Professional Documents
Culture Documents
....>>>>>>>>>>
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Selasa, 27 Maret 2012
Laporan Inalum
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekayaan alam Indonesia memiliki sejuta manfaat yang tersimpan indah dan
sangat potensial yang masih menunggu tangan-tangan ahli untuk dapat dimanfaatkan
secara maksimal demi kesejahteraan umat manusia. Sungai Asahan yang mengalirkan
air Danau Toba di Sumatera Utara ke selat Malaka merupakan salah satu contoh dari
potensi alam tersebut.
Menyadari potensial yang tersimpan begitu besar, maka pemerintah mengambil
langkah strategis untuk memanfaatkan aliran Sungai Asahan tersebut untuk
membangkitkan tenaga listrik yang seiring dengan pembangunan Pabrik Peleburan
Aluminium sebagai konsumen tunggal listrik yang dihasilkan, yaitu PLTA Siguragura
yang terletak di Paritohan, kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Toba Samosir
dan PLTA Tangga serta Pabrik Peleburan Aluminium PT. INALUM yang terletak di
Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara (dahulunya Kabupaten
Asahan). Dengan demikian, PT. INALUM telah berhasil mengangkat nama Indonesia
sebagai salah satu negara pengekspor Aluminium Ingot (Batangan) di dunia. Untuk
mendapatkan produk yang bermutu tinggi dan berdaya saing di pasar global, tentunya
perlu dilakukan pengujian terhadap bahan baku, bahan dalam proses dan juga produk
aluminium yang dihasilkan. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui Operasi pada
Tungku Reduksi di Pabrik Reduksi PT. INALUM dari tanggal 21 Juni s/d 05 Agustus
2010.
D. Batasan Permasalahan
1. Setiap mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan harus melakukan kerja praktek
pada perusahaan atau lembaga/instansi pemerintah atau swasta.
2. Kerja praktek dilakukan di PT. INALUM di Kuala Tanjung, yaitu perusahaan yang
bergerak di bidang pembuatan aluminium batangan (ingot). Secara khusus, kerja
praktek dilakukan pada proses operasi tungku reduksi aluminium diSmelter Reduction
and Casting (SRC).
3. Kerja praktek ini harus bersifat latihan kerja yang berdisiplin dan bertanggungjawab
sesuai dengan aturan pada perusahaan bersangkutan.
E. Sistematika Penulisan
1. Tahap persiapan
Mempersiapkan hal-hal yang perlu untuk kegiatan kerja praktek, seperti pengenalan
perusahaan, membuat permohonan kerja praktek pada departemen dan perusahaan,
konsultasi dengan koordinator kerja praktek dan dosen pembimbing serta membuat
proposal.
2. Studi Literatur
Mempelajari buku-buku, karangan ilmiah, majalah yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi di lapangan.
3. Peninjauan Lapangan
Melihat secara langsung keadaan perusahaan, pengenalan dengan pimpinan. Staff dan
karyawan.
4. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data-data untuk menyusun laporan kerja praktek dari perusahan. Data-
data yang dikkumpulkan mengenai aspek perusahaan, organisasi dan manajemen tenaga
kerja, proses produksi dan data lain yang bersangkutan dengan akademis.
5. Analisis dan evaluasi data
Data yang telah diperoleh/dikumpulkan, dianalisa dan dievaluasi dengan menggunakan
metode yang telah diterapkan.
6. Pembuatan draft laporan kerja praktek
Membuat penulisan draft kerja praktek sehubungan dengan data-data yang diperoleh
dari perusahaan dengan diketik.
7. Diskusi dengan pembimbing
Mengasistensi draft kerja praktek kepada pembimbing lapangan dan dosen
pembimbing, serta didiskusikan dengan koordinator kerja praktek.
8. Penulis laporan kerja praktek
Draft kerja praktek yang sudah diasistensikan kemudian dijilid.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4) Pendidikan
Dalam rangka mendorong semangat belajar para pelajar setempat, PT. INALUM pada
tahun 1997 menyediakan beasiswa tidak mengikat kepada mereka yang belajar di
Universitas Sumatera Utara, STM dan SMA sekitar proyek pada masa konstruksi.
Sedangkan bagi siswa SD dan SMP yang berprestasi disediakan TABANAS oleh
Perusahaan.
5) Fasilitas Umum
Di kedua proyek ini dibangun gedung Sekolah, Mesjid, Gereja, dan Rumah Sakit yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. PT. INALUM juga menyerahkan Gedung dan
fasilitas telekomunikasi berkapasitas 1000 satuan sambungan kepada PERUMTEL
pada akhir tahun 1980.
6) Fasilitas lainnya
Selain TK, SD dan SMP yang dibuka sejak 1981 dan dikelola oleh Depdiknas, terdapat
juga berbagai fasilitas lain. Diantaranya : lapangan sepakbola, lapangan volly ball,
lapangan tenis, lapangan golf, kolam renang, gedung pertemuan dan olah raga,
supermarket, pertokoan, internet, telekomunkasi, kantor pos dan juga danau buatan.
D. Manfaat PT. INALUM
Perusahaan menyadari bahwa kelancaran Pembangunan dan keberhasilan
operasionalnya, tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama yang baik dengan
pemangku amanahnya (stakeholder). Oleh karena itu, Perusahaan melakukan berbagai
kegiatan seperti dalam bidang Keagamaan, Pendidikan, Pemberdayaan Masyarakat,
Olahraga dan Kebudayaan, Kepemudaan dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk menciptakan hubungan baik dengan masyarakat di sekitarnya.
E. Kinerja Perusahaan
1. Produksi
Desain produksi aluminum ingot PT. INALUM adalah 250.000 ton aluminium per tahun.
Namun dengan adanya technology Improvement yang dilakukan oleh karyawan PT.
INALUM, kini produksi PT. INALUM jauh di atas desain produksinya. Tingkat
efisiensi penggunaan arus juga meningkat lebih dari 92%. Kapasitas produksi
aluminium batangan PT. INALUM sangat bergantung pada jumlah listrik yang
dihasilkan oleh PLTA PT. INALUM. Sedangkan PLTA PT. INALUM sangat bergantung
pada kondisi permukaan air Danau Toba sebagai sumber air utama Sungai Asahan.
2. Sertifikasi dan Penghargaan
Sertifikat Internasional dan penghargaan yang telah diterima PT. INALUM adalah :
a. Quality Management System (QMS) PT. INALUM telah mendapatkan sertifikasi
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 dari SGS, Internasional dan memperoleh 2 (dua)
sertifikat, masing-masing :
1) No. AU98/1054 sejak Pebruari 1988 untuk PLTA.
2) No. : ID03/0239, sejak April 1988 untuk Pabrik Peleburan.
b. Environment Management System (EMS)
Dalam rangka turut melestarikan lingkungan, PT. INALUM telah mendapatkan
sertifikat ISO 14001 tentang Sistem Managemen Lingkungan No. : GB02/55087
sejak April 2002 dari SGS Internasional.
c. Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT. INALUM
telah menerapkan Sistem Manajemen K3 dan Mendapatkan predikat Bendera Emas
(Gold Flag) sebanyak 2(dua) kali yaitu pada tahun 2005 & 2008 (Sertifikat No. :
00351/SE/2004 & No. : 00351/SE/2007 untuk PLTA dan Sertifikat No. :
00352/SE/2004 & No.: 00352/SE/2007 untuk Pabrik Peleburan) dari Kementrian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Proper PT. INALUM juga telah mendapatkan 3 (tiga)
kali peringkat BIRU dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER)
yaitu pada tahun 2004, 2005 dan 2008 dari Kementrian Lingkungan Hidup
Indonesia.International Ship & Port Facility Security (ISPS) Code Untuk mendeteksi
ancaman keamanan dan tindakan pencegahan di Pelabuhan, PT INALUM telah
mendapatkan sertifikasi ISPS Code No. : 02/1060-DV tanggal 3 Juni 2005 dari
Pemerintah Republik Indonesia.
d. Syahwali Awards
Perusahaan juga menerima Syahwali Awards tentang Environmentally Friendly
Businessman pada tanggal 13 Nopember 1992 dariIndonesian Environmental
Management and Information Center (IEMIC).
Alih Teknologi
Pembangunan PT. INALUM merupakan suatu kesempatan baik untuk alih teknologi
dan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh putra-putri Indonesia sebagai suatu
medan latihan. Untuk memenuhi harapan ini dilakukanlah alih teknologi dari para
kontraktor asing. Pembangunan PT. INALUM membutuhkan teknologi yang rumit.
