi:
1. Monitor waktu dan lama tidur pasien.
2. Kelola pemberian transfusi darah menurut resep
dokter
3. Monitor intake nutrisi
4. Motivasi untuk makan sedikit tetapi sering
5. Kelola pemberian obat sulfas ferosus 300 mg
per 8 jam (per oral)

Kiki

67
CATATAN PERKEMBANGAN

Tabel.2.14.
Catatan Perkembangan Diagnosa 3

SOAP Implementasi Evaluasi


Rabu, 21 Juni 2017 Rabu, 21 Juni 2017 Rabu, 21 Juni 2017
Jam : 06.00 WIB Jam : 06.10 WIB Jam : 06.30 WIB
1. Menanyakan bagaimana keadaan pasien dan 1. S:
S: memonitor waktu dan lama tidur pasien Keluarga pasien mengatakan pasien masih susah
1. Pasien mengeluh saat akan berdiri badan tidur
terasa berat O:
2. Keluarga pasien mengatakan pasien tidur wajah pasien tampak pucat.
malam selalu terbangun Kiki

O: Kiki
1. Pasien tampak lemas
2. Wajah pasien tampak pucat Jam 07.00 WIB
3. Angka Hemoglobin pada tanggal 20 Juni 2. Memonitor intake atau asupan nutrisi untuk Jam : 07.10 WIB
2017 10.8 g/dl mengetahui sumber energi yang adekuat 2. S: -
O:
A: Diit dari rumah sakit habis
Masalah keletihan berhubungan dengan
kelesuan fisiologis (anemia) belum teratasi,
Kiki
dengan kriteria:
Yang belum teratasi:
Kiki
1. Wajah pasien tampak pucat

P:
Jam : 13.00 WIB Jam : 13.35 WIB
Lanjutkan Intervensi:
3. Memberikan obat sulfas ferosus 300 mg per 3. S: -
1. Monitor waktu dan lama tidur pasien.

68
SOAP Implementasi Evaluasi
2. Kelola pemberian transfusi darah menurut 8 jam (per oral) O:
resep dokter Tidak ada reaksi alergi pada terapi sulfas
3. Monitor intakenutrisi ferosus 300 mg masuk melalui oral
4. Motivasi untuk makan sedikit tetapi Kiki
sering
5. Kelola pemberian obat sulfas ferosus 300 Kiki
mg per 8 jam (per oral) Jam : 14.00 WIB
S: -

O:
Kiki 1. Diit dari rumah sakit habis
2. Wajah pasien tampak pucat
3. Angka Hemoglobin tanggal 20 Juni 2017 10.8
g/dl

A:
Masalah keletihan berhubungan dengan kelesuan
fisiologis (anemia) teratasi, dengan kriteria:
Yang teratasi sebagian:
1. Nafsu makan pasien meningkat (mau makan
sayur)
2. Pasien mampu duduk dan makan dengan
mandiri
3. Jam tidur pasien meningkat 7-8 jam per hari
4. Wajah pasien tampak pucat
5. Angka Hemoglobin tanggal 20 Juni 2017 10.8
g/dl

69
SOAP Implementasi Evaluasi
P:
Lanjutkan Intervensi:
1. Monitor waktu dan lama tidur pasien.
2. Kelola pemberian transfusi darah menurut resep
dokter
3. Monitor intake nutrisi
4. Motivasi untuk makan sedikit tetapi sering
5. Kelola pemberian obat sulfas ferosus 300 mg
per 8 jam (per oral)

Kiki

70
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI, EVALUASI

Tabel.2.15.
Perencanaan, Implementasi, Evaluasi Diagnosa 4

Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
4. Defisit perawatan diri: Setelah dilakukan NIC: Senin, 19 Juni 2017 Senin, 30 Juni 2014
mandi berhubungan tindakan Memandikan Jam: 09.00 WIB Jam : 09.10 WIB
dengan kelemahan, keperawatan 1. Memandikan 1. Membantu 1. Menanyakan dan 1. S:
ditandai dengan: tidakan pasien kebutuhan melihat keadaan Keluarga pasien
Data Subyektif: keperawatan ADLs pasien pasien. mengatakan semua
2. Pasien setelah 3 x 24 NIC: Bantu aktivitas masih
mengatakan untuk jamNOC: Derfisit perawatan diri dibantu
aktivitas perawatan diri: 2. Ajarkan 2. Agar pasien O:
perawatan diri Mandi dapat keluarga untuk mampu Kiki 1. Terlihat semua
sehari-hari di terpenuhi, dengan mendukung melakukan pasien aktivitas
bantu oleh Kriteria hasil: kemandirian secara mandiri dibantu
keluarga. 1. Pasien terbebas dengan 2. Kondisi pasien
dari bau badan membantu tampak kotor dan
Data Obyektif: ketika pasien bau
5. Rambut pasien 2. Pasien terlihat tidak mampu
tampak kotor. segar dan bersih melakukan
6. Semua aktifitas
pasien dibantu 3. Kuku bersih NIC: Bantu Kiki
oleh keluarga perawatan diri:
7. Pasien terlihat mandi/kemandiria Jam : 14.05 WIB
lemah n S:
3. Menjaga
8. Kemampuan 3. Monitor Keluarga pasien
perawatan diri: kebersihan kuku kebersihan kuku
dan mencegah mengatakan semua
Makan / minum : sesuai dengan

71
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
0 kemampuan timbulnya luka aktivitas masih dibantu
Toileting : 3 merawat diri atau infeksi
Berpakaian : 2 akibat kuku O:
Mobilitas fisik di panjang 1. Terlihat aktivitas
tempat tidur : 2 semua dibantu
Berpindah : 2 2. Kondisi pasien
tampak kotor dan
kurang rapi

A:
Defisit perawatan diri:
mandi berhubungan
dengan kelemahan, belum
teratasi dengan kriteria:
Yang belum teratasi:
1. Kondisi pasien
tampak kotor dan
kurang rapi
2. Aktivitas pasien
dibantu keluarga
semua

P:
Lanjutkan Intervensi :
1. Kaji kemampuan
pasien untuk
perawatan diri secara
mandiri

72
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
2. Mandikan pasien dan
libatkan keluarga
untuk mendorong
kemandirian
semaksimal mungkin
3. Bantu keluarga
pasien sampai
mampu melakukan
perawatan diri
dengan benar

Kiki

73
CATATAN PERKEMBANGAN

Tabel.2.16.
Catatan Perkembangan Diagnosa 4

SOAP Implementasi Evaluasi


Selasa, 20 Juni 2017 Selasa, 20 Juni 2017 Selasa, 20 Juni 2017
Jam : 06.00 WIB Jam : 10.00 WIB Jam : 10.15 WIB
1. Memandikan pasien dengan air hangat 1. S:
S: dan melibatkan keluarga Keluarga pasien mengatakan pasien
Keluarga pasien mengatakn semua aktivitas terlihat bersih setelah badannya di basuh
masih dibantu oleh keluarga dengan air hangat
O:
O: 1. Keluarga pasien terlihat
1. Rambut pasien tampak kotor. Kiki memperhatikan dan ikut membantu
2. Semua aktifitas pasien dibantu oleh 2. Badan terlihat bersih dan bau badan
keluarga tidak ada
3. Kemampuan perawatan diri:
ADL 0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Toileting √ Kiki
Berpakaian √ Jam 10.18 WIB Jam 10.25 WIB
Aktivitas √ 2. Merapikan tempat tidur pasien 2. S : -
Mobilitas √ O : Tempat tidur pasien tampak rapi
fisik

A:
Kiki
Masalah keperawatan Defisit perawatan diri:
Kiki
mandi berhubungan dengan kelemahan, belum
teratasi dengan kriteria:
Yang belum teratasi:

74
SOAP Implementasi Evaluasi
P: Jam : 14.00 WIB
Lanjutkan Intervensi: S: -
1. Kaji kemampuan pasien untuk
perawatan diri secara mandiri O:
2. Mandikan pasien dan libatkan keluarga 1. Tempat tidur pasien terlihat rapi
untuk mendorong kemandirian 2. Badan pasien terlihat lebih segar dan
semaksimal mungkin bersih
3. Bantu keluarga pasien sampai mampu 3. Penampilan pasien terlihat rapi
melakukan perawatan diri dengan benar 4. Rambut pasien terlihat rapi

A:
Masalah keperawatan defisit perawatan diri:
Kiki mandi berhubungan dengan kelemahan
teratasi sebagian. Kriteria yang sudah
teratasi :
1. Pasien terlihat segar
2. Pasien terbebas dari bau badan

P:
1. Kaji kemampuan pasien untuk
perawatan diri secara mandiri
2. Mengevaluasi kemampuan keluarga
dalam memandikan pasien

Kiki

75
CATATAN PERKEMBANGAN

Tabel.2.17.
Catatan Perkembangan Diagnosa 4

SOAP Implementasi Evaluasi


Rabu, 21 Juni 2017 Rabu, 21 Juni 2017 Rabu, 21 Juni 2017
Jam : 06.00 WIB Jam : 06.05 WIB Jam : 06.25 WIB
S: 1. Memotivasi keluarga untuk memandikan 1. S: -
Keluarga pasien mengatakan semua pasien O:
aktivitas masih dibantu oleh keluarganya Penampilan pasien terlihat rapi

O: Kiki
1. Semua aktifitas pasien dibantu oleh Kiki
keluarga
2. Kemampuan perawatan diri: Jam : 06.27 WIB Jam : 06. 35 WIB
ADL 0 1 2 3 4 2. Membantu pasien dalam memotong kuku 2. S: -
Makan/Minum √ O:
Toileting √ Kuku jari pasien tampak bersih dan pendek
Berpakaian √
Aktivitas √
Kiki
Mobilitas √
Kiki
fisik
Jam: 14.00 WIB
S:-
A:
O:
Masalah keperawatan defisit perawatan diri:
1. Tempat tidur pasien terlihat rapi
mandi berhubungan dengan kelemahan 2. Badan pasien terlihat lebih segar dan
teratasi sebagian, Kriteria yang sudah bersih
teratasi : 3. Penampilan pasien terlihat rapi
1. Pasien terlihat segar 4. Rambut pasien terlihat rapi

76
SOAP Implementasi Evaluasi
2. Pasien terbebas dari bau badan 5. Kuku pasien tampak bersih dan pendek

P: A:
Lanjutkan Intervensi : Masalah keperawatan defisit perawatan diri
1. Kaji kemampuan pasien untuk mandi berhubungan dengan kelemahan teratasi,
perawatan diri secaramandiri Kriteria yang sudah teratasi :
2. Mengevaluasi kemampuan 1. Pasien terlihat segar
keluarga dalam memandikan pasien 2. Kuku pasien tampak bersih dan pendek
3. Membantu memotong kuku 3. Pasien terbebas dari bau badan
pasien
4. Memotivasi keluarga untuk P:
memandikan pasien Hentikan intervensi

