You are on page 1of 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEHAMILAN POST MATUR

KEPERAWATAN MATERNITAS

MAKALAH

oleh

Kelompok 13

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEHAMILAN POST MATUR
KEPERAWATAN MATERNITAS

MAKALAH

disusun sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Maternitas dengan


dosen pengampu: Ns. Ratna Sari H, M.Kep.

oleh
Kelompok :

FajarKharisma 142310101060
Mila Yuni Sahlia 142310101090

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan


rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Post Matur”dengan
tepat waktu. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Lantin Sulistyorini, S.Kep.,M.Kes. selaku ketua program studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember,
2. Ns.Ratna Sari H, S.Kep.,M.Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Maternitas yang selalu memberikan masukan dalam penulisan
makalah ini.
3. teman - teman yang selalu memberikan dukungan pada saat penulisan
makalah, dan
4. semua pihak yang memberikan bantuan dalam penyelesaian makalah.
Penulis menyadari didalam penyusunan dan penulisan makalah ini banyak
kekurangannya dari segi teknik dan metode penulisan yang jauh dari sempurna.
Merupakan suatu penghargaan bagi penulis apabila ada saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Jember, September 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN. ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang. .................................................................... 1
1.2 Tujuan. .................................................................................. 2
1.3 Implikasi Keperawatan. ...................................................... 2
BAB 2. TINJAUN TEORI. ...................................................................... 3
2.1 Pengertian. ............................................................................ 3
2.2 Epidemiologi. ........................................................................ 3
2.3 Etiologi. ................................................................................. 3
2.4 Tanda Dan Gejala. ............................................................... 5
2.5 Patofisiologi dan Pathways. ................................................ 6
2.6 Komplikasi dan Prognosis................................................... 10
2.7 Pencegahan. .......................................................................... 10
2.8 Penatalaksanaan .................................................................. 11
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN..................................................... 15
3.1 Pengkajian. ........................................................................... 15
3.2 Diagnosa. ............................................................................... 21
3.3 Perencanaan. ........................................................................ 22
3.4 Pelaksanaan .......................................................................... 26
3.5 Evaluasi. ................................................................................ 29
BAB 4. PENUTUP. .................................................................................... 31
4.1 Kesimpulan ............................................................................ 31
4.2 Saran. ..................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 32

iii
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang
sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim).
Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal
periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan tersebut pasti
diharapkan berjalan dengan lancar dan dalam kondisi sehat. Namun tidak
menutup kemungkinan terjadi kondisi yang tidak diinginkan (patologis) dalam
kehamilan. Salah satu kondisi tersebut adalah kehamilan post matur.
Penyebab pasti kehamilan lewat waktu (post matur) sampai saat ini belum
diketahui. Tetapi diperkirakan karena ketidakpastian tanggal haid terakhir,
terdapat kelainan kongenital anensefalus, terdapat hipoplasia kelenjar adrenal,
primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan, jenis kelamin janin laki-laki
juga merupakan pedisposisi, dan faktor genetik.
Menurut Wong, 2009 insiden kasus kelahiran bayi post matur adalah 3,5%
sampai 15% dari semua kehamilan. Beberapa tampak cukup gestasinya, namun
memperlihatkan sifat bayi yang telah berusia 1 sampai 3 minggu, seperti tidak
adanya lanugo, verniks dan kaseosa sedikit atau tidakada, rambutkepalabanyak,
dan kuku panjang.
Terdapat peningkatan bermakna mortalitas fetal dan neonatal pada bayi
post-term dibandingkan yang lahir aterm. Biasanya mereka peka terhadap distress
fetal sehubungan dengan rendahnya efisiensi plasenta, makrosomia, anomaly
bawaan, dan sindroma aspirasi mekoneum. Resiko tertinggi terjadi selama stress
persalinan dan kelahiran, terutama pada bayi primigravida, atau wanita yang
melahirkan anak pertama. Sesar atau induksi persalinan biasanya
direkomendasikan bila bayi terlambat. Berbagaimasalah keperawatan dapat
muncul pada bayi dengan kelahiran postmatur yaitu mulai dari resiko asfiksia,
gangguan nutrisi, dan gangguan integument
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin membuat makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Kehamilan Post Matur”.
2

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui pengertian
1.2.2 Untuk mengetahui epidemologi
1.2.3 Untuk mengetahui etiologi
1.2.4 Untuk mengetahui tanda dan gejala
1.2.5 Untuk mengetahui patofisiologi dan pathways
1.2.6 Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis
1.2.7 Untuk mengetahui pencegahan
1.2.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan

1.3 Implikasi Keperawatan


1.3.1 Perawat dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai
Kehamilan Post Matur sehingga nantinya dapat melakukan asuhan
keperawatan secara profesional.
1.3.2 Perawat diharapkan dapat menjadi pedamping yang cermat untuk klien
dalam memberikan asuhan keperawa tanterkait Kehamilan Post Matur.
1.3.3 Perawat dapa tmemberikan edukasi pada klien sehingga klien dapat
memahami tentang Kehamilan Post Matur dan penatalaksanaannya.
3

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan
medis yang terjadi pada ibu hamil dan ibu yang akan bersalin. kehamilan
postmatur adalah kehamilan yang melampaui umur 294 hari (42 minggu)
dengan segala kemungkinan komplikasinya (Manuaba, 1999).

