Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium cavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai kehamilan ektopik terganggu.1
Beberapa faktor risiko penyebab kehamilan ektopik antara lain faktor tuba,
5–10 kali lipat pada pasien dengan riwayat salfingitis. Perlekatan lumen tuba,
kelainan anatomi tuba akibat Ekspose Diethyl Stilbesterol-DES intrauteri.
Riwayat operasi pada tuba falopii termasuk pasca tubektomi – pasca rekonstruksi
tuba, pasca terapi konservatif pada kehamilan ektopik, kelainan zygot. Faktor
TINJAUAN PUSTAKA
a) Uterus
uterus berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng kearah muka
belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya
trdiri dariotot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5cm, lebar 5,25 cm
dan tebal dinding 1,25 cm.6
b) TubaFallopi
c) Fimbrae
d) Ovarium
ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang
sekitar 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Setiap bulan 1-2 folikel akan keluar
yang dalam perkembangannya akan menjadi folikel degraaf4.
2.2 DEFENISI
Klasifikasi
2.4 EPIDEMIOLOGI
Trias gejala dan tanda dari kehamilan ektopik adalah riwayat keterlambatan
haid atau amenorrhea yang diikuti perdarahan abnormal (60-80%), nyeri
abdominal atau pelvik (95%). Biasanya kehamilan ektopik baru dapat ditegakkan
pada usia kehamilan 6–8 minggu saat timbulnya gejala tersebut di atas. Gejala
lain yang muncul biasanya sama seperti gejala pada kehamilan muda, seperti
mual, rasa penuh pada payudara, lemah, nyeri bahu, dan dispareunia. Selain itu
pada pemeriksaan fisik didapatkan pelvic tenderness, pembesaran uterus dan
massa adneksa.4
2.6 DIAGNOSIS
Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina
abnormal, dan amenore4
2.7 TATALAKSANA
Pada kehamilan ektopik, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa
penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap dilakukan
tindakan operasi. Kekurangan dari terapi konservatif yaitu walaupun darah
berkumpul dirongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian
dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari darah
dicavum douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan dengan
bahaya ileus. Operasi terdiri dari salpingektomi ataupun salpingo-ooforektomi.
Jika penderita sudah memiliki anak cukup terdapat kelainan pada tuba tersebut
dapat dipertimbangkan untuk mengangkat tuba. Namun jika penderita belum
mempunyai anak, maka kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi
supaya tuba berfungsi.4
2.8 KOMPLIKASI
Pada akhirnya, hal ini berpengaruh pada pemilihan tatalaksana yang tepat dan
rekomendasi terapi pada pasien dengan kejadian kehamilan ektopik berulang.
Brdasarkan pada sebuah jurnal menyebutkan bahwa, permpuan yang mengalami
kehamilan ektopik yang sebelumnya, risiko untuk terjadinya kehamilan ektopik
dikehamilan berikutnya meningkat sebanyak delapan kali. Berikut beberapa faktor
resiko yang dicurigai mempunyai potensi menyebabkan terjandinya kehamilan
ektopik berulang:
BAB 3
PRESENTASI KASUS
◦ Siklus : 28 hari
◦ Lama Haid : 3-5 hari
◦ ANC 2x di Puskesmas Takari dan 1x di dr SpOG
◦ HPHT : 20-02-2018
a. Pemeriksaan Fisik
Kepala:
Wajah: edema (-)
Mata: Konjungtiva pucat (-)|(-), Sklera kuning (-)|(-)
Hidung: Rinore (-), Epistaksis (-)
Mulut: Lidah kotor (-), mukosa lembab
Telinga: otore (-)|(-), otoragi (-)|(-)
Leher:
Pembesaran Kelenjar Getah Bening (–)
Pembesaran kelenjar tiroid (–)
Kaku kuduk (–)
Keterbatasan gerak (–)
Thoraks:
Simetris, Puting menonjol
Cor:
o bunyi jantung S1, S2 tunggal
o murmur (–)
o gallop (–)
Pulmo:
o Vesikular (+)|(+),Ronchi (-)|(-)
o Wheezing (-)|(-)
Abdomen: Inspeksi :-
Auskultasi : BU (+) kesan normal
Ekstremitas:
Akral hangat, Nadi kuat angkat, Capilary Refill Time (CRT) < 2 detik
oedem (-)
Genitalia: Perdarahan pervaginam (-), lendir (-)
VT : v/v ta’a fluxus (-) flour (-) portio licin, nyeri goyang portio (+), corpus uteri
anteflexi, adneksa parametrium sinistra terdapat massa ukuran, cavum douglass
tidak menonjol
Darah
Lengkap Satuan 16–05- 018
Hb g/dl 12,1
Eritrosit x106 5,01
Hematokrit % 37,6
Leukosit x103 8,64
Trombosit x103 202
16-05-2018
Urinalisa Satuan
Warna Kuning Kuning
jernih Agak keruh
Protein Mg/dL 1+
Darah Mg/dL 1+
18-05-2018 S : nyeri luka operasi Cek HB sito 9,3 gr/dl transfusi lagi
O : KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM Obat lanjut
TTV : : 130/90 mmHg, Nadi : 90 x / menit
RR : 20 x/menit, S : 36.5 C
Paru : vesikuler +/+,
Abdomen: luka bekas operasi
Ekstermitas : akral hangat, edema (-)
Balance cairan 07-08 April 2017= +350 cc
A : Post Salpingoovorektomi dekstra hari 1
19 -05-2018 S : (-) Aff DC, drain, by pass
O : KU : tampak sakit sedang, kesadaran CM Cefadroxil 3x1
Kesadaran: E3V4M6 Asam mefenamat 3x1
TTV : TD :120/80 mmHg, Nadi : 74 x / menit Transfusi 250 cc cek HB: 11,5 g/dl
RR : 21 x/menit, S : 36,5 C
Mata, Paru, cor : DBN
Abdomen : tampak luka operasi
Ekstermitas : CRT<2 detik
A : Post Salpingoovorektomi dekstra hari 2
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan kehamilan ektiopik, dimana buah
kehamilan terdapat dituba falopi pars ampula dekstra, tanpa mengalami ruptur tuba
atau abortus atau terganggunya hemodinamik ibu.
Usia pasien ini 33 tahun dengan riwayat sering nyeri perut dan keputihan yang
bisa mengarah kepada penyakit radang panggul. Salpingitis terutama endosalpingitis
dapat menghambat perjalanan ovum yang dibuahi kedalam cavum uteri karena dapat
terjadi penyempitan tuba dan berkurangnya silia pada tuba. Apalagi riwayat obstetri
pasien ini yang selalu melahirkan dirumah dan ditolong dukun yang diragukan
kesterilannya. Selain itu pasien ini juga pernah mengalami abortus dimana infeksi
pasca abortus/ infeksi pasca nifas dapat menyebabkan adhesi peritubal.
Trias gejala klinis klasik kehamilan ektopik adalah nyeri abdomen bagian
bawah, amenore dan perdarahan pervaginam (50%). Sekitar 40-50% pasien
menunjukkan gejala perdarahan pervaginam, 50% dapat teraba massa adnexa, dan
75% menunjukkan gejala nyeri tekan abdominal. Gejala-gejala hemodinamik ibu
tergantung pada adanya ruptur atau tidaknya tuba fallopi.
Pasien ini datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah terutama sebelah
kanan dan nyeri tekan pada perut bagian kanan tersebut. Pasien juga sudah tidak haid
sejak 3 bulan yang lalu. Saat di vaginal toucher terdapat nyeri goyang portio dan
terdapat massa di adneksa sebalah kanan. Namun tidak terdapat perdarahan