You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan alam perasaan, ditandai dengan syndrome depresi parsial/penuh,


atau kehilangan minat/kesenangan pada aktivitas yang biasa dan yang dilakukan
pada waktu lalu ditandai dengan gangguan fungsi sosial/okupasi.
Waham adalah gangguan proses pikir yang ditandai dengan keyakinan, ide-
ide pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan tidak bisa diubah dengan
logika/bukti-bukti yang nyata.
Waham adalah keyakinan isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan atau
tidak cocok dengan inteligensi dan latar belakang kebudayaan walaupun hal-hal
itu mustahil.

1.2 Tujuan
1.2 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang penerapan proses asuhan
keperawatan terhadap klien dengan gangguan alam perasaan (waham).
1.3 Tujuan Khusus
1.3.1 Perawat mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan
gangguan alam perasaan.
1.3.2 Perawat mampu menyusun diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil
pengkajian
1.3.3 Perawat mampu menyusun perencanaan keperawatan terhadap pasien
dengan keluhan gangguan alam perasaan dengan kebutuhan pasien.
1.3.4 Perawat mampu melakukan intervensi tindakan yang nyata sesuai dengan
perencanaan tindakan keperawatan dan prioritas masalah.

[1]
1.3.5 Perawat mampu menentukan permasalahan yang dihadapi klien dan
dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab sampai
pada efek dari masalah tersebut.

[2]
BAB II
TINJAUAN TEORIITIS

2.1 Pengertian Waham


Gangguan alam perasaan, ditandai dengan syndrome depresi parsial/penuh,
atau kehilangan minat/kesenangan pada aktivitas yang bias dan yang dilakukan
pada waktu lalu ditandai dengan gangguan fungsi sosial/okupasi.
Waham adalah gangguan proses pikir yang ditandai dengan keyakinan, ide-
ide pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan tidak bisa diubah dengan
logika/bukti-bukti yang nyata.
Waham adalah keyakinan isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan atau
tidak cocok dengan inteligensi dan latar belakang kebudayaan walaupun hal-hal
itu mustahil.
Waham adalah kepercayaan yang salah dan berfikir yang tidak sesuai
dengan orang lain dan kontradiksi dengan realitas sosial (Stuart dan Sundeen,
1995).

2.2 Etiologi tentang Waham


1. Teori Psikodinamika
Teori psikoanalitik berfokus pada hubungan anak dan orang tua, yang
tidak memuaskan sejak dini, dengan proses berduka yang tak terselesaikan.
Ini mengakibatkan individual terfiksasi pada tahap marah, dari proses
berduka, dan mengarahkannya ke diri sendiri. Ego tetap lemah sementara
superego menjadi luas dan menjadi sifat menghukum.
Teori kognitif menunjukkan keyakinan bahwa depresi terjadi sebagai
akibat dari gangguan kognitif, menimbulkan evaluasi negatif tentang diri
selama proses pikir terganggu. Individu menjadi pesimis dan memandang diri
terhadap berharga dan tidak adekuat, serta hidup dalam keputusasaan.

[3]
2. Teori Biologi
Karena adanya beberapa kekuatan/pengaruh dari beberapa penyakit
keluarga yang mempunyai gejala yang sama.
3. Teori Dinamika Keluarga
Karena orang tua yang terlalu pemarah, menuntut dan kaku, tidak
percaya pada diri sendiri, mudah tersinggung.
Rentang respon neurologist :

Respon adaptif Respon maladaptif


 Kelainan
 Pikiran logis  Pikiran kadang pikiran/ delusi
 Persepsi akurat terganggu  Halusinasi
 Emosi  Ilusi  Delusi
konsisten dengan  Reaksi  Ketidakmampu
pengalaman emosional berlebih an untuk mengalami
 Perilaku cocok  Perilaku ganjil emosi
 Hubungan  Menarik diri  Isolasi sosial

2.3 Psikopatologi Waham


Seseorang yang merasa terancam dengan orang lain, atau dirinya sendiri
mempunyai pengalaman kecemasan dan timbul perasaan bahwa sesuatu yang
tidak menyenangkan akan terjadi dan menyangkal ancaman tersebut, terhadap
persepsi diri atau objek realita melalui manifestasi, kesan terhadap suatu kejadian
atau suatu keadaan dilanjutkan dengan memproyeksi pikiran dan perasaannya ke
lingkungan, sehingga pikiran, perasaan keinginannya yang negatif dan tidak dapat
diterima akan datang dari luar dirinya, akibatnya orang tersebut berusaha untuk
memberi alasan atau rasional tentang interprestasi perangai (dirinya sendiri/
terhadap realitas dirinya sendiri dan orang lain).