Kiki
Kiki

77
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI, EVALUASI

Tabel.2.18.
Perencanaan, Implementasi, Evaluasi Diagnosa 5

Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
5. Risiko infeksi dengan Setelah dilakukan NIC: Kontrol Senin, 19 Juni 2017 Senin, 19 Juni 2014
faktor resiko prosedur tindakan infeksi Jam : 08.15 WIB Jam : 08.25 WIB
invasif (pemasangan keperawatan 1. Melihat ada 1. S:-
infuse dan dower selama 3x24 jam 1. Observasi 1. Mengetahui tidaknya tanda O:
cateter), ditandai diharapkan NOC: adanya tanda lebih dini bila dan gejala Tangan pasien tidak
dengan : Keparahan infeksi gejala infeksi terjadi tanda- infeksi mengalami bengkak
Data Subyektif: dapat terhindari, tanda infeksi pada area tusukan
- dengan: infus.
Data Obyektif: Kriteria Hasil: 2. Ganti IV 2. Untuk
9. Terpasang Infus perifer dan mencegah Kiki
NaCl 0,9 % di 1. Pasien tempat saluran terjadinya Kiki
ekstremiras atas terhindar dari penghubung infeksi
sinistra 16 Tetes tanda dan serta Jam : 10.00 WIB Jam : 10.20 WIB
Per Menit tanggal gejala infeksi balutannya 2. Mengobservasi 2. S: -
19 Juni 2017 (kalor, dolor, adanya tanda dan O:
10. Terpasang dower rubor, tumor) 3. Dressing 3. Untuk gejala pada dower 1. Terlihat dower
cateter sejak 15 2. Leukosit dalam dower cateter meminimalkan cateter cateter bersih
Juni 2017 batasnormal terjadinya 2. Tidak ada tanda
11. Suhu tubuh 36,50 (4.00-11.00 resiko infeksi dan gejala infeksi
C sel/mm3 )
12. Angka Leukosit 3. Tanda-tanda 4. Ajarkan pasien 4. Meningkatk
pada tanggal 18 vital dalam dan keluarga Kiki
an
Juni 2017 5.48 batasnormal mengenai tanda pengetahuan
Kiki
sel/mm3 (suhu : 36,5 – dan gejala pasien dan

78
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
13. Angka Segmen 37,5° C) infeksi keluarga Jam : 13.00 WIB Jam : 13.35 WIB
pada tanggal 18 tentang 1. Memeriksa semua 1. S:-
Juni 2017 88% infeksi obat yang O:
14. Angka Segmen diresepkan: PCT Tidak ada reaksi alergi
pada tanggal 20 (Paracetamol) dan obat PCT
Juni 2017 80% memberikan obat (Paracetamol) 500 mg
15. Angka PCT (Paracetamol) masuk melalui oral
5. Mengetahui
Hemoglobin pada 5. Ajarkan cara 500 mg per oral
adanya
tanggal 18 Juni cuci tangan
peningkatan
2017 7.7 g/dl yang tepat
atau
16. Angka Kiki
penurunan
Hemoglobin pada Kiki
angka
tanggal 20 Juni
leukosit
2017 10.8 g/dl
Jam 13.40 WIB Jam 13.55 WIB
2. Mengganti linen 2. S: -
pasien O:
Tempat tidur pasien
tampak terpasang
linen baru tampak
Kiki bersih serta rapi
NIC: Peresepan
obat

1. Periksa semua 1. Meminimalkan


Kiki
obat yang keselahan
diresepkan telah pemberian obat
ditulis dengan
benar, lengkap

79
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
dan sesuai Jam : 14.00 WIB
dengan S: -
keperluan dan
tujuan O:
penggunaan 1.Terlihat tusukan pada
area infus dan dower
cateter bersih
2. Ganti sprei dan 2. Untuk 2.Tidak ada tanda dan
linen mencegah gejala infeksi
terjadinya 3.Tidak reaksi alergi
infeksi karena pada Paracetamol 500
bakteri yang mg
menempel pada
sprei A:
Masalah keperawatan
Risiko infeksi dengan
faktor risiko prosedur
invasif (pemasangan
infuse dan dower cateter)
teratasi
sebagian.Kriteria yang
sudah tercapai:
1. Tanda –tanda vital
dalam batas normal
(suhu : 36,5 –37,5
°C)

80
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
P:
Lanjutkan Intervensi:
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Kaji tanda gejala
infeksi
3. Kelola pemberian
Paracetamol 500
mg/8jam/oral

Kiki

81
CATATAN PERKEMBANGAN

Tabel.2.19.
Catatan Perkembangan Diagnosa 5

SOAP Implementasi Evaluasi

Selasa, 20 Juni 2017 Selasa, 20 Juni 2017 Selasa, 20 Juni 2017


Jam : 06.00 WIB Jam : 06.05 WIB Jam : 06.10 WIB
S: - 1. Mengganti balutan pada infuse 1. S:-
O:
O: 1. Tusukan pada area infus tampak
6. Terpasang Infus NaCl 0,9 % di ekstremitas Kiki bersih
atas sinistra 16 Tetes Per Menit tanggal 19 2. Plester infus tampak bersih
Juni 2017
7. Terpasang dower cateter sejak 15 Juni 2017
8. Suhu 360 C
9. Angka leukosit 5.48 sel/mm3 Kiki
Jam : 07.30 WIB Jam :07.35 WIB
A: 2. Mengganti linen pasien 2. S: -
Masalah keperawatan Risiko infeksi dengan O:
faktor risiko prosedur invasif (pemasangan Tempat tidur pasien tampak terpasang
infuse dan dower cateter) teratasi Kiki linen baru tampak bersih serta rapi
sebagian.Kriteria yang sudah tercapai:
1. Pasienterhindardaritandadangejala
infeksi (kolor, dolor, tumor, rubor) Kiki
2. Tanda –tanda vital dalam batas
normal(suhu : 36,5 –37,5 °C)

82
SOAP Implementasi Evaluasi
P: Jam : 10.15 WIB Jam : 10.25 WIB
Lanjutkan Intervensi: 3. Melakukan vulva hygiene dan melakukan 3. S:-
1. Kaji tanda-tandavital aff dower cateter O:
2. Kaji tanda gejala infeksi 1. Area kewanitaan tampak bersih.
3. Kelola pemberian Paracetamol 500 2. Tidak ada kemerahan (rubor)
mg/8jam/oral Kiki 3. Tidak merasa panas kalor)
4. Tidak merasa nyeri (dolor) dan
5. Tidak bengkak (tumor)
Kiki

Kiki

Jam 16.00 WIB Jam 16.10 WIB


4. Mengajarkan keluarga dan pasien 4. S: -
tentang cara mencuci tangan dengan tepat O:
dan benar Keluarga pasien masih nampak bingung
dengan urutan mencuci tangan yang
tepat dan benar

Kiki
Kiki

83
SOAP Implementasi Evaluasi
Jam 16.40 WIB
S:-

O:
1. Suhu: 36,6°C
2. Tusukan pada area infus tampak bersih
3. Plester infus tampak bersih
4. Pasien sudah tidak terpasang dower cateter
5. Tidak ada tanda dan gejala infeksi

A:
Masalah keperawatan Risiko infeksi dengan faktor
risiko prosedur invasif (pemasangan infuse dan
dower cateter) teratasi sebagian. Kriteria yang
sudah tercapai:
1. Pasien terhindar dari tanda dan gejala infeksi
(kalor, dolor, tumor, rubor)
2. Tanda –tanda vital dalam batas normal (suhu
: 36,5 –37,5 °C)

P:
Lanjutkan Intervensi:
1. Kaji tanda-tandavital
2. Kaji tanda gejala infeksi
3. Kelola pemberian Paracetamol 500
mg/8jam/oral

Kiki

84
CATATAN PERKEMBANGAN

Tabel.2.20.
Catatan Perkembangan Diagnosa 5

SOAP Implementasi Evaluasi


Rabu, 21 Juni 2017 Rabu, 21 Juni 2017 Rabu, 21 Juni 2017
Jam : 06.00 WIB Jam : 06.10 WIB Jam : 06.20 WIB
S: - 1. Mengobservasi tanda dan gejala infeksi 1. S: -
pada pemasangan infus O:
O: Tidak terlihat kemerahan pada area tusukan
1. Terpasang Infus NaCl 0,9 % di ekstremiras infus
atas sinistra 16 Tetes Per Menit tanggal 19
Juni 2017
2. Sudah tidak terpasang dower cateter sejak Kiki
tanggal 20 Juni 2017 Kiki
3. Keluarga pasien masih tampak bingung
akan cara cuci tangan yang tepat Jam 06.40 WIB Jam : 06.55 WIB
2. Mengevaluasi cara mencuci tangan 2. S: -
A: O:
Masalah keperawatan Risiko infeksi dengan Keluarga pasien masih tampak bingung akan
faktor risiko prosedur invasif (pemasangan cara mencuci tangan
Kiki
infuse dan dower cateter) teratasi
sebagian.Kriteria yang sudah tercapai:
1. Pasien terhindar dari tanda dan gejala
infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor)
Kiki

85
SOAP Implementasi Evaluasi
P: Jam : 11.16 WIB Jam : 13.35 WIB
Lanjutkan Intervensi: 3. Memonitor suhu tubuh pasien 3. S: -
1. Kaji tanda-tanda vital O:
2. Monitor suhu tubuh pasien Suhu tubuh 36,20 C
3. Kaji tanda gejala infeksi Kiki

Kiki

Kiki Jam : 14.30 WIB


S: -

O:
1. Tidak terlihat kemerahan pada area tusukan
infus
2. Dower cateter sudah di lepas tanggal 20 Juni
2017

A:
Masalah keperawatan Risiko infeksi dengan faktor
risiko prosedur invasif (pemasangan infuse dan
dower cateter) dapat diminimalkan. Kriteria yang
sudah tercapai:
1. Pasien terhindar dari tanda dan gejala infeksi
(kalor, dolor, tumor, rubor)
2. Tanda –tanda vital dalam batas normal (suhu:
36,5 – 37,5 °C)

86
SOAP Implementasi Evaluasi
P:
Lanjutkan Intervensi:
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Monitor suhu tubuh pasien
3. Kaji tanda gejala infeksi

Kiki

87
BAB III
BAB III

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan selama tiga hari, mulai tanggal 19 Juni sampai 21 Juni 2017

didapatkan hasil pengkajian sampai dengan pendokumentasian.