Dengan berpartisipasi dalam pembangunan proyek ini banyak staf dan karyawan
Indonesia memperoleh kesempatan untuk melangkahkan kakinya ke gerbang teknik
konstruksi modern yang diperolehnya dari para kontraktor Jepang. Banyak pula staf
Indonesia yang bekerja pada perusahaan kontraktor Jepang dan sub kontraktornya
dikirim ke Jepang untuk mengikuti pelatihan.
F. Proses Produksi
Pabrik peleburan Aluminum disebut juga Proyek “Listrik Dalam Kaleng”, sebab
listrik yang dihasilkan oleh Pembangkit listriknya sebagian besar digunakan untuk
kepentingan pabrik peleburan. Listrik yang dihasilkan melalui PLTA PT. INALUM, yang
terletak di Sungai Asahan, disalurkan ke Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala Tanjung
melalui 275 Kv jaringan transmisi. Bahan baku untuk Aluminium dibongkar di pelabuhan
PT. INALUM dan dimasukkan ke dalam silo masing-masing melalui belt conveyor.
Alumina di dalam silo kemudian dialirkan ke Dry Scrubber System untuk direaksikan
dengan gas HF dari tungku reduksi. Reacted alumina tersebut kemudian dibawa
ke Hopper Pot dengan Anode Changing Crane (ACC) dan dimasukkkan ke dalam tungku
reduksi. Kokas yang ada di dalam silo dicampur dengan butt atau puntung anoda dan
dipanaskan dulu. Material-material tersebut dicampur dengan pitch sebagai
perekatnya. Kemudian material tersebut dicetak di shaking Machine menjadi blok
karbon mentah. Blok tersebut kemudian dipanggang di baking furnace. Anoda yang
sudah dipanggang kemudian dibawa ke pabrik penangkaian untuk diberikan tangkai,
namanyaAnode Assembly. Anode assembly ini kemudian dibawa ke Pabrik Reduksi
dengan kendaraan khusus, Anode Transport Car (ATC) untuk digunakan sebagai
elektroda dalam proses elektrolisa. Setelah anoda tersebut dipakai selama kurang
lebih 30 hari di dalam pot, puntung anoda tersebut diganti dengan yang baru. Puntung
tersebut kemudian dipecah di pabrik penangkaian untuk kemudian dipakai lagi. Di
dalam tungku reduksi, alumina akan dielektrolisa menjadi aluminium cair. Setiap 32
jam, setiap pot akan dihisap 1,8 sampai 2 ton aluminium. Aluminium cair ini kemudian
dibawa ke pabrik Penuangan dengan Metal Transport Car (MTC) dan dituangkan ke
dalamHolding Furnace. Setelah mendapat proses lanjutan, aluminium cair ini dicetak
di Casting Machine menjadi Ingot, beratnya 22,7 kg per batang. Aluminium batangan
(ingot) ini kemudian diikat dan siap untuk dipasarkan. PT. INALUM memiliki tiga pabrik
utama, yaitu:
1. Pabrik Anoda Karbon
Blok anoda karbon yang disebut Blade Block (BB) diproduksi di pabrik karbon dengan
menggunakan bahan baku berupa kokas (Petroleum Coke) yang didatangkan dari
Jepang dan Amerika, dan Pitch keras (hard pitch) yang telah dicairkan dan berfungsi
sebagai binder/perekat yang diimpor dari Jepang. Disamping itu, sisa anoda dari
tungku reduksi (Butt) dan bongkahan bekas dari pabrik pemanggangan masih
digunakan sebagai bahan untuk pembuatan anoda blok. Proses pembuatan anoda blok
ini terdiri atas :
a. Pembuatan Blok Anoda Mentah di pabrik Anoda Mentah (green Plant) Kokas yang
berasal dari penyimpanan kokas (Coke Silo) dibawa ka pabrik anoda mentah
menggunakan ban berjalan yang disebut belt conveyor dan bucket elevator.
Selanjutnya dilakukan penyaringan secara gravitasi dengan menjatuhkan kokas dari
tingkat 8 sehingga tersaring sesuai dengan ukurannya. Setelah penyaringan, maka
diperoleh kokas dengan ukuran sebagai berikut:
1) Kasar-1 (Coarse-1) : 5-18 mm
2) Kasar-2 (Coarse-2) : 1-5 mm
3) Menengah (medium) : 0,2-1 mm
4) Halus (fine) : < 0,2 mm
Hal-hal yang perlu dikontrol untuk anoda mentah yang baik adalah :
1) Kontrol kokas : pengaturan terhadap komposisi ukuran kokas, karena akan
mempengaruhi pemakaian hard pitch.
2) Temperatur pencampuran : temperatur sangat mempengaruhi pasta yang dihasilkan.
3) Proses pencetakan blok anoda di shaking machine.
4) Pemanggangan Blok anoda mentah di Pabrik Pemanggangan Anoda (Backing Plant) Blok
anoda mentah dari pabrik anoda mentah diangkut ke pabrik pemanggangan
menggunakan Chain conveyor. Di PT. INALUM terdapat 106 tungku pemanggangan
anoda yang berukran 5 x 6 x 5 meter. Kapasitas 1 tungku adalah 75 anoda. Proses
pemanggangan ini terdiri atas 5 tahap :
a) Anode Baking Crane (ABC)
b) Pemanasan awal (Preheating)
c) Pembakaran awal (Burning)
d) Pendinginan (Colling System)
e) Pengeluaran blok anoda (Discharging) dari furnace.
Setiap furnace terlebih dahulu dilapisi dengan kokas penyekat, baru kemudian diisi
dengan blok anoda sebanyak 3 tingkat. Setiap tingkat terdiri atas 5 blok anoda.
Sebelum furnace ditutup bagian atas blok anoda dilapisi dengan bola-bola keramik
(Ceramic Ball) untuk mencegah terjadinya oksidasi. Kemudian diadakan pemanasan
secara bertahap. Kecepatan pengaliran udara diatur sedemikian rupa, sehingga suhu
naik secara bertahap mulai dari 200oC hingga 1250oC. Karena pembakaran yang terjadi
merupakan proses kalsinasi hard pitch (hard pitch terdiri dari 65% karbon), sehingga
bila pembakaran tidak baik, maka kualitas anoda yang dihasilkan menjadi tidak baik
juga. Blok anoda yang telah dipanggang didinginkan secara bertahap kemudian
dikeluarkan menggunakan ABC.
b. Penangkaian Anoda Karbon di pabrik penangkaian (RoddingPlant)
Anoda yang telah dipanggang di backing plant diangkut ke Blok pabrik penangkaian
untuk diberi tangkai. Anoda-anoda yang telah diberi tangkai ini siap untuk digunakan
di pabrik peleburan aluminium. Tangkai yang digunakan terbuat dari aluminium yang
pada awalnya didatangkan dari Jepang. Tangkai ini dapat digunakan berulang kali,
dengan kata lain bahwa tangkai yang digunakan adalah tangkai yang sudah dipakai
sebelumnya di tungku reduksi. Pada saat pencetakan anoda mentah, pada sisi atas
anoda tersebut telah dibuat lobang sebagai tempat pemasangan tangkai. Agar blok
anoda dan tangkai dapat bersatu dengan kuat, maka digunakan besi tuang (Cast Iron).
Setelah diberi tangkai, anoda tersebut disemprot dengan aluminium cair untuk
mengurangi terjadinya oksidasi antara karbon dan udara. Sebagian anoda yang telah
diberi tangkai tidak disempot yang akan digunakan untuk starter tungku reduksi yang
baru selesai dikonstruksi ulang atau diperbaiki.