2.4 Manifestasi Klinis


2.1 Yakin bahwa pikirannya bertanggung jawab terhadap
kejadian/bencana.

[4]
2.2 Berpikir bahwa dirinya mendapat kekuatan super dari yang maha kuasa.
2.3 Curiga, pemarah, takut, ditunjukkan pada lingkungan atau orang lain.
2.4 Perhatian menurun, sulit berkonsentrasi pada aktivitas sederhana/kejadian
2.5 Pola bicara tidak logis/inkoheren
2.6 Pola tidur tidak teratur
2.7 Ambivalen

2.5 Macam-Macam Waham


2.1 Waham agama : yaitu keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan.
2.2 Waham kebesaran : yaitu keyakinan klien yang berlebihan terhadap dirinya
atau kekuatannya.
2.3 Waham somatik : klien yakin bahwa bagian tubuhnya terganggu, terserang
penyakit atau di dalam tubuhnya terdapat binatang.
2.4 Waham curiga : klien yakin bahwa ada orang/sekelompok orang yang sedang
mengancam dirinya.
2.5 Waham nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia
ini/ sudah meninggal dunia.
2.6 Waham sisip pikir : yaitu klien yakin bahwa orang lain mengetahui isi
pikirannya, padahal ia tidak pernah menyatakan pikirannya pada orang
tersebut.
2.7 Waham kontrol pikir : yaitu klien yakin bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan luar.

2.6 Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian :
2.5 Faktor predisposisi
2.5.1 Perkembangan

[5]
Ketidakmampuan, individu dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan, misal rasa saling percaya yang tidak terbina, kegagalan
dalam mengungkap perasaan dan pikiran.
2.5.2 Lingkungan
Yang tidak terapeutik sering mengancam dan menimbulkan cemas
berkepanjangan.
2.5.3 Interaksi
2.5.3.1 Curiga merasa diawasi, kaku dan tidak toleran terhadap dirinya.
2.5.3.2 Yang perlu diantisipasi, yaitu memperhatikan dalam perubahan
penampilan, persepsi dan isi pikir.
2.5.3.3 Tidak mampu memfokuskan pikiran dan tidak terselesaikan, tidak
mampu mengorganisasikan pikiran untuk menyelesaikan masalah
2.6 Faktor Presipitasi
2.6.1 Faktor internal
Merasa gagal, kehilangan sesuatu yang bermakna, secara berulang dan
ketakutan karena adanya penyakit fisik.
2.6.2 Faktor eksternal
Adanya trauma/serangan fisik, kehilangan hubungan penting dengan
orang yang berarti dan adanya kritikan dari orang lain.
2.6.3 Faktor biokimia
Kadar dopamine yang meningkat di atas, kelebihan dopamin akibat
meningkatnya produksi dan pelepasannya.
2.7 Faktor perilaku
2.7.1 Dimensi fisik
2.7.1.1 Nutrisi tidak adekuat terhadap delusi yang menyiksa.
2.7.1.2 Kesukaran tidur
2.7.1.3 Kesenangan dan keindahan, kurang perhatian ketika area pada delusi.
2.7.1.4 Aktivitas tidak fungsional.

[6]
Kebiasaan pengobatan menolak tidak menurut aturan hidup karena
takut akan membahayakan (waham penganiayaan)
2.7.1.5 Perilaku destruktif
2.7.1.5.1 Kurang pengontrolan pikiran berdasarkan delusi.
2.7.1.5.2 Usaha bunuh diri
2.7.1.5.3 Pembunuhan
2.7.2 Dimensi emosional
1) Ekspresi emosi, kadang-kadang tidak ada
2) Takut yang berlebihan
3) Mencurigai orang lain/tidak percaya pada orang lain
4) Kasar, tidak menghargai, sukar marah
5) Terlihat bingung dan senang berfantasi
6) Merasa bersalah
7) Bermusuhan
2.7.3 Dimensi sosial
2.7.3.1 Percaya diri tidak realistik
2.7.3.2 Curiga
2.7.3.3 Menarik diri dan isolasi
2.7.3.4 Merasa dirinya orang terkenal/hebat.
2.7.4 Dimensi spiritual
2.7.4.1 Kepercayaan yang berlebihan
2.7.4.2 Tidak mampu menikmati hidup
2.7.4.3 Merasa dirinya Tuhan
2.8 Mekanisme koping
2.8.1 Denial : menghindari kenyataan yang tidak diinginkan.
2.8.2 Proyeksi : mengatakan harapan, pikiran, perasaan, motivasi sendiri
sebagai harapan.
2.8.3 Disosiasi : memisahkan diri dari lingkungan.