Pada pembahasan kasus ini, penulis mengacu pada proses keperawatan

mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi keperawatan sekaligus pendokumentasiannya. Pembahasan ini

menerangkan tentang kesenjangan, perbedaan antara kasus yang nyata dengan

teori yang ada dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien Ny. “R” dengan

Stroke Non Hemoragik di Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Pembahasan ini bertujuan untuk membandingkan dan membahas antara teori dan

kenyataan yang terjadi pada pasien berdasarkan alasan ilmiah. Pembahasan untuk

tiap – tiap tahap proses keperawatan adalah sebagai berikut.

A. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, disini

semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status

kesehatan pasien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara

88
89

komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun

spiritual (Asmadi, 2008).

Dalam melakukan pengkajian pada tanggal 19 Juni 2017 penulis

mengumpulkan data mengenai status pasien yang meliputi bio-psiko-

sosial-spiritual secara komprehensif. Metode yang digunakan adalah

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan study dokumentasi.

Sedangkan, penulis memperoleh data dari pasien, keluarga pasien

(Ponakan, dan adik pasien), tim kesehatan dan study dokumentasi

(dokumentasi yang ada pada status pasien).

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 19 Juni 2017 pada

pasien Ny. “R” dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang Cempaka RSUD

Panembahan Senopati Bantul didapatkan data yang sesuai teori dan

adanya kesenjangan dengan teori yang tidak ditemukan pada kasus.

a. Data yang ada pada kasus dan ada pada teori

1) Nyeri kepala

Menurut Sjahrir (2008), nyeri kepala adalah rasa nyeri

atau rasa tidak mengenakkan pada seluruh daerah kepala

dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah belakang

kepala (daerah oksipital dan sebagian daerah tengkuk).

Dapat dibuktikan dengan pada saat pengkajian pada

tanggal 19 Juni 2017, pasien mengatakan kepalanya terasa

pusing dan nyeri, dengan skala nyeri 3 dari skala 1-10 terasa

cekot-cekot.
90

b. Data yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus

1) Disfagia atau kesulitan menelan

Definisi disfagia atau kesulitan menelan adalah

gangguan menelan yang diakibatkan otot-otot saraf yang

membantu memindahkan makanan melalui tenggorokan dan

kerongkongan tidak bekerja dengan baik, hal ini bisa

diakibatkan karena stroke (Misbach, 2011).

Data ini tidak ada pada kasus karena pasien tidak

mengeluh nyeri saat makan, tidak tersedak atau batuk saat

makan dan minum serta tidak ada gangguan pada nervus IX.

2) Vertigo

Vertigo adalah kondisi merasa pusing disertai berputar atau

lingkungan terasa berputar walaupun badan orang tersebut sedang

tidak bergerak (Misbach, 2011).

Vertigo dapat menyerang pada penderita stroke karena

adanya gangguan antara keseimbangan pada saraf pendengaran

yaitu saraf vesbulokoklaris.

Data ini tidak ada pada kasus karena pasien tidak ada

keluhan sakit kepala yang berputar-putar. Pada saat pengkajian

tanggal 19 Juni 2017 pasien hanya mengeluh nyeri kepala dan

merasa pusing.
91

3) Disartria (bicara pelo atau cadel)

Merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi

sehingga ucapannya menjadi tidak jelas.

Data ini tidak ada pada kasus karena pasien masih dapat

bicara dengan jelas walaupun terkadang berbicara dengan lirih.

4) Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah

(hemiparesis) atau hemiplegia (paralisis).

Menurut Priguna Sidharta (2012) hemiparasis adalah

dimana lengan dan tungkai satu sisi lumpuh sama beratnya

ataupun hemiparasis dimana lengan seisi tubuh lumpuh dari

tungkai atau sebaliknya.

Data ini tidak ada pada kasus karena pasien masih dapat

menggerakan seluruh anggota geraknya.

Kekuatan Otot : 5 5

5 5

5) Penurunan kesadaran

Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan

waktu.

Penurunan kesadaran adalah keadaan dimanapenderita

tidak sadar dalam arti tidak terjaga atau tidak terbangun secara

utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal

terhadap stimulus (Corwin,2001).

Data ini tidak ada pada kasus karena pada saat dilakukan
92

pengkajian pada tanggal 19 Juni 2017 pasien sadar penuh dengan

GCS 15 yaitu dengan kesadaran compos mentis (sadar penuh).

c. Data yang ada pada kasus tetapi tidak ada pada teori

1) Terpasang infus

Pasien terpasang infus sejak tanggal 19 Juni 2017. Cairan

infus NaCl 0,9% dengan 16 tetes per menit, kondisi tusukan

bersih, kering, tidak ada rembesan. Infus terpasang ditangan kiri

untuk memenuhi kebutuhan cairan dan memasukkan obat

injeksi intravena.

Data ini ada karena pada saat pengkajian tanggal 19 Juni

2017 diperoleh data obyektif “pasien terpasang infus untuk

memenuhi kebutuhan cairan, memasukkan terapi obat injeksi”.

2) Terpasang dower cateter

Cateter adalah selang untuk mengeluarkan urin. Data ini

ada karena pada pengkajian tanggal 19 Juni 2017 diperoleh

data obyektif “ pasien terpasang dower cateter sejak tanggal 15

Juni 2017. Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih”.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang

menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola

interaksi actual/potensial) dari individu atau kelompok ketika perawat


93

secara legal mengidentifikasi dan dapat memberikan intervensi secara

pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi,

menyingkirkan, atau mencegah perubahan (Nikmatur Rohmah, 2012)

Menurut Rohmah (2010), penentuan prioritas diagnosa diurutkan

sesuai dengan keadaan dan kebutuhan utama pasien. Menentukan prioritas

diagnosa keperawatan dapat dengan prioritas menurut Hierarki Maslow

dan tingkat kegawatan pasien. Prioritas diagnosa keperawatan dapat

ditentukan berdasarkan tingkat kegawatan, yaitu :

a. Keadaan yang mengancam kehidupan.

b. Keadaan yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan

(mengancam kesehatan).

c. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan (mengancam perilaku).

Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), rumusan diagnosa

keperawatan mengandung tiga komponen utama yaitu :

P : Problem adalah pernyataan singkat yang menunjukkan masalah

aktual dan Risiko kesehatan.

E : Etiologi adalah ungkapan singkat tentang kemungkinan penyebab

risiko pada masalah aktual/masalah risiko pasien.

S : Sign/ Symthom adalah pernyataan khusus tentang perilaku reaksi

pasien sesuai dengan keadaan pasien terhadap masalah tindakan

keperawatan dan managemennya.

Berdasarkan hasil analisa data pada kasus didapatkan beberapa

diagnosa, diagnosa keperawatan diagnosa yang jelas, singkat dan pasti


94

tentang masalah pasien serta pengembanganya yang dapat dipecahkan

atau diubah melalui tindakan keperawatan.

Berikut ini adalah pembahasan yang penulis temukan pada

diagnosa keperawatan Ny.”R” dengan Stroke non hemoragik.

Pada saat pengkajian dan analisa data, penulis mengangkat 5

diagnosa keperawatan pada pasien sesuai prioritas masalah yaitu:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus

berlebih

2. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan

kerusakan serebrovaskuler

3. Keletihan berhubungan dengan kelesuhan fisiologis (anemia)

4. Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan kelemahan

5. Risiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif (pemasangan

infuse dan dower cateter)

a. Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan teori dan kasus

1) Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan

kerusakan serebrovaskuler.

Penurunan kapasitas adaptif intracranial adalah merupakan

mekanisme dinamika cairan intracranial yang normalnya

melakukan kompensasi untuk meningkatkan volume intracranial

mengalami gangguan, yang menyebabkan peningkatan tekanan

intracranial (TIK) secara tidak merata dalam berespons terhadap


95

berbagai stimuli yang berbahaya dan tidak berbahaya. (Nanda

International, 2011)

Penurunan kapasitas adaptif intracranial adalah suatu

keadaan klinis ketika mekanisme dinamis cairan intracranial yang

biasanya berkompensasi terhadap terjadinya peningkatan tekanan

intracranial (TIK), menjadi tidak proporsional sebagai respons

terhadap stimulus berbahaya dan tidak berbahaya yang beragam.

(NIC,2016)

Diagnosa ini muncul karena pasien mengatakan nyeri

kepala dengan skala nyeri 3 disertai pusing.

2) Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan

Defisit perawatan diri merupakan keadaan dimana

individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau kognitif

yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan

masing- masing aktifitas perawatan diri. (Carpenito,2006)

Diagnosa keperawatan ini muncul karena pasien tidak

mampu memenuhi kebutuhan mandi secara mandiri dan harus

dibantu. Dibuktikan dengan data keluarga pasien mengatakan

Ny “R” untuk semua aktivitas perawatan diri sehari-hari di

bantu oleh keluarga.


96

b. Diagnosa keperawatan yang sesuai teori tetapi tidak ada pada

kasus

1) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neurovaskular

Gangguan mobilitas fisik adalah sebagai suatu kedaaan

dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami

keterbatasan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko

mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu

dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari

3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomic akibat

perubahan fisiologik (kehilangan fungsi motorik, klien dengan

stroke, klien penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal

(seperti gips atau traksi), dan pembatasan gerakan volunteer

(Potter, 2006).

Diagnosa ini tidak muncul pada pasien karena saat

dilakukan pengkajian pada tanggal 19 Juni 2017 pasien masih

dapat menggerakan anggota badan walaupun pasien mengatakan

badannya terasa lemas.

2) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan

sirkulasi serebral.

Definisi dari gangguan komunikasi verbal adalah keadaan

seorang individu yang mengalami penurunan, penundaan atau


97

tidak adanya kemampuan untuk menerima, memproses,

menghantarkan dan menggunakan system symbol.

Diagnosa ini tidak muncul pada pasien karena tidak ada

data yang mendukung munculnya diagnosa itu. Pada pengkajian

yang dilakukan tanggal 19 Juni 2017 pasien mampu

berkomunikasi dengan baik walaupun dengan suara yang sedikit

lirih dan kurang jelas.

3) Kurangnya pengetahuan tentang perawatan stroke berhubungan

dengan kurangnya informasi mengenai pencegahan, perawatan

dan pengobatan stroke dirumah.

Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan dimana seorang

individu atau kelompok mengalami defisiensi pengetahuan

kognitif atau keterampilan- keterampilan psikomotor berkenaan

dengan kondisi atau rencana pengobatan (Carpenito, 2009).

Diagnosa ini tidak muncul pada karena keluarga dan pasien

sudah mampu mengetahui tanda gejala pada penderita stroke,

pasien dan keluarga juga menerima informasi dari dokter dan

perawat tentang prosedur tindakan atau pengobatan yang akan

dilakukan selama perawatan di rumah sakit.


98

c. Diagnosa keperawatan yang ada pada kasus tetapi tidak ada pada

teori

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus

berlebih

Definisi ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah

ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari

saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas

(NANDA,2010)

Diagnosa ini penulis munculkan karena ada data yang

mendukung atau dibuktikan dengan adanya data bahwa pasien

menyatakan batuk 2 minggu grok-grok dan berdahak, serta Pada

tanggal Tanggal : 15 Juni 2017 dilakukan Pemeriksaan: CR Thorax PA

DEWASA dan Pemeriksaan: CT SCAN KEPALA TANPA KONTRAS

Hasil: Bronchitis, Cardiomegali

2) Keletihan berhubungan dengan kelesuhan fisiologis (anemia)

Definisi keletihan atau kelelahan (fatigue) merupakan suatu

perasaan yang bersifat subyektif. Istilah kelelahan mengarah pada

kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan.

Diagnosa ini penulis munculkan karena ada data yang

mendukung atau dibuktikan dengan adanya data bahwa pasien

menyatakan badan terasa lemas, jika akan berdiri terasa berat.

Serta didukung dengan angka Hemoglobin pada tanggaj 18 Juni

2017 7.7 g/dl dan pada tanggal 20 Juni 2017 angka Hemoglobin

10.8 g/dl
99

3) Risiko infeksi dengan faktor risiko prosedur invasif (pemasangan

infuse dan pemasangan dower cateter).

Resiko infeksi adalah peningkatan resiko masuknya

mikroorganisme patogen (Herdman, 2012)

Data ini muncul dibuktikan dengan :

a) Terpasang infus

Pasien terpasang infus sejak tanggal 19 Juni 2017. Cairan

infus NaCl 0,9% dengan 16 tetes per menit, kondisi tusukan

bersih, kering, tidak ada rembesan. Infus terpasang ditangan

kiri untuk memenuhi kebutuhan cairan dan memasukkan

obat injeksi intravena.

Data ini ada karena pada saat pengkajian tanggal 19 Juni

2017 diperoleh data obyektif “pasien terpasang infus untuk

memenuhi kebutuhan cairan, memasukkan terapi obat

injeksi”.

b) Terpasang dower cateter

Cateter adalah selang untuk mengeluarkan urin. Data ini

ada karena pada pengkajian tanggal 19 Juni 2017 diperoleh

data obyektif “ pasien terpasang dower cateter sejak tanggal

15 Juni 2017. Untuk segera mengatasi distensi kandung

kemih”.
100

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi, mengatasi masalah-masalah yang telah

diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan

menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara

menyeleseikan masalah dengan efektif dan efisien (Rohmah, 2010).

Rencana keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk

melaksanakan tindakan keperawatan dalam membantu pasien untuk

memudahkan masalah serta memenuhi kebutuhan dan kesehatannya serta

mengkoordinir staf perawatan dalam melakukan asuhan keperawatan.

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan yang muncul, penentuan masalah disesuaikan dengan

prioritas masalah yang harus diatasi terlebih dahulu, paling mendesak,

paling mengancam, serta disesuaikan dengan kebutuhan dasar menurut

Abraham Maslow atau lebih yang ditekankan pada keadaan yang

mengancam kehidupan. Dalam penetapan tujuan dan kriteria pada kasus

ini disesuaikan dengan teori serta kondisi pasien. Tujuan dan kriteria

evaluasi mengacu pada rumus SMART yaitu Spesifik (fokus pada pasien,

singkat dan jelas), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat dicapai),

Reasonable (ditentukan oleh perawat dan pasien), dan Time Limited (ada

kriteria waktu). Dalam penyusunan kriteria hasil/evaluasi, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan diantaranya dengan tujuan bersifat khusus

konkret, hasilnya harus dapat dilihat, didengar dan di ukur oleh rang lain.
101

Dalam penyusunan rencana keperawatan mencakup ONEK yaitu

Observasi, Nursing Treatment (tindakan mandiri perawat), Health

Education, dan Kolaborasi.

Dalam penyusunan rencana tindakan keperawatan untuk masing-

masing diagnosa keperawatan yang muncul disesuaikan dengan teori yang

ada tetapi tidak semua rencana pada teori yang ditulis. Hal ini disebabkan

karena pada diagnosa keperawatan tertentu dalam membuat rencana

tindakan ada perubahan tertentu disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan pada pasien.

Pembahasan perencanaan masalah sesuai urutan prioritas masalah

berdasarkan tingkat kegawatan adalah sebagai berikut :

a. Diagnosa keperawatan yang ada pada kasus

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus

berlebih

Penulis menetapkan waktu 3x24 jam berdasarkan keadaan

pasien, yang disebabkan karena pasien mengalami batuk selama 2

minggu grok-grok dan dahak sulit untuk dikeluarkan. Pasien

mendapatkan terapi Acetylcystein 200 mg/ 8 jam yang berfungsi

untuk mengencerkan dahak.

Kriteria pada kasus:

a) Pasien mampu mengeluarkan sekret

b) Resirasi rate: 16-20x/menit


102

Kriteria pada teori:

Tidak ada kriteria hasil diagnosa ketidakefektifan bersihan

jalan napas yang ada dalam teori.

a) Perencanaan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan

napas sesuai dengan teori dan ada pada kasus adalah:

Tidak ada Perencanaan diagnosa ketidakefektifan bersihan

jalan napas yang ada pada teori.

b) Perencanaan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan

napas yang ada pada teori dan tidak ada dalam kasus

adalah:

Tidak ada Perencanaan diagnosa ketidakefektifan bersihan

jalan napas yang ada pada teori dan tidak ada pada kasus.

c) Perencanaa diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan

napas yang ada dikasus dan tidak ada pada teori

(1) Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan

batuk efektif

Hal ini dilakukan untuk membantu pasien mengeluarkan

sekret.

(2) Monitor status pernapasan

Hal ini dilakukan untuk memoitor keadekuatan pernapasan

pasien

(3) Kolaborasi pemberian obat ekspektoran


103

Hal ini dilakukan untuk meminimalkan bahkan membantu

untuk mengencerkan dahak

(4) Posisikan pasien semifowler

Hal ini dilakukan untuk memungkin upaya nafas lebih

dalam dan lebih kuat serta menurunkan ketidaknyamanan

dada.

2) Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan

kerusakan serebrovaskuler.

Penulis menetapkan waktu 3x24 jam berdasarkan keadaan

pasien, yang disebabkan karena pasien mengalami nyeri kepala

dengan skala nyeri 3 serta pusing, pasien mendapatkan terapi

injeksi citicolin 500 mg/12 jam yang berfungsi untuk untuk

mengurangi kerusakan jaringan otak saat otak cedera, pasien juga

mendapatkan terapi obat vertikaf 8 mg/ 12 jam, terapi obat

candesartan 8mg/24 jam, terapi obat mecobalamin 500 mg/12 jam.

Kriteria pada kasus:

a) Pasien mengatakan tidak sakit kepala atau sakit kepala

berkurang dengan skala nyeri 2

b) Pasien mengatakan nyaman

c) Tidak adanya peningkatan tekanan intrakranial, yang ditandai

dengan:

(1) Nyeri kepala

(2) Muntah proyektil


104

(3) Hipertensi

(4) Papil edema

Kriteria pada teori:

a) Sakit kepala berkurang dengan skala nyeri 2

b) Tanda vital dalam batas normal

(1) Tekanan darah 120/80 – 140/90 mmHg

(2) Nadi: 80-100x/menit

(3) Tidak ada tanda kenaikan TIK, antara lain:

(a) Nyeri kepala

(b) Muntah proyektil

(c) Papil edema

(d) Hipertensi

a) Perencanaan diagnosa penurunan kapasitas adaptif

intrakranial sesuai dengan teori dan ada pada kasus

adalah:

(1) Monitor tanda kenaikan tekanan intrakranial

Hal ini dilakukan mengetahui setiap perubahan yang

terjadi pada pasien secara dini dan untuk menerapkan

tindakan yang tepat.

(2) Tinggikan kepala pasien 150-300

Hal ini dilakukan untuk mengurangi tekanan arteri dengan

meningkatkan drainage vena dan memperbaiki sirkulasi

serebral.
105

b) Perencanaan diagnosa penurunan kapasitas adaptif

intrakranial sesuai dengan teori dan tidak ada pada kasus

adalah:

(1) Awasi kecepatan tetesan infus

Hal ini dilakukan untuk memonitor jumlah cairan yang

masuk ke pasien.

(2) Atur posisi pasien bedrest

Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kembali

perdarahan ulang.

c) Perencanaan diagnosa penurunan kapasitas adaptif

intrakranial tidak ada dalam teori ada pada kasus adalah:

Tidak ada

3) Keletihan berhubungan dengan kelesuhan fisiologis (anemia)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24jam

diharapkan keletihan dapat diminimalkan.

Pada diagnosa ini penulis menetapkan waktu 3 x 24 jam

karena keletihan berhubungan dengan kelesuhan fisiologis

(anemia) ini mulai tampak sejak pasien masuk rumah sakit sampai

pemberian PRC itu selesai.

Kriteria pada kasus:

a) Pasien tidak kehilangan selera makan (mau makan sayuran)


106

b) Kelesuhan pasien berkurang (pasien mampu duduk dan makan

dengan mandiri)

Kriteria pada teori:

Tidak ada kriteria hasil diagnosa keletihan yang ada dalam teori

a) Perencanaan diagnosa keletihan sesuai dengan teori dan

ada pada kasus adalah:

Tidak ada Perencanaan diagnosa keletihan yang ada pada teori.

b) Perencanaan diagnosa keletihan sesuai dengan teori dan

tidak ada pada kasus adalah:

Tidak ada Perencanaan diagnosa keletihan yang ada pada teori

dan tidak ada pada kasus

c) Perencanaan diagnosa keletihan tidak ada dalam teori ada

pada kasus adalah:

(1) Monitor asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi

yang adekuat

Hal ini dilakukan untuk mengetahui nutrisi yang didapat

pasien cukup atau tidak untuk melakukan aktivitas

(2) Motivasi pasien untuk makan sedikit tapi sering

Hal ini dilakukan agar pasien dapat mempertahankan status

nutrisi

(3) Monitor waktu dan lama tidur pasien


107

Hal ini dilakukan untuk mengetahui sesuai atau tidak

dengan umur pasien dan untuk mengethaui tingkat

ketidaknyamanan

(4) Kelola pemberian vitamin penambah darah

Hal ini dilakukan untuk menambah pembentukan zat besi

pasien sehingga dapat meningkatkan pembentukan sel

darah merah

(5) Motitor Hemoglobin

Hal ini dilakukan untuk mengetahui kadar nilai

Hemoglobin pasien.

(6) Kelola pemberian transfusi darah

Hal ini dilakukan untuk meningkatkan Hemoglobin dan

Hematokrit pasien.

4) Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan

Penulis menetapkan waktu 3x24 jam berdasarkan keadaan

pasien, yang disebabkan karena pasien belum bisa melakukan

aktivitas secara mandiri.