Kehamilan post matur adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih
dari 42 minggu lengkap di hitung dari HPHT (Hari pertama Haid Terakhir).
Biasanya usia kehamilan normal antara 38-42 minggu. Namun, sekitar 3,4-
14% atau rata-rata 10% kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih.
Prevalensi diatas bervariasi tergantung pada kriteria yang di pakai oleh
peneliti (Prawirohardjo, 2008).

2.2 Epidemiologi
Insiden kelahiran postmatur jauh lebih umum daripada prematur. Ada
sekitar 7% bayi dilahirkan postmatur, meskipun faktanya mungkin tidak
semuanya benar-benar postmatur. Kelahiran postmatur sebenarnya diduga
karena kesalahan dalam menghitung awal kehamilan, yaitu hanya sekitar 2-
3% yang betul-betul postmatur.
Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara
3,5-14%. Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan lewat
waktu lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan, di mana angka
kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5-7%.

2.3 Etiologi
Penyebab dari kehamilan post matur ini masih belum diketahui secara jelas.
Menurut ( Sarjowo, 2010) beberapa teori yang diajukan antara lain :
1. Pengaruh progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan merupakan
perubahan endokrin yang dapat memacu proses biomolekur pada saat
persalinan dan meningkatkan sensitivitas unterus terhadap oksitosin,
4

sehingga terjadi kehamilan post matur karena masih dipengaruhi


progesteron.

2. Teori oksitosin
Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan,
secara fisiologis memiliki peranan penting dalam menimbulkan
persalinan dan pelepasan okstitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang
kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu peyebab
kehamilan post matur.
3. Teori Kortisol/ ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk
dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan kadar
kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta
sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi
estrogen, yang dapat berpengaruh terhadap meningkatnya produksi
prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anasefalus, hipoplasia
adrenal janin dan tidak adanya kalenjar hipofisis pada janin akan
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga
kehamilan dapat berlangsung lewat bulan
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
meningkatkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada
tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek
dan bagian bawah masih tinggi kesemuannya diduga sebagai
penyebab terjadinya kehamilan post matur.
5. Herediter
Bebrapa penuulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan post matur mempunyai kecenderungan untuk melahirkan
lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren menyatakan bahwa
jika ada seorang ibu menngalami kehamilan pot matursaat melahirkan
anak perempuan, makan kemungkinan besar anak perempuan tersebut
akan mengalami kehamilan post matur.
5

Menurut ( Bayu,2009) penyebab post matur belum diketahui, faktor


yang dikemukakan adalah:

1. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat menurun walaupun


kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap
okstitosin berkurang.
2. Herediter, karena post maturitas sering dijumpai pada suatu
keluarga tertentu
3. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan
kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His
4. Kurangnya air ketuban
5. Insufisiensi plasenta

2.4 Tanda dan Gejala


Tanda post matur dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono Prawirohardjo) :
1. Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa
kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2. Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
3. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat

Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998)

1. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)


2. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
3. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
4. Verniks kaseosa di bidan kurang
5. Kuku-kuku panjang
6. Rambut kepala agak tebal
7. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
6

2.5 Patofisiologi dan Pathways


Faktor hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun
walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus
terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar, Rustam, 1999). Diduga adanya
kadar kortisol yang rendah pada darah janin membuat kadar esterogenn
meningkat. Hal tersebut dapat menurunkan oksitosin sehingga kepekaan
uterus terhadap oksitosin berkurang. Akibatnya produksi protaglandin
tidak maksimal sehingga penipisan serviks tidak terjadi dan terjadi
kehamilan post matur.
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu
dan kemudian mulai menurun terutam setelah 42 minggu. Hal ini dapat
dibuktikan dengan penurunan estriol dan plasental laktogen. Rendahnya
fungsi plasenta beraitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan
dengan resiko 3 kali. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta
tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO/CO2 akibat tidak
timbul his sehingga pemasakan nutrisi dan O2 menuun menuju janin di
samping adanya spasme arteri spiralis menyebabkan janin resiko asfiksia
sampai kematian dalam rahim. Makin menurun sirkulasi darah meuju
sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat
dan penuruanan berat disebut dismatur sebagian janin bertambah besar
sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan
metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang dan makin kental
menyebabkan perubahan abnormal jantung janin ( Wiknjosastro, H. 2009,
Manuaba, G.B.I, & Mochtar R, 2009).
7

A.BAYI POST TERM

Hormonal Saraf uterus Herediter

Kortisol plasma Regangan dinding


uterus oleh isi
konsepsi tidak ada

Esterogen Progesteron

Tekanan isi konsepsi


pada pleksus saraf
Oksitosin Frankenhausertidak
ada

Kepekaan uterus-
oksitoin menurun Stimulasi (pacemaker)
bagi kontraksi otot polos
uterus tidak timbul.
Produksi
prostaglandin tidak
maksimal
Kontraksi uterus
tidak terjadi
Penipisan Serviks Tidak
Terjadi

Kehamilan
postmatur
8

O2 ke jaringan
Kehamilan janin berkurang
postmatur
MK: Gangguan
perfusi jaringan
Fungsi plasenta Insufisiensi Kompresi tali
baik plasenta pusat
GawatJa
Janin terus tumbuh nin,
Spasme arteri Reflek vagus janindist
spiralis plasenta res
LGA (Large for
Gestasional Age Terbukanya
Sirkulasi sfingter ani
uretroplasenta
DistosiaBahu menurun
Mekonium keluar
dan bercampur
NutrisiBerkura Suplai oksigen amnion
MK:
ng dan nutrisi
GangguanNutrisikurang
menurun
darikebutuhantubuh
Amnion kental

Penggunaan Metabolisme Absorpsi


Bayi
cadangan lemak anaerob cairan amnion
Aspirasi mekonium asfik
sia
Lemaksubkutan Terbentuk Oligohidramnion Gangguan pernafasan
menurun badan keton
pada janin
9

Kulitmenge Asidosis Frek. Gerak Hipoksia


lupas janin menurun intrauteri
Gas darah
abnormal

Kulit kering dan


Suhu tubuh
pecah-pecah
tidak stabil

MK: Gangguan MK: Gangguan


MK: Kerusakan
termoregulasi: pertukaran gas
integritas kulit
hipotermi
10

2.6 Komplikasi dan Prognosis


2.6.1. Komplikasi
Umumnya mengenai janin (Achida, 2004)
1. kelainan kongenital
2. sindroma aspirasi mekonium (meconeum aspiration syndrome)
3. gawat janin dalam persalinan
4. bayi besar (makrosomia) atau pertumbuhan janin terhambat (PJT)
5. kelainan jangka panjang pada bayi

Komplikasi pada janin yang terjadi saat kehamilan post matur


(Prawirohardjo, 2008)

1. Gawat janin
2. Gerakan janin berkurang
3. Kematian janin
4. Asfiksia neonaturum dan dan kelainan letak

2.6.2. Prognosis
Pada kehamilan 43 minggu jumlah kematian janin atau bayi 3 kali
lebih besar pada kehamilan 40 minggu karena post maturitas akan
menambah bahaya pada janin. Pengaruh post maturis pada janin
bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang
berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi
kematian janin dalam kandungan.

2.7 Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang
teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum
12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu)
dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan,
pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia
11

7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7-8 bulan dan seminggu sekali pada
bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar
usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.
Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan
merupakan perhitungan yang lebih tepat. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat
tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah
hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam
seminggu). Misalnya, hari pertama haid terakhir Bu X jatuh pada 2 Januari 1998.
Saat ini tanggal 4 Maret 1998. Jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir adalah
61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka 8,7. Jadi, usia kehamilannya saat
ini 9 minggu.

2.8 Penatalaksanaan
Menurut Arif Mansjoer (2000) penatalaksanaan kehamilan lewat waktu bila
keadaan janin baik dapat dilakukan dengan cara:
1. Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan
janin dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian, Bila hasil positif, segera
lakukan seksio sesarea.
2. Induksi Persalinan. Induksi persalinan merupakan suatu usaha supaya
persalinan mulai berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his.
Ada dua cara yang biasanya dilakukan untuk memulai proses induksi,
yaitu mekanik dan kimia. Kedua cara ini pada dasarnya dilakukan untuk
mengeluarkan zat prostaglandin yang fungsinya sebagai zat penyebab otot
rahim berkontraksi.

a. Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti


menggunakan metode stripping, vibrator, kateter, serta memecahkan
ketuban.
b. Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang
diberikan dengan cara diminum, dimasukan ke dalam vagina,
diinfuskan, atau pun disemprotkan pada hidung. Biasanya, tak lama
12

setelah salah satu cara kimia itu dilakukan, ibu hamil akan merasakan
datangnya kontraksi

Penatalaksanaan pada bayi post matur antara lain:

1.Bila bayi mengalami ketidakefektifan termoregulasi tindakan yang diberikan


antara lain :

a. Hangatkan inkubator atau penghangat radian sebelumnya, pastikan


bahwa handuk dan atau selimut yang tipis yang telah dihangatkan telah
tersedia. Pertahankan suhu ruang bersalin pada suhu 22 C, dengan
kelembaban relatif 60%-65%.
b. Bersihkan bayi baru lahir, dari darah dan verniks yang belebihan,
khususnya yang ada di kepala, dengan handuk yang telah dihangatkan
sebelumnya
c. Letakkan bayi baru lahir di bawahpenghangat radian
d. Bungkus bayi dengan selimut yang telah dihangatkan dan pindahkan
bayi ke ibu.
e. Rangkul bayi sehingga menempel pada dada ibu dan dibedong dengan
selimut yang hangat

2.Resiko cidera

a. Evaluasi dengan alat elektronik respon denyut jantung janin terhadap


kontraksi uterus selama asuhan intrapartum
b. Kaji kadar glukosa darah dengan menggunakan strip kimia sebelum
pemberian ASI dan sebelum 2 jam setelah kelahiran
c. Kaji tanda-tanda hipoglikemi
d. Ajarkan orang tua untuk memperkirakan perubahan pada kemampuan
infan
e. Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan konstan terhadap infan

Menurut Mochtar (1998), setelah usia kehamilan lebih dari 40 – 42


minggu adalah monitoring janin sebaik – baiknya. Apabila tidak ada tanda –
13

tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan


pengawasan ketat. Apabila ada insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks
belum matang, pembukaan belum lengkap, persalinan lama, ada tanda-tanda
gawat janin, kematian janin dalam kandungan, pre-eklamsi, hipertensi
menahun dan pada primi tua makan dapat dilakukan operasi seksio sesarea.
Keadaan yang mendukung bahwa janin masih dalam keadaan baik,
memungkinkan untuk menunda 1 minggu dengan menilai gerakan janin.

Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode


antara lain:

1.Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon)

Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin, sintosinon 5 unit


dalam 500 cc glukosa 5%, banyal digunakan. Teknik induksi dengan infus
glukosa lebih sederhanan dan mulai dengan 8 tetes dengan maksimal 40
tetes/menit. Kenaikan tetesan 4 hingga 8 tetes setiap 5 menit sampai kontraksi
optimal. bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan
tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan. Apabila terjadi kegagalan,
ulangi persalinan anjuran dengan selang waktu sampai 48 jam.

2.Memecahkan ketuban

Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat


persalinan. setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan
harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung. Apabila belaum berlangsung
kontraksi otot rahim dapa diikuti induksi persalinan dengan infus glukosa
yang mengandung 5 unit oksitosin.

3.Persalinan anjuran yang menggunakan protaglandin

Prostaglandin berfungsi untuk merangsang kontraksi otot rahim.


pemakaian prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bendtuk
infus intravena dan perwaginam (prostaglandin vagina suppositoria).
14

Menurut Achadiat (2004), penatalaksanaan post matur tanpa patologi lain,


yaitu:

1.Pasien dirawat

2.Pemeriksaan laboratorium Non Stres Test (NST) dan USG

3.NST reaktif periksa keadaan serviks

4.Servik matang (BS) lebih dari 9 dapat langsung diinduksi

5. Jika serviks belum matang, perlu dimatangkan dulu

6.Bila terdapat patologi lain (misalnya preeklamsi berat, bekas SC, dsb), maka
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan dengan SC

7. Jika induksi gagal atau terrjadi gawat janin, dilakukan SC.


15

BAB 3. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS

Kasus

Ny.W (35 th) merupakan istri dari Tn.D (38 th). Ny. W datang ke rumah
sakit cinta bunda untuk memeriksakan kehamilannya.Kehamilan yang dialami Ny
W merupakan kehamilan yang kedua, sebelumnya Ny W pernah mengalami
kehamilan post matur pada kehamilan yang pertama. kehamilan Ny. W sudah
berlangsung lama namun belum juga melahirkan. Diketahui sudah 46 minggu Ny.
W hamil. Setelah diperiksa oleh dokter kandungan ternyata kehamilan Ny. W
sudah lewat waktu (kehamilan post matur). Dokter menyarankan untuk dilakukan
SC.
Setelah dilakukan SC, bayi keadaan bayi Ny. W tercatat sebagai berikut :
Tanggal Lahir Bayi : 12 September 2016, Jam : 13.20 WIB.Berat badan lahir :
4000 gram. Panjang badan : 54 cm, Lingkar kepala : 33 cm, lingkar dada : 36
cm.Denyut Jantung : 165 x/mt, pernafasan : 75 x/mt.Bunyi pernafasan paru-paru
kiri kanan : Vesikuler, Ronchi/whezing : tidak terdengar.Suhu : 34C.
4.1 Pengkajian
4.1.1 Pengkajian Ibu
a. Identitas klien
Identitas klien diperlukan untuk melengkapi data yang dibutuhkan untuk
mempermudah penanganan dan perawatan serta penanggung jawab
perawatan klien atau pasien.Identitas klien diantaranya meliputi:
1) Nama : Ny. W
2) Usia : 35 tahun
3) Jenis kelamin : perempuan
4) Agama : Islam
5) Suku bangsa/ras : Batak
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8) Status perkawinan: menikah
16

b. Keluhan utama
Ny. W mengeluhkan kehamilan nya telah lewat dari taksiran
persalinannya yaitu 46 minggu, tidak datang haidl >10 bulan dan
gerakan janin kurang dari biasanya.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan terdahulu
Ny. W pernah mengalami kehamilan post matur sebelumnya.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Ny. W tidak memiliki penyakit yang serius.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang serius.
d. Riwayat Obstetri
1) Riwayat perkawinan
Ny W menikah pada umur 25 tahun. Selama 1 tahun
menikah Ny W hamil anak pertama dengan post matur. Setelah
7 tahun kemudian Ny W hamil anak kedua.
2) Riwayat menstruasi
Ny W hari pertama haid terakhir pada tanggal 14 november
2015. Setelah itu Ny W tidak datang haid > 10 bulan.
3) Riwayat kehamilan
Ny W pernah mendapat imunisasi TT. Ny W tidak permah
mengkonsumsi obat-obatan selama hamil dan tidak memilki
penyakit yang berhubungan dengan kehamilannya.
4) Riwayat Kontrasepsi
Ny W tidak pernah mengguakan alat kotrasepsi atau KB
apapun.
5) Riwayat Sosial, ekonomi, dan budaya
hubungan Ny. W dengan suami, keluarga dan masyarakat
berjalan dengan baikKondisi ekonomi keluarga Ny. W tergolong
kurang.
6) Riwayat spiritual
17

Ny. W masih dapat melakukan ibadah agama dan


kepercayaannya dengan baik. Spiritual (ibadah) sangat diperlukan
pada saat hamil untuk menumbuhkan rasa percaya diri saat
menghadapi persalinan.
7) Riwayat psikologis
Ny. W cemas dan gelisah dengan kehamilannya.
e. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Persepsi terhadap Kesehatan dan Penyakit
Ny. W jarang memeriksakan kehamilannya ke dokter ataupun ke
bidan. Ny. W memeriksakan kehamilan hanya pada saat merasa
bahwa kehamilannya sudah berlangsung lama.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Ny. W memiliki riwayat ketidakcukupan nutrisi sehingga terjadi
penurunan jumlah air ketuban.
3) Pola Eliminasi
Menurut etiologi, pola eliminasi tidak berpengaruh terhadap
kehamilan postterm.
4) Pola Istirahat dan Tidur
Ny. W mengalami gangguan istirahat dan tidur, hal ini
disebabkan oleh rasa cemas yang timbul dari kehamilannya yang
melewati bulan.
5) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Ny. W mengalami kecemasan dengan kondisi yang sedang
dialaminya dan keselamatan janin yang sedang dikandung.
6) Pola Aktivitas dan Latihan
Ny. W mudah letih dalam beraktivitas. Hal ini disebabkan bayi
yang terus tumbuh dalam rahim memerlukan nutrisi yang tidak
sedikit dikarenakan bayi tumbuh semakin besar.
7) Pola Hubungan dan Peran
Ny. W masih bisa berhubungan baik dengan lingkungan
sekitarnya dan masih bisa menjalankan perannya dirumah maupun
dimasyarakat.
18

8) Pola Reproduksi dan Seksual


Ibu dengan kehamilan postterm biasanya mengalami penurunan.
hal ini disebabkan oleh meningkatnya produksi hormone
progesterone dan adanya kecemasan ibu akan kesehatan bayi dalam
kandungan.
9) Pola Koping dan Toleransi Stres
Dukungan keluarga Ny. W sangat berpengaruh dalam
memotivasi dirinya untuk mengurangi tingkat kecemasan yang
dirasakanolehibudengan post term.
10) Pola Keyakinan dan Nilai
Ny. W meyakini bahwa kondisi yang dialaminya merupakan
takdir dari Tuhan YME.
f. Pemeriksaan FisikIbu dengan Post term
Adapun pemeriksaan fisik didapatkan hasil:
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Compos Mentis
3) Keadaan emosional : Cemas
4) Tanda – tanda vital :
a) Tekanan darah : 120/80 mmHg
b) Suhu tubuh : 36,7 oC
c) Denyut nadi : 87 kali/menit
d) Pernapasan : 22 kali/menit
5) BB sebelum hamil : 58 Kg
6) BB sekarang : 68 Kg
7) LILA : 25 cm.
8) Kepala dan Wajah
a) Mata
Konjunctiva Ny. W terlihat anemis
b) Hidung
Saat hamil Ny. W tidak pernah mengalami gangguan pada
hidung.
c) Telinga
19

Saat hamil Ny. W tidak pernah mengalami gangguan pada


telinga.
d) Mulut dan gigi
Kondisi gigi dan mulut Ny. W baik. Tidak terdapat stomatitis
maupun gigi berlubang.
e) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, JVP normal.
f) Dada
Jantung : suara jantung normal
Paru : tidak ada suara napas tambahan.
Payudara:
- Kesan umum
Payudara simetris. Tidak terjadi terjadi hiperpigmentasi
areola. palpasi tidak terdapat nodul yang abnormal.
- Putting susu
Putting terlihat bersih.
g) Punggung, pinggang, posisi tulang belakang
- Posisi tulang belakang : Lordosis
- Nyeri pada pinggang : Tidak ada
h) Abdomen
- Keadaan
1.) Leopold I
Tinggi Fundus Uteri (TFU) 2 jari dibawah PX, bagian
fundus teraba bulat, tidak melenting dan lunak yang
kemungkinan adalah bokong janin. TFU= 40 cm
2.) Leopold II
Pada bagian kanan perut ibu teraba bagian kecil-kecil
adalah ekstremitas janin, sedangkan bagian perut kiri teraba
keras memanjang, ada tahanan yaitu punggung janin. Nilai
DJJ normal adalah 120 – 140 kali/menit.
3.) Leopold III
20

Bagian bawah janin teraba bulat kersa ada lentingan


dan tidak adda goyangan. Jika kepala tidak bisa digoyang
makan sudah masuk PAP ( pintu atas panggul).
4.) Leopold IV
Kepala sudah masuk pintu atas panggul (PAP)
devergen.
i) Ekstermitas atas dan bawah
Terdapat Varises dan edema karena terdapat gangguan
sirkulasi dari ekstremitas bawah menuju jantung akibat dari
penekanan uterus terhadap vena femoralis sehingga alir darah
balik ke vena cava inferior terhambat dan terbentuk bendungan
di vena bawah.
j) Urogenital
Urogenital terlihat bersih, tidak ada tanda keputihan. Tidak
ada hemoroid pada rektum.

4.1.2 PengkajianBayi
A. Bayi Post Term
1. Kondisi Umum
a. Tonus otot : Lunak (tonus otot menurun)
b. Kulit :
1) Warna : Pucat, sianosis, sebagian terwarnai oleh mekonium
2) Tekstur : kering, mengelupas, dan pecah-pecah
c. Tangisan : Lemah
2. Pengukuran
a. Berat badan : 4000 gram (makrosomia)
b. Panjang : 54 cm
c. Lingkar kepala : 33 cm
d. Lingkar dada : 36 cm
2. Tanda-tanda Vital
a. Suhu : 34o C
21

b. Pernapasan : dispnea, bayi kesulitan bernafas, adanya


pernapasan cuping hidung, 75 kali/menit.
c. Nadi : 165 kali/menit (Takikardi)
3. Kepala
a. Bentuk : simetris, ukuran dalam batas normal
b. Ubun-ubun : datar, keras
c. Wajah : ukuran kecil, bayi tampak tua
d. Mata : mata lebar dan sudah terbuka
e. Mulut : bibir, gusi, palatum utuh. Adanya
mekonium pada trakea/jalan napas bayi (melihat kondisi dalam
mulut), bibir pucat
f. Hidung : simetris, lubang hidung paten, septum utuh.
g. Telinga : kartilago terbentuk dengan baik, simetris
kanan-kiri
4. Leher : pendek, tebal, rentang gerak terbatas, tidak
ada massa
5. Toraks : simetris, prosesus xifoid deus menonjol
a. Bunyi nafas : peningkatan bunyi nafas, adanya bunyi
nafas tambahan
b. Payudara : simetris, datar dengan putting tegak.
6. Abdomen : simetris, agak menonjol, tidak ada massa
7. Genetalia : perempuan.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang bisa ditegakkan dari data diatas adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan aspirasi
mekonium ditandai dengan Terlihat adanya mekonium pada trakea/jalan
napas bayi, adanya suara napas tambahan, bayi terlihat kesulitan bernafas
dan menangis, dan Dispnea
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas,
asfiksia ditandai dengan Dispnea, Pernapasan cuping hidung, Terlihat bayi
menggunakan otot aksesorius untuk bernapas, dan RR 75x/m.
22

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen


keseluruh tubuh bayi, sianosis ditandai dengan Waktu pengisian kapiler
(CRT) > 3 detik, Warna kulit pucat, Kulit teraba dingin, Sianosis, dan
Nadi 175x/m
4. Gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan suhu tubuh tidak
stabil akibat penurunan lemak subkutan ditandai dengan Suhu 34o C, Kulit
bayi teraba dingin, dan Bayi terlihat menggigil.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan nutrisi janin menurun,
berkurangnya lemak subcutan ditandai dengan Kerusakan lapisan kulit,
Kulit kering, mengelupas, pecah-pecah, longgar dan berkerut.

4.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan 1. Pastikan kebutuhan
bersihan jalan keperawatan selama 2x24 jam oral/tracheal suctioning
napas berhubungan diharapkan bersihan jalan nafas 2. Hisap hidung dan orofaring
dengan aspirasi pasien kembali normal dengan dengan hati-hati, sesuai
mekonium kriteria hasil: kebutuhan
1. Menunjukkan jalan napas yang 3. Auskultasi suara napas
paten (frekuensi napas dalam sebelum dan sesudah
rentang normal, tidak ada suctioning
suara napas abnormal). 4. Berikan oksigen
2. Suara nafas bersih, tidak ada menggunakan nasal untuk
sianosis dan dispnea memfasilitasi suction
nasotrakeal
5. Monitor status oksigen
pasien
6. Buka jalan napas, gunakan
teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
23

7. Monitor respirasi dan status


oksigen
2. Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan 1. Buka jalan napas, gunakan
pola napas keperawatan selama 2x24 jam teknik chin lift atau jaw
berhubungan diharapkan pola napas pasien thrust bila perlu
dengan obstruksi kembali normal dengan kriteria 2. Posisikan pasien untuk
jalan napas, hasil: memaksimalkan ventilasi
asfiksia 1. Suara nafas bersih, tidak ada 3. Monitor respirasi dan status
sianosis dan dispnea oksigen
2. Menunjukkan jalan napas yang 4. Bersihkan mulut, hidung,
paten (frekuensi napas dalam dan secret trakea
rentang normal, tidak ada 5. Pertahankan jalan napas
suara napas abnormal). yang paten
3. Tanda-tanda vital dalam 6. Atur peralatan oksigenasi
rentang normal (tekanan darah, 7. Monitor aliran oksigen
nadi, pernapasan) 8. Pertahankan posisi pasien
9. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
10. Monitor suara pernapasan
abnormal
11. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
3. Gangguan perfusi Setelah diberikan asuhan 1. Pantau tanda vital. Catat
jaringan keperawatan selama 3 x 24 jam pengisian kapiler (CRT)
berhubungan diharapkan saluran napas klien 2. Pertahankan masukkan
dengan penurunan bersih, dengan kriteria hasil: cairan adekuat. Awasi
suplai oksigen 1. Tanda-tanda vital dalam haluaran urin.
keseluruh tubuh rentang normal 3. Pertahankan suhu
bayi, sianosis 2. Tidak ada tanda-tanda lingkungan dan kehangatan
peningkatan tekanan tubuh.
intracranial 4. Berikan cairan (IV/peroral)
3. Menunjukkan fungsi sensori sesuai indikasi
24

motori cranial yang utuh. 5. Berikan oksigen tambahan


yang sesuai dengan indikasi
hasil GDA dan toleransi
pasien.
4. Gangguan Setelah diberikan asuhan 1. Monitor suhu minimal tiap
termoregulasi: keperawatan selama 3 x 24 jam 2 jam
hipotermi diharapkan resiko perubahan 2. Monitor TD, nadi, dan RR
berhubungan perfusi klien tidak terjadi, dengan 3. Tingkatkan intake cairan
dengan suhu tubuh kriteria hasil: dan nutrisi
tidak stabil akibat 1. Keseimbangan antara produksi 4. Selimuti pasien untuk
penurunan lemak panas, panas yang diterima, mencegah hilangnya
subkutan kehilangan panas kehangatan tubuh
2. Temperature stabil: 36,5-37o C 5. Ajarkan penanganan
3. Tidak ada kejang hipotermia yang diperlukan
4. Pengendalian risiko: pada keluarga
hipotermia 6. Kolaborasikan dengan tim
medis terkait pemberian
antipiretik
5. Kerusakan Setelah diberikan askep selama 1. Berikan baju yang longgar
integritas kulit 2x24 jam diharapkan nutrisi klien untuk pasien
berhubungan terpenuhi dengan kriteria hasil : 2. Jaga agar kulit tetap bersih
dengan nutrisi janin 1. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan kering
menurun, 2. Integritas kulit yang baik bisa 3. Mobilisasi pasien tiap 2 jam
berkurangnya dipertahankan sekali atau sesuai keperluan
lemak subcutan 3. Menunjukkan terjadinya 4. Oleskan lotion atau baby oil
proses penyembuhan pada daerah yan tertekan
5. Monitor status nutrisi
pasien
6. Memandikan pasien dengan
menggunakan sabun dan air
hangat
7. Kolaborasikan dengan ahli
25

gizi terkait pemberian


nutrisi pada pasien
8. Hindari kerutan pada
tempat tidur
26

4.4 Implementasi Keperawatan


Hari / Diagnosa
No Implementasi Paraf
Tanggal Keperawatan
1. Ketidakefektifan 1. Memastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning
bersihan jalan napas 2. Menghisap hidung dan orofaring dengan hati-hati, sesuai
berhubungan dengan kebutuhan
aspirasi mekonium 3. Melakukan Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah
suctioning
4. Memberikan oksigen menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suction nasotrakeal
5. Memonitor status oksigen pasien
6. Membuka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
7. Mmonitor respirasi dan status oksigen
2. Ketidakefektifan pola 1. Membuka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw
napas berhubungan thrust bila perlu
dengan obstruksi jalan 2. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
napas, asfiksia 3. Memonitor respirasi dan status oksigen
4. Membersihkan mulut, hidung, dan secret trakea
27

5. Mempertahankan jalan napas yang paten


6. Mengatur peralatan oksigenasi
7. Memonitor aliran oksigen
8. Mempertahankan posisi pasien
9. Malakukan monitor TD, nadi, suhu, dan RR
10. Memonitor suara pernapasan abnormal
11. Mengidentifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
3. Gangguan perfusi 1. Memantau tanda vital. Catat pengisian kapiler (CRT)
jaringan berhubungan 2. Mempertahankan masukkan cairan adekuat. Awasi
dengan penurunan haluaran urin.
suplai oksigen 3. Mempertahankan suhu lingkungan dan kehangatan tubuh.
keseluruh tubuh bayi, 4. Memberikan cairan (IV/peroral) sesuai indikasi
sianosis 5. MEmberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan
indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
4. Gangguan 1. Memonitor suhu minimal tiap 2 jam
termoregulasi: 2. Memonitor TD, nadi, dan RR
hipotermi berhubungan 3. Meningkatkan intake cairan dan nutrisi
dengan suhu tubuh 4. Memberikan selimut pasien untuk mencegah hilangnya
tidak stabil akibat kehangatan tubuh
28

penurunan lemak 5. Mengajarkan penanganan hipotermia yang diperlukan pada


subkutan keluarga
6. Melakukan Kolaborasi dengan tim medis terkait
pemberian antipiretik
5. Kerusakan integritas 1. Memberikan baju yang longgar untuk pasien
kulit berhubungan 2. Menjaga agar kulit tetap bersih dan kering
dengan nutrisi janin 3. Melakukan Mobilisasi pasien tiap 2 jam sekali atau sesuai
menurun, berkurangnya keperluan
lemak subcutan 4. Mengoleskan lotion atau baby oil pada daerah yan tertekan
5. Memonitor status nutrisi pasien
6. Memandikan pasien dengan menggunakan sabun dan air
hangat
7. Melakukan Kolaborasi dengan ahli gizi terkait pemberian
nutrisi pada pasien
8. Menghindari kerutan pada tempat tidur
29

4.5 Evaluasi

A. Bayi Post Term


Hari/Tanggal DiagnosaKeperawatan Evaluasi
Ketidakefektifan bersihan S: Keluarga pasien mengatakan,
jalan napas berhubungan “bayinya sudah bisa bernafas
dengan aspirasi lancar sus, sudah bisa menangis
mekonium juga”.
O:
a. Tidak terlihat adanya
mekonium yang menyumbat
dijalan napas bayi
b. Suara nafas normal
(vesikuler)
c. Tidak ada dispnea
d. Bayi terlihat mudah
bernafas dan sesekali
menangis dengan keras
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Ketidakefektifan pola S:Keluarga mengatakan,
napas berhubungan “bayinya sudah nafas lancar sus,
dengan obstruksi jalan sudah gak sesak juga”.
napas, asfiksia O:
a. Tidak ada dispnea
b. Tidak terlihat pernapasan
cuping hidung
c. Tidak terlihat penggunaan
otot acesorius pernapasan
d. RR 40 x/m
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Gangguan perfusi S: Keluarga mengatakan,
30

jaringan berhubungan “bayinya sudah tidak dingin dan


dengan penurunan suplai pucat sus, sudah mulai hangat
oksigen keseluruh tubuh dan kulitnya tidak pucat seperti
bayi, sianosis kemarin”.
O:
a. CRT < 3 detik
b. Nadi 140x/m
c. Kulit bayi teraba hangat
d. Tidak pucat, tidak ada
sianosis
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Gangguan termoregulasi: S: Keluarga mengatakan,
hipotermi berhubungan “bayinya sudah hangat sus,
dengan suhu tubuh tidak kulitnya tidak dingin lagi”.
stabil akibat penurunan O:
lemak subkutan a. Suhu 36,5o C
b. Kulit teraba hangat
c. Bayi terlihat tenang, tidak
menggigil
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Kerusakan integritas kulit S:Keluarga mengatakan, “kulit
berhubungan dengan bayinya sudah tidak mengelupas,
nutrisi janin menurun, tidak berkerut juga sus”.
berkurangnya lemak O:
subcutan a. Tidak ada kerusakan lapisan
kulit
b. Terlihat kulit bersih, tidak
berkerut, tidak pecah-pecah
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
31

BAB 6. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan
medis yang terjadi pada ibu hamil dan ibu yang akan bersalin. kehamilan
postmatur adalah kehamilan yang melampaui umur 294 hari (42 minggu)
dengan segala kemungkinan komplikasinya (Manuaba, 1999).
Salah satu penyebab dari kehamilan post matur ini adalah herediter. Jika
ibu melahirkan seorang anak perempuan dengan post matur maka
kemungkinan besar anak perempuan tersebut suatu saat nanti mengalami
kehamilan post matur. Selain penyebab herediter ada juga penyebab lain yaitu
pengaruh dari progesteron, pokstitosin, kortisol, saraf uterus dan juga salah
menghitung haid HPHT (HariPertama Haid Terakhir) menyebabkan
kehamilan lewat bulan (post matur).

5.2 Saran
Masyarakat terutama ibu hamil harus melakukan pemeriksaan
kehamilannya secara teratur, minimal 4 kali selama kehamilan. Ibu hamil
dalam menghitung awal kehilannya harus dengan tepat karena kesalahan
dalam meghitung awala kehimilan juga penyebab dari kehamilan post matur
Sebagai petugas kesehatan harus meningkatkan pelayanan kesehatan
dengan baik karena dapat mencegah kejadian post matur pada ibu bersalin.
32

DAFTAR PUSTAKA

Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik . Vol. 1. Edisi 6.


Jakarta : EGC

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:


:EGC

Prawiroharjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Achdiat, C. M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN dengan


Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Jakarta: EGC.
33

You might also like