[7]
2.7 Diagnosa Keperawatan
Pohon Masalah
Kerusakan Akibat
komunikasi verbal

Masalah Utama
Perubahan proses
pikir waham
Causal/penyebab

Gangguan harga diri,


harga diri rendah

Diagnosa Keperawatan :
2.9 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.
2.10 Perubahan proses pikir waham berhubungan dengan harga diri rendah kronis.

2.8 Perencanaan
2.11 Diagnosa : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
perubahan proses pikir waham.
Tujuan umum : Klien dapat melakukan komunikasi verbal
Tujuan khusus : 1.Klien dapat membina hubungan saling percaya
2.Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi
3.Klien dapat membina hubungan realitas
4.Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
Perencanaan :
2.11.1 Bina hubungan saling percaya dengan pasien
2.11.2 Jangan menambah dan mendukung waham klien
2.11.3 Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung
2.11.4 Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-hari dan
perawatan diri.

[8]
2.11.5 Beri tujuan pada penampilan dan kemampuan klien yang realitas.
2.11.6 Observasi kebutuhan sehari-hari.
2.11.7 Bicara dengan klien dalam kontak realitas
2.11.8 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok
2.11.9 Diskusikan dengan keluarga tentang gejala waham, cara merawatnya.
2.12 Diagnosa 2 : Perubahan proses pikir berhubungan dengan harga diri
rendah kronis
Tujuan umum : Proses pikir baik sesuai dengan realita.
Tujuan khusus : 1.Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat
2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
3.Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
4.Klien dapat menetapkan kegiatan sesuai kondisi
5.Klien dapat menggunakan sistem pendukung yang ada.
Perencanaan :
2.12.1 Bina hubungan saling percaya
2.12.2 Diskusikan kemampuan dan aspek yang dimiliki.
2.12.3 Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit.
2.12.4 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
2.12.5 Beri kesempatan pada klien mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2.12.6 Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan harga diri rendah.

[9]
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Ruang rawat : Murai
Tanggal dirawat : 27 Agustus 2009
I. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 34 Tahun
Informal : Orang tua klien
Agama : Islam
Alamat : Timur Indah
Tanggal Pengkajian : 30 Agustus 2009
II. Alasan Masuk
Klien diantar oleh keluarga dan orang tua klien ke Rumah Sakit Jiwa, dan
Ketergantungan Obat Soeprapto Bengkulu, karena klien sering melamun
ngoceh sendirian, selalu merasa dikejar-kejar orang, bercerita sendirian tentang
hal-hal yang terlalu mewah dan tinggi yang tidak sesuai dengan keadaan klien,
merasa ada orang yang akan merebut jabatan klien.
III. Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya belum pernah mengalami gangguan kejiwaan, selama
ini klien belum pernah melakukan pengobatan. Saat ini klien tinggal bersama
kedua orang tuanya. Setelah ditinggal pergi oleh istrinya 5 tahun yang lalu,
klien tidak memiliki seorang anakpun dari istrinya ini, klien mengatakan dulu ia
bekerja di sebuah perusahaan dan adanya pembagian pendapatan yang tidak
merata. Klien menginginkan sebuah mobil tapi tidak dikabulkan oleh keluarga.
Keluarga klien mengatakan klien sering melamun, ngoceh sendirian,
selalu merasa dikejar-kejar, bercerita hal-hal yang terlalu meawah dan tinggi

[10]
yang tidak sesuai dengan keadaan klien, adanya orang yang mau merebut posisi
jabatannya.
IV. Faktor Presipitasi
Klien sering menyendiri, duduk di samping ruangan bagian luar, tidur-
tiduran, berjalan mondar-mandir, mengoceh sendirian, sering diajak bercerita,
selalu bercerita bahwa ia memiliki jabatan yang tinggi.
Masalah keperawatan :
2.7.1 Kerusakan komunikasi verbal
2.7.2 Harga diri rendah
V. Fisik
a. Tanda-tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg
S : 36,5oC
N : 84 kali/menit
RR : 22 kali/menit
b. Ukur : TB : 168 cm, BB : 65 kg
Tidak ada keluhan fisik
VI. Psikologi Sosial
1. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki / perempuan meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal satu rumah
: Bercerai