Kriteria pada kasus:

a) Pasien terbebas dari bau badan

b) Pasien terlihat segar dan bersih

c) Kuku bersih

Kriteria pada teori:

Tidak ada
108

a) Perencanaan diagnosa defisit perawatan diri: mandi sesuai

dengan teori dan ada pada kasus adalah:

(1) Mengkaji kemampuan pasien untuk perawatan diri secara

mandiri

Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan

pasien.

(2) Memandikan pasien

Hal ini dilakukan, karena untuk menjaga kebersihan diri

pasien yang dengan kondisi pasien bedrest total.

(3) Mengkaji kebersihan diri pasien

Hal ini dilakukan agar tidak memunculkan penyakit

b) Perencanaan diagnosa defisit perawatan diri: mandi sesuai

dengan teori dan tidak ada pada kasus adalah:

Tidak ada Perencanaan diagnosa defisit perawatan diri: mandi

yang ada pada teori dan tidak ada pada kasus.

c) Perencanaan diagnosa defisit perawatan diri: mandi tidak

ada dalam teori ada pada kasus adalah:

Tidak ada Perencanaan diagnosa defisit perawatan diri: mandi

yang tidak ada dalam teori tetapi ada dalam kasus.

5) Risiko infeksi dengan faktor risiko prosedur invasif (pemasangan

infuse dan dower cateter)

Pada diagnosa ini penulis menetapkan waktu 3 x 24 jam

karena melihat dimana infeksi nosokomial itu terjadi setelah


109

berada di rumah sakit kurang lebih 72 jam dan diharapkan infeksi

tidak terjadi.

Kriteria pada teori:

Tidak ada

Kriteria pada kasus:

a) Pasien terhindar dari tanda dan gejala infeksi

(kalor,dolor,rubor,tumor)

b) Leukosit dalam batas normal (4.00-11.00 sel/mm3)

c) Tanda-tanda vital dalam batas normal (suhu : 36,5-37,50C)

a) Perencanaan diagnosa Resiko infeksi sesuai dengan teori

dan ada pada kasus

Tidak ada Perencanaan diagnosa risiko infeksi yang ada pada

teori dan ada pada kasus

b) Perencanaan diagnosa risiko infeksi ini yang ada dalam

teori dan tidak ada dalam kasus adalah :

Tidak ada Perencanaan diagnosa risiko infeksi yang ada pada

teori dan tidak ada pada kasus

c) Perencanaan diagnosa risiko infeksi ini yang tidak ada

dalam teori tapi ada dalam kasus adalah :

(1) Monitor tanda dan gejala infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor)

Hal ini dilakukan untuk mengetahui bila terdapat tanda-

tanda infeksi di area sekitar tusukan infus.

(2) Ukur tanda-tanda vital


110

Hal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan terkini pasien

dan rencana tindakan selanjutnya.

(3) Kolaborasi pemberian obat penurun panas

Hal ini dilakukan untuk meminimalkan terjadinya perubahan

suhu tubuh pasien

(4) Mengganti linen pasien

Hal ini dilakukan agar pasien merasa nyaman saat berbaring

ditempat tidur.

(5) Mengajarkan cara cuci tangan yang tepat

Hal ini dilakukan untuk meminimalkan risiko terjadinya

infeksi atau penyakit.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama

dan sesudah pelaksanaan tindakan, dan menilai data yang baru (Rohmah,

2010).

Pelaksanaan merupakan tindakan yang dilaksanakan untuk

memecahkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan pasien. Dalam

pelaksanaan selalu berpegang pada tiga prinsip yaitu :


111

a. Independent

Independent adalah suatu tindakan perawat yang dilaksanakan

oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan

lainnya.

b. Interdependent

Interdependent adalah tindakan keperawatan menjelaskan

suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga

kesehatan lainnya.

c. Dependent

Dependent adalah pelaksanaan perawatan yang dilaksanakan

secara kerjasama dengan tim kesehatan lain.

Dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny. “R” yang

dilakukan secara berkesinambungan, didukung dengan adanya kerja sama

yang baik antara penulis, perawat ruangan, pasien dan keluarga pasien,

tenaga kesehatan yang lain, pembimbing, baik di lapangan maupun

pembimbing akademi, dokter yang menangani pasein, juga tidak terlepas

dari tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai sehingga membantu

terlaksananya rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan.

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien semua

dilaksanakann berdasarkan rencana yang telah disusun dan disesuaikan

dengan keadaan pasien. Dalam tahap pelaksanaan ada beberapa tambahan

rencana tindakan yang penulis modifikasi, rencana tindakan disesuaikan

dengan kondisi pasien agar masalah pasien dapat teratasi sesuai dengan
112

tujuan yang telah ditentukan, namun ada perencanaan yang telah disusun

penulis yang tidak dapat dilaksanakan mengingat keterbatasan penulis

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

Adapun pembahasan pelaksanaan dari masing-masing diagnosa

keperawatan adalah sebagai berikut :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus

berlebih

Rencana tindakan yang telah di implementasikan :

1) Mengukur Respirasi Rate.

Setelah dilakukan tindakan, tanda-tanda vital pasien Respirasi : 24

x/menit, nadi teraba cepat.

2) Memonitor status respirasi pasien

Hal ini dibuktikan dengan didapatkan hasil pasien tampak

bernapas dengan berat Respirasi Rate: 24x/menit, pernapasan

dangkal.

3) Melakukan pengkajian ada atau tidaknya kulit pucat dan sianosis.

Didapatkan hasil Capillary Refill < 3 detik, tidak ada edema di

ekstremitas atas (pergelangan dan punggung tangan kanan dan

kiri), waktu kembali < 3 detik dan wajah pasien tampak pucat.

4) Mengatur posisi yang nyaman (semi fowler) pada tempat tidur.

Hal ini dibuktikan dengan posisi pasien di tempat tidur semi

fowler terkadang duduk tegak.


113

5) Mengajarkan pasien tentang batuk efektif

Hal ini dibuktikan dengan pasien mengatakan mengerti tentang

teknik batuk efektif serta pasien mampu menerapkannya.

6) Memberikan obat:

a) Acetylcystein 600 mg/ 8jam (per oral)

Hal ini dibuktikan dengan dengan obat masuk sesuai dosis,

rute, dan waktu yang tepat.

Rencana tindakan yang belum di implementasikan :

1) Memberikan obat Ventolin 2,5 mg/12 jam (nebulizer)

Intervensi ini tidak dapat penulis lakukan karena waktu pemberian

obat pukul 05.00 WIB, dimana penulis sedang tidak berada di

ruang rawat inap.

b. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan

kerusakan serebrovaskuler.

Rencana tindakan yang telah di implementasikan :

1) Mengukur tanda-tanda vital pasien

Hal ini dibuktikan dengan didapatkan hasil Tekanan darah: 130/80

mmHg, Nadi: 88x/menit.

2) Mengatur posisi pasien (150-300).

Hal ini dibuktikan dengan posisi pasien pada posisi 30 0 .

3) Memonitor tanda kenaikan TIK

Hal ini dibuktikan dengan pasien tidak mengalami muntah

proyektil, tidak mengalami hipertensi (tekanan darah 130/80


114

mmHg), nyeri kepala pasien berkurang dari skala 3 menjadi skala

2.

4) Memberikan obat:

a) Injeksi citicolin 500 mg/ 12 jam (per intravena)

b) Vertikaf 8 mg/12 jam (per oral)

c) Candesartan 8 mg/24 jam (per oral)

d) Mecobalamin 500 mg/12 jam (per oral)

Hal ini dibuktikan dengan dengan obat masuk sesuai dosis,

rute, dan waktu yang tepat.

Rencana tindakan yang belum di implementasikan :

Tidak ada rencana tindakan yang belum di implementasikan.

c. Keletihan berhubungan dengan kelesuhan fisiologis (anemia).

Rencana tindakan yang telah di implementasikan :

1) Memonitor intake aatau asupan nutrisi

Hal ini dibuktikan dengan pasien mengatakan diit dari rumah sakit

selalu habis, walaupun sayurnya tidak dimakan karena bau amis.

2) Memonitor Hemoglobin.

Hal ini dibuktikan dengan Hemoglobin pasien pada tanggal 18

Juni 2017 7.7 g/dl dan pada tanggal 20 Juni 2017 menjadi 10.8

g/dl.

3) Memberikan obat Sulfas Ferosus 300mg/8 jam

Hal ini dibuktikan dengan obat masuk sesuai dosis, rute, dan

waktu yang tepat.


115

4) Mengelola pemberian transfusi darah

Hal ini dibuktikan dengan transfusi masuk melalui rute dan waktu

yang tepat.

5) Memonitor waktu dan lama tidur pasien

Hal ini dibuktikan dengan pasien mengatakan tidur kurang

nyenyak.

Rencana tindakan yang belum di implementasikan :

Tidak ada rencana tindakan yang belum di implementasikan

d. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan

Rencana tindakan yang telah diimplementasikan:

1) Memandikan pasien menggunakan air hangat

Hal ini dibuktikan dengan pasien mengatakan badan terasa segar

dan wangi.

2) Kaji kemampuan pasien untuk perawatan diri secara mandiri

Mengapa perlu dilakukan tindakan ini karena pasien tidak

mampu berhias dan berpakaian, ditandai dengan pakaian kotor

dan tidak rapi.

Rencana tindakan yang belum diimplementasikan :

Tidak ada rencana tindakan yang belum di implementasikan

e. Risiko infeksi dengan faktor risiko prosedur invasif (pemasangan

infuse dan dower cateter).

Rencana tindakan yang telah diimplementasikan :

1) Kaji tanda dan gejala infeksi


116

Mengapa perlu dilakukan tindakan ini karena pasien dalam

lingkungan perawatan kesehatan beresiko terkena infeksi

karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme

infeksius.

2) Ukur tanda-tanda vital

Mengapa perlu dilakukan tindakan ini karena untuk

menghilangkan atau menurunkan penyebaran agen infeksius

yang mengancam kesehatan pasien.

3) Mengganti tusukkan infus ditangan kiri pasien

Mengapa perlu dilakukan tindakan ini karenamencegah

terjadinya infeksi, atau dikarenakan sebab lain (kesulitan

bergerak pemasangan yang cukup lama).

Rencana tindakan yang belum diimplementasikan :

Tidak ada rencana tindakan yang belum di implementasikan

Dalam melakukan tindakan keperawatan, penulis tidak menemukan

hambatan ataupun kendala yang berarti, dikarenakan pasien kooperatif

selama penulis melaksanakan tindakan keparawatan dan pasien mau

mengikuti prosedur dari pihak Rumah Sakit.

