Professional Documents
Culture Documents
Penderita
Usia : 7 bulan
Keluarga
Ibu
Usia : 35 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
I. ANAMNESA
Penderita mengalami keluhan panas badan sejak 5 hari SMRS. Panas badan muncul
terus-menerus sepanjang hari, mendadak tinggi, siang sama dengan malam. Saat panas badan,
penderita merasa gelisah dan silau jika melihat cahaya. Tidak ada riwayat bercak kemerahan seperti
kupu-kupu di wajah, keringat berlebih, lebih suka di tempat dingin, mudah lelah, dan penurunan berat
badan tanpa sebab yang jelas.
Keluhan ini disertai dengan batuk, pilek dan mata merah. Pada hari ke 4 muncul bercak-
bercak kemerahan yang dimulai dari belakang telinga dan badan, lalu kesokan harinya menyebar ke
kaki dan tangan. Bercak kemerahan tidak terasa gatal, tidak menimbul dan basah.. Pada hari ke 6
bercak kemerahan menghilang disertai perubahan warna menjadi kecoklatan. Tidak ada keluhan
mimisan, pendarahan pada gusi, muntah darah, nyeri ulu hati, nyeri otot, tulang, dan sendi. Tidak ada
keluhan pada BAK dan BAB. Tidak ada keluhan kejang atau penurunan kesadaran.
Karena keluhannya penderita dibawa ke Klinik dan diberi obat Parasetamol yang diminum 3
kali sehari. Karena tidak ada perbaikan, maka penderita dibawa ke RSUD Pelabuhan Ratu.
Penderita baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Riwayat keluhan serupa (Campak)
di lingkungan penderita ada, yaitu kakak laki-laki pasien. Penderita tinggal bersama 4 anggota
keluarga lainnya, ventilasi cukup namun pencahayaan kurang. Sumber air minum sehari-hari
penderita berasal dari air ledeng yang dimasak telebih dahulu oleh ibu penderita. Sehari-hari nafsu
makan penderita sangat baik, penderita baru saja diberikan makanan tambahan dan sehari penderita
makan 3 kali. Riwayat imunisasi penderita lengkap. Penderita jarang sekali megalami sakit, tidak ada
riwayat sulit naik berat badan.
Keadaan Umum
Tanda Vital
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 38,00 C
Status Gizi
BB/U : >-1 SD
PB/U : >2 SD
PB/BB : <-3 SD
Kepala
Wajah simetris
makroglosia (-)
Leher
Thoraks
Pulmo
Palpasi : VF kiri=kanan
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Abdomen
Palpasi : lembut
Ekstremitas
Akral hangat
Sianosis ( - )
Clubbing ( - )
V. DIAGNOSIS BANDING
Morbili
Dengue Fever
Rubela
VII. PENATALAKSANAAN
Umum
Tirah baring
Mempertahankan status nutrisi dan hidrasi
Perawatan kulit dan mata
Perawatan lain sesuai penyulit yang terjadi
Edukasi : pemberian vaksin campak saat anak berusia 9 bulan
Khusus
Parasetamol syr 3x5 ml
Ambroxol syr 3x1 cth
Ceftriaxone 3x500 mg
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
PEMBAHASAN
Morbili (Measles/Rubeola) merupakan suatu penyakit infeksi akut yang sangat mudah menular serta
ditandai oleh ruam makulopapular, demam tinggi, dan gejala respiratorik. Di negara berkembang,
morbili masih merupakan penyebab yang cukup penting dari morbiditas dan mortalitas pada anak-
anak.
Etiologi
Morbili disebabkan oleh virus measles, suatu virus RNA dari genus Morbillivirus, famili
Paramyxoviridae. Hanya dikenal satu jenis serotipe yang diketahui. Selama periode prodromal dan
untuk waktu yang pendek sesudah timbulnya ruam, virus didapatkan pada sekret nasofaring, darah,
dan urin. Virus dapat tetap aktif untuk 34 jam pada temperatur kamar. Penularan maksimal oleh virus
terjadi melalui percikan droplet selama stadium prodromal.
Epidemiologi
Morbili merupakan penyakit endemik di seluruh dunia, dan merupakan penyakit yang sangat
mudah menular. Di negara maju, kejadian umumnya pada anak-anak usia 5-10 tahun, sedangkan di
negara berkembang umumnya pada pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Pada tahun 1999, penyakit
ini menyebabkan hampir satu juta kematian, atau sekitar 10% dari total kematian global pada anak
balita.