[11]
Sejak perceraian Tn. A tinggal dengan ayah dan dua orang saudaranya.
2. Konsep Diri
2.7.2.1 Citra diri
Klien merasa dirinya tampan tanpa ada kecacatan atau kekurangan pada
dirinya.
2.7.2.2 Identitas
Saya adalah seorang pekerja di PT. karet, sekarang saya tidak bekerja
lagi.
2.7.2.3 Peran
Sekarang saya tidak bisa bekerja dan beraktivitas seperti orang yang
lainnya.
2.7.2.4 Ideal diri
Jika saya sembuh nanti saya ingin melanjutkan kuliah.
2.7.2.5 Harga diri
Saya merasa tidak dihargai oleh keluarga karena tidak dibelikan mobil.
Masalah keperawatan :
Waham kebesaran
3. Hubungan Sosial
Orang yang paling berarti dalam hidupnya adalah istrinya, sebelum
mengalami gangguan kejiwaan, klien sering aktif dalam organisasi
masyarakat.
4. Spiritual
Klien merasa dirinya selalu dilindungi oleh Tuhan, klien selalu mengikuti/
melaksanakan sholat 5 waktu.
VII. Status Mental
a. Penampilan
Cara berpakaian klien kurang rapi, tapi selalu bersih karena diganti tiap
hari.

[12]
b. Pembicaraan
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, hanya saja Tn. A tidak mau
memulai pembicaraan bila tidak dimulai duluan, tidak mau memulai
pembicaraan bila tidak dimulai duluan, dan kadang-kadang membisu, klien
sering tidak nyambung dengan pertanyaan perawat.
Masalah keperawatan :
Kerusakan komunikasi verbal.
c. Aktivitas motorik
Tampak gemetar ketika klien menjulurkan tangan dan merentang kaki.
d. Alam perasaan
Gembira yang berlebihan, karena merasa mobil baru akan menjemputnya
pulang.
Masalah keperawatan :
Waham kebesaran.
e. Interaksi selama wawancara
Selalu mempertahankan pendapatnya
Masalah keperawatan :
Gangguan komunikasi verbal.
f. Persepsi
Selalu timbul ide-ide baru dari dirinya sendiri dan bercerita dari satu topik
ke topik lain yang masih ada hubungan.
MK : perubahan persepsi sensori.
g. Isi pikir
Selalu meninggi setiap semua cerita.
Masalah keperawatan :
Waham kebesaran.
h. Tingkat kesadaran
Tn. A kelihatan bingung.
i. Memori

[13]
Klien tidak ingat siapa nama isteri klien.
j. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dapat berhitung sederhana dengan baik.
VIII. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan
Frekuensi : 2 x sehari
Jumlah : 1 porsi dihabiskan.
b. BAB/BAK
BAB : 1x / hari
BAK : 3-4 x / hari
c. Mandi
Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan
d. Istirahat dan tidur
Klien tidak memiliki masalah gangguan tidur.
e. Mekanisme koping
Benial, proyeksi dan disosiasi.
ANALISA DATA

Masalah
No Data
Keperawatan
1 Data Subjektif : Waham kebesaran
Klien mengatakan adanya orang yang ingin merebut
posisinya.

Data Objektif :
Cerita selalu meninggi bicara spontan dan lambat.
2 Data Subjektif : Harga diri rendah
 Saya ingin memiliki mobil
 Saya merasa tidak dihargai oleh keluarga

[14]
dan teman-teman
Data Objektif :
 Tidak percaya diri
 Sering melamun
 Dan duduk sendiri

POHON MASALAH

Akibat Kerusakan komunikasi


verbal

Perubahan proses pikir


Masalah utama waham kebesaran

Harga diri rendah


Penyebab
kronis

3.2 Diagnosa Keperawatan :


1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses pikir
waham kebesaran.
2. Perubahan proses pikir waham kebesaran berhubungan dengan harga diri
rendah kronis.

