You are on page 1of 44

GLOSSARY

AISC, adalah American Institute of Steel Construction berupa Manual of


Steel Construction.
ANSI, adalah American National Standards Institute
ASTM, adalah American Society for Testing and Materials
Baja Pelat; Yaitu baja berupa pelat baik pelat lembaran maupun pelat
strip dengan tebal antara 3 mm s.d 60 mm
Baja Profil; Yaitu baja berupa batangan dengan penampang berprofil
dengan berbagai bentuk tertentu, dengan panjang pada umumnya 6
meter namun dapat dipesan di pabrik dengan panjang sampai 15 meter.
Baja Beton; Yaitu baja yang digunakan untuk penulangan / pembesian
beton (untuk konstruksi beton). Pada umumnya berbentuk batangan /
lonjoran dengan berbagai macam ukuran diameter, panjang 12 meter
Daktilitas, yaitu sifat regangan tarik
Homogenitas, adalah memiliki sifat yang sama ke segala arah
penampang, atau bersifat homogeny
PPBBI, adalah singakatan Peraturan Perencanaan Bangunan Baja
Indonesia.
Sambungan Titik Buhul (Simpul); Sambungan ini merupakan sambungan yang
menyatukan beberapa batang baja menjadi satu pada titik suhul (Simpul) atau
titik pertemuan.

56
A. Pendahuluan

Pad bab terdahulu kita telah membahas tentang baja sebagai bahan
bangunan. Dimana bahwa baja merupakan sauatu bahan konstruksi yang
lazim digunakan dalam struktur bangunan, karena kekuatan yang tinggi dan
ketahanan terhadap gaya luar yang besar maka baja ini juga telah menjadi
bahan pilihan untuk konstruksi bangunan gedung bertingkat. Dan juga telah
menjelaskan bentuk penampang melintang I dan H biasanya digunakan untuk
elemen-elemen besar yang membentuk balok dan kolom pada rangka
struktur. Bentuk kanal dan siku cocok untuk elemen-elemen kecil seperti
lapisan tumpuan sekunder dan sub-elemen pada rangka segitiga.
Bentuk penampang persegi, bulat, dan persegi empat yang
berlubang dihasilkan dalam batasan ukuran yang luas dan digunakan
seperti halnya pelat datar dan batang solid dengan berbagai ketebalan.

Baja dalam teknik konstruksi bangunan gedung terdapat dalam bermacam-


macam bentuk sebagai berikut :
1) Baja Pelat; Yaitu baja berupa pelat baik pelat lembaran maupun pelat
strip dengan tebal antara 3 mm s.d 60 mm. Baja Pelat Lembaran
terdapat dengan lebar antara 150 mm s.d 4300 mm dengan panjang 3
s.d 6 meter. Sedangakan Baja Pelat Strip biasanya dengan lebar≤
600 mm dengan panjang 3 s.d 6 meter. Permukaan baja pelat ada
yang polos dan ada yang bermotif dalam berbagai bentuk motif.
Namun untuk keperluan konstruksi pada umumnya digunakan baja
pelat yang polos rata dengan lebar dapat dipotong sendiri sesuai
dengan kebutuhan.
2) Baja Profil; Yaitu baja berupa batangan (lonjoran) dengan penampang
berprofil dengan bentuk tertentu dengan panjang pada umumnya 6
meter (namun dapat dipesan di pabrik dengan panjang sampai 15
meter. Adapun bentuk-bentuk profil penampang baja dapat
ilihat/dipelajari dalam buku Daftar-Daftar Untuk Konstruksi Baja (daftar
baja lama ) dan Tabel Profil Konstruksi Baja (daftar baja yang baru ).
Dalam daftar baja lama terdapat profil INP, Kanal, DIN, DiE, DiR, DiL,
½ INP, ½DIN, Profil T, Profil L (baja siku s ama kaki dan tidak sama

57
kaki ), batang profil segi empat sama sisi, dan batang profil bulat, juga
daftar paku keling, baut, dan las. Sedangkan daftar baja yang baru
profil INP, DIN, DiE, DiR, DiL, ½INP, ½ DIN, batang profil segi empat
sama sisi, batang profil bulat, daftar paku keling, baut, dan las tidak
ada, yang ada adalah : profil WF, Light Beam and Joists, H Bearing
Piles, Structural Tees, Profil Kanal, Profil Siku (sama kaki dan tidak
sama kaki), Daftar Faktor Tekuk, Light Lip Channels, Light Channel,
Hollow Structural Tubings (profil tabung segiempat ), Circular Hollow
Sections (profil tabung bulat), serta tabel-tabel pelengkap lainnya.
Kedua daftar baja tersebut di atas masih tetap digunakan kedua-
duanya karena saling melengkapi satu sama lain.
3) Baja Beton; Yaitu baja yang digunakan untuk penulangan / pembesian
beton (untuk konstruksi beton). Pada umumnya berbentuk batangan /
lonjoran dengan berbagai macam ukuran diameter, panjang 12 meter.
Terdapat baja tulangan berpenampang bulat polos, juga baja tulangan
yang diprofilkan.

Baja memiliki kekuatan tarik yang tinggi, jauh lebih tinggi dibanding beton, bila
diberi gaya tarikan terus menerus hingga melewati batas elastisitasnya, baja
akan mengalami regangan yang cukup besar sebelum benar-benar runtuh.
Pengertian elastisitas menjelaskan bahwa struktur baja, saat mengalami
stress yang hebat semisal gempa bumi tidak akan langsung rubuh. Biasanya
akan meregang dulu (miring), baru kemudian bila gaya sudah melebihi batas
kritis, baru bangunan tersebut akan runtuh, hal ini memberi kesempatan bagi
penghuni gedung untuk menyelamatkan diri. Kondisi struktur seperti ini, beda
dengan beton biasa yang akan langsung runtuh bila gaya melebihi batas
kritisnya. Baja sering digunakan sebagai struktur utama bangunan karena
memiliki beberapa keunggulan, antara lain yaitu:
1) Mempunyai kekuatan yang tinggi meski berukuran lebih kecil (colume
kecil) dibanding beton. Sehingga dapat mengurangi ukuran struktur,
serta mengurangi beban sendiri, dan jauh lebih berat dibandingkan
beton.
2) Homogenitas tinggi. Baja bersifat homogen, sehingga kekuatannya
merata.

58
3) Keawetan tinggi. Baja akan tahan lama bila perawatan yang dilakukan
terhadapnya sangat baik. Misalnya, rutin mengecat permukaan baja
agar terhindar dari korosi.
4) Bersifat elastis. Baja berperilaku elastis sampai tingkat tegangan yang
cukup tinggi. Baja akan kembali ke bentuk semula asalkan gaya yang
terjadi tidak melebihi batas elastisitas baja.
5) Daktilitas baja cukup tinggi. Selain mampu menahan tegangan tarik
yang cukup tinggi, baja juga akan mengalami regangan tarik yang
cukup besar sebelum runtuh.
6) Kemudahan pemasangan dan pengerjaan. Penampang baja bisa
dibentuk sesuai yang dibutuhkan. Penyambungan antar elemen pada
struktur baja juga mudah, hanya tinggal memasangkan baut atau bisa
menggunakan las, sehingga akan mempercepat kegiatan proyek.

