You are on page 1of 7

121

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktik keperawatan jiwa selama 4 hari dimulai

Hari Sabtu, 1 Juli 2017 sampai Hari kamis, 6 juli 2017 di ruang Helikonia

RSJD. Dr. RM. Soedjarwadi, penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam

melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode pendekatan

proses keperawatan pada klien Nn ”M” dengan kasus Harga Diri Rendah

mulai dari pengkajian, penegakan diagnosa, perencanaan tindakan

keperawatan, pelaksanaan, evaluasi dan pendokumentasian. Proses tersebut

dapat penulis simpulkan sebagai berikut.


1. Pengkajian
Menurut Rohman, (2010) pengkajian adalah tahap awal dan

dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling

menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan mengidentifikasi masalah

keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosa

keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan menentukan desain

perencanaan yang ditetapkan. Selanjutnya, tindakan keperawatan dan

evaluasi mengikuti perencanaan yang dibuat. Oleh karena itu, pengkajian

harus dilakukan dengan teliti dan cermat, sehingga seluruh kebutuhan

perawatan pada klien dapat diidentifikasi.


Dari pengkajian yang telah dilakukan penulis mendapatkan data

mengenai identitas, genogram, faktor presipitasi, faktor predisposisi, dan

121
122

data riwayat status mental lainnya. Saat melakukan pengkajian pada Nn

“M” penulis tidak memperoleh kesulitan yang berarti dalam menggali

informasi, karena klien sudah kooperatif, hanya saja klien kurang mampu

memulai pembicaraan, jadi penulis harus pandai-pandai dalam memulai

pembicaraan dengan klien tanpa harus menyinggung perasaan klien,

pendekatan telah dilakukan dengan semua klien termasuk Nn “M” selama

masa orientasi lahan. Pendekatan dimulai membina hubungan saling

percaya dengan cara komunikasi dan sikap terapeutik. Setelah hubungan

saling percaya berhasil dibina, klien mampu mengungkapkan perasaannya

secara terbuka, sehingga didapatkan data subjektif serta mendapat data

melalui observasi selama wawancara.


2. Dignosa Keperawatan
Menurut Potter dan Perry (1997) dalam Haryanto, (2007)

diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respons

aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dimana perawat

memiliki wewenang dan kompetensi untuk mengatasinya.


Dalam kasus ini, penulis mendapatkan data yang mengacu pada

isolasi sosial, harga diri rendah, dan koping individu tidak efektif. Dari

ketiga diagnosa tersebut penulis menentukan prioritas keperawatan yang

pertama adalah harga diri rendah karena keseluruhan yang paling

menonjol pada klien saat itu adalah harga diri rendahnya. Sehingga isolasi

sosial merupakan core problem. Kemudian koping individu tidak efektif

merupakan causa dan isolasi sosial merupakan effect. Diharapkan apabila


123

masalah yang utama dapat diatasi maka masalah yang lain juga akan

teratasi.
3. Perencanaan Keperawatan
Menurut Setiadi, (2012) perencanaan adalah bagian dari fase

pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk

mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu,

meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan

klien.
Perencanaan pada kasus Nn “M” dengan harga diri rendah, telah

disusun rencana asuhan keperawatan jiwa berdasarkan Strategi

Pelaksanaan menurut RSJD Dr. RM. Sordjarwadi, Klaten yang terdiri dari

V SP (Strategi Pelaksanaan).
4. Pelaksanaan Keperawatan
Menurut Rohman, (2010) pelaksanaan adalah realisasi rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam

pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,

mengobservasi respons klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan,

dan menilai data yang baru.


124

5. Evaluasi
Menurut Setiadi, (2012) tahap penilaian atau evaluasi adalah

perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien

dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga

kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien

dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap

perencanaan.
Dalam kasus Nn “M”, penulis melakukan evaluasi proses yaitu

evaluasi setelah tindakan keperawatan dilakukan berupa SO (Subjek,

Objek) dan evaluasi hasil yaitu evaluasi hasil dari tindakan yang telah

dilaksanakan SOAP (Subjek, objek, asessment, planning). Pada kasus Nn

“M”, penulis mengevaluasi keadaan klien setiap hari. Dan dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan harga diri klien.


6. Dokumentasi
Menurut Setiyarini, (2010) salam Setiadi, (2012) Dokumentasi

keperawatan merupakan bukti otentik yang dituliskan dalam format yang

sudah baku/sudah di sediakan dan harus di sertakan dengan tanda tangan

dan nama perawat dengan jelas dan harus menyatu dengan status rekam

medis klien. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan memerlukan

pendokumentasian mulai dari tahap pengkajian, penentuan diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan dimana

semua itu harus didokumentasikan.


125

Penulis melakukan pendokumentasian yang dimulai dari

pengkajian sampai evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kondisi

perkembangan klien serta tindakan-tindakan yang telah diberikan dan

dapat digunakan sebagai sarana komunikasi yang efektif bagi perawat dan

tim kesehatan lain.


Setelah selesai melakukan asuhan keperawatan penulis

mendokumentasikan sesuai dengan diagnosa keperawatan, rencana,

tindakan sampai dengan evaluasi dan tanggal, jam, tanda tangan dan nama

terang pada kolom implementasi dan evaluasi keperawatan.

B. Saran
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti

dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap

diri sendiri atau kemampuan diri, muncul perasaan hilang kepercayaan diri,

merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri

(Keliat, 2009).
126

Untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan,

penulis memberikan sebagai sebagai berikut:

1. Terapi Non Farmakologi

Pelaksanaan Terapi Aktivitas kelompok (TAK) di Ruang Helikonia

RSJD Dr. RM. Soedjarwadi telah dilaksanakan dengan baik, akan lebih

baik lagi apabila kegiatan TAK dibuat bervariasi agar klien tidak

merasakan jenuh, seperti bermain peran (drama) dengan tujuan melatih

daya tangkap, berbicara dengan lancar, konsentrasi klien agar lebih fokus,

mampu membuat kesimpulan, mengembangkan kognitif klien,

menciptakan suasana yang menyenangkan, mengembangkan

keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Tujuan tersebut diharapkan akan memudahkan klien dalam

mengembangkan kemampuan berbahasa.

2. Melibatkan Keluarga dalam Perawatan


Keluarga berperan penting dalam perawatan klien untuk membantu

dalam pemulihan klien, keluarga harus lebih sering terlibat dalam

perawatan klien baik sebelum klien pulang atau persiapan klien pulang di

rumah maupun selama klien berada di rumah sakit. Sehingga diharapkan

keluarga klien mau berpartisipasi dalam proses kesembuhan klien, seperti

memberikan dorongan-dorongan agar klien patuh dalam menjalani terapi

selama di rumah sakit serta kepatuhan minum obat. Akan lebih baik lagi
127

apabila keluarga dijadwalkan setiap minggu untuk menjenguk klien

dengan harapan untuk kesembuhan klien yang lebih cepat.

You might also like