[15]
3.3 Intervensi Keperawatan

Nama : Tn. A
Ruang : Murai

Diagnosa Perencanaan
No Tgl Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
30 Kerusakan TUM :
Agustus komunikasi Klien dapat melakukan
2009 verbal komunikasi verbal
berhubungan TUK :
dengan waham 1. Klien dapat 1.1. Klien dapat 1.1.1. Bina hubungan saling percaya 1.1.1. Hubungan saling percaya
membina hubungan mengungkapkan  Salam terapeutik sebagai dasar interaksi yang
saling percaya. perasaannya dan  Perkenalkan diri terapeutik
keadaan saat ini  Jelaskan tujuan interaksi
secara verbal.  Ciptakan lingkungan yang
tenang
 Buat kontrak yang jelas
 Tepati waktu 1.1.2. Meningkatkan orientasi
1.1.2. Jangan membantah dan dukung realita klien dan rasa percaya
waham klien klien
 Katakan perawat menerima dan

[16]
yakin
 Katakan perawat tidak 1.1.3. Waham harus dikenal
mendukung terlebih dahulu oleh perawat
1.1.3. Observasi apakah waham klien agar intervensi efektif.
2. Klien dapat Klien dapat mengganggu aktivitas sehari-hari
mengidentifikasi menunjukkan 2.1.1. Memberikan hal yang
kemampuan yang kemampuan yang positif atau pengakuan akan
dimiliki dimilikinya. 2.1.1. Beri pujian pada penampilan dan meningkatkan harga diri klien.
Klien dapat kemampuan klien yang realitas. 2.1.2. Meningkatkan/mengingatka
menyebutkan n kembali pengetahuan dan
kelemahan yang 2.1.2. Diskusikan dengan klien kemauan klien
ada pada dirinya. kemampuan yang dimiliki pada waktu 2.1.3. Untuk mengetahui sampai
lalu dan saat ini yang realistis. dimana kebutuhan waham
2.1.3. Jika klien selalu bicara tentang klien
3. Klien dapat 3.1. Klien dapat wahamnya, dengarkan sampai
mengidentifikasi menjelaskan semua kebutuhan waham tidak ada. 3.1.1. Untuk mengetahui apa
kebutuhan yang tidak kebutuhan yang kebutuhan klien.
terpenuhi tidak terpenuhi. 3.1.1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari. 3.1.2. Untuk mengidentifikasi
apa yang menjadi kebutuhan
3.1.2. Diskusikan kebutuhan yang tidak klien dan pemecahan
terpenuhi baik selama di rumah maupun masalahnya.
di rumah sakit. 3.1.3. Agar waham klien tidak
[17]
4. Klien dapat 4.1. Klien dapat 3.1.3. Atur situasi agar klien tidak meningkat.
berhubungan dengan bercerita/sesuai mempunyai waktu untuk menggunakan
realitas dengan realitas. wahamnya. 4.1.1. Untuk menghindari waham

4.1.1. Berbicara dengan klien dalam konteks 4.1.2. Agar klien dapat
realitas. berorientasi dengan realitas.
4.1.2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas 4.1.3. Meningkatkan harga diri
kelompok klien sehingga berani bergaul
5. Klien dapat 5.1. Setelah 2 kali 4.1.3. Berikan pujian terhadap tindakan dengan lingkungannya.
dukungan dari pertemuan klien positif yang dilakukan oleh klien.
keluarga dapat membina 5.1.1. Untuk mencegah terjadinya
hubungan dan kembali waham.
dukungan dari 5.1.1. Diskusikan dengan keluarga tentang :
keluarga  Gejala waham
 Cara merawatnya
Klien dapat minum  Lingkungan keluarga, follow up
6. Klien dapat obat tepat waktu, dan
menggunakan obat dosis. 6.1.1. Untuk mencegah terjadinya

dengan benar kesalahan dalam pemberian

Diskusikan dengan keluarga/klien tentang obat.

obat, dosis, frekuensi, efek dan efek 6.1.2. Untuk mengetahui

samping. bagaimana reaksi obat

[18]
Diskusikan perasaan klien setelah minum obat terhadap tubuh klien.