2. Pabrik Reduksi
Aluminium merupakan unsur yang sangat reaktif sehingga mudah teroksidasi. Karena
sifatnya itu, di alam tidak ditemukan aluminiun dalam bentuk unsur, melainkan senyawa
oksida. Umumnya dalam bentuk oksida alumina atau silikat. Proses produksi aluminium
yang digunakan saat ini ditemukan secara bersamaan oleh Charles Hall di USA dan
Paul Herloult di Prancis pada tahun 1886. Prosesnya adalah elektrolisa larutan alumina
(Al2O3) di dalam lelehan Kriolit (Na3AlF6) pada temperatur 980oC, sehingga
menghasilkan aluminium cair. Pot atau tungku reduksi berbentuk kotak baja persegi
yang dindingnya berlapiskan batu isolasi atau batu tahan api (Brick) dan pasta yang
disebut Castable. Di dasar pot terdapat katoda karbon yang dihubungkan dengan
kolektor bar, yang berfungsi sebagai penghantar listrik. Di bawah katoda
dilapisi brick. Di PT. INALUM terdapat 510 unit pot reduksi yang terbagi menjadi 3
gedung, sehingga di masing-masing gedung terdapat 170 pot. Arus listrik yang
digunakan sebesar 190 KA-195 KA, dengan tegangan rata-rata di setiap pot 4,3 Volt.
a. Operasi Pot Reduksi
Bahan baku yang digunakan dalam proses peleburan aluminium ini adalah alumina yang
diperoleh dari Bauksit (Al2O3.xH2O) melalui proses Bayer. Bahan baku diimpor dari
Australia dan India. Pada proses peleburan aluminium dalam pot reduksi dahulu
dilakukan beberapa proses, yaitu :
1) Backing atau Preheating
Backing atau preheating pamanasan blok katoda secara bertahap, tujuannya untuk
menghindari dasar diletakkan di anoda dan katoda. Kokas dasar ini berfungsi sebagai
penghantar listrik dari anoda ke katoda. Pada saat baking arus listrik dialiri untuk
mencegah thermal shock yang mungkin terjadi bila pot yang masih dingin tiba-tiba
dioperasikan pada temperatur tinggi. Sebelum dilakukan breaking, kokas dimasukkan
secara bertahap ke dalam pot. Kokas dimasukkan secara perlahan, sehingga membara,
memanasi permukaan blok anoda, blok katoda dan dinding samping pot. Operasi ini
berlangsung selama 72 jam. Pada akhir baking temperatur blok katoda sekitar 750 ºC
dan siap untuk di start up.
2) Start Up
Merupakan proses menghidupkan pot yang baru diperbaiki maupun baru dikonstruksi
ulang, sehingga elektrolisa bisa berlangsung. Proses ini diawali dengan mengeluarkan
kokas dasar dan memutuskan arus listrik yang mengalir ke pot. Kemudian
dimasukkan bath cair (Kriolit) sebanyak 6 ton ke dalam pot. Setelah itu arus listrik
dialirkan kembali ke dalam pot sehingga proses elektrolisa berlangsung. Agar terjadi
kesetimbangan panas (heat balance) di dalam pot, 20 jam atau 72 jam setelah start
up metal cair dimasukkan ke dalam pot sebanyak 12 ton, dan selanjutnya mengalami
proses transisi.
3) Transisi
Masa transisi merupakan masa peralihan dari start up menuju normal. Selama tahap
ini, komposisi bath, tinggi metal dan tinggibath harus dijaga sesuai dengan
standarnya. Dalam proses ini terjadi pembentukan kerak samping yang berguna
sebagai pelindung dinding samping dari serangan bath yang korosif. Meskipun masa
transisi ini hanya berlangsung 35 hari, tetapi sangat menentukan umur dan kestabilan
pot.
b. Operasi normal
Operasi normal adalah keadaan dimana pot sudah berada dalam keadaan stabil dan
dapat dioperasikan untuk proses elektrolisa.Selama pot dalam keadaan normal,
pekerjaan utama yang biasa dilakukan antara lain :
1) Penggantian anoda (anode changing) dan penaikan busbar anoda
Setiap unit pot terdapat 18 buah anoda yang masa pakainya rata-rata 27 hari. Supaya
tegangan tetap stabil dan proses elektrolisa berjalan dengan baik, penggantian anoda
dilakukan secara berkala dan teratur. Setiap hari biasanya dilakukan penggantian satu
anoda untuk tiap pot. Penggantian anoda ini dilakukan menggunakan alat yaitu Anode
Canging crane (ACC). Busbar anoda adalah aluminium penghantar listrik, untuk
menjepit tangkai anoda. Busbar ini dapat naik turun menggerakkan seluruh anoda,
karena anoda terkonsumsi oleh proses elektrolisa maka busbar akan turun. Secara
berkala busbar akan dinaikkan ke posisi semula. Pekerjaan penggantian anoda dan
penaikkan busbar dilakukan dengan bantuan Anode Changing Crane (ACC).
2) Pengambilan aluminium cair (Metal Tapping)
Pengambilan aluminium cair hasil proses reduksi, setiap hari di tapping (diambil) atau
dihisap dengan cara vakum menggunkanvacum ladle yang digantungkan pada Anode
Changing Crane (ACC).
Pengambilan aluminium cair dilakukan setiap 32 jam sekali. Banyaknya metal cair yang
diambil dari setiap pot berkisar antara 1,5 ton. Aluminium cair yang diambil dari pot
dibawa langsung kecasting shop menggunakan Metal Transpor Car (MTC).
3) Pemasukan material
Material yang dimaksud disini adalah AlF3 merupakan adiktif (reacted alumina) untuk
mengimbangi penguapan gas fluorida dan menjaga kondisi bath agar tetap
stabil. Bath cair perlu dimasukkan atau dikeluarkan dari dalam pot bila tidak sesuai
dengan standar tinggi bath, antara 20-24 cm. Pemasukan dan pengeluarannya
dilakukan secara manual menggunakan kereta bathsetiap harinya.
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN
A. Struktur Organisasi
Setiap orang tentu mempunyai tujuan dan berusaha untuk mencapainya. Tujuan itu
akan berbeda bagi setiap orang antara lain karena pengaruh pengetahuan dan
pengalamannya berbeda. Namun, demikian setiap orang akan sama dalam satu hal yaitu
ingin mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidupnya, antara lain kebutuhan akan
sandang pangan, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk bergaul, kebutuhan
untuk dihargai dan kebutuhan diakui keberhasilannya.
Oleh karena manusia secara kodrat terbatas kemampuannya maka dia tidak dapat
memenuhi kebutuhannya secara sendiri. Dia harus bekerja sama dengan orang lain
untuk mencapai tujuannya, atau berorganisasi.
Struktur organisasi berbentuk Garis dan Staf berdasarkan fungsi:
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
a. RUPS adalah organ Perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi.
RUPS terdiri dari :
1) Rapat tahunan yang diadakan selambat-lambatnya pada akhir bulan September setiap
tahun kalender.
2) Rapat Umum Luar biasa diadakan setiap saat jika dianggap perlu oleh Direksi
dan/atau Pemegang Saham.
b. Hak dan wewenang RUPS adalah mengangkat dan memberhentikan Komisaris dan
Direksi.
2. Komisaris
a. Keanggotaaannya
1) Komisaris terdiri dari sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota, salah seorang
diantaranya bertindak sebagai Presiden Komisaris.
2) Para anggota Komisaris dan Presiden Komisaris diangkat oleh RUPS dari calon-calon
yang diusulkan oleh para Pemegang Saham pihak asing dan Pemegang Saham Pihak
Indonesia sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pihak
dengan keentuan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang anggota komisaris harus dari
calon yang diusulkan oleh Pemegang Saham pihak Indonesia.
3) Anggota Komisaris dipilih untuk jangka waktu yang berakhir pada penutupan Rapat
Umum Pemegang Saham tahunan yang kedua setelah mereka terpilih dengan tidak
mengurangi hak Rapat Umum Pemegang saham untuk memberhentikan para anggota
Komisaris sewaktu-waktu dan mereka dapat dipilih kembali oleh Rapat Umum
Pemegang Saham.
b. Tugas dan wewenang
1) Komisaris bertugas mengawasi kebijakan direksi dalam menjalankan perseroan serta
memberikan nasihat kepada Direksi.
2) Komisaris dapat meminta penjelasan tentang segala hal yang dipertanyakan.
3) Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara waktu seorang atau
lebih anggota Direksi berdasarkan keputusan yang disetujui oleh lebih dari ½ jumlah
anggota komisaris jikalau mereka bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar
dan/atau Undang-Undang dan peraturan yang berlaku.
3. Direksi
a. Keanggotaan
1) Direksi terdiri dari sekurang-klurangnya enam orang anggota, diantaranya seorang
sebagai Presiden Direktur.
2) Para anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang saham.
3) Para anggota Direksi diangkat dari calon-calon yang diusulkan oleh para pemegang
saham pihak Indonesia sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-
masing pihak dengan ketentuan sekurang-kurangnya satu orang anggota Direksi harus
dari calon yang diusulkan oleh Pemegang Saham pihak Indonesia.
4) Tidak kurang dari dua orang anggota Direksi termasuk seorang anggota yang
dicalonkan oleh pemegang Saham Pihak Indonesia harus berkebangsaan Indonesia.
b. Masa Jabatan
1) Para anggota Direksi dipilih untuk jangka waktu yang berakhir pada penutupan Rapat
Umum Pemegang Saham tahunan yang kedua setelah mereka terpilih dengan tidak
mengurangi hak Rapat Umum Pemegang saham untuk memberhentikan para anggota
Direksi sewaktu-waktu dan mereka dapat dipilih kembali oleh Rapat Umum Pemegang
Saham.
