You are on page 1of 3

Dia adalah Dilanku tahun 1990

Selamat malam Ayah @pidibaiq, selamat membaca surat yang mungkin tidak singkat ini,
semoga Ayah memang berkenan untuk membaca,

Pertama, aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Ayah, karena telah menulis cerita Dilan
dan Milea dan menerbitkannya sebagai sebuh buku, merupakan suatu kebanggan untuk
menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang membaca karya Ayah, hehe.

Ayah, treima kasih juga, telah mengenalkan kami kepada Dilan dan Milea, yang saat ini banyak
dikagumi dan namanya selalu ramai dibicarakan dimanapun.

Yang kedua, aku juga ingin berterima kasih lagi kepada Ayah, karena telah mengizinkan Novel
Dilan untuk di film-kan, dan bukan suatu keputusan yang salah saat Ayah memutuskan untuk
menjadi prdusernya, Ayah memang selalu mengambil keputusan yang tepat.

Awalnya mengetahui bahwa Novel ini akan di-film-kan, aku sangat senang Yah, berjuta-juta kali
senangnya, ini adalah ssat-saat yang aku tunggu, menantikan salah satu Novel kebanggaanku
di tampilkan di layar lebar. Kemudian pertanyaan klasik mulai muncul dalam pikiranku, “Siapa
Dilan-nya?”, namun aku memang harus menunggu lebih lama untuk mengetahui siapa orang
yang beruntung untuk memainkan Dilan, untuk menjadi Dilan dalam dunia nyata, sempat
terpikir dalam benakku, Dilan dalam kehidupan nyata adalah seseorang yang banyak
digandrungi remaja masa kini, Jefri Nichole atau Adipati Dolken, misalnya. Pun aku juga sempat
berpikir bahwa akun instagram dengan nama @grayhan10 adalah orang yang akan menjadi
Dilan-nya. Pertanyaan itu terus saja muncul Yah, tidak bisa dihindari lagi, aku penasaran, aku
takut nantinya orang yang akan menjadi Dilan adalah orang yang salah, mungkin bukan aku
saja Yah yang berpikiran seperti itu, namun semua penggemar Dilan sepertinya memikirkan hal
yang sama. Hmm, tapi aku selalu percaya, bahwa apa yang menjadi pilihan Ayah, tidak akan
pernah salah.

Hingga tibalah saatnya, hari itu tiba, hari dimana nama pemeran Dilan akan di umumkan, hari
dimana akhirnya aku tahu bahwa seseorang yang beruntung untuk mendapatkan peran sebagai
Dilan adalah....Iqbaal. Sempat kaget awalnya, sempat juga muncul pertanyaan “kenapa harus
Iqbaal?”, namun kembali lagi, aku selalu percaya, keputusan Ayah tidak akan pernah salah.
Pada hari itu juga, aku melihat, banyak orang yang putus harapan, mereka bilang “Kenapa
Iqbaal? Iqbaal ngga ada tampang nakal-nya sama sekali”, banyak sekali Yah yang bilang
seperti itu. Ah, kita lihat saja nanti kalau filmnya sudah jadi, mungkin saat ini mereka hanya
belum mengerti saja alasan Ayah untuk memilih Iqbaal sebagai Dilan, pikirku.

Semakin lama, waktu semakin berlalu, tibalah saat itu, waktu dimana trailer film Dilan 1990
telah resmi dikeluarkan dan mulai disebar bebas, ah rasanya senang sekali Yah, tidak sabar
untuk menonton filmnya secara utuh. Singkat cerita, hari yang telah dinantikan tiba, tanggal 25
Januari 2018, hari dimana untuk pertama kalinya Film Dilan 1990 secara resmi ditayangkan di
setiap bioskop di Indonesia, akhirnya penantianku berakhir sudah, untuk kesekian kalinya aku
ucapkan Selamat Ayah, semoga film-nya memang sesuai dengan ekspektasi kami (aku dan
para penggemar Dilan lainnya). Namun, aku tidak dapat menonton Film Dilan saat hari itu juga,
maklum Yah, masih banyak ujian dan tugas yang harus aku kerjakan, kewajiban hehe. Tapi aku
memang sudah bertekad, untuk segera menuntaskan kewajibanku, dan kemudian
menghabiskan waktu untuk menikmati Film Dilan, walau entah akan bersama siapa nantinya.

Masa ujianku telah usai, inilah hari dimana pertama kali aku menyaksikan Film Dilan, astaga
Ayah, andaikan saja Ayah tahu perjuangan untuk mendapatkan tiket nonton Film Dilan, dimana
setiap bioskop selalu penuh sesak, kami (penggemar Dilan) dan termasuk aku pun harus rela
mengantri panjang, hanya demi dapat menyaksikan Dilan, namun tak apa Yah, karena filmnya
memang sesuai harapan kami.

Kesan pertama setelah menyaksikan Film Dilan 1990 adalah......

“Aku pengen nonton lagi lagi dan lagi!” ungkapku dalam hati, terdengar berlebihan memang,
tapi memang itu yang sebenarnya aku rasakan, Yah.