Beberapa kelemahan baja sebagai struktur, antara lain, yaitu;


1) Pemeliharaan rutin. Baja membutuhkan pemeliharaan khusus agar
mutunya tidak berkurang. Konstruksi baja yang berhubungan langsung
dengan udara atau air harus dicat secara periodik.
2) Baja akan mengalami penurunan mutu secara drastis bahkan
kerusakan langsung karena temperatur tinggi. Misalnya saat terjadi
kebakaran.
3) Baja memiliki kelemahan tekuk pada penampang langsing.
Sekarang ini, banyak juga yang memanfaatkan baja ringan sebagai
sistem rangka atap.

Selain murah, ringan, dan pengerjaannya mudah, baja juga lebih awet.
Baja sudah banyak menggantikan peran kayu dalam konstruksi. Jaman kayu
sebagai atap mungkin sudah hampir punah. Mengingat hutan-hutan di seluruh
Indonesia sudah dibabat habis oleh para penebang kayu. Bisa-bisa hutan kita
akan gundul semua bila kita terus menggunakan kayu sebagai bahan
bangunan.

59
B. Konstruksi Baja Profil Pada Bangunan

Konstruksi baja pada bangunan banyak kita jumpai berbagai bangunan dan
jembatan yang menggunakan baja sebagai struktur utamanya, serti jembatan
kereta api dan jembatan jalan raya yang melintasi sungai yang cukup lebar.
Kemudian ada bangunan pabrik maupun gudang yang besar, desain
jembatan Suramadu, juga menggunakan kabel baja sebagai strukturnya,
renungkan dan jawab sembarang oleh mu!.

Sebenarnya, bagaimana sih struktur baja itu ?


Apa keunggulan baja dibanding beton atau bahan bangunan lain ?

Beberapa struktur baja yang sering diterapkan sebagai struktur bangunan:


1) Tipe Rangka atau frame structure; Dengan menyusun batang baja dengan
bentuk struktur tertentu, batang baja mampu memperkuat satu sama lain.
Hal ini banyak diterapkan pada struktur atap, bangunan pabrik,
pergudangan, jembatan serta tower BTS (Base Transceiver Station)
operator seluler. Yang populer di dunia, adalah Menara Eiffel, yang
sebagian besar menggunakan batang-batang baja yang disusun secara
struktural hingga bisa berdiri megah hingga kini.
2) Tipe cangkang atau shell-type structure; Struktur baja tipe cangkang
diterapkan pada bangunan stadion, gelora, maupun bangunan lain yang
membutuhkan kubah / dome diatasnya.
3) Tipe suspensi atau suspension-type structure; Suspensi bisa juga disebut
tarikan. Baja pada sistem struktur ini menahan beban dengan kekuatan
tarikannya. Contohnya, biasa dimanfaatkan sebagai kabel baja pada
jembatan.

60
Ketentuan atau pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan bangunan
konstruksi baja, sebaiknya menggunakan panduan yang dapat dipakai atau
dipertimbangkan yaitu;

1) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) Mei 1983.


2) American Institute of Steel Construction (AISC) "Manual of Steel
Construction-7th Edition".
3) American National Standards Institute (ANSI) : B27.265 Plain Washers".
4) American Society for Testing and Materials (ASTM) specifications;
 A 36 - 70a Structural Steel
 A 53 - 72a Welded and Seamless Steel Pipe
 A153 - 71 Zink Coating (hot dip) on Iron and Steel Hardware
 A307 - 68 Carbon Steel Externally Threaded Standard Fasteners.
 A325 - 71a High Strength Bolts for/structural Steel Joint, Including
Sutiable Nuts and Palin Hardener Washers".
 A490 - 71 Quenched and Tempered Alloy Steel Bolts for
Structural Steel Joints

1. Gambar dan Notasi Baja

Pada konstruksi bangunan gedung, sebelum elaksnakan pekerjaan ada


baiknya pekerja memahami gambar kerja. Kelengkapan gambar kerja baja
dapat ditentukan dengan bagian-bagian gambar seperti;
1) Gambar Denah; Lengkap dengan notasi, ukuran-ukuran dan
penjelasan detail
2) Gambar Detail; Gambar dilengkapi dengan notasi, dan disesuaikan
dengan tabel baja
3) Gambar Sambungan; Dilengkapi dengan penjelasan jenis sambungan,
pengelasan, baut-baut, angkur (pengangkuran)
4) Profil; Bentuk dan jenis profil ditentukan dengan bahan yang tersedia
di pasaran
5) Perhitungan; Seluruh material (bahan) dan bentuk konstruksi/struktur
baja, harus melalui perhitungan yang dipersyaratkan.

61
Pemberian notasi atau tanda gambar profil baja dimulai dengan kode profil
diikuti dengan ukuran pokoknya. Berikut ini contoh-contoh penulisan nama
baja profil menurut nomor profil;
1) Baja WF 250x125x6x9: Yaitu baja profil WF (Wide Flange = sayap
lebar) dengan ukuran tinggi profil 250 mm, lebar sayap 125 mm, tebal
badan 6 mm, dan tebal sayap 9 mm.
2) Baja KANAL 140x60x7x10: Yaitu baja profil kanal dengan ukuran
tinggi profil 140 mm, lebar sayap (flens) 60 mm, tebal badan 7 mm,
dan tebal sayap 10 mm. Kanal = Saluran = Parit.
3) Baja L 60.60.6: Yaitu baja profil siku sama kaki dengan ukuran lebar
kaki 60 mm dan tebal baja 6 mm.
4) Baja L 65.100.7: Yaitu baja profil siku tidak sama kaki dengan ukuran
lebar kaki 65 mm dan 100 mm, tebal baja 7 mm.
5) Baja LIP C 125x50x20x3,2: Yaitu baja profil Lip Channel dengan
ukuran tinggi profil 125 mm, lebar sayap 50 mm, panjang bengkokan
sayap 20 mm, tebal baja 3,2 mm.
6) Baja LIGHT C 100x50x50x3,2: Yaitu baja profil Lidht Channel dengan
tinggi profil 100 mm, lebar sayap 50 mm, tebal baja 3,2 mm. Baja ini
hampir sama dengan Lip Channel tetapi tanpan ada bengkokan sayap.
7) Baja Tabung Segi Empat 100x100x3,2: Yaitu baja profil tabung segi
empat dengan ukuran sisi luar 100 x 100 mm, tebal baja 3,2 mm.
8) Baja Tabung Bundar 114,3x4,5: Yaitu baja profil tabung bundar (
pipa) dengan ukuran diameter luar 114,3 mm dan tebal baja 4,5 mm.