2) Dalam hal terdapat penambahan anggota Direksi, maka masa jabatan anggota Direksi
tersebut akan berakhir bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan anggota Direksi
lainnya yang telah ada, kecuali Rapat Umum Pemegang Saham menetapkan lain.
c. Tugas dan wewenang
1) Direksi bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan
perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya.
2) Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi ditetapkan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham dapat dilimpahkan kepada Komisaris.
3) Direksi untuk perbuatan tertentu atas tanggung jawabnya sendiri, berhak pula
mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasa yang diatur dalam surat
kuasa.
4) Direksi berhak mewakili Perseroan di dalam atau di luar pengadilan serta melakukan
segala tindakan dan perbuatan baik mengenai pengurusan maupun mengenai pemilikan
serta mengikat Perseroan dengan pihak lain dan/atau pihak lain dengan Perseroan,
dengan pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
4. Presiden direktur
Presiden Direktur adalah salah seorang anggota Direksi yang oleh karena jabatannya
berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili
Perseroan.
5. Direktur
Direktur adalah anggota Direksi yang oleh karena jabatannya melaksanakan tugas
untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan ruang lingkup tugas/fungsi masing-masing
seperti tersebut di bawah ini:
a. Umum dan Sumber Daya Manusia
b. Perencanaan & Keuangan
c. Bisnis
d. Produksi
e. Teknologi Peleburan
f. Pembangkit Listrik
g. Koordinasi Keuangan
6. Divisi
Badan atau orang yang dibentuk/ditugaskan untuk membantu Direktur dalam
menuangkan ketentuan-ketentuan yang akan dilaksanakan berdasarkan ruang
lingkup/fungsi direktur masing-masing. Divisi dikepalai oleh seorang Deputy General
Manager.
7. Departemen
Badan atau orang yang dibentuk/ditugaskan untuk melaksanakan dari ketentuan-
ketentuan yang telah digariskan/ditentukan oleh Divisi masing-masing. Departemen
dikepalai oleh Senior Manager.
8. Seksi
Badan atau orang yang dibentuk/ditugaskan untuk melaksanakan setiap kebijaksanaan
yang telah ditentukan/digariskan oleh Departemen masing-masing. Seksi dikepalai
oleh Manager.
9. Sub-Seksi
Badan atau orang yang dibentuk/ditugaskan untuk melaksanakan setiap kebijaksanaan
yang telah ditentukan/digariskan oleh Seksi masing-masing. Sub-Seksi dikepalai oleh
Junior Manager (JM).
10. Auditor Internal (AI)
Auditor Internal merupakan unit organisasi yang berdiri sendiri yang bertanggung
jawab atas pemeriksaan dan penilaian kegiatan Perusahaan dan melaporkan hasil
pemeriksaan dan penilaian tersebut kepada Presiden Direktur. Auditor Internal di
bawah pengawasan Presiden Direktur membantu anggota organisasi yang bertanggung
jawab atas tugas yang mereka emban dengan cara memberikan analisis, penilaian,
rekomendasi, pemberian nasihat dan informasi.
11. Wakil Manajemen Untuk ISO 9001:2000, ISO 14001:2004 Dan SMK3
(MR)
Management Representative (Wakil Manajemen) untuk Sistem Manajemen Mutu
Standar ISO 9001, Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) diangkat dan bertanggung jawab kepada
Presiden Direktur melaksanakan tugas dan tanggung jawab seperti yang telah
ditetapkan dalam Manual Mutu, Lingkungan dan K3 serta Prosedur Mutu, Lingkungan
dan K3 mengenai Sistem Manajemen Mutu Standar ISO-9001, Sistem Manajemen
Lingkungan ISO-14001 dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) sebagai berikut.
a. Tugas dan tanggung jawab Wakil Manajemen antara antara lain :
Memberikan arahan dan petunjuk kepada seluruh tingkatan manajemen mengenai
implementasi Sistem Manajemen Mutu, Sistem manajemen lingkungan dan Sistem
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perusahaan.
b. Sebagai penghubung antara Perusahaan dengan Badan Sertifikasi mengenai Sistem
Manajemen Mutu Standar ISO 9001, Sistem Manajemen Lingkungan dan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
c. Memberikan saran kepada Presiden Direktur untuk melakukan Tinjauan Manajemen
mengenai implementasi Sistem Manajemen Mutu, Sistem manajemen lingkungan dan
Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan tindakan pencegahan dan koreksi sesuai
dengan prosedur Mutu, Prosedur Lingkungan dan Prosedur K3.
d. Bertanggung jawab atas fungsi Jaminan Mutu, Lingkungan dan K3 dengan memberikan
masukan-masukan kepada Presiden Direktur dan/atau Direktur terkait sesuai dengan
permasalahan yang ditemukan atau yang timbul sebagai upaya untuk tindakan
pencegahan dan koreksi demi peningkatan Sistem Manajemen Mutu, Lingkungan dan
K3 Perusahaan.
BAB IV
OPERASI TUNGKU REDUKSI
Sejak tanggal 1 April 2005 Smelter Reduction Department (SRD) berubah nama
menjadi Smelter Reduction and Casting Department (SRC).SRC merupakan
departemen yang menangani proses peleburan alumina menjadi aluminium cair di
gedung reduksi (reduction plant) dan dari aluminium cair menjadi ingot di gedung
pencetakan (Casting). SRC berada di bawah kendali Divisi Produksi, namun tugas dan
tanggung jawab yang ada di gedung reduksi ini meliputi :
1. Pengoperasian pot reduksi.
2. Pendukung pengoperasian pot reduksi, perawatan pot, gedung, dan alat-alat operasi
reduksi.
3. Pencetakan aluminium cair menjadi ingot.
SRC dikepalai oleh seorang Senior Manager dan terdiri dari tiga seksi yang masing-
masing dikepalai oleh seorang Manager yaitu :
Smelter Reduction Preparation (SRP).
Smelter Reduction Operation (SRO)..
Smelter Casting (SCA), (tidak dibahas dalam hal ini)
1. Seksi SRP
Seksi SRP teridiri dari 4 subseksi yaitu:
a. Procom dan Service
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1) Mengoperasikan dan meningkatkan sistem kontrol proses pot
2) Membuat rencana produksi tahunan dan bulanan
3) Memelihara dan menangani permasalahan sistem kontrol proses baik sofware maupun
perihalnya
4) Manajemen data dan laporan – laporan
5) Mempersiapkan dan mendistribusikan peralatan keselamatan kerja, sanitasi, ATK,
dan kebutuhan harian karyawan dan tamu di gedung reduksi
6) Menangani administrasi dan korespondensi departemen dan seksi
7) Melatih karyawan baru dan mahasiswa OJT
8) Persiapan data pribadi karyawan
9) Mengoperasikan peralatan photocopy
10) Menyalurkan slip gaji, rembushment, dokumen khusus dan pembayaran lainnya.
b. Cathode Paste (CP)/Cathode Fastening (CF) dan Ladle Cleaning Shop (LCS)
Tugas dan tanggung jawab subseksi ini adalah:
1) Merangkai collector bar dan catode block untuk selanjutnya dipasang ke pot.
2) Mengoperasikan short blast machine ( SBM ) untuk pemolesancollector bar.
3) Merencanakan dan mengontrol penggunaan bahan – bahan dari karbon rekonstruksi
pot.
4) Membuat jadwal pot rekonstruksi pot.
5) Melaksanakan pekerjaan pot lining (bottom and sidewall) danramming pada pekerjaan
pot rekonstruksi.
6) Membersihkan metal ladle, bath ladle dan coke ladle.
7) Mengatasi ladle trouble.
c. Daily and Minor Maintenance
Tugas dan tanggung jawab subseksi ini adalah:
1) Melakukan perbaikan dan men-supply operation tools sesuai dengan kebutuhan di
lapangan.
2) Membuat rencana kebutuhan operation tools tahunan.
3) Mengkoordinasikan perbaikan dan preventive maintanance pot cell.
4) Membuat rencana perbaikan inventory.
5) Merequest, menyimpan dan mendistribusikan barang-baranginventory.
6) Mengatur sistem penggudangan operation tools and inventory.
7) Melakukan small repair pada peralatan pendukung operasi.
8) Mengontrol pekerjaan perawatan peralatan pendukung operasi.
9) Mengontrol kelengkapan tanda-tanda lalu lintas dan tanda-tanda keselamatan di
lingkungan gedung reduksi.
10) Membuat laporan kondisi peralatan ke atasan.
11) Melakukan pengaturan penggunaan ACC dengan mempertimbangkan
pekerjaan preventive maintanance dan pot rekonstruksi.
12) Melakukan minor repair dan pemeriksaan mingguan terhadap ACC serta distribution
bin.
13) Menerima informasi trouble dari bagian operasi, konfirmasi ke lapangan, melakukan
perbaikan atau mengkoordinasikan perbaikannya dengan seksi terkait.
