Professional Documents
Culture Documents
VII - 1
1.1 Kesehatan dan Gizi Masyarakat
VII - 2
berdarah dengue (DBD) dan HIV/AIDS. Jumlah penderita baru
penyakit TB setiap tahunnya sekitar 583 ribu orang dan yang
meninggal sekitar 140 ribu penderita. Walaupun berbagai upaya
penanggulangan penyakit TB sudah dilakukan tapi hasilnya belum
memuaskan. Kasus HIV/AIDS terus menunjukkan peningkatan sejak
pertama kali ditemukan (1987) dan pada tahun 2001 (Juni) kasus
HIV positif secara kumulatif tercatat sekitar 1.572 penderita dan
AIDS positif mencapai 578 penderita. Selain itu, Indonesia perlu
mewaspadai timbulnya atau masuknya penyakit-penyakit baru yang
berpotensi wabah dan menimbulkan korban seperti Ebola dan radang
otak. Beberapa penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular yang
berkaitan dengan perubahan gaya hidup juga memperlihatkan
kecenderungan meningkat. Saat ini angka kesakitan dan kematian
yang disebabkan berbagai penyakit berbasis lingkungan seperti
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare, penyakit kulit dan
kecacingan juga masih tinggi.
VII - 3
Pencacahan anak jalanan yang dilakukan pada tahun 1998 di
12 kota besar mengungkapkan bahwa dari sekitar 40 ribu anak
jalanan, 48 persen diantaranya adalah anak-anak yang baru turun ke
jalan mulai tahun 1998. Sebagian besar anak-anak bekerja di jalan
adalah untuk menambah pendapatan keluarga dan menambah biaya
sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa alasan ekonomi keluarga
merupakan faktor pendorong utama semakin banyaknya anak-anak
yang bekerja di jalan. Sementara itu, perlindungan khusus untuk anak
terutama anak jalanan, anak yang diperlakukan salah, dan pekerja
anak agar hak-hak anak untuk tumbuh dan berkembang belum dapat
sepenuhnya terpenuhi. Masalah lain yang dihadapi dalam
pembangunan kesejahteraan sosial adalah dampak krisis
mutidimensional terhadap menurunnya kemampuan organisasi sosial
(Orsos) dalam menyelenggarakan pelayanan sosial.
VII - 4
terjaga kelangsungan hidupnya menjadi beban berat baik bagi
pemerintah maupun masyarakat.
1.3 Kependudukan
VII - 5
Jakarta dengan 12,6 ribu penduduk per km2, sedangkan Irian Jaya
hanya 5 jiwa per km2. Timpangnya persebaran dan kurang
terarahnya mobilitas penduduk terkait erat dengan tidak
seimbangnya persebaran sumber daya hasil pembangunan
antarwilayah. Munculnya berbagai konflik antaretnik, antaragama
dan berbagai masalah pengungsian juga telah menimbulkan potensi
kerawanan yang menambah permasalahan di dalam mengatasi
penataan persebaran penduduk.
VII - 6
bertanggung jawab. Banyak remaja yang masih kurang memahami
atau mempunyai pandangan yang tidak tepat tentang masalah
kesehatan reproduksi. Pemahaman yang tidak benar tentang hak-hak
dan kesehatan reproduksi ini menyebabkan banyak remaja yang
berperilaku menyimpang tanpa menyadari akibatnya terhadap
kesehatan reproduksi mereka. Selain itu, pusat atau lembaga
advokasi dan konseling hak-hak dan kesehatan reproduksi bagi
remaja juga masih terbatas jangkauannya dan belum memuaskan
mutunya. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui jalur
sekolah nampaknya juga belum sepenuhnya berhasil.
VII - 7
jenis alat kontrasepsi laki-laki, antara lain juga disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan laki-laki di bidang hak-hak dan kesehatan
reproduksi.
2.1 Kebudayaan
VII - 8
kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya otonomi daerah,
pembangunan kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional tidak
dapat dipisahkan. Kebudayaan lama dan asli, sebagaimana
diamanatkan dalam UUD 1945, merupakan bagian dari kebudayaan
daerah, harus dikembangkan oleh masyarakat pendukungnya,
sedangkan pemerintah hanya sebagai fasilitator dalam rangka
menjalankan tugas memajukan kebudayaan nasional. Selanjutnya,
berkaitan dengan aset budaya, baik yang tangible maupun
intangible, yang meskipun keberadaannya tersebar diberbagai
daerah, tetap merupakan bagian dari kebudayaan bangsa yang harus
dikembangkan dan dimajukan, khususnya budaya yang memiliki nilai
luhur.