Keputusan yang Ayah ambil memang tidak pernah salah, apapun yang Ayah putuskan memang
yang terbaik, Ayah memang selalu berhasil untuk mematahkan pemikiran kami tentang Iqbaal
yang berperan sebagai Dilan. Ayah memang tidak salah untuk memilih orang, Ayah memang
tepat untuk menunjuk Iqbaal sebagai pemeran Dilan. Ayah berhasil untuk menghidupakan
karakter Dilan dalam diri Iqbaal, Ayah berhasil untuk memukau kami dengan cerita yang sama
persis dengan apa yang ada di Novel yang Ayah tulis, Ayah berhasil menghidupkan imajinasi
kami untuk kembali membayangkan apa-apa saja yang ada di dalam Novel, sekali lagi Ayah
telah berhasil.

Ayah, untuk ke sekian kalinya aku ingin mengucapkan terimakasih karena telah memilih Iqbaal
untuk menjadi Dilan, terima kasih karena Ayah dapat membangun karakter Iqbaal menjadi Dilan
yang sesungguhnya, Dilan yang aku mau, Dilan yang kami semua mau. Pun aku juga ingin
berterimakasih kepada Ayah, karena alur cerita yang ditampilkan dalam film ini sama sekali
tidak berubah, masih sama persis dengan apa yang Ayah tulis dalam Novel, hal itu yang
menurutku akan membuat film ini hidup, dan akan banyak dicintai oleh semua orang.

Ayah, hari ini adalah kali ketiga aku menonton film Dilan 1990, rasanya tetap sama seperti saat
pertama kali menonton film ini Yah, tetap saja rasa bahagia itu muncul ketika melihat Dilan.
Tetap saja Yah, aku terpesona dengan pandangan mata Dilan, dan tentu saja aku tetap
cemburu dengan Milea, karena dia punya Dilan. Meski sudah kali ketiga, aku tetap saja tidak
bisa bosan Yah, makin kesini, Dilan makin memesona. Ah, Ayah pake sihir apa sih? Kenapa
bisa, aku jadi tergila-gila seperti ini sama Dilan. Sial, tapi aku senang.

Ayah, andaikan saja Ayah tahu, kadang aku ingin jadi Milea, bukan hanya aku sepertinya,
banyak juga orang-orang disekitarku yang ingin menjadi Milea, bisa kenal dengan Dilan, dan
menjadi bagian dari hidup Dilan, namun hal itu pastilah tidak mungkin terjadi, karena sampai
kapanpun Dilan cuma mau sama Milea, iya kan Yah?

Oh iya, hampir saja lupa, selamat malam juga Dilan (Iqbaal), apa kabar di Benua lain sana?
Baik bukan? Semoga saja Dilan juga berkenan untuk membaca surat yang tidak singkat ini,

Teruntuk Iqbaal, Dilan-nya Milea yang saat ini akan banyak diperebutkan dan dibicarakan oleh
setiap kalangan, yang saat ini akan banyak diinginkan dan dipuja setiap orang, terima kasih
karena telah berhasil untuk menjadi Dilan yang kami mau. Terima kasih, karena tidak sedikitpun
mengecewakan kami, terima kasih karena telah menghidupkan Dilan dalam kehidupan nyata
kami.

Dilan, kamu telah berhasil menyihir kami untuk terus dan terus menonton film ini, kamu berhasil
membuat kami terpesona, bukan hanya sekali, namun berkali-kali. Ah, Iqbaal, kamu memang
sulit untuk ditebak, ternyata kamu memanglah Dilan yang selama ini kami cari, kamu adalah
Dilan yang selama ini kami inginkan.

Terima kasih juga Iqbaal, karena telah berhasil untuk mematahkan argumen orang-orang yang
selalu saja bilang “Kenapa Harus Iqbaal?”, sekali lagi, kamu berhasil.
Ayah memang tidak pernah salah untuk memilih orang, Ayah tidak pernah salah dalam
mengambil keputusan, Ayah benar, Iqbaal adalah Dilan, seseorang dengan senyum manis dan
pandangan mata yang menawan. Baiklah Ayah, aku mengaku kalah, Dilan sangat memesona,
aku tidak bisa. Andaikan saja aku Milea, pasti aku akan menjadi orang yang paling bahagia di
Bumi. Huh, lagi-lagi Ayah membuatku tidak bisa berhenti untuk memikirkan Dilan.

Ayah, hari semakin larut di tempatku, alur tulisan dalam surat ini juga mulai tidak jelas arahnya,
sudahlah Yah, sampai sini saja suratku tentang Ayah dan Dilan, aku takut, jika aku teruskan,
semakin aku tidak ingin berhenti. Baiklah Ayah dan Dilan, selamat tidur, selamat beristirahat,
semoga hari esok Film Dilan akan semakin banyak penggemarnya. Dah Ayah, Dah Dilan!

- Ls.
03 Februari 2018

You might also like