Selanjutnya untuk lebih mengenal gambar dan notasi profil baja, berikut ini
penjelasan gambar sistem notasi dan simbol-simbol yang tertera adalah
sebagai berikut;
a) Garis sumbu X dan sumbu Y pada profil baja saling tegak lurus satu sama
lain.
b) Ukuran tinggi profil ( h ) dan lebar flens ( b ) dengan berpedoman daftar
baja
c) Ukuran tebal badan ( d ) dan tebal flens ( t ), tebal t diukur pada titik
tengah lebar flens ( pada jarak ½b ) kemudian lukis garis tebal flens miring
8% melalui titik ujung garis tebal t dan lukis garis ujung flens.

62
d) Garis lengkung pada pertemuan sudut garis badan dan garis flens bagian
dalam (r= 10 mm atau r1 20 mm), juga garis lengkung pada sudut flens
bagian dalam dengan r1 = 5 mm atau∅ 10 mm.

Gambar 12-1: Notasi Gambar Pada baja Profil

63
2. Sambungan Baja

Di dalam struktur rangka sambungan pelat ataupun sambungan profil baja


tidak dapat dihindari karena ada kemungkinan suatu profil baja kurang
panjangnya, tetapi selain itu ada juga kemungkinan diadakan sambungan
karena pertemuan suatu batang dengan batang yang lain pada satu titik
buhul, dengan menggunakan pelat buhul. Alat penyambung yang lazim
digunakan untuk profil baja ialah baut, paku keling dan Las.

Baut adalah salah satu alat penyambung profil baja, selain paku keling dan
las. Baut yang lazim digunakan sebagai alat penyambung profil baja adalah
baut hitam dan baut berkekuatan tinggi. Baut hitam terdiri dari 2 jenis, yaitu :
Baut yang diulir penuh dan baut yang tidak diulir penuh, sedangkan baut
berkekuatan tinggi umumnya terdiri dari 3 type yaitu : Baut baja karbon
sedang, Baut baja karbon rendah, dan Baut baja tahan karat. Walaupun baut
ini kurang kaku bila dibandingkan dengan paku keling dan las, tetapi masih
banyak digunakan karena pemasangan baut relatif lebih praktis. Dalam
pemakaian di lapangan, baut dapat digunakan untuk membuat konstruksi
sambungan tetap, sambungan bergerak, maupun sambungan sementara
yang dapat dibongkar/dilepas kembali.

64
2.1 Tipe Sambungan Baja

Sambungan baja dalam perencanan struktur (konstruksi) baja didasarkan


pada tipe profil baja yang dipakai, secara umum sambungan terbentuk
didasarkan atas hubungan sambungan sebagai berikut:
1) Sambungan antar balok (balok dengan balok); Sambungan ini merupakan
sambungan yang menghubungkan antara balok dengan balok, yaitu jenis
sambungan memanjang, sehingga menjadikan baja profil yang menerus
secara horizontal. Sambungan baja ini dapat dilakukan dengan
menggunakan profil yang sama dan sejenis atau dengan profil yang
berbeda. Sambungan atau hubungan kedua profil yang disambung, dapat
menggunakan salah satu jenis sambungan atau kombinasi dari beberapa
alat sambung, baut, paku dan las.

65
Gambar 12-2 : Sambungan Antar Balok Baja Profil

2) Sambungan antar Kolom (kolom dengan kolom); Sambungan ini


merupakan sambungan yang menghubungkan antara Kolom dengan
Kolom, sehingga mendapatkan Profil yang menerus secara vertikal.
Sambungan baja ini dapat dilakukan dengan menggunakan profil yang
sama dan sejenis atau dengan profil yang berbeda. Sambungan atau
hubungan kedua profil yang disambung, dapat menggunakan salah satu
jenis sambungan atau kombinasi dari beberapa alat sambung, baut, paku
dan las.

66
Gambar 12-3 : Sambungan Baja Vertical (Antar Kolom)

Kolom-kolom pada konstruksi merupakan elemen struktur yang menerima


beban-beban dari balok dan pelat yang diteruskan ke pondasi. Kolom
mengalami tekan aksial searah sumbunya dan penempatan balok yang
mempunyai eksentrisitas menimbulkan gaya-gaya lentur. Tidak seperti
elemen struktur tarik yang bebannya cenderung menahan elemen struktur
pada posisinya, elemen struktut tekan sangat peka terhadap faktor-faktor
yang dapat menimbulkan peralihan lateral atau tekuk. Kolom pada hakekatnya
jarang sekali mengalami tekanan aksial saja. Namun, bila pembebanan ditata
sedemikian rupa hingga pengekangan (restraint) rotasi ujung dapat diabaikan
atau beban dari batang-batang yang bertemu di ujung kolom bersifat simetris
dan pengaruh lentur sangat kecil dibandingkan tekanan langsung, maka
batang tekan dapat direncanakan dengan aman sebagai kolom yang dibebani
secara konsentris.

67
Hubungan batang dengan penghubung dapat menggunakan baut, paku
keling, dan las. Batang tersusun sering digunakan pada kondisi-kondisi
sebagai berikut:
1) Kapasitas profil yang tersedia belum mencukupi
2) Diperlukan batang dengan kekakuan besar
3) Detail sambungan membutuhkan penampang tertentu
4) Faktor estetika

3) Sambungan Balok dengan kolom; Sambungan ini merupakan sambungan


antara balok yang dihubungkan dengan Kolom sehingga mendapatkan
Sambungan Siku, sambungan baja ini dapat dilakukan dengan merakit
Balok pada tepi Flens/Sayap maupun pada Web/Badan Kolom yang
dibantu dengan Pelat Penyambung ataupun Profil yang lainnya.
Sambungan baja ini dapat dilakukan dengan menggunakan profil yang
sama dan sejenis atau dengan profil yang berbeda. Sambungan atau
hubungan kedua profil yang disambung, dapat menggunakan salah satu
jenis sambungan atau kombinasi dari beberapa alat sambung, baut, paku
dan las.

68
Gambar 12-4: Sambungan Baja Sudut (Antar Kolom dengan Balok)

4) Sambungan Titik Buhul (Simpul); Sambungan ini merupakan sambungan


yang menyatukan beberapa Batang/Balok menjadi satu Titik Buhul
(Simpul) atau Titik Pertemuan, sambungan ini dilakukan dengan cara
memberi Pelat Baja (Pelat Buhul/Simpul) sebagai titik pertemuan batang-
batang aksial tersebut. Sambungan baja ini dapat dilakukan dengan
menggunakan profil yang sama dan sejenis atau dengan profil yang
berbeda. Sambungan atau hubungan kedua profil yang disambung, dapat

69
menggunakan salah satu jenis sambungan atau kombinasi dari beberapa
alat sambung, baut, paku dan las.