14) Mendampingi bagian mekanik/listrik dalam pelaksanaan preventive maintannce atau
pengatasan trouble.
15) Melaporkan kondisi ACC dan distribution bin ke atasan.
16) Mengatur distribusi kendaraan operasi ke masing – masing sub seksi.
17) Melakukan small repair seperti: penggantian ban, ganti baterai, cas baterai, ganti
oli, filter cleanning dan lain-lain.
18) Mengirim kendaraan operasi yang rusak dan ban-ban bocor/rusak ke SMR, serta
mengambil yang sudah diperbaiki/bagus.
Sepatusafety √ √ √ √
Arm protector - √ - -
Body - √ - -
protector
Foot - - - √
protector
4. Operasi Normal
Saat memasuki operasi normal kondisi pot diharapkan sudah stabil.Pekerjaan-
pekerjaan utama yang biasa dilakukan antara lain:
a. Penggantian anoda dan penaikan busbar anoda.
Anoda di dalam pot berjumlah 18 buah, dengan masa pakai tiap anoda rata-rata 27 –
28 hari. Agar tegangan pot tetap stabil, penggantian anoda harus diatur, tiap harinya
1 anoda yang boleh diganti. Bila yang diganti anoda pojok, 1 hari berikutnya tidak ada
penggantian anoda. Busbar anoda adalah batangan aluminium penghantar listrik,
tempat menjepitkan rod anoda. Busbar anoda dapat bergerak turun naik
menggerakkan seluruh anoda. Karena anoda karbon terkonsumsi, maka busbar anoda
akan turun. Secara berkala busbar anoda harus dinaikkan pada posisinya semula. Pada
saat ini penggantian anoda dan penaikan busbar ini dilakukan dengan bantuan ACC.
10 11 12 13 14 15 16 17 18
D Q C E G I K M O A
T
H L N P R B D F J
1 2 3 4 5 6 7 8 9
B. Pengambilan metal cair (metal tapping – MT)
Metal cair hasil proses produksi, setiap hari diambil dengan disedot dengan
menggunakan ladel metal yang digantungkan pada ACC. Banyaknya metal yang diambil
dari setiap pot disesuaikan dengan tinggi metalnya dan kondisi pot itu sendiri,
besarnya berkisar antara 1,0 – 1,4 ton perhari atau 1,8 – 1,9 ton per 32 jam.
c. Pemasukan material
AlF3 merupakan aditif yang dimasukkan setiap hari, untuk mengimbangi penguapan
gas fluorida dan menjaga komposisi bathtetap stabil. Fungsi utamanya menurunkan
temperatur liquidus bath, sehingga pot bisa dioperasikan pada temperatur yang lebih
rendah. Pemasukan AlF3 ke dalam pot, dilakukan dengan AlF3 car. Bath cair terkadang
perlu dimasukkan atau dikeluarkan dari dalam pot bila tidak sesuai dengan standar
tinggi bath, 22 ± 3 cm. Pemasukan dan pengeluarannya dilakukan secara manual
memakai kereta bath.
d. Pemecahan kerak tengah dan pemasukan alumina
Pemecahan kerak tengah dilakukan oleh teeth blade, sedangkan pemasukan alumina
ke dalam bath sebanyak kira-kira 20 kg dilakukan melalui gate alumina di bagian
tengah pot. Pekerjaan ini dikontrol secara kontinyu oleh komputer dan dilakukan
setiap 15 menit sekali.
e. Pengontrolan voltage dan penanggulangan noise
Agar temperatur pot tetap terjaga, maka tegangan pot yang sebanding dengan
energi input perlu dikontrol terus menerus. Demikian juga dengan noise tegangan perlu
dihilangkan secepatnya. Pekerjaan-pekerjaan di atas dikontrol oleh komputer.
f. Pengukuran parameter
1) Pengukuran tinggi bath dan tinggi metal
Tinggi bath diukur setiap hari setelah metal tapping. Sedangkan tinggi metal diukur
minimal dua kali per minggu, menjelang pembuatan jadwal pengisapan metal cair
(MT).
2) Pengukuran keasaman bath dan kandungan CaF2
Keasaman bath dinyatakan dengan kelebihan kandungan AlF3 di dalam bath, satuannya
persen AlF3. Untuk CaF2 satuannya persen CaF2. Pengukuran kedua parameter ini
dilakukan dua kali per minggu.
3) Pengukuran kemurnian metal
Pengukuran kemurnian metal setiap pot dilakukan dua kali per minggu. Sedangkan
untuk metal yang ditapping, dilakukan di bagian casting untuk setiap pot.
4) Pengukuran distribusi tegangan pot, tinggi lumpur dan jumlah metal
Pengukuran-pengukuran di atas dilakukan secara random satu pot per block satu kali
perbulan, berguna untuk mengetahui kondisi pot secara umum.
5) Pengukuran temperatur bath
Temperatur bath diukur 6 kali seminggu, berguna untuk mengetahui rata-rata
temperatur pot.
5. Cut Out Pot
Cut out atau mematikan pot dilakukan bila kondisi pot sudah memburuk dan tidak
memungkinkan untuk dioperasikan lagi. Tanda-tanda pot mulai memburuk
diantaranya :
a. Kadar Fe atau Si dalam metal cair naik dan tidak bisa diturunkan kembali.
Bila blok katoda retak atau berlubang, baja kolektor bar di bawah block katoda dapat
tererosi dan larut di dalam metal cair, menyebabkan kandungan Fe di dalam metal cair
naik. Demikian pula bila dinding samping tererosi, Si yang terkandung di dalam bata
isolasi akan melarut, sehingga kandungan Si di dalam metal aluminium naik,
menyebabkan kualitas metal yang dihasilkan turun. Bila erosi dan lubang yang terjadi
ini tidak bisa ditanggulangi dengan baik, pot bisa mengalami kebocoran.
b. Operasi pot yang sulit
Bila noise tegangan sulit dikendalikan, temperatur dan tegangan pot sering naik dan
sulit diturunkan, AE yang timbul sulit dihentikan, operasi manual banyak dilakukan
sehingga memberatkan operator maka pot tersebut bisa dikatakan sulit dioperasikan.
Kondisi seperti ini biasanya terjadi pada pot tua yang lumpurnya tinggi. Dengan
memakai alat Pasak Hubungan Singkat (PHS) arus listrik ke pot yang dicut out
diputuskan. Pot yang mati ini selanjutnya direkonstruksi sehingga di waktu mendatang
bisa dioperasikan kembali.
D. Cathode Paste (CP)/Cathode Fastening (CF) dan Ladle Cleaning Shop (LCS)
1. Cathode Paste (CP)
Merupakan salah satu sub seksi yang bertanggung jawab dalam pot
rekonstruksi. Cathode lining adalah proses rekronstruksi pot yang telah mati, baik
secara keseluruhan (full repair) maupun secara sebagian (partial repair) termasuk di
dalamnya pekerjaan setting bottom dansidewall brick maupun
pekerjaan ramming. Adapun urutan kegiatan kerjanya adalah sebagai berikut :
a. Bottom castable
Pemasukkan castable C-13 sebanyak ± 1900 kg ke dalam dasar pot berfungsi sebagai
penahan panas dan untuk meratakan permukaan katoda blok.
b. Pemasukkan Bottom Brick
Pemasangan brick B-1 sebanyak 4500 buah dan potongan 1 set pada lapis 1&2; brick
C-1 sebanyak 1250 buah pada lapis-3 (keduanya sebagai isolite) serta batu tahan api
SK-32 pada lapis-4. Di samping itu juga dilakukan pemasangan superwool 607
sebanyak 4 roll antara sisi samping brick yang sudah terpasang dengan sisi sel pot.