2 30 Perubahan TUM :
Agustus proses pikir Klien mampu
2009 waham berhubungan dengan
kebesaran orang lain tanpa merasa
berhubungan rendah diri
dengan harga
diri rendah TUK :
kronis 1. Klien dapat 1.1. Klien dapat 1.1.1. Diskusikan dengan klien kelebihan yang 1.1.1. Mengidentifikasi hal-hal
memperluas menyebutkan ada pada dirinya. positif yang dimiliki klien
kesadaran diri kemampuannya 1.1.2.Beritahu klien bahwa manusia tidak ada 1.1.2. Menghadirkan realitas
2. Klien dapat yang ada setelah 1x yang sempurna, semua memiliki yang ada pada diri klien
menyelidiki dirinya pertemuan. kelebihan dan kekurangan.
3. Klien dapat 1.2. Klien dapat 1.1.3.Anjurkan klien untuk lebih 1.1.3. Memberi kesempatan
mengevaluasi menyukai meningkatkan kelebihan yang ada pada berhasil lebih tinggi.
dirinya. kelemahan pada dirinya.
4. Klien dapat dirinya dan menjadi
membuat rencana halaman untuk
yang realistis mencapai
5. Klien mendapat keberhasilannya.
dukungan dari

[19]
keluarga untuk 2.1. Klien dapat 2.1.1.Diskusikan dengan klien ideal dirinya, 2.1.1. Untuk mengetahui sampai
meningkatkan harga menyebutkan cita- apa harapan selama di rumah sakit, dimana realitis dari harapan
dirinya. cita dan harapan rencana klien setelah pulang dan apa klien
yang sesuai dengan cita-cita yang ingin dicapai.
kemampuan setelah 2.1.2.Bantu klien mengembangkan antara 2.1.2. Membantu klien
1 x pertemuan. kemampuan yang dimilikinya. membentuk harapan yang
2.1.3.Beri reinforcement positif terhadap realistis
keberhasilan yang telah dicapai. 2.1.3. Memberi penghargaan
terhadap perilaku positif.
3.1. Klien dapat 3.1.1.Bantu klien mengidentifikasikan atau
menyebutkan keinginan yang berhasil dicapainya. 3.1.1. Mengingatkan klien bahwa
keberhasilan yang 3.1.2.Kaji bagaimana perasaan klien dengan ia tidak selalu gagal.
pernah dialaminya. keberhasilannya tersebut. 3.1.2. Memberi kesempatan
3.2. Klien dapat 3.2.1. Bicarakan kegagalan yang pernah untuk menilai dirinya sendiri.
menyebut dialami klien dan sebab-sebab terjadinya 3.2.1. Mengetahui sejauh mana
kegagalan yang kegagalan. kegagalan tersebut
pernah dialaminya. 3.2.2. Kaji bagaimana respon klien terhadap mempengaruhi klien.
kegagalan tersebut dan cara mengatasi. 3.2.2. Mengetahui koping yang
selama ini yang digunakan
oleh klien
4.1. Klien dapat 4.1.1. Bantu klien untuk merumuskan tujuan
menyebutkan yang ingin dicapai. 4.1.1. Klien tetap realistis
[20]
tujuan yang ingin 4.1.2. Diskusikan dengan klien tujuan yang terhadap kemampuan yang
dicapai setelah 1 ingin dicapai. dimilikinya.
kali pertemuan. 4.1.3. Bantu klien memilih prioritas tujuan 4.1.2. Mempertahankan klien
yang akan dicapai. untuk tetap realistis
4.1.3. Agar prioritas yang dipilih
Keluarga dapat 5.1.1. Anjurkan pada keluarga untuk sesuai kemampuan
berespon dan memberi kesempatan berhasil pada
memperlakukan klien. 5.1.1. Memberikan kesempatan
klien secara tepat. 5.1.2. Anjurkan keluarga untuk menerima pada klien untuk sukses.
klien apa adanya. 5.1.2. Membantu meningkatkan
5.1.3. Anjurkan keluarga untuk melibatkan harga diri
klien setiap pertemuan dalam keluarga. 5.1.3. Meningkatkan interaksi
klien dengan keluarga klien

[21]
3.4 Implementasi Keperawatan

No.
Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
30 TUK I 1. Salam terapeutik “Selamat siang pak” (tersenyum) S : Nama saya M, saya suka dipanggil H
Agustus 2009  Memperkenalkan diri O : Suara pelan
13.00-13.30  Berjabat tangan Bicara spontan
 Duduk bersebelahan Ekspresi tenang
 Membuat kontrak A : Adanya hubungan saling percaya
 Menunjukkan sikap empati P : Pertemuan berikutnya klien dapat mengidentifikasi
Nama saya, mahasiswa STIKES Tri Mandiri Sakti kemampuan yang dimiliki.
Bengkulu, praktek di sini selama satu minggu.