Transmisi terjadi terutama melalui rute respiratorik, dimana virus ini akan bermultiplikasi
secara lokal. Infeksi kemudian akan menyebar ke jaringan limfoid regional, dimana multiplikasi
selanjutnya akan terjadi. Viremia primer akan menyebarkan virus yang kemudian akan bereplikasi di
sistem retikuloendotelial. Akhirnya, viremia sekunder akan menyebarkan virus ke permukaan epitelial
tubuh, termasuk kulit, saluran pernafasan, dan konjungtiva, dimana akan terjadi replikasi fokal. Virus
measles dapat bereplikasi di dalam limfosit tertentu, yang akan membantu virus ini menyebar ke
seluruh tubuh. Multinucleated giant cells dengan inklusi intranuklear dapat terlihat pada jaringan
limfoid di seluruh tubuh. Gambaran di atas terjadi pada periode inkubasi. Pada fase prodromal, virus
dapat ditemukan di air mata, sekret hidung dan tenggorokan, urin, dan darah
Lesi utama measles ditemukan pada kulit, membran mukosa nasofaring, bronki, traktus
intestinalis, dan konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuklear serta beberapa sel
polimorfonuklear terjadi di sekitar kapiler. Hiperplasia jaringan limfoid biasanya terjadi, khususnya di
apendiks. Di kulit, reaksi yang terjadi umumnya melibatkan kelenjar sebasea dan folikel rambut.
Koplik spots berisi eksudat serosa dan proliferasi sel-sel endotelial serupa dengan yang terdapat pada
lesi kulit. Reaksi peradangan umum dari mukosa bukal/faring menyebar ke jaringan limfoid dan
membran mukosa trakeobronkus. Terjadi pneumonitis interstitial yang disebabkan oleh virus measles
(Hecht giant cell pneumonia). Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi sekunder karena
bakteri. Pada kasus ensefalomielitis yang fatal, terjadi demielinisasi perivaskular di otak dan medulla
spinalis. Pada subacute sclerosing panencephalitis (SSPE) dapat terjadi degenerasi korteks dan
substansia alba dengan badan inklusi intranuklear dan intrasitoplasma.
Manifestasi Klinis
Morbili memiliki 3 stadium klinis: periode inkubasi, stadium prodromal dengan enanthem
(Koplik spots) dan gejala ringan, dan stadium akhir dengan ruam makulopapular disertai demam yang
tinggi. Ada juga penulis yang membagi stadium klinis morbili menjadi stadium prodromal, stadium
erupsi (saat ruam muncul yang disertai dengan panas tinggi), dan stadium akhir/konvalesens (ruam
menjadi hiperpigmentasi dan kadang-kadang deskuamasi, gejala menghilang).
Stadium inkubasi berlangsung lebih kurang 10-12 hari. Peninggian temperatur ringan dapat
terjadi 9-10 hari sesudah infeksi dan lalu berkurang dalam 24 jam. Stadium prodromal biasanya
berlangsung 3-5 hari dan ditandai dengan panas ringan-sedang, batuk kering, coryza, dan
konjungtivitis. Gejala-gejala ini hampir selalu mendahului Koplik spots, tanda patognomonis untuk
morbili, dalam 2-3 hari. Enantem biasanya timbul pada palatum. Koplik spots merupakan titik
berwarna putih keabu-abuan, biasanya sekecil butiran-butiran pasir dengan areolae agak kemerah-
merahan, kadang-kadang hemoragis. Lesi ini cenderung timbul berseberangan dengan molar bawah,
tetapi dapat menyebar secara iregular ke bagian sisa dari mukosa bukal, serta jarang terjadi di bagian
tengah bibir bawah, palatum, dan krunkel lakrimal. Lesi ini timbul dan menghilang dengan cepat,
biasanya dalam 12-18 jam. Adanya peradangan konjungtiva dan fotofobia dapat mendukung
kecurigaan ke arah morbili sebelum timbulnya Koplik spots. Kadang-kadang fase prodromal dapat
berat dengan panas mendadak tinggi, disertai dengan kejang atau pneumonia. Biasanya coryza, panas,
dan batuk bertambah berat sampai saat ruam menutupi seluruh tubuh.
Temperatur akan meninggi mendadak pada waktu timbul ruam dan seringkali mencapai 40-
40,5oC. Ruam biasanya mulai dengan sedikit makula pada bagian leher lateral atas, di belakang
telinga, sepanjang batas rambut dan pada bagian belakang pipi. Lesi berubah menjadi makulopapula
begitu ruam menyebar cepat ke seluruh muka, leher, tangan bagian atas, dada bagian atas dalam
waktu lebih kurang 24 jam pertama. Dalam 24 jam, menyebar ke punggung, abdomen, seluruh tangan,
dan paha, akhirnya mencapai kaki pada hari ke 2-3, sedangkan pada muka mulai menghilang.