Kecuali brick B-1, di antara brick diberi mortar HS ± 80 kg untuk isolite
brick dan mortar HF ± 200 kg untuk fire brick yang berfungsi untuk menutup celah
yang ada di anntara brick. Pemasangan bottom brickberfungsi untuk menahan panas
keluar dari sisi bawah pot.
c. Setting Cathode Block
Cathode block 16 buah yang akan dipasang adalah elektroda bermuatan negatif yang
sudah ditangkaikan dengan kolektor bar(cathode assembly), sisi katoda blok
berbentuk sirip-sirip yang berguna sebagai penguat ikatan saat dilakukan slot
ramming. Sebelum pemasangan diletakkan seal plat besi dan plat non asbestos pada
kedua ujung kolekktor bar. Pemasangan katoda blok dilakukan di atasbottom
brick yanng telah dilapisi dengan pasta karbon sebanyak 1200 kg. Jarak antar katoda
blok terpasang 35-45 mm. kegiatan pemasangan ini menggunakan crane ACC.
d. Castable under upper collector bar
Pemberian castable 13 N sebanyak 950 Kg berguna untuk mengisi sisi bawah dan
kolektor bar dan berfungsi untuk menahan agar panas dari sisi bawah tidak terbuang.
e. Pemasangan brick dinding samping (sidewall brick)
Setelah selesai pemasangan castable di bawah dan di atas kolektor bar, dipasang
brick B-1 sejumlah 400 buah dan brick B-1 potong/cuttinng brick 1 set (934 buah) di
antara celah kolektor bar. Baru kemudian dipasang brick tahan api SK-32 sejumlah
2680 buah. Pemasangan ini bertujuan untuk menghindari kehilangan panas dari sisi
samping pot.
b. Peralatan
1) Jenis Ladle
a) Ladle Metal (MT-Ladle) = 56 unit
Fungsi : Alat menghisap molten Aluminium dari pot, sekaligus wadahnya untuk dibawa
ke SCA, atau dibawa ke Rodding plant(SBB) atau untuk keperluan charging molten ke
dalam pot yang baru di start up.
b) Ladle bath = 3 Unit
Fungsi : Alat menghisap (Menyedot) bath cair dari dalam pot sekaligus wadahnya
untuk dipindahkan dan dituangkan ke dalam pot yang sedang distart up.
c) Ladle Kokas = 3Unit
Fungsi : Alat untuk menghisap (menyedot) butiran kokas panas dari pot yang baru
selesai dibaking dan akan di start- up.
2) Peralatan dan Sarana Utama
b) Over head crane ada 2 unit kapasitas masing-masing = 15 Ton
c) Stage cleaning ladle = 6 buah
d) Stage Bongkar Ganti = 4 Unit
e) Dapur pembakaran nozzle sumbat metal = 1 buah
f) Vaporizer Gas LPG = 1 buah, dengan kapasitas 100 Kg/jam.
g) Tools = Breaker udara, chipper dara, impact wrench, kunci pas,portable crene, pipe
wrench, sling, wire rope, tong dll.
c. MT Ladle Over Weight
1) Pengertian
Dalam proses pengisapan molten dari dalam pot dengan MT-Ladle, tidak dapat
dihindari bahwa lumpur Alumina bahkan cairan bathakan terikut masuk ke dalam MT-
Ladle, namun jumlahnya hendaknya dalam batas wajar atau seminimal mungkin, hal ini
yang perlu diperhatikan sekali dalam pekerjaan metal tapping. Lumpur alumina
dan bath cair yang terikut masuk ke dalam ladle akan tertinggal dan melekat dalam
ladle, sehingga menambah berat kosong atau berkurangnya volume MT ladle. Dengan
dipakainya MT-ladle secara berulang-ulang maka dross akan terakumulasi dala MT-
Ladle tersebut dimasukkan dalam kategori ‘over weiht’. MT-ladle over weight adalah
bila berat kosong MT-Ladle sudah mencapai ≥8300 Kg dimana berat kosong MT-Ladle
yang baru diganti brick total adalah 6900± 100 Kg atau 7000 Kg. Harga perbandingan
antara dross yang tertinggal di dalam MT-Ladle dengan jumlah berat molten
aluminium yang dihisap setiap ladle adalah merupakan harga dross pada pot operasi.
Alumina yang dikirim ke Pot Operasi dikendalikan ke angka yang tertera diatas sesuai
SFT (Specification for Tender ) dengan cara mengatur udara tekan di Silo dan usaha
mencampur Alumina yang ada dengan cara mengoperasikan 1 silo atau 2 silo
sekaligus silo Alumina tidak dapat dioperasikan 3 silo sekaligus disebabkan udara
tekanan yang tidak memadai.
8) Gas Isap dan Jumlah Main Fan
Gas Hydrogen Fluoride yang diemisikan oleh Tungku Reduksi dihisap oleh Main
Fan dengan jumlah yang diinginkan oleh Pot Operasi yang dapat diminta ke Pihak Gas
Cleaning, gas dari masing masing pot dikumpul ke Main Duct dan dialirkan ke Pabrik
Pembersih Gas ( DSS), jumlah gas normal = 4800 Nm3/Jam/Pot , max = 5000
Nm3/Jam /Pot , > 5000 sesuai kapasitas Main Fan10.44 *104 Nm3/jam. Pengaturan
gas yang dihisap dari masing masing Pot dilaksanakan 2 kali sebulan oleh Gas
Cleaning danMeasuring Team.
Unit Main Fan sangat tergantung dari Jumlah Pot dan gas isap dari masing masing
Pot dengan formula Normal 9.7 U = 0.48N+(170-N)*0.1+(9-U)*0.4+0.28 * U ( untuk
satu gedung reduksi ).
U = Unit Main Fan
N = Jumlah Pot operasi
9.7 = Prosentase kapasitas MF normal 93 % dari kapasitas Nm3/jam
0.1 = Kebocoran Pot damper yang tidak dioperasikan
0.4 = Kebocoran reactor yang tidak dioperasikan
0.28 = Udara yang berasal dari Blower, Fan, Reversae flow fan yang juga
merupakan beban dari Main Fan.
Gas isap dari Pot diukur sekali sehari dengan Tabung Pitot oleh Gas Cleaning
team dari hasil ukuran Tabung Pitot kita dapat mengetahui jumlah aliran gas dari
masing masing Pot ke Gas Cleaning. Metode pengukuran menurut JIS Z 8808 (1970 )
ketentuan ini dapat dilihat di Working Instruction (WI) Gas Cleaning.
9) Flow of Material
Gas Cleaning mengalirkan Alumina dan Auxiliary material mulai dari sisi keluar
Alumina silo sampai kepada Hopper Pot seperti yang dijelaskan lembaran terlampir.
A
B
C
NO. 1 DSS
NO.2 DSS
NO.3 DSS
SBB
SF-1
SF-2
BP-3
1B1
2B1
3B1
BS-1
RF1A/ AL-1A
RF1B/ AL-1B
RF1C/ AL-1C
S2
S4
S6
SILO ALUMINA
BS-3
S-53 Return crust
S-52 Cryolite
S-51
Alf3
AS-4 C
AS-4 A
AS-4 B
AS-5
BC-1
BC-3
BC-4
BC-6
BC-5
AS-6-A
AS-7
AS-8
AS-6-B
S5
S3
S1
FLOW OF MATERIAL
AL - 2
DAY BIN
BC-2
S-101-A,S-101-B,S-101-C RF-1AL-1AS-5SF-1SF-2,BP-3AS-7,
6A,B DSS-1,DSS-2,DSS-31-B-1,2-B-1,3-B-1
Belt Conveyor BMMC Belt Scale S-1,S-2,S-3,S-4,S-5,S-6 Day Bin
Distribution Bin ACC Hopper POT POT
1) Fresh Alumina
a) RF-1 Capacity Max = 60 t / hr , Normal = 53 t / hr , min = 6 t/ hr
b) AS- 4ABC, AS-5 Capacity = max. 60 t / hr
c) AS-6 A,B ,C Capacity = max.20 t/hr *3
2) Reacted Alumina
a) DSS 1,2,3 Flow to 1,2,3-B-1 Capacity = max. 20 t/hr ( total =60 t/hr),
b) 1B1,2-B1,3-B1 Capacity = max. 1200 t , normal = 600 ~ 1000 t
c) Belt Conveyor Capacity = max. 230 t/hr , normal = 100 ~ 200 t/hr
G. Measuring (Pengukuran)
1. Pengambilan contoh pot metal
a. Tujuan:
Untuk mempersiapkan contoh pot metal dari setiap pot yang beroperasi agar dapat
dianalisa di bagian analisa.
b. Prosedur kerja
1) Buka pintu pot bagian Tap.
2) Bebaskan permukaann bath dari kerak/alumina atau lumpur dengan blade atau batang
besi.
3) Panaskan sendok metal agar tidak lembab.
4) Ambil contoh metal dari dalam pot dengan sendok metal.
5) Pisahkan antara metal cair dan bath, dengan menggoyang sendok berlahan-lahan.
6) Tuangkan metal cair ke cetakan contoh pot metal (permukaan metal harus rata
dengan cetakan, jika metal lebih kembalikan ke dalam pot).
7) Setelah membeku, masukkan contoh metal tersebut ke tempat yang telah dtentukan.
8) Tutup pintu pot bagian Tap, dan rapikan alat-alat seperti semula.
9) Setelah selesai pengambilan contoh metal, bahwa ke stasiun untuk diberi nomor
sesuai dengan nomor potnya.
10) Antar sample metal ke bagian analis untuk dianalisa.
2. Pengambilan contoh pot bath
a. Tujuan:
Untuk mempersiapkan contoh pot bath dari setiap pot yang beroperasi di bagian
analisa.
b. Prosedur kerja
1) Buka pintu pot bagian Tap.
2) Bebaskan permukaan bath dari kerak/alumina atau lumpur dengan bar pipih.
3) Ambil contoh bath dari dalam pot (dengan memasukkan raound bar ke dalam bath).
4) Lepaskan bath dari round bar dan masukkan ke case bath melalui
corong bath (sesuai nomor case bath dengan nomor pot dari contoh bath yang
diambil).
5) Tutup kembali pintu pot bagian Tap.
6) Setelah selesai pengambilan contoh bath, bawa ke stasiun dan siap diantar ke bagian
analis untuk dianalisa.
3. Pengukuran distribusi arus anoda
a. Tujuan
Untuk mengontrol ketidaknormalan anoda dan distribusi arus yang mengalir ke dalam
pot.
b. Prosedur kerja
1) Lengketkan arus pengukur pada rod.
2) Baca voltasenya dan catat.
4. Pengukuran distribusi Voltase Anoda
a. Tujuan:
Untuk pengontrolan tiap drop anoda dan pengontrolan voltase dari ketidaknormalan
anoda.
b. Prosedur Kerja
1) Pengukuran drop kontak busbar anoda dan rod
a) Tempelkan alat pengukur (+) pada busbar anoda.
b) Tempelkan alat pengukur (-) pada rod anoda.
c) Baca voltasenya dan catat pada kertas laporan.
2) Pengukuran drop rod
a) Tempelkan alat pengukur (+) pada rod (bagian atas).
b) Tempelkan alat pengukur (-) pada rod (bagian bawah).
c) Baca voltasenya dan catat pada kertas laporan.
3) Pengukuran Drop Hubungan Transisi.
a) Tempelkan alat pengukur (+) pada rod (bagian atassambungan).
b) Tempelkan alat pengukur (-) pada rod di bawah sambungan trasisi.
c) Baca voltasenya dan catat pada kertas laporan.
4) Pengukuran Drop Yoke
a) Tempelkan alat pengukur (+) di bawah sambungan transisi.
b) Tempelkan alat pengukur (-) pada stub anoda.
c) Baca voltasenya dan catat pada kertas laporan.
d) Lakukan hal yang sama pada yoke di sbelahnya.
5. Pengukuran Voltase Drop antara Pot.
a. Tujuan:
Untuk pengontrolan kehilangan arus listrik dan untuk menghitung distribusi voltase
pot.
b. Prosedur kerja
1) Pengukuran drop antara pot
a) Tempelkan alat pengukur (+) pada fleksibel bar katoda.
b) Tempelkan alat pengukur (-) pada bagian tengah busbar anoda sisi arus masuk pot
berikutnya.
c) Baca voltase dan catat pada kertas laporan.
H. Maintenance
4) Beam raising
PCU menaikkan beam hingga ke titik yang diinginkan pada saat reset posisi beam
5) Laporan proses
PCU mengirimkan informasi proses secara berkala atau setelah kejadian tertentu ke
sistem supervisi. Dengan demikian sistem supervisi dapat menampilkan informasi
secara grafik atau historis.
b. Level 2: supervisory
Sistem supervisis diaplikasikan berupa sebuah sistem server cluster. Sistem ini
berfungsi:
1) Mendowload program PCU, parameter dan informasi lainya.
2) Menerima data proses dari PCU, menyimpannya dan mengirimkan ke sistem lain
seperti sistem alarm dan basis data di level-3.
3) Menampilkan data historis proses atau visualisasi grafis data-data tersebut.
4) Menerima masukan parameter proses pot dari supervisor.
5) Menerima dan menyimpan data dari sumber selain PCU seperti data logger.
6) Membantu perawatan sistem, intergritas operasional dan parameter kendali proses.
BAB V
TUGAS KHUSUS
PENGENDALIAN KEASAMAN TERHADAP
EFISIENSI ARUS
A. Tinjauan Pustaka
Aluminium adalah unsur yang sangat reaktif sehingga mudah teroksidasi,
karena sifatnya itu di alam yang tidak pernah ditemukan dalam bentuk unsur melainkan
berupa senyawa oksida, umumnya dalam bentuk oksida aluminat atau silikat. Di dalam
senyawa tersebut, aluminium berupa oksida bebas (Al2O3) yang berikatan dengan
molekul air dan molekul-molekul lainnya.
Aluminium merupakan salah satu logam ringan yang peranannya cukup penting
untuk berbagai kepentingan manusia. Gaya ikat antara aluminium dan oksigen
sedemikian kuatnya sehingga bila dibandingkan dengan besi dan tembaga, maka
mereduksi aluminium tetap lebih sulit. Aluminium adalah logam paling muda, baru pada
abad ke-XIV diakui orang sebagai logam. Besi dan tembaga sudah ditemukan sejak
5000-3000 tahun sebelum masehi dan dipakai sebagai peralatan sehari-hari, hiasan
dan alat-alat perang.
Orang yang pertama sekali memisahkan aluminium adalah ilmuwan yang
berkebangsaan Inggris yaitu H. Davy pada tahun 1808. Davy berhasil memisahkan
sejumlah aluminium dengan besi. Pemisahan ini dilakukan dengan metoda yang
disebut “Electro Thermic-Electrochemica”.
Pada tahun 1825 seorang ilmuwan berkebangsaan Denmark, H. Oerstead
berhasil mendapatkan aluminium dengan kadar yang lebih murni dengan cara
memasukkan alumina Chlorida dalam kalium amlgama dan kemudian memisahkan
merkurinya cara destilasi. Kemudian pada tahun 1827 Friedrich Wholer dari Jerman
mengulangi metoda Oerstead dan menghasilkan aluminium dalam bentuk tepung.
Pabrik yang menggunakan metoda Henri Sainte Claire Devile dan Robert
Wilhem Bunsen yaitu pabrik yang berada terpisah dan telah menemukan suatu cara
untuk memisahkan aluminium dengan menggunakan natrium sebagai pengganti kalium.
Mereka mendapatkan aluminium dari lelehan auminium dari lelehan natrium tetra chlor
aluminat. Untuk mendapatkan kemurnian aluminium yang lebih tinggi diperlukan energi
listrik dengan kapasitas yang lebih besar.
Pada tahun 1886 peristiwa menarik kedua terjadi lagi dalam penyelidikan
aluminium. Seorang mahasiswa dari Oberlin College di Amerika Serikat bernama
Charles Martin Hall menemukan aluminium dapat dihasilkan dengan cara melarutkan
alumina dalam lelehan kriolit (Na3AlF6) pada temperatur 9800 C di dalam suatu kotak
baja yang dilapisi karbon kemudian melewatkan arus listrik searah melalui ruang
tersebut. Kemudian pada tahun 1886 Charles Martin Hall mendaftarkan penemuannya
sebgai suatu hak paten Amerika Serikat.
Pada tahun yang sama seorang ilmuwan berkebangsaan bernama Paul Heroult
menemukan proses yang sama dengan yang ditemukan oleh Charles Martin Hall. Paul
heroult mendaftarkan penemuannya sebagai hak paten Amerika Serikat pada tanggal
23 April 1886.
Dalam usaha untuk memproduksi aluminium dengan proses elektrolisa yang
memakai larutan elektrolit kriolit banyak mengalami kegagalan. Heroult mencoba
menurunkan titik cair dari kriolit dengan menambahkan tetra chlor aluminat ke dalam
elektrolit, ternyata percobaan ini berhasil dengan baik. Maka Heroult menyimpulkan
bahwa alumina merupakan bahan dasar untuk memperoleh alumiium dengan memakai
elektrolit kriolit.
Kedua penemu ini meninggal pada tahun yang sama yaitu pada tahun 1914. Untuk
mengenang jasa kedua penemu ini, maka proses pembuatan aluminium dalam industri
dengan cara elektrolisa dari larutan alumina di dalam larutan eletrolit kriolit disebut
dengan proses Hall-Heroult.
1. Alumina
Alumina adalah bahan baku utama utuk memproduksi aluminium. Alumina mempunyai
morfologi sebagai bubuk berwarna putih dengan berat molekul 102, titik leleh pada
20500C, dan densitas 3,5-4,0 g/cm3.
Dalam industri peleburan aluminium, alumina memegang 4 fungsi penting, yaitu:
b. Sebagai insulasi termal untuk mengurangi kehilangan panas dari atas pot, dan untuk
mempertahankan temperatur operasi.
b. Proses pengendapan
c. Proses kalsinasi
2. Elektrolit (Bath)
Lelehan kriolit adalah komposisi utama dari elektrolit (bath) pada proses Hall-
Heroult. Sifat-sifat kriolit yang diinginkan adalah :
a. Kemapuan melarutkan alumina relatif baik
b. Tegangan dekomposisinya lebih tinggi dari pada alumina
g. Dalam keadaan sama-sama cair, massa jenisnya lebih rendah dari aluminium
5) Mengurangi densitas bath agar pemisahan antara aluminium dengan garam leleh dapat
berlangsung dengan baik.
b. Viskositas
Viskositas adalah salah satu parameter penentu pada proses hidrodinamika yang
terjadi pada pot aluminium, sebegai contoh adalah sifat dasar sirkulasi elektrolisa,
sedimentasi dari alumina dan partikel-partikel karbon yang padat dalam elektrolisa
serta pembebasan dan piergerakan partikel gas yang dihasilkan. Viskositas
mempengaruhi kecepatan sidimentasi alumina, dimana jika viskositas kriolit naik, maka
alumina akan lebih lama mengendap.
c. Konduktivitas listrik
Dengan memperbaiki kondutivitas listrik dapat diharapkan efisiensi arus akan naik
sebab dengan konduktivitas listrik yang besar akan mengakibatkan
temeratur bath rendah, kerapatan arus yang tinggi, dan jarak interpolar yang besar.
d. Tegangan permukaan
Tegangan permukaan sangat berpengaruh pada proses pemisahan dalama elektrolit.
Tegangan permukaan antara elektrolit dan karbon mempengaruhi ukuran-ukuran
gelembung gas, penyerapan elektrolit pada pori-pori karbon dan pemisahan partikel
karbon dan elektrolit. Tegangan permukaan harus tinggi untuk menghasikan pemisahan
partikel yang baik pada dua fase dan mengurangi perpindahan logam aluminium melalui
permukaan aluminium dan krioloit.
e. Densitas
Densitas elektrolit mempengaruhi pemisahan deposit metal dari elektrolit, karena itu
densitas daripada elektrolit harus lebih kecil daripada densitas metal. Densitas dari
kriolit dipengaruhi oleh temperatur dan juga bahan-bahan tambahan, dimana jika
temperatur tinggi maka densitas dari kriolit akan semakin rendah dan sebaliknya.
Berdasarkan perhitungan dan juga pemakaian dalam praktek, densitas kriolit murni
adalah 2,112 (gr/cm3) pada temperatur 1000oC.
4. Komposisi larutan elektrolit
Keasaman larutan elektrolit (bath) dinyatakan sebagai persentasi kelebihan AlF3 di
dalam larutan elektrolit. AlF3 berperan sebagai zat aditif yang ditambahkan ke dalam
kriolit (Na3AlF6). Keuntunga penambahan AlF3 adalah menurunkan titik leleh alumina,
menurunkan kelarutan dari spesies yang tereduksi dari lelehan, menurunkan
tegangan permukaan, viskositas, dan densitas. Selain itu, AlF3memiliki beberapa
kerugian, yaitu mengurangi kelarutan alumina dan konduktivitas elektrik.
E. Pembahasan
1 Perhitungan harga efisiensi arus (CE)
Sesuai denga hukum Faraday maka:
W=
Dimana,
W = Berat aluminium (gr)
M = Berat molekul Alumina
n = Jumlah Elektron tiap mol zat
F = Konstanta Faraday (96500 oC)
I = Kuat Arus (A)
T = Waktu (detik)
W =
W = 0,3354 gr
Ini berarti untuk menghasilkan aluminium sebesar 0,3354 gr dibutuhkan kuat arus
sebanyak 1 A selama 3600 detik. Sehingga untuk menghitung jumlah aluminium yang
dihasilkan secara teoritis dapat dihitung dengan persamaan:
P = 0,3354 x I x H x 10-3
Dimana,
p = Jumlah aluminium teoritis (kg)
I = Kuat arus (A)
H = Waktu (jam)
Maka dengan kuat arus 190.000 A, selama satu hari (24 jam) diperoleh:
P = 0,3354 x I x H x 10-3
P = 0,3354 x 190 x 24 x 10-3
= 1529,42 Kg
Untuk menghitung harga efisiensi arus (CE) digunakan rumus:
CE =
Jumlah Metal tapping untuk pot R-205 = 1345 Kg, sehingga harga CE untuk Pot
tersebut adalah:
CE =
CE =
= 87,94%
Dengan cara yang sama maka dapat dihitung efesiensi arus dari tiap-tiap Pot pada
tabel dibawah.
2 Perhitungan kesaman bath
Pada pot R-205 keasaman elektrolitnya rendah yaitu 8,8% atau berada standar yang
telah ditentukan (8,5%-11,5%). Untuk mencapai kondisi operasi yang baik dalam hal
peningkatan efisiensi arus perlu ditambahkan AlF3 dan diharapkan agar kesaman
mencapai 10 %.
Perubahan keasaman (Sa) yang diinginkan yaitu 10% - 8,8% = 1,2%
% Sa = dimana kuantitas bath (Na3AlF6) = 3000kg
1,2 % =
0,012 Kg AlF3 + 36 Kg = Kg AlF3
0,988 Kg AlF3 = 36 Kg
Kg AlF3 = 36,43 Kg
Sehingga AlF3 yang perlu untuk keasaman bath adalah sebanyak 36,43 Kg. Sehingga
pot yang beroperasi dengan tingkat keasman bathdi atas atau sama dengan 10%, maka
tidak perlu lagi penambahan AlF3karena keasaman bath sudah tinggi. Maka dengan
cara yang sama dapat diperoleh jumlah AlF3 yang perlu ditambahkan untuk
kesaamanbath dapat dilihat pada tabel dibawah:
Tabel 5. Data hasil perhitungan
NO POT Sa (%) CE (%) AlF3 yang ditambahkan (Kg)
R-205 8,8 87,97 36,43
R-211 9,3 88,80 21,14
R-255 9,5 89,60 15.07
R-278 9,8 90,12 6,01
R-284 12,5 91,60 0
3 Kesimpulan
a. Persentase rata-rata efisiensi arus yang dihasilkan dari masing-masing pot adalah
sebesar 89,61%.
b. Untuk memperoleh keasaman bath yang baik atau normal perlu ditambahkan zat
aditif yaitu AlF3 dimana penambahan AlF3tersebut didasarkan dalam batas 8,5% -
11,5% .
c. Keasaman pada bath atau kriolit sangat mempengaruhi Current Efisiensi dan jumlah
produksi aluminium.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. PT INALUM yang terletak di Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara merupakan pabrik
yang memproduksi aluminium batangan (ingot). Untuk memproduksi aluminium
batangan, PT INALUM memakai proses elektrolisa Hall-Heroult dengan menggunakan
jenis tungku Prebaked Anode Furnace. Proses elektrolisa di dalam tungku dapat
berlangsung dengan adanya material-material yang digunakan, antara lain : alumina,
anoda karbon, bath (kriolit) dan aluminium fluorida. Reaksi proses elektrolisa yang
terjadi pada industri peleburan alumina (PT INALUM) adalah sebagai berikut :
2Al2O3 + 3C 4Al + 3CO2
2. Salah satu penyebab rendahnya efisiensi arus adalah rendahnya tingkat keasaman
elektrolit (bath), hal ini terjadi karena dengan tingkat keasaman yang rendah akan
mengakibatkan temperatur operasi akan naik sehingga akan lebih memungkinkan
terjadinya reaksi balik aluminium menjadi alumina kembali, maka untuk meningkatkan
efisiensi arus perlu pengendalian penambahan AlF3 yang didasarkan atas keasaman
elektrolit tersebut, sedangkan dengan tingkat keasaman elektrolit yang terlalu tinggi
hal ini juga akan menurunkan efisiensi arus dan untuk kondisi operasi yang baik maka
AlF3 tidak perlu ditambahkan lagi.
B. Saran
1. Dalam prakteknya masih ada pot yang beroperasi dengan tingkat keasaman di bawah
atau di atas tingkat keasaman standar keasaman elektrolit yang ditentukan (8,5%-
11,5%), agar tercapai efisiensi arus yang tinggi hendaknya keasaman elektrolit dijaga
dalam batas standar tertentu.
2. Untuk mencapai kondisi operasi yang baik dalam hal peningkatan efisiensi arus, perlu
diperhatikan komposisi dari elektrolit terutama keasaman elektrolit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1 komentar:
1.
rudy5t4r@gmail.com
thanks
Balas
Tambahkan komentar
Posting LamaBeranda
Arsip Blog
▼ 2012 (2)
o ▼ Maret (1)
Laporan Inalum
o ► Februari (1)
► 2011 (7)
Mengenai Saya
3,597