5. Evaluasi

Evaluasi menurut Rohmah (2010), adalah penilaian dengan cara

membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan


117

tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan dari

evaluasi ini adalah untuk :

a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan

b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan

c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan

Penulis melakukan evaluasi keperawatan meliputi dua evaluasi,

yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan dalam

setiap kali melakukan tindakan. Evaluasi hasil dilakukan setelah batasan

waktu pelaksanaan selesai dan mengacu pada kriteria hasil yang

ditetapkan untuk melihat masalah tersebut teratasi dan tidak teratasi.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Asuhan

Keperawatan pada pasien Ny. “R” dengan Stroke Non Hemoragik di

Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul ada 5 diagnosa

yang muncul. Dari 5 diagnosa yang muncul tersebut ke limanya belum

dapat teratasi, setelah dilakukan implementasi dan evaluasi 5

diagnosa yang tercapai atau teratasi sebagian berdasarkan kriteria

hasil.

Evaluasi hasil dari pelaksanaan asuhan keperawatannya adalah

sebagai berikut:

a. Diagnosa keperawatan yang tujuannya tercapai

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

mukus berlebih
118

Tujuan dari diagnosa ini tercapai karena setelah dilakukan

tindakan keperawatan 3x24 jam pasien mampu mencapai

kriteria hasil yang telah ditetapkan pada tujuan.

Adapun tujuannya sebagai berikut :

a) Pasien mampu mengeluarkan sekret (dahak)

b) Respirasi rate dalam batas normal 16-20x/menit

Tujuan dari diagnosa dapat tercapai sebagian karena adanya

faktor pendukung yaitu :

a) Waktu yang cukup untuk melakukan asuhan keperawatan

b) Kerjasama yang baik dalam melakukan asuhan keperawatan

anatar penulis dengan pasien. Keluarga pasien, perawat

bangsal, dan tim kesehatan lain.

2) Keletihan berhubungan dengan kelesuhan fisiologis (anemia)

Tujuan dari diagnosa ini tercapai sebagian karena setelah

dilakukan tindakan keperawatan 3x24jam pasien mampu

mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan pada tujuan.

Adapun tujuannya adalah:

a) Pasien tidak kehilangan selera makan (mau makan sayuran)

b) Kelesuhan pasien berkurang (pasien mampu duduk dan

makan dengan mandiri)

c) Jam tidur dan kualitas tidur meningkat (7-8 jam per hari)

d) Hemoglobin ≥ 10 g/dl

3) Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan


119

Tujuan dari diagnosa ini tercapai sebagian karena setelah

dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam paasien mampu

mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan pada tujuan.

Adapun tujuannya sebagai berikut :

a) Pasien terbebas dari bau badan

b) Pasien terlihat segar dan bersih

Tujuan dari diagnosa dapat tercapai sebagian karena adanya

faktor pendukung yaitu :

a) Waktu yang cukup untuk melakukan asuhan keperawatan

b) Kerjasama yang baik dalam melakukan asuhan

keperawatan anatar penulis dengan pasien. Keluarga

pasien, perawat bangsal, dan tim kesehatan lain.

c) Motivasi dari keluarga, untuk membantu menjaga

kebersihan badan pasien dan melaksanakan anjuran tenaga

medis.

4) Risiko infeksi dengan faktor risiko prosedur invasif (pemasangan

infuse dan dower cateter)

Tujuan dari diagnosa ini tercapai sebagian karena setelah

dilakukan tindakan keperawatan 3x24jam paasien mampu

mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan pada tujuan.

Adapun tujuannya sebagai berikut :

a) Pasien terhindar dari tanda dan gejala infeksi (kolor,

dolor, rubor, tumor, dan gangguan fungsi)


120

b) Leukosit dalam batas normal (4.00-11.00 sel/mm3)

c) Tanda-tanda vital dalam batas normal (suhu : 36,50C –

37,5°C )

Tujuan dari diagnosa dapat tercapai karen adanya faktor

pendukung yaitu :

a) Waktu yang cukup untuk melakukan asuhan keperawatan

b) Kerjasama yang baik dalam melakukan asuhan

keperawatan anatar penulis dengan pasien. Keluarga

pasien, perawat bangsal, dan tim kesehatan lain.

b. Diagnosa keperawatan yang tujuannya teratasi sebagian :

1) Penurunan kapasitas adaptif tekanan intrakranial berhubungan

dengan kerusakan serebrovaskuler

Tujuan dari diagnosa ini tercapai sebagian karena setelah

dilakukan tindakan keperawatan 3x24jam pasien mampu

mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan pada tujuan.

Adapun tujuannya adalah :

a) Tekanan darah normal 120/80 mmHg – 140/90 mmHg

b) Nadi dalam rentang normal 80-100x/menit

c) Sakit kepala pasien pada skala nyeri 2

c. Diagnosa keperawatan yang tujuannya belum teratasi :

Tidak ada diagnosa keperawatan yang belum teratasi


121

B. Dokumentasi

Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang

dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang

(Potter dan Perry, 2005).

Dokumentasi yang penulis gunakan berorientasi pada masalah

keperawatan. Pada kasus ini penulis mendokumentasikan secara lengkap

sesuai tahap-tahap proses keperawatan antara lain :

a) Pengkajian

Pada tahap pengkajian penulis sudah mengkaji berdasarkan bio-

psiko-social, dan spiritul dengan menggunakan metode pengkajian yaitu

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumen yang akan

muncul dalam data-data senjang setelah itu dianalisa untuk mendapatkan

masalah keperawatan yang ada pada pasien dan muncul diagnosa.

b) Diagnosa Keperawatan

Penulis menuliskan analisa data dan urutan diagnosa keperawatan

berdasarkan prioritas masalah. Diagnosa dituliskan secara lengkap dengan

adanya unsur masalah (problem), penyebab (etiologi), dan data senjang

(symptom).

c) Perencanaan Keperawatan

Pada tahap perencanaan penulis mendokumentasikan tujuan dari

rencana keperawatan yang meliputi karakterisik SMART yaitu Spesifik

(fokus pada pasien, singkat, dan jelas), Measurable (dapat diukur),


122

Achievable (dapat dicapai), Reasonable (ditentukan oleh perawat dan

pasien), dan Time Limited (ada kriteria waktu).

Intervensi keperawatan dengan karakteristik ONEK (Observasi,

Nursing Treatment / Tindakan mandiri perawat, Health Education, dan

Kolaborasi) dan rasional setiap intervensi keperawatan yang disusun.

d) Pelaksanaan

Pada pelaksanaan/implementasi, penulis mendokumentasikan

semua tindakan yang di lakukan pada pasien kelolaan dalam buku status

pasien dan dalam asuhan keperawatan yang disusun oleh penulis hal yang

di dokumentasikan meliputi : tanggal, jam, jenis tindakan, nama dan paraf

penulis.

e) Evaluasi

Pada evaluasi, yang di lakukan menulis terdiri atas evaluasi

proses dan evaluasi hasil. Dimana evaluasi di dokumentasikan dalam

bentuk pendokumentasian SOAP (Subject, Object, Acessment, Planning).

Pada pasien kelolaan telah dilakukan pendokumentasian secara

lengkap dengan mencantumkan tanggal, jam, respon pasien terhadap

tindakan keperawatan yang di lakukan, paraf dan nama terang pada buku

status pasien dan dalam asuhan keperawatan yang di susun oleh penulis.
BAB IV
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa

pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat

maupun sakit yang mengalamí gangguan fisik, psikis, dan sosial agar

dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan

kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada

individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu

keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu (Nursalam, 2008).

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam yang

dimulai tanggal 19 Juni 2017 sampai 21 Juni 2017 pada Ny. “R”

dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang Cempaka RSUD Panembahan

Senopati Bantul, penulis sudah melaksanakan proses keperawatan

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi, dan pendokumentasian sehingga penulis mendapatkan

pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada

pasien dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang Cempaka RSUD

Panembahan Senopati Bantul. Asuhan keperawatan ini diberikan

secara komprehensif yang meliputi pemenuhan biologis, psikologis,

sosial, kultural dan spiritual secara berkesinambungan dan terus-

menerus.

123
124

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan tanggal 19 Juni 2017 pukul 08.00 WIB

pada pasien Ny. R tidak menemukan adanya hambatan dalam

pelaksanaan pengkajian, keadaan pasien dan keluarga pasien cukup

kooperatif dalam memberikan informasi yang dibutuhkan perawat.

Oleh karena itu, perawat mampu menggali banyak informasi baik dari

pasien dan keluarga pasien, yang nantinya akan digunakan sebagai

data dasar dalam melakukan perencanaan dan implementasi pada

masalah pasien.

Dalam melakukan pengkajian penulis melakukan pengumpulan

data dengan anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, studi

dokumentasi, dan studi pustaka dengan sumber data diperoleh dari

pasien, keluarga pasien, tim kesehatan, buku status kesehatan pasien

dan buku referensi yang dilakukan secara komprehensif baik

pemenuhan biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual untuk

memperoleh data yang sesuai dengan keadaan pasien dengan stroke

non hemoragik.

2. Diagnosa keperawatan

Dalam penulisan diagnosa harus dilaksanakan secara lengkap

yaitu meliputi, penyebab dan data senjang sehingga tindakan

keperawatan akan tepat dilakukan untuk mengatasi penyebab dan suatu


125

masalah. Dalam penentuan prioritas masalah pasien, prioritas tertinggi

diberikan pada diagnosa yang mengancam keselamatan jiwa pasien.

Dalam penulisan laporan ini penulis mengangkat 5 diagnosa

keperawatan sesuai prioritas masalah, yaitu :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus

berlebih

b. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan

kerusakan serebrovaskuler

c. Keletihan berhubungan dengan kelesuhan fisiologis (anemia)

d. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan

e. Risiko infeksi dengan faktor risiko prosedur invasif (pemasangan

infuse dan dower cateter)

3. Rencana keperawatan

Rencana asuhan keperawatan disusun dengan melibatkan pasien

secara optimal agar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dalam

memenuhi kebutuhan pasien.

Hal-hal yang dilakukan dalam menentukan rencana keperawatan,

yakni :

a. Menentukan prioritas masalah.

b. Menentukan tujuan dan kriteria hasil sesuai kriteria SMART, yaitu :

S : Spesific (Berfokus pada pasien)

M : Measure (Dapat diukur dan diobservasi)


126

A : Achievable (Dapat dicapai, jelas, dan singkat)

R : Realistic (Ditentukan bersama perawat dan pasien)

T : Time Limited (Waktu relative dibatasi)

c. Menentukan intervensi yang sesuai dengan komponen ONEC, yaitu :

O : Observation (Mengobservasi)

N : Nursing Treatment (Terapeutik)

E : Health Education (Pendidikan/Penyuluhan)

C : Colaboration (Kolaborasi/konsul dokter).