30 2. Salam terapeutik S : Saya adalah seorang tempat konsultan masalah pertanian


Agustus 2009  Mengingat kontrak, topik, waktu dan tempat dan saya bekerja di perusahaan karet dan pertamina, saya
14.00-15.00 apakah Bapak masih ingat pertemuan kita yang kemarin, di sini lagi menunggu sebuah mobil baru datang.
pertemuan sekarang kita akan membicarakan apa ? O : Bicara spontan
 Mengevaluasi kemampuan TUK 1 apakah Bapak Pelan
mengingat salah ? Inkoheren terkadang
 Membantu klien mengidentifikasi kemampuan Ekspresi tenang
yang dimilikinya. Kontak mata lama
Apa contoh keberhasilan yang telah Bapak raih ? A : Waham klien telah diketahui dan mengidentifikasi apa

[22]
 Mendorong klien untuk mengungkapkan yang menjadi kemampuan klien
perasaannya untuk bercerita. P : Pertemuan berikutnya klien dapat menjelaskan semua apa
 Memberi pujian kepada klien atas ungkapan yang menjadi kebutuhan klien.
selama interaksi, bagus bapak sudah banyak bercerita
tentang diri Bapak.
 Menyimpulkan kemampuan selama interaksi
 Tadi Bapak mengatakan bahwa Bapak adalah
sebagai seorang tempat konsultan masalah pertanian,
bapak orang yang hebat !!, hanya saja karena mobil
belum diberikan bapak jadi istirahat dan menunggu di
sini.
 Mengakhiri pertemuan “Baiklah pak pertemuan
kita cukup sampai di sini.
Besok kita bertemu lagi pada jam 12.00 Wib, kita akan
bicara mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak
terpenuhi.
TUK 3 S : Klien mengatakan saya ingin dan harus memiliki sebuah
 Selamat siang Bapak ! apa bapak sudah Sholat mobil.
Zukur O : Emosi sedikit meningkat
 Mengingat kontrak apakah Bapak masih ingat kita Suara pelan
akan membicarakan apa ? Kontak mata
 Sekarang tolong Bapak jelaskan apa kebutuhan A : Telah dapat diidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan
[23]
sehari-hari Bapak dan apa kebutuhan Bapak yang tidak klien
terpenuhi ? P : Pertemuan berikutnya klien dapat berhubungan dengan
 Menyimpulkan cerita klien, bahwa ia sekarang realitas.
lagi membutuhkan sebuah mobil.
 Menjelaskan kepada klien bahwa kita tidak terlalu
mengharapkan sesuatu yang diluar kemampuan.
 Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas-
TUK 4 aktivitas bermanfaat dan tidak ada waktu untuk wahamnya. S : Klien bercerita saya dulunya hampir tertangkap di
 Bapak besok kita bertemu lagi untuk bercerita Malaysia karena membawa intan emas dan berlian untuk
lagi. presiden
O : Semangat
 Selamat pagi ! Bapak kelihatannya sudah rapi Kontak mata
sekali. Banyak berbicara tentang kelebihan yang dimiliki.
A : Klien belum dapat berhubungan dengan realitas dan perlu
 Bapak masih ingat kontrak kemarin ? ditingkatkan lagi
 Mengajak klien bercerita tentang keadaan yang P : Pertemuan berikutnya besok luas, masih pada intervensi
realitas pada hari ini. yang sama perlu ditingkatkan
 Menganjurkan klien untuk bermain dan
TUK 5 bergabung bersama teman-teman klien yang lainnya. S : Klien mengatakan sudah tahu tentang bentuk dan nama
 Memberi pujian terhadap tindakan yang dilakukan obat serta dosis untuk dimakan
pasien. O : Memperhatikan obat yang diperlihatkan oleh perawat
TUK 6 Menanyakan satu persatu obat yang dikenal
[24]
A : Dapat menyebutkan jenis dan nama obat dan guna obat
P : Klien dapat berhubungan dengan realitas.

 Tidak terlaksana dikarenakan tidak bertemu


dengan keluarga klien

TUK 1  Bapak masih ingat apa-apa saja yang sudah kita S : Selamat pagi Bu ....
bicarakan sesuai kontrak ? Klien mengatakan jika saya tidak memiliki mobil jabatan
saya akan diturunkan.
 Mengobservasi responden verbal dan non verbal Teman-teman saya sudah pakai mobil semua.
di saat ini. O : Klien menjawab singkat, menunduk, bicara pelan
 Mendiskusikan dengan klien macam-macam obat A : Klien mampu mengungkapkan kelebihan dan
yang dimakan CPZ (warnanya kuning orange, Heximer kekurangannya.
(warna kuning), Codameg (warna biru) dimakan 3x sehari. P : Pertemuan berikutnya tentang menyelidiki diri.