Gambar 12-5: Sambungan Baja Pada Titik Buhul

70
Sambungan Pada Simpul, selalu dibarengi dengan adanya pelat simpul
(gusset plate) sebagai bagian dari alat sambung, untuk mempersatukan dan
menyambung batang-batang yang bertemu di titik simpul tersebut, pelat
simpul sebagai pelat penyambung, harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
 Lebar, sehingga paku keling/baut dapat dipasang menurut peraturan
yang ditentukan.
 Kuat menerima beban dari batang-batang yang diteruskan pelat
simpul, maka simpul perlu diperiksa kekuatannya, dengan cara
mengadakan beberapa potongan untuk diperiksa kekuatannya pada
potongan tersebut. Tetapi sebelum dilanjutkan mengenai pemeriksaan
pelat simpul, sekilas di ulang kembali dulu tentang perhitungan
banyaknya baut/paku keling yang diperlukan
 Pelat buhul harus memiliki ketebalan yang lebih besar dibandingkan dengan
profil tebal pelat pada profil baja, hal ini dikarenakan semua gaya yang bekerja
pada struktur rangka utama akan disalurkan ke pelat buhul tersebut
 Takikan; Tidak terjadi takikan pada pelat buhul, pada posisi yang
menerima beban, yaitu pada bagia sudut dalam, karena dapat
mengakibatkan pelat simpul rawan sobek (perhatikan takikan pada
gambar di bawah ini).

Gambar 12-6 : Pelat Buhul Pada Sambungan

71
2.2 Gambar Sambungan Baja Profil

Notasi sambungan menggunakan baut; Secara umum penempatan baut pada


sambungan konstruksi baja dipasang dengan jarak-jarak dan digambar
menggunakan simbol seperti di bawah ini, untuk lebih memperjelas, diberikan
beberapa contoh gambar alat sambung dan bentuk sambungan pada baja
profil.

Gambar 12-7: Sambungan Baut Baja

Ketentuan dan notasi gambar penempatan baut atau paku keling pada baja
profil, perhatikan penampang profil gambar baja berikut ini.

72
73
Gambar 12-8: Sambungan Baja Profil (Foto)

Mengenai jarak baut atau paku pada suatu sambungan, tetap harus
berdasarkan ketentuan dan syarat yang ada pada PPBBI pasal 8:2, yaitu :
1) Banyaknya baut yang dipasang pada satu baris yang sejajar arah gaya,
tidak boleh lebih dari 5 buah. Jarak antara sumbu buat paling luar ke tepi
atau ke ujung bagian yang disambung, tidak boleh kurang dari 1,2 d dan
tidak boleh lebih besar dari 3d atau 6 t (t adalah tebal terkecil bagian yang
disambungkan).

Untuk pemasangan satu deret paku keeling yang menahan gaya normal
(tarik / tekan ) dimana deretan paku keeling berada pada garis gerja gaya,
ternyata untuk satu deret yang terdiri ≤ 5 buah paku keling masing-
masing paku menahan gaya relatif sama. Jadi gaya normal yang harus
ditahan dibagi sama rata oleh kelima paku keeling tersebut. Namun jika
banyaknya paku keling dalam satu deret lebih dari 5 buah maka masing-
masing paku keling menahan gaya yang besarnya mulai tidak sama rata.
Oleh karena itu jika dalam perhitungan paku keling / baut dalam konstruksi
ambungan ketemunya memerlukan lebih dari 5 buah paku/baut, maka
harus dipasang dalam susunan 2 deret atau lebih.

74
2) Pada sambungan yang terdiri dari satu baris baut, jarak dari sumbu ke
sumbu dari 2 baut yang berurutan tidak boleh kurang dari 2,5 d dan tidak
boleh lebih besar dari 7 d atau 14 t. Jika sambungan terdiri dari lebih satu
baris baut yang tidak berseling, maka jarak antara kedua baris baut itu dan
jarak sumbu ke sumbu dari 2 baut yang berurutan pada satu baris tidak
boleh kurang dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar dari 7 d atau 14 t.
2,5 d < s < 7 d atau 14 t
2,5 d < u < 7 d atau 14 t
1,5 d < s1 < 3 d atau 6 t
3) Jika sambungan terdiri dari lebih dari satu baris baut yang dipasang
berseling, jarak antara baris-baris buat (u) tidak bole kurang dari 2,5 d dan
tidak boleh lebih besar dari 7 d atau 14 t, sedangkan jarak antara satu
baut dengan baut terdekat pada baris lainnya (s2) tidak boleh lebih besar
dari 7 buah.
d – 0,5 u atau 14 t – 0,5 u.
2,5 d < u < 7 d atau 14 t
s2 > 7 d – 0,5 u atau 14 t – 0,5 u

75
Beberapa pedoman atau cara pemasangan Paku Keling, antara lain yaitu;
1) Plat yang akan disambung dibuat lubang, sesuai diameter paku keling
yang akan digunakan. Biasanya diameter lubang dibuat 1.5 mm lebih
besar dari diameter paku keling.
2) Paku keling dimasukkan ke dalam lubang plat yang akan disambung.
3) Bagian kepala lepas dimasukkan ke dalam lubang plat yang akan
disambung.
4) Dengan menggunakan alat atau mesin penekan (palu), tekan bagian
kepala lepas masuk ke bagian ekor paku keling dengan suaian paksa.
5) Setelah rapat/kuat, bagian ekor sisa kemudian dipotong dan
dirapikan/ratakan.
6) Mesin/alat pemasang paku keling dapat digerakkan dengan udara,
hidrolik atau tekanan uap tergantung jenis dan besar paku keling yang
akan dipasang.

Gambar 12-9: Pemasangan Paku Keling

76
2.2.1 Sambungan Las
Sambungan las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam
paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari definisi
tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat
dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Dalam cara
pengelasan yang digunakan kawat elektroda logam yang dibungkus dengan
fluks, bahwa busur listrik terbentuk di antara logam induk dan ujung elektroda.
Karena panas dari busur ini maka logam induk dan ujung elektroda tersebut
mencair dan kemudian membeku bersama. Proses pemindahan busur
elektroda terjadi pada saat ujung elektroda mencair dan membentuk butir-butir
yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi. Bila digunakan arus listrik
yang besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi halus, sebaliknya
bila arusnya kecil maka butirannya menjadi besar.