Di Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul,

perencanaan yang tersusun telah disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan pasien. Perencanaan yang telah dipilih oleh perawat untuk

memberikan asuhan keperawatan pada Ny. “R” telah sesuai dengan

kebutuhan pasien dan diagnosa yang muncul.

4. Pelaksanaan/implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan

yang disusun berdasarkan prioritas masalah yang telah sesuai teori yaitu

observasi, nursing treatment, education, dan kolaborasi. Setiap melakukan

asuhan keperawatan penulis tidak selalu memberikan health education

pada tiap diagnosa keperawatan yang muncul karena penulis juga

mempertimbangkan tingkat pengetahuan klien, latar belakang dan kondisi

klien serta keluarga klien, hal ini dilakukan agar klien dan keluarga klien

mudah menerima anjuran yang diberikan penulis.


127

Dalam melakukan tindakan, penulis berusaha menunjukkan sikap

yang professional sebagai seorang perawat. Dalam pelaksanaan, penulis

juga melibatkan tim kesehatan lain untuk mencapai hasil yang maksimal.

Penulis telah merencanakan tindakan keperawatan yang disusun

guna membantu mengatasi masalah yang dihadapi klien. Dalam

pelaksanaan penulis tidak menemukan hambatan dikarenakan klien dan

keluarga yang sangat kooperatif.

5. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan pada klien melalui evaluasi hasil dan

evaluasi proses. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan setelah

melakukan tindakan keperawatan yaitu respon pasien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi hasil adalah

evaluasi akhir tindakan akhir keperawatan yang dilaksanakan dan

mengacu pada tujuan. Evaluasi proses dilakukan penulis setiap selesai

tindakan dan dalam evaluasi ini penulis menambahkan perencanaan yang

telah diimplementasikan dengan tidak mengganggu aktivitas dan istirahat

klien.

Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pada

Ny.R dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang Cempaka Panembahan

Senopati Bantul, pada tanggal 19 Juni 2017 sampai 21 Juni 2017 penulis

sudah melaksanakan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pendokumentasian


128

sehingga penulis mendapat pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada Ny.R dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang

Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul. Asuhan keperawatan ini

diberikan secara komprehensif yang meliputi pemenuhan bio-psiko-sosio,

kultural, dan spiritual secara berkesinambungan dan terus menerus.

6. Pendokumentasian

Dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan asuhan

keperawatan pada Ny.R dengan Dokumentasi merupakan tahap akhir

dalam proses keperawatan. Manfaat dokumentasi adalah :

a. Untuk tanggung jawab tanggung gugat.

b. Sebagai komunikasi antar tim kesehatan.

c. Sebagai bahan penelitan

d. Untuk cacatan perkembangan pasien.

Untuk lebih mengetahui perkembangan status kesehatan pasien

sebaiknya pendokumentasian dilengkapi dari :

1. Pengkajian

Penulis mendokumentasikan semua data yang ditemukan, baik data

subyektif maupun obyektif yang ditemukan saat pengkajian.

2. Diagnosa Keperawatan

Penulis menuliskan analisa data, dan urutan diagnosa berdasarkan

prioritas masalah. Diagnosa ditulis secara lengkap dan adanya unsur-

unsur masalah, penyebab, dan batasan karakteristik.


129

3. Perencanaan

Pada tahap perencaaan mendokumentasikan tujuan batasan waktu

dan kriteria hasil yang di harapkan.

4. Pada evaluasi yang di dokumentasikan yaitu: Tanggal, waktu, evaluasi

proses suatu tindakan, evaluasi hasil diagnose, nama terang dan

paraf.

Dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn. W

dengan Stroke Non Hemoragik di rumah Tn. W penulis menggunakan

catatan perkembangan dalm bentuk SOAP, mencatat jam, tanggal

pelaksanaan, sehingga perkembangan pasien dapat di pantau secara

terus menerus.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan

keperawatan dengan pasien Ny. “R” dengan Stroke Non Hemoragik di

Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta pada

tanggal 19 Juni sampai 21 Juni 2017. Penulis menemukan hal-hal yang

dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

Antara lain :

1. Bagi instansi Rumah Sakit ( RSUD Panembahan Senopati Bantul)

Diharapkan Rumah Sakit tetap mempertahankan mutu pelayanan

baik dalam bidang medis maupun asuhan keperawatan kepada klien

yang menjalankan rawat inap maupun rawat jalan dengan di dukung


130

oleh kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan , hasil

observasi dan penyuluhan kesehatan bagi klien.

2. Untuk mengatasi masalah pada pasien sebaiknya diterapkan sistem

penyuluhan kesehatan mengenai masalah yang berhubungan

dengan kesehatan atau perawatan secara sistematis konkrit dan

mudah dipahami.

3. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan diharapkan perawat

melibatkan keluarga, karena keluarga nantinya yang akan merawat

pasien di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan


Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika

Bulechek, Gloria, dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi


Bahasa Indonesia. Singapore : Elsevier Singapore.

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.


Jakarta : EGC.

Irianto, Koes. 2015. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Alfabeta

Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta


Kedokteran FKUI Jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta. 2000: 17-8

Misbach, Prof. Dr. Jusuf. 2011. STROKE Aspek Diagnostik, Patofisiologi,


Manajemen.2nd ed. Soertidewi, Dr Lyna. ed. Jannis, Dr. Jofizal.
Jakarta:FKUI

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Nanda. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta: EGC

Nursalam.2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses
dan praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Rohmah, Nikmatur. 2012. Proses Keperawatan. Jogjakarta: ARR-RUSS


Media

Safitri, Amalia&Astikawati, Rina. 2008. Lecture Notes : Neurogy. Jakarta:


Erlangga

Setiati et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:


Internapublishing

Tarwato, Ns, S. Kep, M. Kep. 2013. Keperawatan medikal Berdah


Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Sagung Seto

xiii
LAMPIRAN
FORMAT PENGKAJIAN

A. PENGKAJIAN

Hari, Tanggal : Senin, 19 Juni 2017

Jam : 08.00 WIB

Tempat : Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul

Oleh : Kiki Rizki Pradita

Metode : Observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumen

Sumber : Pasien, keluarga pasien, rekam medis, tim kesehatan lain

1. DATA DASAR

a. Identitas Pasien

Nama : Ny. “R”

Umur : 66 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Bantul, Yogyakarta

Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragik

Nomor Rekam Medis : 56.4X.XX

Tanggal Masuk : 15 Juni 2017


b. Penanggung Jawab

Nama : Ny. “I”

Umur : 47 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Bantul, Yogyakarta

Hubungan dengan Pasien : Keponakan

c. Riwayat Kesehatan

3) Faktor Presipitasi

Pasien mempunyai riwayat Hipertensi sejak tahun 2014 (3

tahun yang lalu), pasien tidak pernah minum obat penurun

tekanan darah. Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai

riwayat hipertensi.

4) Faktor Predisposisi

Usia lanjut (pasien berusia 66 tahun)

2. DATA FOKUS

a. Alasan Masuk Rumah Sakit

Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan pusing gliyer

sejak Kamis 15 Juni 2017, saat bangun tidur tiba-tiba terjatuh dari
tempat tidur, pada saat terjatuh dari tempat tidur posisi pasien sadar

dengan kepala terbentur tempat tidur. Muntah sebanyak 2 kali.

b. Keluhan Utama

Pasien masuk RSUD Panembahan Senopati pada tanggal 15

Juni 2017. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 19 Juni 2014

pukul 08.00 WIB di Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati

data yang diperoleh adalah pasien mengeluh lemas, perut perih,

batuk berdahak “grok-grok” selama 2 minggu, kepala terasa sakit

serta pusing “gliyer-gliyer”, muntah sebanyak 2 kali. Pasien juga

mengeluh nyeri di area benjolan dahi akibat terjatuh dari tempat

tidur.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit, pasien mengeluh

badan terasa lemas, pusing gliyer. Pada tanggal 15 Juni 2017 pasien

di bawa ke Unit Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati untuk

memeriksakan dirinya. Saat di Unit Gawat Darurat pasien lemas,

nyeri pada dahi, pusing gliyer, batuk berdahak selama 2 minggu,

kemudian di bawa ke bangsal rawat inap untuk mendapatkan

perawatan.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mempunyai riwayat penyakit Hipertensi sejak tahun

2014 (3 tahun yang lalu). Pasien pernah mondok karena sakit

Hipertensinya kambuh, terakhir tahun 2015 (2 tahun yang lalu).


e. Riwayat Penyakit Keluarga

Genogram :

X X X X

66 th

Keterangan :

: Laki-laki : Tinggal Serumah

: Perempuan : Menikah

: Pasien Ny. R 66 Tahun X : Meninggal Dunia

Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat

penyakit Hipertensi.

3. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Pengetahuan tentang penyakit/perawatan: pasien dan keluarga

mengetahui tentang penyakitnya dan akan meningkatkan kesehatannya.


b. Pengkajian Nutrisi

Pasien mendapat diit BBRG (Bubur Rendah Garam)

Makan: pasien makan 6-7 sendok dari menu yang disediakan Rumah

Sakit, sayuran tidak dimakan karena sayuran berbau amis.

Minum: Pasien minum 3-4 gelas ( 600-800 cc) dalam sehari.

c. Pola eliminasi

1) Buang air besar: Pasien mengatakan buang air besar 1 hari sekali

2) Buang Air Kecil: BAK rata-rata 3 kali sehari dengan

pengeluaran air kencing dalam sehari 350 ml.

d. Aktivitas dan Bantuan

Pasien mengatakan untuk aktivitas perawatan diri sehari-hari di bantu

oleh keluarga.

Pasien mengatakan badannya lemas.

Pasien terpasang dower cateter nomer 16, sejak 15 Juni 2017

Tabel.
Aktivitas dan Bantuan

Kemampuan
0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas fisik di

tempat tidur
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Keterangan :

5 : Mandiri

6 : Dibantu dengan alat


7 : Dibantu dengan orang lain

8 : Dibantu dengan alat dan orang lain

9 : Tergantung total

Oksigenasi : pasien dapat bernapas spontan.

e. Pola tidur & istirahat

Pasien mengatakan biasanya pada malam hari tidur mulai pukul 22.00

WIB dan bangun pukul 03.00 WIB. Pasien mengatakan tidak ada jam

khusus untuk tidur siang namun apabila pasien sudah merasa ngantuk

pasien tidur.

f. Pola perceptual

Penglihatan : pasien mengatakan penglihatannya sudah kabur

Pendengaran: pendengaran pasien masih baik

Pengecap : pasien dapat membedakan rasa (pedas,manis,asin,asam)

Sensasi : pasien mampu merasakan rangsang sentuh di tandai

dengan pasien mampu berespon terhadap sentuhan

g. Persepsi diri

Pasien tidak merasa cemas akan kondisinya, pasien menganggap bahwa

sakitnya adalah ujian dari Allah.

h. Pola seksual dan reproduksi

Pasien mempunyai 1 orang anak tetapi sudah meninggal, serta tidak ada

keluhan tentang masalah seksual


i. Pola peran dan hubungan

Hubungan pasien dengan keluarga dan orang lain baik. Hal ini dibuktikan

dengan seringnya pasien dikunjungi oleh sanak saudaranya.

j. Pola managemen koping stress

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami stress tentang masalah

apapun

k. Sistem nilai dan keyakinan

Pasien beragama islam, keluarga dan pasien terlihat sering berdoa untuk

kesembuhan pasien.

4. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Kesehatan Umum

Pasien tampak lemas

1) Kesadaran: Compos Mentis

Glow Coma Scale : 15

Eyes : Skor 4, membuka mata spontan.

Verbals : Skor 5, baik dapat menjawab dengan kalimat yang baik,

tahu siapa dia, di mana dia berada.

Motorics : Skor 6, dapat menuruti semua perintah.

Keterangan :

Skor 14 – 15 : Compos Mentis

Skor 12 – 13 : Apatis

Skor 11 – 12 : Somnolent
Skor 8 – 10 : Sopor / Semi Coma

Skor < 5 : Coma

2) Tanda Tanda Vital

a) Tekanan Darah : 130 / 80 mmHg

b) Nadi : 82 x / menit

c) Respirasi : 24 x / menit

d) Suhu : 36° C

3) Status Gizi

a) Berat Badan : 40 kg

b) Tinggi Badan : 150 cm

c) Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT = BB ( kg ) / TB ( m )2

= 40 / (1,50)2

= 40 / 2,25

= 17,78 (Under Weight)

Keterangan :

IMT > 30 = Obesitas

IMT 25 – 30 = Over Weight

IMT 20 – 25 = Normal

IMT < 20 = Under Weight


4) Pemeriksaan Chepalo Caudal

(a) Kepala

(1) Rambut

Distribusi rambut berwarna hitam bercampur uban,

rambut pasien tampak kotor.

(2) Wajah

Wajah pasien tampak pucat, lebam pada area wajah

terutama dibawah mata kanan dan mata kiri, terdapat

luka benjolan pada dahi pasien.

(3) Mata

Pada mata kanan dan kiri, konjungtiva pucat, pupil

isokor, reflek cahaya positif, sclera putih.Pasien

mengatakan penglihatannya sudah kabur.

(4) Hidung

Terlihat ada sedikit luka, tidak ada sekresi, tidak terlihat

pergerakan cuping hidung.

(5) Mulut

Bibir berwarana merah. Mukosa mulut kering, mukosa

lidah berwarna merah keputihan.

(6) Leher

Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe dan

kelenjar tiroid.
(7) Dada

Inspeksi : gerakan dada simetris

Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan

Perkusi:

Auskultasi: suara nafas ronkhi (grok-grok)

(8) Abdomen

Inspeksi: bentuk abdomen simetris

Auskultasi: bising usus 8x/menit

Perkusi: timpani

Palpasi: perut teraba padat serta tidak ada nyeri tekan.

b) Ekstremitas (atas dan bawah)

(1) Tidak ada edema di ekstremitas atas (pergelangan dan

punggung tangan kanan dan kiri), waktu kembali < 3

detik.

(2) Capillary Refill< 3 detik.

(3) Akral teraba hangat.

(4) Terpasang Infus NaCl 0,9 % di ekstremitas atas sinistra

16 Tetes Per Menit tanggal 19 Juni 2017

(5) Terpasang dower cateter sejak tanggal 15 Juni 2017

Kekuatan Otot : 5 5

5 5

Pasien dapat bergerak bebas dengan kekuatan penuh.


Keterangan :

5 = 100 % : Gerakan normal dengan kekuatan otot penuh,

menentang gravitasi dengan penahanan penuh.

4 = 75 % : Gerakan normal penuh menentang gravitasi

dengan sedikit penahanan.

3 = 50 % : Gerakan normal menentang gravitasi.

2 = 25 % : Gerakan otot penuh, menentang gravitasi dengan

songkongan

1 = 10 % : Tidak ada gerakan, teraba / terlihat adanya

kontraksi.

0=0% : Paralisis total.


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BATUK EFEKTIF PADA PASIEN STROKE

DI RUANG CEMPAKA RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Program

Dosen Pembimbing: Linda Widyarani, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh:

Kiki Rizki Pradita

2520142598

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BATUK EFEKTIF

POKOK BAHASAN : Batuk Efektif


WAKTU : 35 Menit

HARI/TANGGAL : Rabu, 21 Juni 2017

SASARAN : Pasien Ny.R dan Keluarga

TEMPAT : Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati

PENYULUH : Kiki Rizki Pradita

A. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, diharapkan pasien dan
keluarga mampu memahami dan memperagakan batuk efektif.

B. Tujuan khusus
Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu:
1. Menjelaskan pengertian batuk efektif
2. Menjelaskan tujuan batuk efektif
3. Menjelaskan manfaat batuk efektif
4. Menjelaskan indikasi batuk efektif
5. Menjelaskan cara batuk efektif
6. Memperagakan cara batuk efektif

C. Sasaran
Pasien dan keluarga

D. Materi
Terlampir
E. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Kegiatan Materi Waktu Media Penyuluh

1. Pembukaan 1.Salam 5 menit Kiki


2.Berdoa
3.Perkenalan
4.Menyampaikan
tujuan dan kontrak
waktu
2. Diskusi 1. Menjelaskan 15 menit Lembar Kiki
pengertian batuk balik dan
efektif leaflet
2. Menjelaskan tujuan
batuk efektif
3. Menjelaskan
manfaat batuk
efektif
4. Menjelaskan indikasi
batuk efektif
5. Menjelaskan dan
memperagakan cara
batuk efektif
3. Evaluasi dan Tanya jawab tentang 10 Kiki
kesimpulan materi yang menit
disampaikan

4. Penutup Evaluasi 5 menit Kiki


Ucapan terimakasih
Salam penutup

F. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
4. Demonstrasi

G. MEDIA
1. Flipchart
2. Leafleat
H. Evaluasi
1. Evaluasi proses
a. Lingkungan tenang
b. Pasien mengikuti penyuluhan dengan baik
2. Evaluasi hasil
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien mampu :
a. Memahami pengertian batuk efektif
b. Mengerti tujuan dari batuk efektif
c. Mengerti manfaat dari batuk efektif
d. Mengerti indikasi dari batuk efektif
e. Mampu melakukan contoh cara batuk efektif
MATERI CARA BATUK EFEKTIF

A. Pengertian
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien
dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak
secara maksimal. Batuk merupakan gerakan yang dilakukan tubuh sebagai
mekanisme alamiah terutama untuk melindungi paru paru. Gerakan ini
pula yang kemudian dimanfaatkan kalangan medis sebagai terapi untuk
menghilangkan lendir yang menyumbat saluran pernapasan akibat
sejumlah penyakit. Itulah yang dimaksud pengertian batuk efektif. Batuk
efektif dilakukan melalui gerakan yang terencana atau dilatihkan terlebih
dahulu.
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar dimana
dapat energi dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak secara maksimal (Smeltzer, 2001).

B. Tujuan Batuk Efektif


1. Melatih otot-otot pernafasan agar dapat melakukan fungsi dengan baik
2. Mengeluarkan dahak atau sputum yang ada di saluran pernafasan
3. Melatih pasien agar terbiasa dengan melakukan cara pernafasan dengan
baik

C. Manfaat Batuk Efektif


1. Memperbaiki fungsi pernafasan
2. Mencegah pengempisan paru
3. Memperbaiki ketahanan dan kekuatan otot-otot pernafasan
4. Memperbaiki pola nafas yang tidak efisien
5. Mengeluarkan sekret yang menyumbat jalan nafas

D. Indikasi Batuk Efektif


1. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada:
a. Pasien yang memakai ventilasi
b. Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
c. Pasien yang produksi sputum atau sekret meningkat
d. Pasien dengan batuk yang tidak efektif
2. Mobilisasi sekret yang tertahan:
a. Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret
b. Pasien dengan abses paru
c. Pasien dengan pneumonia
d. Pasien pre dan post operatif
e. Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan
atau batuk

E. Cara Batuk Efektif


1. Sebelum melakukan batuk efektif, anjurkan pasien untuk minum 1
gelas air hangat yang bertujuan untuk mengencerkan dahak.
2. Posisi duduk bersandar dengan leher sedikit menunduk
3. Lakukan teknik pernafasan dalam
4. Pada tarikan nafas ke-4, tahan nafas dan lakukan batuk 2 kali,
kemudian keluarkan nafas perlahan melalui mulut
5. Pada tarikan nafas ke-5, lakukan batuk bersamaan dengan
mengeluarkan nafas
6. Kencangkan otot-otot perut saat batuk
7. Lakukan 3-4 kali sehari
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, S. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.

Teknik Nafas dalam dan Batuk Efektif. 2017.


https://www.pantirapih.or.id/index.php/artikel/umum/261/-teknik-nafas-dalam-
dan-batuk-efektif (diakses pada tanggal 19 Juni 2017)
BATUK EFEKTIF

Kiki Rizki Pradita


2520142598

AKADEMI KEPERAWATAN YAYASAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2017
BATUK EFEKTIF??

Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan


benar, dimana klien dapat menghemat energi
sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak
secara maksimal.
MANFAAT BATUK EFEKTIF

1. Memperbaiki fungsi pernafasan


2. Mencegah pengempisan paru
3. Memperbaiki ketahanan dan kekuatan otot-
otot pernafasan
4. Memperbaiki pola nafas yang tidak efisien
5. Mengeluarkan sekret yang menyumbat jalan
nafas
MINUMLAH AIR
HANGAT SEBELUM
BATUK!!!

Fungsi Air Hangat


Sebelum batuk efektif
adalah untuk
mengecerkan dahak
dan memudahkan
untuk mengeluarkan
dahak / sekret
CARA BATUK EFEKTIF

1. Anjurkan pasien untuk minum 1 gelas air hangat


yang bertujuan untuk mengencerkan dahak
2. Posisi duduk bersandar dengan leher sedikit
menunduk

3. Lakukan teknik pernafasan dalam


Lanjutan...

4. Pada tarikan nafas ke-4, tahan nafas dan lakukan


batuk 2 kali, kemudian keluarkan nafas perlahan
melalui mulut dengan suara “ ha...ha...ha... Atau
huf....huf...huf...”.
5. Pada tarikan nafas ke-5, lakukan batuk bersamaan
dengan mengeluarkan nafas
6. Kencangkan otot-otot perut saat batuk
7. Lakukan 3-4 kali sehari

You might also like