 Selamat siang Bapak ? sudah makan siang ? dan


sudahkah bapak minum obat ?

 Mengingat kontrak kemarin dan topik apakah


Bapak masih ingat, kita sedang ingin membicarakan apa ?
waktu 15 menit.
 Mengobservasi respon verbal dan non verbal.
[25]
TUK 2  Mendiskusikan kelebihan dan kelemahan klien, S : Saya ingin cepat pulang dan saya ingin membeli sebuah
bapak sudah cukup hebat dan pintar dan bukan berarti jika mobil dan melanjutkan kuliah.
tidak punya mobil Bapak akan turun dari jabatan, bapak O : Bicara lancar
masih banyak orang-orang yang tidak bisa makan dan tidak Kontak mata lama
mempunyai pekerjaan tetapi mereka masih dapat menjalani A : Klien belum dapat menyelidiki dirinya dan perlu
kehidupan. ditingkatkan lagi.
 Menyimpulkan hasil pertemuan, klien terlihat P : Rencana dilanjutkan dan buat kontrak pertemuan
mulai dapat menerima penjelasan dari perawat berikutnya.
 Mengakhiri pertemuan dan menyepakati
pertemuan besok.

 Selamat pak Bapak ? apakah bapak sudah mandi


pagi ?
 Apakah bapak masih ingat perjanjian kita bahwa
TUK 3 kita hari ini akan membicarakan apa ? S : Selamat siang bu
 Mengevaluasi TUK sebelumnya terutama tentang Saya masih ingat kita akan membuat jadwal kegiatan
kemampuan yang dimiliki klien. saya kan ?
 Mengobservasi kepada klien apa harapan selama Saya menyapu
dirawat dan apa rencana setelah pulang. Sholat sesuai waktu
 Membantu klien untuk mengembangkan Mandi 2 kali
keinginan dan kemampuan yang dimiliki. Bermain dan bergabung dengan teman yang lainnya.
Saya percaya Bapak pasti bisa asalkan bapak mau berusaha O : Bicara lancar
[26]
dan dalam keadaan sembuh Ekspresi tenang
Mengakhiri pertemuan dan membuat kontrak untuk Kontak mata lama
pertemuan berikutnya. A : Dapat melaksanakan jadwal kegiatan yang dibuat
P : Klien dapat membuat rencana kegiatan yang lebih baik
 Menyampaikan salam terapeutik selamat pagi dengan bantuan perawat.
Bapak ! lagi nonton acara apa ?
 Mengevaluasi TUK sebelumnya.
 Memberi pujian atas kemampuan yang
dimilikinya.
 Membantu membuat rencana realistik sesuai
kemampuan klien
 Mendiskusikan kegiatan yang biasa dilakukan
secara nyata.
 Mendorong klien untuk melaksanakan rencana
yang telah dibuat, mulai nanti sore Bapak sudah bisa
melaksanakan jadwal yang telah kita buat.
 Pertemuan siang ini kita sudah cukup bagus,
Bapak sudah dapat membuat jadwal yang telah kita buat

[27]
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gangguan alam perasaan, ditandai dengan syndrome depresi parsial/
penuh, atau kehilangan minat/kesenangan pada aktivitas yang biasa dan yang
dilakukan pada waktu lalu ditandai dengan gangguan fungsi sosial/okupasi.
Waham adalah gangguan proses pikir yang ditandai dengan keyakinan,
ide-ide pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan tidak bisa diubah dengan
logika/bukti-bukti yang nyata.
4.2 Saran
Agar dapat memberikan dukungan mental dan seoptimal pada pasien
dalam proses penyembuhan dan mampu merawat pasien di rumah agar tidak
kambuh lagi hari ini. Dikarenakan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam
memotivasi pasien untuk cepat sembuh dan meningkatkan harga diri pasien serta
kepercayaan pasien.

[28]
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E. Doenges. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. Jakarta : EGC.


Stuart dan Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Budi Ana Keliat, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan
Keluarga. Jakarta : PT. Fajar Interpratama.

[29]

You might also like