Gambar 12-10 : Pemindahan Logam Cair

Metoda pengelasan diklasifikasikan berdasarkan metoda pemanasan untuk


mencairkan logam pengisi serta permukaan yang disambung.
1) Electric Arc Welding : panas diaplikasikan oleh busur listrik antara
elektroda las dengan benda kerja (lihat gambar di atas). Berdasarkan (1)
aplikasi logam pengisi dan (2) perlindungan logam cair thd atmosfir,
electric arc welding diklasifikasikan menjadi : a). Shielded Metal Arc
welding (SMAW); b). Gas Metal Arc Welding (GMAW) c). Gas Tungsten
Arc Welding (GTAW) d). Flux-cored Arc Welding (FCAW) dan e).
Submerged Arc Welding (SAW).
2) Resistance Welding : arus listrik meng-generate panas dengan laju I2R,
melalui kedua permukaan benda kerja yang disambung. Kedua benda di
cekam dengan baik. Tidak diperlukan adanya logam pengisi atau shield,

77
tetapi proses pengelasan dapat dilakukan pada ruang vakum atau dalam
inert gas. Metoda pengelasan ini cocok untuk produksi masa dengan
pengelasan kontinu. Range tebal material yang cocok untuk pengelasan
ini adalah 0,004 s/d 0,75 inchi.
3) Gas Welding : umumnya menggunakan pembakaran gas oxyacetylene
untuk memanaskan logam pengisi dan permukaan benda kerja yang
disambung. Proses pengelasan ini lambat, manual sehingga lebih cocok
untuk pengelasan ringan dan perbaikan.
4) Laser beam welding : plasma arc welding, electron beam welding, dan
electroslag welding : adalah teknologi pengelasan modern yang juga
menggunakan metoda fusi untuk aplikasi yang sangat spesifik.
5) Solid state welding : proses penyambungan dengan mengkombinasikan
panas dan tekanan untuk menyambungkan benda kerja. Temperatur
logam saat dipanaskan biasanya dibawah titik cair material.

Sambungan las terdiri dari lima jenis dasar dengan berbagai macam variasi
dan kombinasi yang banyak jumlahnya. Kelima jenis dasar ini adalah
sambungan sebidang (butt), lewatan (lap), tegak (T), sudut (corner), dan sisi
(edge), namun secara umum di dalam konstruksi baja bangunan, dikenal 2
macam yaitu; Las Tumpul dan Las Sudut, sebagai berikut :
a) Las Tumpul : adalah bentuk las sambungan memanjang atau melebar.
b) Las Sudut : adalah bentuk las sambungan menyudut.

Gambar 12-11:Jenis dasar sambungan sebidang

78
Simbol las diberikan pada gambar teknik dan gambar kerja sehingga
komponen dapat difabrikasi secara akurat. Simbol las distandardkan oleh
AWS (American Welding Society). Komponen utama simbol las sesuai
dengan standard AWS adalah (1) Reference line, (2) tanda panah, (3) basic
weld symbols, (4) dimensi dan data tambahan lainnya, (5) supplementary
symbols, (6) finish symbols, (7) tail, dan (8) spesifikasi atau proses. Simbol las
selengkapnya ditunjukkan pada gambar di bawah ini, aplikasi simbol las dan
ilustrasi hasil bentuk konfigurasi sambungan.

Gambar 12-12 : Las Tumpul Sambungan Memanjang atau Melebar

79
Gambar 12-13: Bentuk Las Sudut

Las sudut 4 – 96 = Las sudut dengan tebal 4 mm panjang 96 mm. Las sudut
4 – ( 160 + 77 ) /40 = Las sudut dengan tebal 4 mm panjang dipecah, 2
bagian masing-masing 160 mm dan 77 mm berjarak 40 mm.

Sambungan temu (butt joint) atau sebidang dipakai terutama untuk


menyambung ujung-ujung plat datar dengan ketebalan yang sama atau
hampir sarna. Keuntungan utama jenis sambungan ini ialah menghilangkan
eksentrisitas yang timbul pada sambungan lewatan tunggal. Bila digunakan
bersama dengan las tumpul penetrasi sempurna (full penetration groove
weld), sambungan sebidang menghasilkan ukuran sambungan minimum dan
biasanya lebih estetis dari pada sambungan bersusun. Kerugian utamanya
ialah ujung yang akan disambung biasanya harus disiapkan secara khusus
(diratakan atau dimiringkan) dan dipertemukan secara hati-hati sebelum dilas.
Hanya sedikit penyesuaian dapat dilakukan, dan potongan yang akan
disambung harus diperinci dan dibuat secara teliti. Akibatnya, kebanyakan
sambungan sebidang dibuat di bengkel yang dapat mengontrol proses
pengelasan dengan akurat.

Sambungan saling tumpang (lap joint) merupakan jenis yang paling umum.
Sambungan ini mempunyai dua keuntungan utama, yaitu mudah disesuaikan

80
dan mudah disambung. Lap joint menggunakan las sudut sehingga sesuai
baik untuk pengelasan di bengkel maupun di lapangan. Potongan yang akan
disambung dalam banyak hal hanya dijepit (diklem) tanpa menggunakan alat
pemegang khusus. Keuntungan lain sambungan tumpang adalah mudah
digunakan untuk menyambung plat yang tebalnya berlainan. Jenis
sambungan T dipakai untuk membuat penampang bentukan (builtup) seperti
profil T, gelagar plat (plat girder), pengaku tumpuan atau penguat samping
(bearing stiffener), penggantung, konsol (bracket). Jenis sambungan ini
terutama bermanfaat dalam pembuatan penampang yang dibentuk dari plat
datar yang disambung dengan las sudut maupun las tumpul.

Gambar 12-16 : Hubungan Sambungan Baja Menggunakan Las

81
Beberapa keunggulan dan kelemahan las baja profil, dimana bahwa secara
teoritis dapat menghasilkan kekuatan sambung yang sama dengan
penampang aslinya, artinya tidak ada pengurangan kekuatan. Ini khususnya
jika berbicara tentang butt-weld atau las tumpul. Jadi jika ada suatu
sambungan yang ingin kita uji kekuatan las, dan cara me-lasnya memakai
butt-weld maka ketika diuji tarik, yang rusak pasti bagian lain dan bukan di
tempat sambungan las tersebut dikerjakan. Beberapa kelebihan sambungan
las dibandingkan sambungan baut-mur atau sambungan keling (rivet) adalah
lebih murah untuk pekerjaan dalam jumlah besar, tidak ada kemungkinan
sambungan longgar, lebih tahan beban fatigue, ketahanan korosi yang lebih
baik.

Kelemahan sistem sambungan las hanya dalam pelaksanaannya. Kita tidak


bisa memeriksa sempurna tidaknya suatu hanya dari penampakan luar, tapi
dari prosesnya. Kecuali tentunya dengan alat-alat khusus, seperti X-ray, uji
gelombang atau semacamnya, yaitu menentukan homogenitas bahan yang
disambung. Jadi apakah seluruh penampang telah ter-las dengan baik, atau
hanya bagian luarnya saja yang tebal. Sedangkan kelemahannya antara lain
adalah adanya tegangan sisa (residual stress), kemungkinan timbul distorsi,
perubahan struktur metalurgi pada sambungan, dan masalah dalam
disasembling.