2.2. Pariwisata
3. Pemberdayaan Perempuan
VII - 9
baik dalam keluarga, lingkungan/tempat kerja, atau dalam
masyarakat. Bentuk penindasan dan eksploitasi terhadap perempuan
sering terjadi terutama dikaitkan dengan perdagangan perempuan dan
anak perempuan serta pelacuran paksa.
VII - 10
laki serta belum menetapkan kesetaraan dan keadilan gender sebagai
tujuan dan sasaran akhir dari pembangunan. Selain dipengaruhi oleh
tidak lengkapnya data dan informasi gender, kebijakan publik yang
tidak peka gender juga dipengaruhi oleh terbatasnya jumlah
perempuan sebagai pengambil keputusan kebijakan publik yang
ditetapkan oleh lembaga-lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif, TNI
dan Polri yaitu hanya 9,8 persen wakil perempuan dalam lembaga
legislatif pada tahun 1999, dan hanya 7 persen pejabat struktural
eselon I, II, dan III dalam lembaga eksekutif adalah perempuan.
VII - 11
pemahaman ajaran agama seringkali juga menyudutkan kedudukan
dan peranan perempuan di dalam keluarga dan masyarakat. Media
massa juga cenderung turut memperlemah posisi perempuan, karena
sering menampilkan gambaran tentang kekerasan, merendahkan
harkat dan martabat, serta mempertahankan peran tradisional
perempuan.
4.1 Pemuda
VII - 12
proses demokratisasi dan reformasi serta kesalahpengertian tentang
kebebasan dan demokrasi di kalangan pemuda.
4.2 Olahraga
VII - 13
skala nasional maupun regional turut menyebabkan pembibitan dan
pembinaan prestasi olahraga tidak mengalami kemajuan yang berarti.
Di samping itu, Perguruan Tinggi yang diharapkan dapat menjadi
basis pembibitan dan pembinaan prestasi belum mampu
melaksanakan fungsinya. Sementara itu, sebagai suatu industri,
olahraga belum sepenuhnya mampu memberikan nilai tambah bagi
olahragawan, masyarakat luas termasuk dunia usaha. Hal ini sangat
terkait erat dengan belum mantapnya kelembagaan olahraga dan
manajemen olahraga yang belum sempurna.
VII - 14
kerja; (5) meningkatkan wilayah/kawasan sehat termasuk kawasan
bebas rokok.
VII - 15
tujuan tersebut antara lain dilaksanakan kegiatan: (1) meningkatkan
pemberantasan penyakit menular dan imunisasi; (2) meningkatkan
pemberantasan penyakit tidak menular; (3) meningkatkan upaya
penyembuhan penyakit dan pemulihan, yang terdiri dari pelayanan
kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan; (4) meningkatkan
pelayanan kesehatan penunjang; (5) membina dan mengembangkan
pengobatan tradisional; (6) meningkatkan pelayanan kesehatan
reproduksi; (7) meningkatkan pelayanan kesehatan matra; (8)
mengembangkan survailans epidemiologi; (9) melaksanakan
penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
VII - 16
kesehatan di RS, pada tahun 2000 – 2001 telah dilakukan
penempatan dokter ahli (4 keahlian pokok dan keahlian lainnya)
sebanyak 174 orang.
