You are on page 1of 7

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

DENGAN KEJADIAN IKTERUS


DI RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
Nyun Astangunilah Yaestin
1610104183

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2017
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH


DENGAN KEJADIAN IKTERUS
DI RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
Nyun Astangunilah Yaestin
1610104183

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Untuk Dipublikasikan Pada


Program Studi DIV Bidan Pendidik
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas Aisyiyah
Yogyakarta

Oleh :
Pembimbing : Anjarwati, S.SiT., MPH
Tanggal : ………………………….

Tanda Tangan : ………………………….


HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
DENGAN KEJADIAN IKTERUS DI RS PKU
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Nyun Astangunilah Yaestin, Anjarwati


Email : nyuna_soebrata@yahoo.co.id

Latar Belakang : Angka Kematian Bayi (AKB) didunia pada tahun 2011
sebesar 29 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini meningkat pada tahun 2015 sebesar
32 per 1000 kelahiran hidup.karena adanya beberapa komplikasi seperti asfiksia,
ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi atau sepsis, trauma lahir, BBLR,
sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital. Metode : Jenis penelitian
survey analitik. Waktu penelitian pada bulan November 2016 sampai Mei 2017.
Sampel penelitian berjumlah 45 bayi.,menggunakan data sekunder. Analisa
menggunakan Chi-square. Hasil : p-value 0,025 dengan Odds Ratio (OR) adalah
5,062. Simpulan : Ada hubungan yang signifikan antara berat badan lahir rendah
dengan kejadian ikterus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Background : New born mortality in the world in 2011 was 29 occurrences


per 1000 living birth. This number increased in 2015 into 32 of 1000 living birth. It
happened because there were several complications such as asphyxia, jaundice,
hypothermia, neonatorum tetanus, infection or sepsis, birth trauma, low birth weight,
respiration disturbance syndrome, and congenital disorder. Method : The study
employed analytical study. The study was conducted from November 2016 until May
2017. The samples of the study were 45 babies with jaundice as the samples of the
study. Data collecting used secondary data. The data was analyzed by using Chi-
square. Result : p-value of 0.025 and closeness correlation reveals Odds Ratio (OR)
of 5.062. Conclusion : Therefore it can be concluded there is correlation between
low birth weight and jaundice.

PENDAHULUAN Morbiditas dan mortalitas


Ikterus adalah menguningnya dalam berat lahir bayi berisiko tinggi
sklera, kulit atau jaringan lain akibat pada kelompok BBLR dan BBLB
penimbunan bilirubin dalam tubuh sehingga membutuhkan perawatan
atau akumulasi bilirubin dalam darah neonatal yang intensif. Berat lahir
lebih dari 5 mg/ml dalam 24 jam, yang merupakan indikator penting perkiraan
menandakan terjadinya gangguan maturitas dan kemampuan neonatus
fungsional dari liver, sistem biliary, untuk bisa bertahan (Stoll, 2017).
atau sistem hematologi (Muslihatun, Angka Kematian Bayi (AKB)
2010). didunia pada tahun 2011 sebesar 29
Bayi Berat Lahir Rendah per 1000 kelahiran hidup. Angka ini
(BBLR) ialah bayi baru lahir yang meningkat pada tahun 2015 sebesar 32
berat badannya saat lahir kurang dari per 1000 kelahiran hidup. Kematian
2500 gram. BBLR tidak hanya dapat bayi ini terjadi pada tahun pertama
terjadi pada bayi prematur, tapi juga kehidupan (World Health Statistic,
pada bayi cukup bulan yang 2016).
mengalami hambatan pertumbuhan Angka Kematian Bayi (AKB)
selama kehamilan (Kader , 2014). adalah jumlah kematian bayi umur 0-
11 bulan dibandingkan dengan jumlah sebagai indikator kesehatan utama
kelahiran hidup. AKB di Kota pada ibu hamil dan janinnya. Adapun
Yogyakarta mengalami peningkatan implikasi kesehatan atas bayi
dalam 5 tahun terakhir. Pada Tahun makrosomia (≥ 4000 gram) masih
2013 angka kematian bayi sebesar kurang mendapat perhatian (Stoll,
11,8 per 1000 kelahiran hidup dan 2007).
meningkat menjadi 14,19 per 1000 Bidan merupakan salah satu
kelahiran hidup pada tahun 2014 tenaga kesehatan yang berperan aktif
(Profil Kesehatan Yogyakarta, 2015). dalam upaya penurunan angka
Berdasarkan Profil Kesehatan kematian ibu dan bayi. Bidan memiliki
Indonesia tahun 2014, Angka tanggung jawab besar dalam kesehatan
Kematian Bayi (AKB) pada tahun ibu dan anak, baik yang bertugas di
2007 adalah 34 per 1000 kelahiran desa, Puksesmas, dan rumah sakit. Hal
hidup. Tahun 2012 terdapat 32 per ini sudah tercantum dalam Permenkes
1000 kelahiran hidup. Hal ini terjadi Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
karena adanya beberapa komplikasi tentang izin dan menyelenggarakan
seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, praktik bidan pasal 11 yang berbunyi
tetanus neonatorum, infeksi atau bidan berwenang untuk pemberian
sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma konseling dan penyuluhan pada pasal
gangguan pernafasan, dan kelainan 13 yang berbunyi penanganaan bayi
kongenital maupun yang termasuk dan anak balita sakit sesuai pedoman
klasifikasi kuning dan merah pada yang ditetapkan.
pemeriksaan dengan MTBM Agama Islam dalam Al-Quran
(Kementrian Kesehatan, 2014). pada surat Al-Insiroh menerangkan
Berdasarkan Profil Kesehatan bahwa dibalik kesusahan ada
Kota Yogyakarta (2015) terdapat pola kemudahan.
sepuluh besar penyakit diantaranya Rosulloh bersabda,” Allah
adalah ikterus neonatorum. Ikterus tidak menurunkan penyakit melainkan
menempati peringkat dua setelah pasti menurunkan obatnya”. (HR.
asfiksia. Ikterus neonatorum secara Bukhari)
umum terjadi apa usia 2-7 hari setelah Hadist diatas Allah
lahir. menjelaskan bahwa setiap penyakit
Bayi berat lahir rendah pasti ada obatnya. dengan penanganan
mempunyai kecenderungan ke arah yang baik, serta tindakan yang sesuai
peningkatan terjadinya infeksi dan akan mencegah komplikasi yang
mudah terserang komplikasi. Masalah muncul seperti ikterus neonatorum.
pada BBLR yang sering terjadi adalah Hasil studi pendahuluan yang
gangguan pada sistem pernafasan, telah dilakukan di RS PKU
susunan saraf pusat, kardiovaskular, Muhammadiyah Yogyakarta, populasi
hematologi, gastro intestinal, ginjal, bayi pada tahun 2016 ada 737 bayi.
dan termoregulasi (Kementrian Jumlah persalinan pada Januari sampai
Kesehatan, 2014). Desember 2016 ada 295 persalinan
Hubungan antara berat lahir dengan bayi yang memiliki berat
dan risiko meninggal dalam tahun- badan > 2500 gram berjumlah 223
tahun pertama kehidupan telah lama (75,5%), dan yang memiliki berat
diketahui dan berat lahir sering badan lahir rendah berjumlah 72
digunakan peneliti sebagai alat ukur (24,4%). Hasil persentase tersebut
risiko mortalitas. Angka kejadian bayi adalah bayi yang dirawat di RS PKU
berat lahir rendah (BBLR) dalam suatu Muhammadiyah dan pasien yang
populasi biasanya dipertimbangkan rujukan. Angka kejadian bayi ikterus
pada bayi di RS PKU Muhammadiyah Sampel penelitian adalah bayi yang
Yogyakarta terjadi peningkatan jika mengalami ikterus dan memiliki berat
dilihat dari jumlah bayi ikterus pada badan lahir rendah dan didapatkan
penelitian sebelumnya dan dari hasil berjumlah 45 bayi. Pengumpulan data
studi pendahuluan pada penelitian ini. menggunakan data sekunder yaitu
dengan menggunakan rekam medis
METODE PENELITIAN pasien yang menjadi pasien di RS
Jenis penelitian ini adalah PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
survey analitik. Lokasi penelitian di Analisa data secara univariat dan
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. bivariat menggunakan Chi-square
Penelitian ini dilakukan pada bulan dengan SPSS 16.
November 2016 sampai Mei 2017.

HASIL ANALISIS
Tabel 6. Hasil Distribusi Frekuensi Ikterus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Kategori Frekuensi %
IkterusFisiologi 35 77,8
Ikterus Patologi 10 22,2
JUMLAH 45 100
Berdasarkan tabel 6 terlihat ikterus fisiologi yaitu 35 bayi
bahwa berdasarkan frekuensi kejadian (77,8%), bayi yang mengalami ikterus
ikterus yang lebih banyak adalah patologi yaitu 10 bayi (22,2%).

