Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
NURIS AFITRIANI
201720461011083
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah suatu kelainan metabolisme kronik yang terjadi
karena berbagai penyebab, ditandai dengan konsentrasi glukosa darah
melebihi normal, disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan
kerja insulin atau kedua-duanya (Depkes RI, 2005).
Diabetes Melitus biasanya disebut dengan the silence killer karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai
macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan
penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual,
luka sulit sembuh dan membusuk atau gangrene, infeksi paru-paru, gangguan
pembuluh darah, struk dan sebagainya. Tidak jarang penderita DM yang sudah
parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan (Depkes,
2005).
Gejala khas diabetes mellitus berupa pliuria, polidipsia, lemas, dan berat
badan turun (meskipun nafsu makan meningkat), hiperglekimia, dan
glukosuria. Gejala lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan,
gatal, mata kabur, dan impoten pada pasien pria serta pruritus vulvae pada
pasien wanita, biasanya diabetes muncul pada usia diatas 40 tahun dan anak-
anak yang masing-masing berlainan sifatnya.
Jika tidak ditangani secara cepat dan tepat, dalam jangka panjang diabetes
dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Jika tidak waspada, DM bisa
mengakibatkan gangguan pembuluh darah otak (stroke), pembuluh darah mata
(gangguan penglihatan), pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner),
pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), pembuuh darah kaki (luka yang sukar
sembuh/gangren).
Pengobatan DM secara langsung terhadap kerusakan pulau-pulau
langerhans di pankreas belum ada langkah utama pengobatan dapat dilakukan
dengan cara melakukan diet, yakni mengurangi kalori dan meningkatkan
konsumsi vitamin, melakukan olah raga secara teratur, mengonsumsi obat-
obatan hipoglekimia oral, melakukan terapi insulin.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyuluhan ini adalah setelah dilakukan pendidikan
kesehatan tentang diet pada diabetes mellitus, keluarga mampu memahami
diet yang tepat, tujuan diet, syarat diet, dan komplikasi pada klien dengan
diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang diet diharapkan :
1) Menjelaskan diet pada diabetes mellitus.
2) Menjelaskan syarat diet pada diabetes mellitus.
3) Menjelaskan tujuan diet pada diabetes mellitus.
4) Perawtan pada diabetes mellitus.
5) Komplikasi pada diabetes mellitus.
D. Strategi
Media ( Alat bantu )
1. Leaflet dari puskesmas
Metode
1. Presentasi / ceramah
2. Tanya jawab
F. Seting Tempat
Keterangan:
: Pemateri
: dokumentasi
: pasien
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. Kesiapan SAP 4 hari sebelum dilakukan penyuluhan
b. Pada tanggal 10 Oktober 2018 mahasiswa melakukan kontrak waktu
dengan keluarga untuk melakukan penyuluhan pada tanggal 19 Oktober
2018.
c. Kesiapan keluaga Ny.N untuk mengikuti penyuluhan.
d. Kesiapan tempat yang akan digunakan untuk penyuluhan, tempat yang
digunakan untuk penyuluhan yaitu rumah keluarga Ny.N sendiri.
e. Kesiapan media yang akan digunakan untuk penyuluhan yaitu
menggunakan leaflet.
2. Evaluasi proses
a. Tanggal dan waktu sesuai dengan yang direncakan dengan keluaga
Ny.N, penyuluhan dimulai pada pukul 16.20 s.d selesai.
b. Sebelum melakukan penyuluhan, penyaji perkenalan diri kepada
keluarga Ny.N serta menjelaskan tujuan kegiatan penyuluhan.
c. Pemateri memulai penyampaiaan materi pada pukul 16.20 dengan topik
bahasan tentang Diet dan komplikasi DM.
d. Ketiga anggota keluarga mengikuti penyuluhan yang dilakukan.
e. Saat penyuluhan berlangsung, pasien terlihat antusias mendengarkan
penjelasan yang disampaikan oleh pemateri dan peserta aktif dalam
bertanya sekaligus melakukan diskusi tentang topik pembahasan.
3. Evaluasi Hasil
a. Anggota keluarga tidak ikut serta dalam penyuluhan hanya Ny N dan
tetangganya
b. Peserta terlihat antusias dalam bertanya dan melakukan diskusi.
c. Peserta memahami apa yang disampaikan penyaji.
d. Peserta mampu menjawab pertanyaan terkait topik bahasan penyuluhan
yang diberikan oleh pemateri.