VII - 17
mencapai keadaan gizi yang baik dengan menurunkan prevalensi gizi
kurang dan gizi lebih; (3) meningkatkan penganekaragaman
konsumsi pangan bermutu untuk memantapkan ketahanan pangan
tingkat rumah tangga. Kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai
tujuan tersebut antara lain: (1) meningkatkan penyuluhan gizi
masyarakat; (2) menanggulangi gizi kurang dan menekan kejadian
gizi buruk pada balita serta menanggulangi kurang energi kronik
(KEK) pada wanita usia subur termasuk ibu hamil dan ibu nifas; (3)
menanggulangi gangguan akibat kurang yodium (GAKY); (4)
menanggulangi anemia gizi besi (AGB); (5) menanggulangi kurang
vitamin A (KVA); (6) meningkatkan penanggulangan kurang gizi
mikro lainnya (misalnya calsium, zink, dsb); (7) meningkatkan
penanggulangan gizi lebih; (8) melaksanakan fortifikasi dan
keamanan pangan; (9) memantapkan pelaksanaan sistem
kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG); (10) mengembangkan dan
membina tenaga gizi; (11) melaksanakan penelitian dan
pengembangan gizi; (12) melaksanakan perbaikan gizi institusi
(misalnya sekolah, RS, perusahaan, dan sebagainya); (13)
melaksanakan perbaikan gizi akibat dampak sosial, pengungsian, dan
bencana alam.
VII - 18
40 persen; persentase ibu hamil yang mendapat tablet besi 49 persen;
persentase bayi dan balita yang mendapat vitamin A sebesar 65
persen; dan persentase keluarga yang mengkonsumsi garam
beryodium sekitar 65 persen (Tabel VII-3).
VII - 19
Dalam upaya mengembangkan sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan dasar, telah dilakukan upaya peningkatan
pemeliharaan sarana kesehatan yang ada agar tetap dapat berfungsi
dengan baik. Dewasa ini terdapat sekitar 7,2 ribu puskesmas, 21
ribu puskesmas pembantu dan 6,8 ribu puskesmas keliling. Dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, sekitar 1,7 ribu
puskesmas telah ditingkatkan fungsinya menjadi puskesmas
perawatan dengan sarana tempat tidur. Puskesmas perawatan ini
terutama dikembangkan di lokasi-lokasi yang jauh dari Rumah Sakit,
jalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan dan di daerah-daerah
atau pulau-pulau terpencil.
VII - 20
keterjangkauan, dan pemerataan obat yang bermutu yang dibutuhkan
masyarakat; dan (4) meningkatkan potensi daya saing industri
farmasi terutama yang berbasis sumber daya alam dalam negeri.
Untuk mencapai tujuan tersebut telah dilaksanakan kegiatan: (1)
meningkatkan pengamanan bahaya penyalahgunaan dan
kesalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, zat adiktif, dan bahan
berbahaya lainnya; (2) meningkatkan pengamanan dan pengawasan
makanan dan bahan tambahan makanan (BTM); (3) meningkatkan
pengawasan obat, obat tradisional, kosmetika, dan alat kesehatan
termasuk pengawasan terhadap promosi/ iklan; (4) meningkatkan
penggunaan obat rasional; (5) menerapkan obat esensial; (6)
mengembangkan obat asli Indonesia; (7) membina dan
mengembangkan industri farmasi; (8) meningkatkan mutu pengujian
laboratorium pengawasan obat dan makanan (POM); (9)
mengembangkan standar mutu obat dan makanan; (10)
mengembangkan sistem dan layanan informasi POM.
VII - 21
laboratorium pengujian obat dan makanan yang terakreditasi
sebanyak 8 unit; jumlah sarana produksi bahan baku farmasi
termasuk Obat Asli Indonesia yang dibina mencakup 10 persen, dan
jumlah kabupaten/kota yang kekurangan stok obat lebih dari 3 item
selama lebih dari 3 bulan menurun menjadi 10 persen (Tabel VII-5).
VII - 22
merupakan kegiatan antar lembaga/ instansi dan berkesinambungan
tiap tahun (multi year and multi institution activities). Surkesnas
meliputi kegiatan pengembangan modul kesehatan dan pengumpulan
data kesehatan melalui Survai Sosial Ekonomi Nasional (Susenas),
kegiatan Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dengan
komponen studi morbiditas, studi mortalitas dan studi tindak lanjut
(follow up) ibu hamil dan kegiatan Survai Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) komponen kesehatan ibu dan anak.
VII - 23
masyarakat dapat mempertahankan pelayanan sosialnya diberikan
pula bantuan biaya operasional yang dapat digunakan untuk biaya
pendidikan anak asuhnya maupun biaya operasional panti.
VII - 24
Pelayanan dan rehabilitasi sosial juga diberikan kepada
12.887 orang penyandang cacat, baik yang berada di dalam panti
maupun di lingkungan keluarga. Bantuan pelayanan dan rehabilitasi
sosial tersebut ditujukan untuk memulihkan harga diri dan martabat
mereka sehingga mereka dapat melaksanakan peran dan fungsi
sosialnya secara wajar dan produktif. Selain itu, diupayakan pula
bagi mereka kemudahan untuk mengakses fasilitas umum. Sedangkan
pelayanan sosial bagi tuna sosial telah diberikan bagi 11.634 orang
termasuk bagi tuna susila, pengemis, gelandangan, eks narapidana,
penderita HIV/AIDS dan korban tindak pidana kekerasan.
VII - 25
Dalam rangka penanganan pengungsi yang bersifat
konsepsional dan menyeluruh, bagi para pengungsi diberikan bantuan
tanggap darurat di lokasi pengungsian dan permukiman kembali para
pengungsi baik di tempat asal maupun baru sebagai bagian dari
pemberian jaminan sosial dan jaminan keamanan. Bantuan tanggap
darurat dilakukan dengan cara memberikan bantuan pangan berupa
beras dan lauk pauk bagi rata-rata 1.000.000 jiwa/bulan yang
tersebar di 19 propinsi. Selain itu, bagi para pengungsi juga
diberikan pelayanan kesehatan dasar termasuk pencegahan dan
pemberantasan penyakit, penyediaan sarana air bersih dan sanitasi,
serta perbaikan gizi melalui pemberian makanan tambahan.
Selanjutnya, penyediaan kesempatan belajar juga diberikan bagi
pengungsi anak melalui pendidikan umum dan alternatif di daerah
lokasi/daerah pengungsian, bantuan bahan ajar dan perlengkapan
siswa, serta paket pelatihan. Penanganan pengungsi ini dilakukan
bersama-sama antara pemerintah baik pusat dan daerah bersama-
sama masyarakat. Keseluruhan penanganan pengungsi dikoordinir
oleh Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas
PB).
VII - 26
dilakukan upaya penyempurnaan sistem jaminan sosial nasional
secara terpadu dan terkoordinasi agar setiap warga negara Indonesia
mendapat hak atas kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya melalui
program sistem jaminan sosial yang menyeluruh terutama untuk
keluarga, masyarakat miskin, pekerja sektor informal, petani,
nelayan, masyarakat yang terkena musibah/bencana dan penyandang
masalah sosial lainnya melalui penelaahan, pengkajian dan
perumusan kebijakan dan langkah-langkah dalam rangka
penyelenggaraan program sistem jaminan sosial nasional yang
meliputi baik aspek kelembagaan, program, perundang-undangan,
pendanaan maupun aspek pelaksanaan lainnya. Khusus untuk sistem
jaminan dan asuransi kesejahteraan sosial telah dilakukan uji coba
dan penyusunan pedoman pelaksanaan sistem jaminan dan asuransi
kesejahteraan sosial.
VII - 27
fungsional bagi 150 pegawai Dinas Sosial yang tersebar di 26
propinsi.
VII - 28
komprehensif memerlukan waktu yang panjang. Berkaitan dengan hal
tersebut telah selesai dirumuskan kebijakan pengembangan integrasi
bangsa di kalangan pelajar dan pemuda melalui pengenalan wawasan
nusantara dengan melibatkan berbagai unsur pemerintah, LSM dan
masyarakat termasuk dunia usaha.
VII - 29
Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah kebijakan
yang telah ditempuh adalah membangun pusat informasi dan layanan
masyarakat antara lain untuk mengakomodasi masyarakat yang
makin berkembang.
VII - 30
pembangunan yang berwawasan kependudukan; pengembangan pola
asuh anak dalam keluarga; serta pedoman peningkatan kualitas anak
balita. Di samping itu, telah dirumuskan pula makalah kebijakan
mengenai peningkatan kesehatan reproduksi remaja, penurunan
morbiditas dan mortalitas bayi, balita, ibu hamil, dan ibu melahirkan.
Di bidang persebaran dan mobilitas penduduk telah dilaksanakan
beberapa kajian dan studi kebijakan persebaran dan mobilitas
penduduk, tata ruang, daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Dalam upaya mendukung administrasi kependudukan yang tertib,
telah disusun RUU tentang Adminstrasi Kependudukan serta
pelaksanaan uji coba sistim pendaftaran dan pencatatan penduduk.
VII - 31
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan reproduksi dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan
mempersiapkan kehidupan berkeluarga guna mendukung upaya
peningkatan kualitas generasi mendatang. Langkah-langkah
kebijakan yang ditempuh adalah: (1) melaksanakan promosi
kesehatan reproduksi bagi remaja, baik yang bersifat pencegahan
maupun penanggulangan; (2) melakukan advokasi, komunikasi,
informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling reproduksi bagi remaja,
keluarga dan masyarakat; (3) menyelenggarakan promosi
pendewasaan usia kawin; dan (4) melaksanakan perintisan konseling
kesehatan reproduksi bagi remaja termasuk bagi remaja yang hidup
dan bekerja di jalan.
VII - 32
dan berorientasi kepada kepuasan publik/klien, antara lain melalui
peningkatan kualitas lembaga pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi dan peningkatan profesionalisme sumber daya manusia
pada lembaga pelayanan KB; (3) menyediakan alat dan obat serta
pelayanan KB yang bermutu termasuk kontrasepsi mantap bagi laki-
laki dan perempuan serta pencabutan alat kontrasepsi susuk secara
cuma-cuma bagi keluarga Pra-KS dan KS I; (4) menyediakan
jaminan dan perlindungan bagi peserta KB yang diprioritaskan pada
penanggulangan efek samping secara medis; (5) melakukan
pelatihan, pengkajian, dan penelitian operasional KB serta
mengembangkan sistim informasi manajemen program KB, dan (6)
melakukan penajaman segmentasi peserta KB yaitu kelompok peserta
KB dilayani secara luwes dengan memperhatikan aspek sosial
ekonomi, adat istiadat/agama, ciri-ciri demografis dan geografis.
VII - 33
kemandirian ber-KB bagi peserta KB dan peningkatan kemandirian
kelembagaan KB yang berbasis masyarakat.
2.1 Kebudayaan
VII - 34
ditingkatkan muatan lokal. Dengan adanya muatan lokal ini, siswa
berkesempatan untuk mempelajari dan memahami budaya daerahnya
masing-masing. Selanjutnya pengenalan dan pemahaman budaya
dilakukan pula melalui penyelenggaraan kemah budaya di tingkat
nasional. Untuk meningkatkan tersedianya informasi budaya lokal
dan mencari masukan untuk pemahaman ragam budaya nasional,
dilakukan pula lomba penulisan naskah kebudayaan daerah yang
diikuti oleh pengajar SLTA. Selain itu, dilakukan pula
pemberdayaan lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan nilai,
sikap dan kemampuan serta meningkatkan partisipasi keluarga dan
masyarakat yang didukung dengan sarana dan prasarana yang
memadai.
VII - 35
pagelaran kesenian dan pameran kesenian lainnya. Selain itu, untuk
melindungi hasil karya cipta seniman telah berhasil diterapkan
pemberian royalty yang masih terbatas untuk pencipta lagu. Untuk
memperkenalkan kekayaan budaya nasional Indonesia, telah
dilakukan pula berbagai misi kesenian ke luar negeri diantaranya
Cina dan Kamboja. Selanjutnya, untuk mendorong pengembangan
kesenian nasional Indonesia terus mengikuti berbagai kegiatan yang
bersifat internasional baik di dalam maupun di luar negeri.
Kesempatan untuk bertukar informasi di bidang kesenian akan lebih
terbuka dengan penyelenggaraan Art Summit III di Jakarta tahun ini
yang diikuti oleh seniman dari berbagai negara.
2.2. Pariwisata
3. Pemberdayaan Perempuan
VII - 36
diskriminatif terhadap perempuan, seperti Undang-undang
Perkawinan, Undang-undang Ketenagakerjaan, Undang-undang
Kesehatan, Undang-undang Kewarganegaraan, dan KUHP. Di
samping itu, berkat kerja sama yang baik antara pemerintah dan
LSM telah disusun Rencana Aksi Nasional Penghapusan Kekerasan
terhadap Perempuan (RAN-PKTP) yang memuat berbagai upaya
penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan baik yang
terjadi dalam keluarga, tempat kerja, maupun dalam masyarakat.
Khusus untuk menangani para korban tindak kekerasan, telah
dibentuk 163 Ruang Pelayanan Khusus (RPK) di 19 Polda, dan
bekerja sama dengan Rumah Sakit setempat, serta Crisis Center di
RS Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RS Panti Rapih Yogyakarta.
Sementara itu, hasil yang dicapai dalam pembangunan ekonomi
melalui pelaksanaan program perluasan dan pengembangan
kesempatan kerja, program peningkatan kualitas dan produktivitas
tenaga kerja, dan program perlindungan dan pengembangan lembaga
tenaga kerja adalah telah dilakukannya penyempurnaan beberapa
peraturan perlindungan tenaga kerja yang selama ini belum
menguntungkan bagi tenaga kerja perempuan, penyempurnaan sistem
kredit usaha yang masih cenderung diskriminatif, dan peningkatan
kualitas dan jumlah pelatihan yang ditujukan untuk lebih
meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja perempuan
sekaligus meningkatkan perlindungan bagi tenaga kerja perempuan.
Dalam upaya memberikan perlindungan bagi pekerja perempuan
yang baru datang dari luar negeri, telah dibentuk Pusat Pelayanan
Informasi di empat bandara yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, dan
Batam. Dalam pembangunan pendidikan khususnya melalui
pelaksanaan program-program pendidikan dasar dan prasekolah,
pendidikan menengah, pendidikan tinggi, dan pembinaan pendidikan
luar sekolah, melalui peningkatan pemberian beasiswa dengan
mengutamakan pada murid perempuan, maka jumlah penduduk
perempuan yang menikmati pendidikan semakin banyak. Selanjutnya,
dalam pembangunan politik yaitu melalui program perbaikan struktur
politik dan program pengembangan budaya politik telah dirintis
pembentukan kaukus perempuan di lembaga legislatif pusat serta
terus dilakukan kegiatan-kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi
(KIE) dan advokasi yang ditujukan untuk meningkatkan pendidikan
politik perempuan di lembaga-lembaga legislatif, eksekutif, dan
VII - 37
yudikatif. Namun demikian upaya ini belum menunjukkan hasil yang
memuaskan, karena peningkatan jumlah perempuan yang menduduki
posisi pengambil keputusan dan atau jabatan struktural hanya terjadi
pada lembaga eksekutif saja, sedangkan pada lembaga-lembaga
legislatif dan yudikatif justru mengalami penurunan.
VII - 38
Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional, serta telah disusun Panduan
Pelaksanaannya. Berbagai pengkajian juga dilakukan untuk
mengidentifikasi berbagai masalah gender, terutama yang
menyangkut pola pemberian kredit, kebijakan upah tenaga kerja,
kebijakan pengiriman tenaga kerja perempuan, perbaikan materi
bahan ajar SD, pemanfaatan perempuan dalam bisnis media, masalah
gender dilihat dari sudut pandang agama Islam, hak cuti melahirkan
bagi pekerja perempuan di sektor formal, kesehatan reproduksi
perempuan, kesempatan melanjutkan sekolah bagi siswi yang hamil,
dan jaminan sosial bagi pekerja perempuan di sektor informal.
VII - 39
melalui penyediaan data dan informasi yang dibedakan menurut jenis
kelamin; (6) meningkatkan kemampuan dan kapasitas lembaga-
lembaga masyarakat yang memiliki visi pemberdayaan perempuan,
termasuk organisasi-organisasi perempuan yang ada di tingkat
nasional dan daerah, melalui peningkatan keterampilan dan keahlian
untuk lebih dapat menemukenali dan mengatasi berbagai
permasalahan yang dihadapi perempuan, serta bersama-sama
pemerintah merumuskan kebijakan dan program pembangunan; (7)
menciptakan hubungan kemitraan yang saling menguntungkan antara
pemerintah, masyarakat, pranata dan lembaga-lembaga masyarakat
yang memiliki visi pemberdayaan perempuan; dan (8) meningkatkan
kesadaran dan partisipasi masyarakat media dalam mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender.
VII - 40
4. Pemuda dan Olahraga
VII - 41
usaha dan pemerintah daerah dalam mengembangkan sarana dan
prasarana olahraga.
VII - 42
Hasil yang telah dicapai dalam program ini antara lain
adalah sebanyak 654 guru pendidikan jasmani telah diberikan
pelatihan tentang pemanduan bakat dan pembibitan olahraga serta
peningkatan mutu pemanduan bakat dan pembibitan olahraga. Selain
itu, sebanyak 120 orang olahragawan pelajar mengikuti training
camp dan 1.081 atlet pelajar ikut serta dalam kejuaraan antar Pusat
Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) yang merupakan
salah satu wadah untuk penelusuran minat dan bakat.
VII - 43
4.5 Program Pengembangan dan Keserasian
Kebijakan Kepemudaan
VII - 44
dikelompokkan ke dalam tiga bidang, yaitu ekonomi, agama, dan
sosial budaya.
VII - 45
menjalani pengembangan kelompok usaha pemuda produktif, serta
sekitar 3.160 orang Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan
telah mendapatkan pelatihan manajemen usaha, dan 1.090 orang
pemuda mendapatkan pelatihan ketrampilan manajeman usaha dan
bantuan modal usaha. Sebanyak 360 orang pemuda telah menerima
pendidikan dan pelatihan iptek dan informatika dalam upaya untuk
meningkatkan kesadaran pemuda akan manfaat dan penggunaan
iptek dan informatika di bidang ekonomi. Selain itu, 608 orang dari
propinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan
Barat dan Nusa Tenggara Barat telah menjalani pembinaan kader
konservasi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistem. Upaya-upaya tersebut akan turut memicu
dan memacu peran aktif pemuda dalam pembangunan ekonomi
secara menyeluruh.
VII - 46
(PROPENAS) 2000–2004, maka rencana pembangunan di bidang
kesehatan pada tahun 2002 terutama diarahkan untuk meningkatkan
mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama
bagi penduduk miskin. Upaya pelayanan kesehatan dasar antara lain
meliputi pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, perbaikan
gizi, pelayanan kesehatan ibu dan anak, penyediaan obat generik
esensial, promosi kesehatan, serta peningkatan hygiene dan sanitasi
dasar. Pelayanan kesehatan rujukan meliputi peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit rujukan melalui penyediaan sarana dan
prasarana. Selain itu, akan dilaksanakan kegiatan pengawasan obat,
makanan, dan bahan berbahaya lainnya. Upaya pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan tersebut didukung oleh peningkatan kualitas
sumber daya manusia bidang kesehatan.
VII - 47
pelayanan kesehatan rujukan, dan mengintegrasikan pelayanan
rumah sakit dalam sistem kesehatan kabupaten/kota.
VII - 48
Kegiatan pokok dalam program kebijakan dan manajemen
pembangunan kesehatan meliputi kebijakan program kesehatan,
manajemen pembangunan kesehatan, hukum bidang kesehatan,
termasuk penyempurnaan peraturan perundangan bidang kesehatan.
Sistem informasi kesehatan akan dikembangkan termasuk juga
penetapan standar pelayanan kesehatan.
VII - 49
perkotaan. Bagi korban bencana, baik bencana alam maupun akibat
ulah manusia (pengungsi) akan diberikan bantuan termasuk bantuan
tanggap darurat. Dalam meningkatkan pelayanan sosial
kemasyarakatan dilakukan peningkatan kemampuan tenaga
kesejahteraan sosial masyarakat (TKSM), relawan sosial, LSM,
Karang Taruna, lembaga-lembaga perlindungan sosial, lembaga-
lembaga sosial kemasyarakatan, dan kelompok-kelompok tingkat
lokal serta akan dilaksanakan penyuluhan sosial bagi masyarakat dan
advokasi kepada dunia usaha; pemberian penghargaan bagi pihak-
pihak yang berperan aktif menyelenggarakan pelayanan sosial;
peningkatan sumbangan sosial masyarakat; serta pengembangan
program jaminan, perlindungan, dan asuransi kesejahteraan sosial.
VII - 50
Berdasarkan hasil kajian akan disampaikan rekomendasi kebijakan
kepada instansi terkait. Dalam rangka meningkatkan ketahanan sosial
masyarakat; pelestarian nilai-nilai keperintisan; kepahlawanan, dan
kejuangan; jaminan sosial masyarakat; kesiapsiagaan menghadapi
bencana, dan kesadaran berbangsa dan bernegara akan dilakukan
sosialisasi dan pemantapan kebijakan lintas sektor. Pemantauan dan
evaluasi akan dilaksanakan agar pelaksanaan kebijakan penanganan
masalah-masalah sosial sesuai dengan yang diharapkan.
1.3 Kependudukan
VII - 51
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran program
pengembangan dan keserasian kebijakan kependudukan yang telah
ditetapkan PROPENAS 2000–2004, berbagai langkah kebijakan
akan terus dilanjutkan dan diperkuat dengan serangkaian kegiatan.
Beberapa kegiatan pokok yang akan dilaksanakan melalui program
ini meliputi: melakukan pengembangan indikator kependudukan
strategis tingkat kabupaten/kota; melakukan pengkajian keserasian
kebijakan kependudukan lintas sektor, dan antar pusat-daerah;
menyempurnakan tipologi kependudukan berkaitan dengan keserasian
dinamika kependudukan dengan daya tampung dan daya dukung
wilayah; menyusun kebijakan pengarahan, penyeserasian komposisi
penduduk menurut sosial, ekonomi dan budaya; menyusun pedoman
kebijakan persebaran dan mobilitas penduduk termasuk kebijakan
pengelolaan migrasi perkotaan; melakukan pengembangan kebijakan
pengelolaan keserasian sosial; memantapkan kesepakatan
kebijaksanaan dan kerja sama dalam pengembangan sistim
pendaftaran penduduk; melakukan pengembangan Nomor Induk
Kependudukan; serta melaksanakan uji coba pengembangan sistim
informasi registrasi penduduk.
VII - 52
dan menyelenggarakan pelatihan tenaga inti konseling kesehatan
reproduksi remaja. Berbagai tindak lanjut ini ditujukan untuk lebih
meningkatkan kinerja program kesehatan reproduksi remaja agar
berbagai sasaran program yang telah ditetapkan dalam PROPENAS
dan Repeta dapat tercapai.
VII - 53
2. Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata
2.1 Kebudayaan
2.2. Pariwisata
3. Pemberdayaan Perempuan
VII - 54
memperkuat langkah kebijakan yang ditempuh selama ini adalah:
mengintegrasikan kebijakan pembangunan pemberdayaan perempuan
ke dalam berbagai kebijakan-kebijakan pembangunan lainnya secara
terpadu, terutama pada tingkat daerah; melakukan pengkajian dan
menyempurnakan berbagai peraturan perundang-undangan yang
masih diskriminatif terhadap perempuan dan tidak berkeadilan
gender; melaksanakan promosi, advokasi, sosialisasi, pemantauan
dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan pemberdayaan perempuan; dan melakukan penelitian
dan pengembangan masalah-masalah gender di berbagai bidang
pembangunan.
VII - 55
4. Pemuda dan Olahraga
4.1 Olahraga
VII - 56
jasmani dan pelatih klub-klub olahraga; dan meningkatkan
kepedulian masyarakat dan dunia usaha untuk mendukung pendanaan
olahraga.
4.2 Kepemudaan
VII - 57
Di bidang ekonomi tindak lanjut yang diperlukan adalah:
mengembangkan sentra pemberdayaan pemuda; meningkatkan
keterampilan pertanian terpadu di Pusat Latihan Pengembangan
Pemuda Rajabasalama di Lampung; melaksanakan magang usaha
bagi pemuda; mengembangkan kelompok usaha pemuda produktif
yang berskala kecil dan menengah; melakukan pelatihan manajemen
usaha pemuda; melaksanakan pengerahan pemuda terdidik ke
perdesaan; meningkatkan kemampuan pemuda dalam komunikasi,
negosiasi dan kerja sama terutama yang menggunakan bahasa asing;
meningkatkan kemampuan produksi dan pemasaran produk unggulan
dari berbagai usaha pemuda yang berorientasi ekspor; melaksanakan
pendidikan dan pelatihan iptek dan informatika bagi pemuda; dan
melaksanakan pelatihan pengelolaan lingkungan hidup dan
pelestarian sumber daya alam.
VII - 58