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Berat Badan Lahir Rendah di RS PKU Muhammadiyah


Yogyakarta
Kategori Frekuensi %
BBLR 31 68,9
BBLSR 14 31,1
JUMLAH 45 100
Berdasarkan tabel 7 berjumlah 31 (68,9%) dan bayi yang
menunjukan bahwa bayi yang memiliki Berat Badan Lahir Sangat
mengalami Berat Badan Lahir Rendah Rendah berjumlah 14 (31,1%).

Tabel 8. Cross Tabulasi Berat Badan Lahir Rendah dengan Kejadian Ikterus di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Kategori Ikterus Fisiologi Ikterus Patologi


F % F %
BBLR 27 60 4 8,9
BBLSR 8 17,8 6 13,3
JUMLAH 35 77,8 10 22,2
Berdasarkan hasil tabulasi Bayi yang mengalami ikterus patologi
silang didapatkan bahwa bayi yang dan merupakan bayi BBLR berjumlah
mengalami ikterus fisiologi yang 4 (8,9%), bayi yang BBLRS dan
dialami oleh bayi yang mengalami mengalami ikterus patologi berjumlah
BBLR yaitu berjumlah 27 (60%), bayi 6 (13,3%).
yang BBLRS berjumlah 8 (17,8%).
PEMBAHASAN didalam surat rujukan berat badan
1. Kejadian Ikterus lahir bayi, tanggal lahir, jenis kelamin,
Awal terjadinya ikterus dimulai dan identitas pasien. Peneliti dalam
pada janin yaitu pada saat janin melakukan penelitian menemukan
bertugas mengeluarkan bilirubin dari beberapa hal, salah satunya didalam
darah dilakukan oleh plasenta, dan penulisan rekam medis yang baru
bukan oleh hati. Setelah bayi lahir, untuk pasien rujukan ada yang
tugas ini langsung diambil alih oleh menuliskan berat badan lahir ketika
hati, yang memerlukan sampai bayi masuk rumah sakit dan ada yang
beberapa minggu untuk penyesuaian. tidak menuliskan.
Selama selang waktu tersebut, hati Bayi yang memiliki Berat
bekerja keras untuk mengeluarkan Badan Lahir Rendah (BBLR) tanpa
bilirubin dari darah. Saat proses memandang masa gestasinya baik itu
tersebut berlangsung, jumlah bilirubin bayi prematur atau cukup bulan dapat
yang tersisa masih menumpuk didalam menyebabkan tidak adanya atau
tubuh, sehingga bilirubin berwarna berkurangnya jumlah enzim yang
kuning, maka jumlah bilirubin yang diambil atau menyebabkan
berlebihan dapat memberi warna pengurangan reduksi bilirubin oleh sel
kuning pada kulit, sclera, dan jaringan- hepar, selain itu pada BBLR kenaikan
jaringan tubuh lainnya (Sukadi, 2010). bilirubin serum cendrung sama atau
Hasil penelitian Shiyam (2010) sedikit lebih lambat dari pada
Incidence of neonatal kenaikan bilirubin pada bayi cukup
hyperbilirubinemia a population based bulan tetapi jangka waktunya lebih
prospective study in Pakistan pada lama yang biasanya mengakibatkan
data tahun 2004-2006 menggunakan kadar bilirubin yang lebih tinggi
uji parametrik dengan SPSS 16 dan (Myles, 2009).
EPIDATA 6 dengan hasil penelitian Trir (2014) menyebutkan
tersebut menunjukan bahwa 46 bayi bahwa BBLR sangat rentan
yang meninggal, 14 (30%) memiliki mengalami komplikasi yaitu sindrom
diagnosis terkait penyakit kuning, dan aspirasi mekonium, hipoglikemi
penyakit kuning tersebut didominasi simptomatik penyakit membran hialin,
pada bayi yang memiliki keadaan asfiksia, neonatorum, hyperbilirub-
berat badan lahir rendah. inemia atau ikterus.
Hal ini juga sesuai dengan 3. Hubungan Berat Badan Lahir
Wiknjosastro (2010) faktor resiko Rendah Dengan Kejadian
ikterus yaitu Berat Badan Lahir Ikterus
Rendah (BBLR) , komplikasi Helen (2011) menyebutkan
kehamilan yaitu Diabetes Melitus atau bahwa ada beberapa hal yang memiliki
Gestational Diabetes Melitus (GDM), hubungan dengan ikterus neonatorum,
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau hubungan tersebut terdiri dari gejala
Preterm Premature Rupture of mayor (tampak) dan minor contohnya
Membranes (PPROM), dan Intra tingkat pendidikan. Gejala mayor yang
Uterine Growth Restriction (IUGR). dimaksud adalah Berat Badan Lahir
2. Kejadian Berat Badan Lahir Rendah, defisiensi enzim G6PD, ABO
Rendah inkompatibilitas.
Bayi yang mengalami berat Ikterus adalah perubahan warna
badan lahir rendah yang merupakan yang terjadi pada permukaan kulit,
pasien rujukan sesuai dengan tanggal konjungtiva, sclera yang menjadi
yang tercantum pada surat rujukan, kuning. Hal ini terjadi pada beberapa
dirujuk sebelum 24 jam. Tertera bayi baru lahir baik yang memiliki
berat badan lahir normal dan BBLR. Kebidanan Sarwono
Beberapa penelitian menunjukan Prawiroharjo. Jakarta:
bahwa BBLR lebih mudah mengalami Yayasan Bina Pustaka.
ikterus dibandingkan dengan bayi 6. PROFESI Volume 10 /
yang memiliki berat badan lahir September 2013 – Februari
normal. 2014. Resiko Kehamilan Pada
Kematangan pada organ bayi Usia Remaja, 10(26), 2013–
yang BBLR belum maksimal 2015.
dibandingkan dengan bayi yang 7. Profil Kesehatan DIY. Profil
memiliki berat badan lahir normal. Kesehatan DIY 2015. Dinas
Proses pengeluaran bilirubin melalui Kesehatan Kota Yogyakarta
organ hepar yang belum matang 8. Qur'an. Ar-Arum :54
menyebabkan terjadinya ikterus pada 9. Shiyam. 2010. Incidence of
bayi. Sehingga terjadi penumpukan neonatal hyperbilirubinemia: a
bilirubin dan menyebabkan warna population-based prospective
kuning pada permukaan kulit. study in Pakistan. Tropical
Medicine and International
PENUTUP Health doi:10.1111/j.1365-
1. Simpulan 3156.2010.02496.xvolume 15
Berdasarkan hasil uji hubungan no 5 pp 502–507 may 2010
menunjukan ada hubungan yang 10. Stoll, B.J. 2017. The Fetus and
signifikan antara berat badan lahir the Neonatal Infant. In:
rendah dengan kejadian ikterus Behrman R.E., Kliegman
dengan p-value 0,025 yang artinya R.M., Jenson H.B. ed. Nelson
ada hubungan antara BBLR dengan Textbook of Pediatrics. 17th
ikterus. ed. Philadelphia: Saunders,
2. Saran 671-674.
Diharapkan dapat menjadi 11. Sukadi A. 2010.
masukan untuk meningkatkan Hiperbilirubinemia. In: Kosim
motivasi dalam pemberian asuhan dan MS, Yunanto A, Dewi R,
KIE kepada orang tua bayi kaitannya Sarosa GI, Usman A,
dengan bayi yang ikterus dan penyunting. Buku Ajar
memiliki berat lahir yang rendah. Neonatologi (Edisi Ke-1).
Jakarta: Ikatan Dokter Anak
DAFTAR PUSTAKA Indonesia, 2010; p. 147-53.
1. Helen. 2011. Prevalence of 12. Trir, 2014. Komplikasi BBLR.
Neonatal Jaundice on Central Universitas Negeri Gorontalo.
Hospital, Warri, Delta State, 13. World Health Organization,
Nigeria. International Journal 2016. Global Health
of Health Research, September Observatory (GHO). online
2011; 4(3): 123-126 who.int/gho/child_health/morta
2. Kementrian Kesehatan. 2014. lity/neonatal_infant_text/en/
Profil Kesehatan Indonesia diakses 4 Maret 2017.
Tahun 2014. Jakarta: 14. Wiknjosastro. 2010. Buku
Kementerian Kesehatan RI. panduan Praktis Pelayanan
3. Myles. 2009. Buku Ajar Bidan. Kesehatan Maternal dan
Edisi 14. Jakarta: EGC. Neonatal. Jakarta : Bina
4. Permenkes Nomor Pustaka.
1464/Menkes/Per/X/2010
5. Prawiroharjo. 2008. Ilmu

You might also like