3. Pekerjaan Kuda-kuda Baja Profil

Pada perhitungan struktur atap gedung dari kuda-kuda baja profil, dalam
perencanaan konstruksinya direncanakan dengan menggunakan pedoman
dan ketentuan, sesuai dengan Pedoman Perencanaan Bangunan Baja
Indonesia (PPBBI), dan SK SNI untuk baja tahun 2002. Penggunaan baja
profil untuk konstruksi dengan bentang yang lebar, misalanya 15-20 meter,
pemilihan material baja sangatlah tepat karena sambungan untuk batang
tekan dan tariknya akan lebih kuat, kemudian dalam pekrjaan juga lebih
mudah dan cepat. Panjang baja profil yang umum di pasaran yaitu, 12 meter,
tentu untuk kebutuhan lebih panjang dibutuhkan sambungan baja, yang kita
kenal dengan tiga jenis sambungan yaitu sambungan baut, paku dan las.

82
Perhatikan gambar di bawah ini. Gambar A: Menunjukkan rencana bangunan
gudang dari baja, terlihat skesa tampak depan penutup atap model pelana,
terlihat sudut kemiringan atap dengan besar sudut α , kemudian gambar B:
adalah rencana kuda-kuda atap dari baja, yang memiliki sambungan
(hubungan ) pada titik buhul, yang seluruhnya persambungan tersebut harus
dihitung kekuatannya, dan dipahami teknik persambungannya.

Gambar 12-17: Rencana Kuda-kuda Baja

Kemudian pada gambar c: adalah gambar denah atap, dari sini dapat
direncanakan rangka atap, seperti susunan dan dimensi gording, ini juga
tergantung dari jenis penutup atap yang digunakan. Pada perencanaan
bangunan gudang dari baja ini direncanakan penutup atap jenis seng atau
asbes, tentu hanya membutuhkan konstruksi penutup atap gording saja,
berbeda dengan jenis atap genteng. Untuk atap genteng, digunakan
pedoman, sbb:
 Kemiringan atap : 30° ≤ α ≤ 60°
 α ≥ 60° : dipakai genteng khusus, dipaku pada reng
 α ≤ 30° : dipakai genteng dengan presisi tinggi, dan diberi lapisan
aluminium foil di bawah reng.
 Usuk dan reng harus mampu memikul beban hidup merata q dan
terpusat p

Untuk penutup atap dari jenis; Seng Gelombang, Asbes Gelombang, dan

83
spandeks
 semakin kecil α, overlap semakin besar
 kemiringan atap lebih bebas ; 5° ≤ α ≤ 90°
 semakin kecil α, overlap semakin besar overlap : Pada arah
mengalir air dan pada // arah mengalir air

Gambar 12-18 : Hubungan Titik Buhul (Paku, Baut dan Las)

Gambar 12-19 : Konstruksi Batang Tekan dan Tarik

84
Gambar 12-20 : Hubungan Konstruksi Gording dan Kaso Baja

Gambar 12-21 : Perletakan Gording dengan Kaki Kuda-kuda

85
3.1 Perencanaan Gording Baja

Gambar 12-22 : Rencana Gording Baja Profil

Perhitungan Gording, perhitungan gording dihitung dimensi berdasarkan


beban-beban yang diterima, seperti;
 Beban mati, yaitu berat sendiri atap, berat sendiri gording dan alat-
alat pengikat atau bahan yang ada melekat pada atap dan gording
 Beban hidup (daftar sesuai fungsi) Beban hidup (L) : sesuai peraturan
pembebanan; a) Terbagi rata : q = (40 – 0,8 α) ≤ 20 kg/m2, b) Beban
terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari beban air hujan,
dimana adalah sudut kemiringan atap dalam derajat. Beban
tersebut tidak perlu ditinjau bila kemiringan atapnya lebih dari 500.
 Beban terpusat P= 100 kg (beban orang saat pelaksanaan/perawatan)
 Beban Angin (W) lihat Peraturan Pembebanan, besarnya tergantung
dari daerah (wilayah) dan sudut α.

Beberapa baja profl yang sering digunakan sebagai gording, dapat dilihat
contoh nama, bentuk, jenis dan spesifikasi gambar di bawah ini.

86
Contoh Perhitungan Gording
Data - data yang digunakan dalam contoh ini adalah data sembarang, hanya
sebagai contoh untuk memahami filosopi bagaimana gording direncanakan
sehingga memenuhi ketentuan perhitubgan struktur.

1) Diketahui:
 Bentang rangka atap = 30 m

87
 Jarak kuda – kuda ( λ ) =3m
 Berat atap genteng biasa = ±24 Kg/m
 Jarak gording = 5,303 m
 Beban angin ( W ) = 70 Kg/m2
 Beban Berguna ( P ) = 70 Kg

2) Mencari Dimensi Gording


Perhitungan dengan sistem coba-coba yang mendekati ke perhitungan,
dikarenakan data karaktersitik baja profil, telah di dapat dari daftar baja yang
tersedia.
Dicoba gording INP.30, Data Profil F = 69,1 Cm2; G = 54,2 Kg/m; Ix = 9800
Cm4; Iy = 451 Cm4; Wx = 653 Cm3, dan Wy = 72,2 Cm3

Gambar 12-23 : Perencanaan Gording baja

Perhitungan Pembebanan Gording


a) Beban Mati ; -
 Berat sendiri gording = 1 × 54,2 = 54,2 Kg/m
 Berat penutup atap = ( a × berat sendiri atap × 1 )
= 5,303 × 24 × 1 = 127,272 Kg/m
 q1 = 54,2 + 127,272 = 181,472 Kg/m

88
 Brancing 10 % . q1 = 10 % . 181,472
 q2 = 18,147 Kg/m
 q total = q1 + q2 = 181,472 + 18,147 = 199,619 Kg/m
b) Beban Berguna ( P ) = 70 Kg
c) Beban Angin:
 Angin tekan: c = 0,02 α – 0,4 = 0,02. 45 – 0,4 = 0,5
 Angin Isap = c‟ = - 0,4
 Beban angin tekan W = c × w × a × 1 = 0,5 × 70 × 5,303 × 1 =
185,605 Kg/m
 Beban angin isap W‟ = c „ × w × a × 1 = -0,4 × 70 × 5,303 × 1 = -
148,484 Kg/m

Perhitungan Momen Gording

Rumus-rumus:

 qy = q cos α  qx = q sin α
 Mqy = 1/8 . qy .λ2
 Mqx = 1/8 . qx . λ2

 Py = P cos α  Px = P sin α
 MPy = 14 . Py .λ
 MPx = 14 . Px .λ

Perhitugan Beban Mati:


qy = q cos α = 199,619 cos 45° = 141,152 Kg/m
qx = q sin α = 199,619 sin 45° = 141,152 Kg/m
Mqy = 1/8 . qy .λ2 = 18 . 141,152 . 32 = 158,796 Kg/m
Mqx = 1/8 . qx . λ2 = 18 . 141,152 . 32 = 158,796 Kg/m
Perhitungan Beban Berguna:

89
Py = P cos α = 70 cos 45° = 49,497 Kg
Px = P sin α = 70 sin 45° = 49,497 Kg
MPy = 14 . Py .λ = 14 . 49,497 . 3 = 37,123 Kg/m
MPx = 14 . Px .λ= 14 . 49,497 . 3 = 37,123 Kg/m

Perhitunga beban Angin:

Angin tekan
Wy = W = 185,605 Kg/m  Wx = 0 ,
MWy = 18 . wy . λ2 = 18 . 185,605 . 32 = 208,806 Kg/m  MWx = 0
Angin isap
Wy‟ = W‟ = -148,484 Kg/m Wx‟ = 0
MWy‟ = 18 . wy‟ . λ2 = 18 .-148,484. 32 = - 167,045 Kg/m  MWx‟ =
0

Kontrol Terhadap Tegangan


Data :
σ = 1600 Kg/cm2
Mx = 195,919 Kg.m = 19591,9 Kg.cm; My = 404,725 Kg.m = 40472,5
Kg.cm

90
Wx = 653 cm3  Wy = 72,2 cm3

19591,9653+40472,572,2 ≤ σ  590,564 Kg/cm2 ≤ 1600 Kg/cm2


Aman !

Kontrol Terhadap Lendutan


Data :
E = 2,1 x 106 Kg/cm2
qx = 141,152 Kg/m = 1,41152 Kg/cm2
g/m = 1,41152 Kg/cm2
Px = 49,497 Kg
Py = 49,497 Kg
Ix = 9800 cm4
Iy = 451 cm4
λ = 3 m = 300 cm

Lendutan Arah Sumbu x


δx = 5/384.𝑞𝑥.𝜆⁴𝐸.𝐼𝑥+1/48.𝑃𝑥.𝜆³𝐸.𝐼𝑥
= 5384.1,41152.300⁴2,1𝑥106.9800+148.49,497.300³2,1𝑥106.9800
= 0,008605 cm

Lendutan Arah Sumbu y


δy = 5/384.𝑞𝑦.𝜆⁴𝐸.𝐼𝑦+1/48.𝑃𝑦.𝜆³𝐸.𝐼𝑦
= 5384.1,41152.300⁴2,1𝑥106.451+148.49,497.300³2,1𝑥106.451
= 0,186583 cm
δ = √𝛿𝑥2+ 𝛿𝑦2 = √0,0086052+ 0,1865832 = 0,18678 cm
δ ≤ 1250 . λ
≤ 1250 . 300
0,18678 cm ≤ 1,2 cm  Aman !

91
4. Konstruksi Kuda-Kuda Baja Ringan

Bahan baja ringan sudah banyak dikenal saat ini untuk penggunaan
konstruksi kuda-kuda. Baja ringan adalah baja berkualitas tinggi yang bersifat
ringan dan tipis, namun kekuatannya tidak kalah dari baja konvensional.
Bahan baku rangka atap baja ringan adalah baja mutu tinggi seperti G550,
rangka atap baja ringan yang baik akan memberikan sertifikat benda uji untuk
membuktikan pemakaian bahan bajanya. Ada beberapa macam baja ringan
yang terbagi berdasarkan nilai tegangan tariknya (tensile strength).
Kemampuan tegangan tarik ini umumnya didasari pada fungsi akhir dari baja
ringan tersebut.

Penggunaan baja ringan juga efektif dan efisien dalam biaya. Salah satunya,
kemudahan dalam pengangkutan atau transportasi, karena produk ini
dikemas sedemikian rupa. Secara umum, sifat baja ringan adalah ringan, kuat
dalam sistem terintegrasi, memiliki struktur fleksibel dan mampu menghadapi
getaran, serta tidak menjalarkan api. Keuntungan-keuntungan ini sebenarnya
sudah cukup meyakinkan masyarakat untuk menggunakannya. Baja ringan
sebagai material pembuat rumah semakin popular, bahan yang terbukti lebih
tahan terhadap goncangan gempa tersebut juga kian luas digunakan, tidak
hanya untuk bangunan-bangunan darurat pasca bencana, namun juga untuk
rumah-rumah mewah di kota besar.

Banyaknya produk baja ringan yang beredar di pasaran tidak berarti


memudahkan konsumen dalam menentukan pilihan yang tepat, dikarenakan
masing-masing merk tentu saja mengaku sebagai produk unggulan yang
paling baik diantara yang lainnya. Semakin banyaknya merk baja ringan yang
beredar di pasaran membuat konsumen atau pemakai baja ringan di
Indonesia menjadi bingung dalam menentukan pilihan. Dalam memilih rangka
atap baja ringan yang berkualitas, perlu diperhatikan beberapa hal penting
sebagai berikut: Mutu Baja, karena ketebalan profil baja ringan sangat tipis
(yang beredar di Indonesia berkisar 0,5 sampai 1 mm), bahan baja yang harus
dipakai adalah baja mutu tinggi atau biasa disebut High Tension Steel,
umumnya (standar) G550, artinya Yield Strength maupun Tension Strength

92
dari baja tersebut minimal 550 MPa. (”minimal” tidak sama dengan “rata-rata”
dengan kata lain sewaktu diuji tarik di laboratorium, tension strength-nya tidak
boleh kurang dari 550 MPa) Lapisan Anti Karat.

Lapisan anti karat yang umumnya dipakai adalah lapisan Z (Zinc) yang sering
disebut Galvanis atau lapisan AZ (Aluminum dan Zinc). Masing-masing
lapisan punya kelebihan maupun kekurangan sendiri. Banyak orang salah
mengerti bahwa bahan Aluminum Zinc lebih baik daripada Zinc (Galvanis),
padahal yang menentukan adalah ketebalan lapisan yang dipakai, bukan
jenisnya. Untuk mencapai taraf ketahanan yang relatif setara, ketebalan
lapisan Zinc yang dipakai harus lebih tebal daripada Aluminum Zinc. Standar
umum untuk bahan struktural (menanggung beban), ketebalan lapisan
Aluminum Zinc tidak boleh kurang dari 100 gram/m2 (AZ 100) sedangkan
untuk lapisan Zinc (Galvanis) tidak kurang dari 200 gram/m2 (Z 200).

Untuk masing-masing jenis penutup atap seperti genteng keramik, beton,


metal, seng aluminium, onduline, fiberglass atau asbes, dan jenis penutup
atap lain. Pemilihan jenis serta ukuran atau dimensi, ketebalan serta
konstruksi rangka kuda-kuda atap baja ringan yang digunakan berbeda
disesuaikan dengan berat material penutup atap. Semakin berat material
penutup atap, semakin besar atau tebal dimensi yang dibutuhkan. Begitu pula
sebaliknya, bila penutup atap ringan tentu kebutuhan dimensi baja ringan
akan semakin keci. Ketelitian merancang dan mengaplikasikan penggunaan
baja ringan, sangat diperlukan. Carilah dan temukan informasi dimensi Reng
(roof batten) dan Kanal C (c channel) rangka yang akan dipasang. Semakin
besar/tebal Reng dan Kanal C rangka, semakin besar pula beban yang dapat
ditanggung oleh rangka, semakin kecil dimensi C channel, semakin minim
pula kesanggupan rangka untuk menanggung total beban penutup atap.

93
Bentuk profil baja ringan, mempunyai banyak bentuk, yang umum digunakan
adalah baja ringan berbentuk "Canal" atau "C", dan bentuk lain yang dikenal
dan diproduksi pabrik seperti bentuk omega. Bentuk profi baja ringaan ini
dapat dipergunakan sebagai penyusun konstruksi baja ringan dengan
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Penampang profil ini juga sudah
digunakan pada baja konvensional jauh sebelulm istilah baja ringan hadir
yang hingga saat ini masih dipakai. Pada profil C kelebihan utamanya adalah
pada saat digabungkan, dua profil C yang saling berhadapan disatukan
menjadi "box" atau "kotak".

Gambar 12-24 : Profil Baja Ringan “C” dan “Box”

Gambar di atas menunjukkan profil baja ringan berpenampang C single,


dan gambar di sebelahnya menunjukkan gambar profil C yang digabungkan
menjadi satu, sehingga membentuk box/kotak. Profil Canal "C" digunakan
sebagai rangka utama pada konstruksi kuda-kuda baja ringan. Sementara
untuk konstruksi pendukung seperti reng sebagai tempat kedudukan penutup
atap/genteng digunakanlah profil "Omega". Dimensi ukuran, seperti tebal baja
ringan yang lazim digunakan pada konstruksi baja ringan ini umumnya
memiliki ketebalan 0.75mm hingga 1.00 mm pada batang utama kuda-kuda
konstruksi. Sedang pada batten/reng ketebalan yang digunakan mulai 0.40
hingga 0.60mm. Sementara untuk ukuran tinggi profil juga bervariasi mulai
dari 70mm hingga 100mm, dan pada batten/reng tinggi mulai 31mm hingga
60mm. Variasi ukuran ini ditujukan menyesuaikan dengan kebutuhan lebar

94
bentang rangka yang berhubungan dengan beban/kekuatan yang
disokongnya.

Profil Omega

Gambar 12-25 : Profil Omega dan Canal

Beberapa keuntungan menggunakan rangka atap baja ringan, antara lain


yaitu;

95
1) Biaya lebih murah; Karena bobot konstruksi atap baja ringan yang ringan
maka dibandingkan kayu, beban yang harus ditanggung oleh struktur di
bawahnya lebih rendah.
2) Tahan Karat
3) Rangka atap Baja ringan bersifat tidak merembeskan api ( non-
combustible)
4) Konsumen tidak perlu kuatir Rangka atap baja ringan dimakan rayap.
5) Pemasangan Rangka atap baja ringan relatif sangat cepat apabila
dibandingkan rangka kayu.
6) Desain atap baja ringan fleksibel mengikuti desain atap yang ada
7) Rangka atap baja ringan bebas biaya pemeliharaan
8) Lebih presisi sebab standar bentuk sama sehingga atap baja ringan lebih
rata
9) Hasil terpasang atap baja ringan lebih rata atau flat jadi pemasangan
genteng lebih rapi dan lebih bagus

4.1 Bagian Konstruksi Kuda-kuda Baja Ringan

Gambar 12-26 : Rangka Kuda-kuda Baja Ringan

Bagian-bagian Konstruksi Kuda-kuda


 Bearing/ Support point: Titik simpul pada suatu kuda-kuda yang
difungsikan sebagai tumpuan/perletakan kuda-kuda. Tumpuan kuda-kuda

96
minimal berjumlah dua buah, dan dipilih dari panel point yang berada di
atas struktur penopang kuda-kuda (kolom atau ringbalk).
 Pitch: Sudut kemiringan atap (dalam derajat).
 Overhang: : Perpanjangan dari batang utama atas, yang melewati posisi
tumpuan rangka atap.
 Clear span: : Jarak horisontal antara dua sisi dalam pada tumpuan kuda-
kuda
 Apex: : Titik simpul yang berada di puncak kuda-kuda (truss).
 Heel joint: : Titik simpul yang merupakan pertemuan antara batang utama
atas dan bawah
 Panel point Titik simpul yang merupakan pertemuan beberapa elemen
batang pada suatu struktur kuda-kuda.
 Span: Jarak horisontal antara as/sumbu ke as/sumbu tumpuan kuda-kuda.
 Top chords: : : Batang-batang utama yang terletak di bagian atas dari
kuda-kuda
 Bottom chords: Batang-batang utama yang terletak di bagian bawah dari
kuda-kuda
 Webb: Batang-batang yang terletak di bagian dalam dari kuda-kuda
.

Detail Hubungan Sudut Kemiringan Atap (Pitch)

97
Gambar 12-27 : Hubungan Sudut Baja Ringan

98
8. Sebutkan macam-macam baja dalam teknik konstruksi
bangunan gedung ?
9. Baja L 60.60.6: Yaitu baja profil siku sama kaki, sebutkan
ukuran profilnya ?, lebar kaki ……….. dan tebal baja
………. 1
10. Di dalam struktur rangka sambungan pelat ataupun
sambungan profil, sebutkan alat penyambung yang lazim
digunakan untuk profil baja !!..
11. Apa saja tujuan dilakukan sambungan baja..?
12. Dalam sambungan baja dikenal beberapa tipe sambungan,
sebutkan tipe sambungan yang kamu ketahui !
13. Apa yang dimaksud dengan Sambungan Titik Buhul
(Simpul), pada konstruksi baja, jelaskan !
a) Pada konstruksi kuda-kuda, pada titik mana saja yang
kamu ketahui terdapat konstruksi sambungan titik
buhul ?
b) Apa cirri sambungan titik buhul pada konstruksi baja ?
14. Sebutkan Bentuk profil baja ringan, yang kamu kenal !
15. Bentuk profil baja ringan yang sering digunakan sebagai
konstruksi pendukung seperti reng digunakan profil …………..?
16. Sebutkan beberapa keuntungan menggunakan rangka atap baja
ringan, disbanding dengan bahan lain, seperti kayu.

99

You might also like