Menghilangnya ruam ke bawah seperti pada waktu timbulnya. Pada kasus-kasus yang ringan ruam
tidak merupakan makula tetapi lebih menyerupai titik-titik seperti gambaran pada demam skarlet atau
rubella. Pada morbili yang berat, ruam bersatu, seluruh kulit tertutup termasuk telapak tangan dan
kaki, dan mukanya bengkak tidak berbentuk. Ruam sering sedikit berdarah. Pada kasus yang berat
dengan ruam yang bersatu, dapat timbul petekiae dalam jumlah banyak, dan dapat terjadi ekimosis
yang ekstensif. Tidak ditemukannya ruam sama sekali jarang terjadi kecuali pada pasien yang telah
menerima imunogloulin saat periode inkubasi, pada beberapa penderita AIDS, dan mungkin pada
bayi-bayi yang berumur < 9 bulan yang masih mempunyai antibodi ibu dalam darahnya. Pada tipe
yang hemoragik (black measles), perdarahan dapat terjadi dari hidung, mulut, atau usus.
Biasanya terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut rahang dan servikal posterior, dan
dapat disertai dengan splenomegali ringan. Pembesaran kelenjar limfe mesenterium dapat
menimbulkan sakit pada abdomen. Perubahan patologik yang khas dapat terjadi pada mukosa
appendiks, menyebabkan obliterasi lumen dan gejala-gejala appendisitis. Hal ini cenderung berkurang
dengan hilangnya Koplik spots. Otitis media, bronkopneumonia, dan gejala-gejala gastrointestinal
seperti diare dan muntah-muntah lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak kecil (terutama
malnutrisi) daripada anak-anak yang lebih besar. Komplikasi yang dapat terjadi pada morbili antara
lain otitis media akut, bronkopneumonia, laringotrakeobronkitis, ensefalitis, SSPE, diare persisten,
reaktivasi atau memberatnya penyakit TB, miokarditis, trombositopenia, black measles, dan
perburukan status gizi.
Biasanya dibuat berdasarkan gambaran klinik yang khas. Konfirmasi laboratorium jarang
diperlukan. Selama stadium prodromal, dapat ditemukan sel raksasa multinuklear pada apusan
mukosa hidung. Virus dapat diisolasi dalam jaringan kultur dan dapat diukur peninggian titer antara
serum akut dan konvalesens. Jumlah leukosit cenderung rendah dengan limfositosis relatif. Pada
pemeriksaan pungsi lumbal pada ensefalitis karena measles dapat ditemukan protein meninggi,
limfosit sedikit meninggi, sedangkan glukosa normal.
Diagnosis Banding
Pengobatan
Tidak ada terapi antiviral yang spesifik sehingga terapi yang diberikan sepenuhnya suportif,
seperti istirahat, pemberian antipiretik, dan mempertahankan status nutrisi dan hidrasi, serta
perawatan lain yang sesuai dengan penyulit yang terjadi. Antibiotik diberikan bila ada infeksi
sekunder oleh bakteri. Vitamin A dosis tinggi diberikan karena seringkali terjadi hiporetinemia pada
kasus morbili. Dosis yang diberikan adalah 100.000 unit dosis tunggal per oral (usia 6 bulan-1 tahun),
200.000 unit dosis tunggal per oral (usia > 1 tahun). Dosistersebut diulangi pada hari ke-2 dan 4
minggu, kemudian diberikan lagi bila telah terdapat tanda-tanda defisiensi vitamin A.
Pencegahan
Pencegahan morbili dapat dilakukan dengan imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif
biasanya diberikan pada usia 15 bulan, tetapi dapat diberikan lebih awal (di Indonesia pada usia 9
bulan). Imunisasi pasif dapat diberikan berupa serum dewasa, serum konvalesens, globulin plasenta,
atau gamma globulin, yang efektif untuk pencegahan dan meringankan morbili. Gamma globulin
dapat diberikan dalam waktu 5 hari sesudah terpapar, tetapi lebih disukai sesegera mungkin.
Prognosis
Biasanya sembuh dalam 7-10 hari setelah timbul ruam. Bila ada penyulit infeksi
sekunder/malnutrisi berat maka prognosisnya lebih buruk. Kematian umumnya disebabkan oleh
penyulit seperti pneumonia dan ensefalitis.