MATERI PENYULUHAN
DIET PADA DIABETES MELLITUS
1. Diet
a. Trilogi 3 J
- J1 : Jumlah kalori harus sesuai
- J2 : Jadwal harus ditentukan sesuai jam
- J3 : Jenis makanan harus diperhatikan
b. Rumus Diet dan Kebutuhan Kalorinya
RBW = BB x 100%
TB-106
2. Tujuan
Tujuan utama yang diharapkan dari pengaturan diet ini adalah untuk
membantu pasien memperbaiki keiasaan makan dan olahraga untuk
mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik dan mampu memahami
tentang komplikasi yang bisa terjadi pada pasien DM.
Tujuan khusus yang diharapkan dari pengaturan diet pada penderita diabetes
mellitus ini adalah:
a. Mempertahankan kadar Glukosa darah mendekati normal dengan
keseimbangan asupan makanan dengan insulin (endogen atau eksogen)
atau obat hipoglikemik oral dan tingkat aktifitas.
b. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
c. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan
berat badan yang memadai orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang normal pada anak dan remaja, untuk meningkatkan
kebutuhan metabolik selama kehamilan dan laktasi penyembuhan dari
penyakit katabolik. Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan
yang dianggap dapat dicapai dan dipertahankan baik jangka pendek
maupun jangka panjang oleh orang dengan diabetes itu sendiri maupun
oleh petugas kesehatan.
d. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka
pendek, masalah yang berhubungan dengan kelainan jasmani dan
komplikasi kronik diabetes seperti : penyakit ginjal, neuropati automik,
hipertensi dan penyakit jantung.
e. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
3. Syarat Diet
Diet yang diberikan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Jumlah energi diberikan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan umur, jenis
kelamin, tinggi badan, aktivitas fisik, proses pertumbuhan, dan kelainan
metabolik.
b. Jumlah karbohidrat disesuaikan dengan kesanggupan tubuh untuk
menggunakannya, yaitu berkisar 60 – 70% dari total konsumsi.
Makanan/minuman yang mengandung gula dibatasi, dan digunakan jenis
karbohidrat kompleks/makanan yang berserat.
c. Protein berkisar 12 – 20%, dan digunakan protein yang bernilai biologi
tinggi (nilai cernanya tinggi).
d. Lemak berkisar antara 20 – 25%, dan lemak jenuh serta kolestrol tidak
dikonsumsi.
e. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan kebutuhannya.
c. Ginjal
Setelah stroke dan jantung, ginjal adalah salah satu komplikasi yang paling
sering dialami oleh penyandang diabetes melitus. Prevalensi kejadiannya
bahkan mencapai 30 persen dan diabetes disebut sebagai penyebab cuci
darah kedua tertinggi di Indonesia, setelah hipertensi. Wismandari
mengatakan, meski tidak menyebabkan kematian, komplikasi ginjal pada
penyandang diabetes melitus menyebabkan kecacatan. Sebab, ginjal
berfungsi sebagai penyaring dalam tubuh, dan kadar gula yang tinggi
secara menahun akan menganggu fungsi ginjal. Lama-kelamaan, ginjal
akan perlu terapi pengganti dengan cuci darah yang harus dilakukan tiga
kali seminggu atau transplantasi ginjal.
d. Saraf
Komplikasi saraf dialami oleh 60 persen penderita diabetes melitus. Kadar
gula tinggi yang terjadi saraf kronik akan merusak tubuh, terutama saraf
tepi. Akibatnya, penderita akan merasa kesemutan, baal, atau nyeri. Dalam
beberapa kasus, Wismandari menemukan bahwa pasiennya merasa tidak
menapak tanah atau memegang sesuatu. Walaupun tidak menyebab
kematian, komplikasi saraf bisa sangat mengganggu. Bila pasien tidak
dapat merasakan tubuhnya, ada kemungkinan dia tidak menyadari telah
terluka. Selain itu, komplikasi saraf juga dapat menyebabkan tekanan
darah rendah (hipotensi), disfungsi ereksi, gangguan pencernaan, dan
inkontinensia atau ketidakmampuan mengontrol buang air kecil dan besar.
e. Kaki diabetes
Masih terhubung dengan komplikasi sebelumnya, kaki diabetes
disebabkan oleh gangguan di saraf dan pembuluh darah pada tungkai.
Ketika pasien tidak bisa merasakan tubuhnya, luka menjadi lehih mudah
infeksi dan gangren. Kondisi ini merupakan penyebab tertinggi amputasi.
Menurut Wismandari, seorang pasien diabetes bahkan memiliki risiko
amputasi 25 kali lebih besar dari orang normal.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, RP. 2013. Faktor risiko perilaku yang berhubungan dengan kadar gula
darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di rsud kabupaten
karanganyar. Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM Undip 2(1): 1-11.
Bunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC