You are on page 1of 27

ASUHAN KEPERAWATAN MIOPI

Kelainan refraksi.
Refraksi adalah keadaan bayangan tidak tegas tidak dibentuk pada retina. Secara umum
terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan
bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau I
belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kalainan refraksi dapat
diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias,
dan kelainan panjang sumbu bola mata.
Kelainan refraksi terdiri dari :
1. Miopi
2. Hipermetropi
3. Astigmatisma

Miopia
Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat
melihat dekat dengan lebiih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa
(kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus
sinar yang dibiaskan akan terletak didepan retina.

a. Etiologi
1. aksial : aksis memanjang
2. Refraktif :
a. Kelainan lensa, misalnya bisa lensa cembung pada katarak
b. Cairam mata meningkat
c. Kelainan cornea, misal keratotonus

b. Gambaran klinik
1. Subyektif
a. Bila melihat dekat jelas, tapi melihat jauh kabur
b. Bila miopia cukup tinggi, penderita harus membaca dekat sekali yang menyebabkan
astheno vergens
c. Pada miopi aksial, korpus vitreus mencair, dan mengalami degenerasi (Vitrous foatus)
sehingga penderita terkadang melihat bintik-bintik/titik-titik.
2. Obyektif
a. CO A dalam
b. Pupil midriasis
c. Retina harus mengisi ruang yang lebih luas, sehingga atropi, dan koroid menjadi lebih
jelas pada funduskopi dengan gambaran kulit seperti kulit macan.
c. Penatalaksanaan
Berikan lensa spheris negatif ( - ) terkecil, yang memberikan visus terbaik

1.1.2 Hipermetropi
Yaitu sinar sejajar tanpa akomodasi akan dibias ke belakang retina

a. Etiologi
1. Sebab Aksial
a. Mata terlalu kecil sehingga sumbu mata pendek
b. Mata normal, tapi retina terlepas
2. Sebab Refraktif
a. Sebab pada kornea (keratitis, lekoma)
b. Sebab pada lensa (Katarak afhakia)
c. Sebab pada cairan mata

b. Gambaran klinik
Secara subyektif mata terasa lelah, karena penderita hipermetropi harus berakomodasi
terus menerus, supaya penglihatan jelas. (“Asthenopia Accomodative”)
Gejala lainnya : Ngantuk, pegal, pusing, sakit kepala.
c. Penatalaksanaan
Dengan lensa sferis positif ( + ) terbesar, yang memberikan penglihatan terbaik tanpa
akomodasi
1.1.3 Astigmatisma
Bila sinar sejajar tidak dibias pada satu titik, tapi dibias pada banyak titik, dan tidak
terletak pada satu aksis/tidak teratur, maka disebut astigmatismus ireguler. Bila tiap
bidang mempunyai titik tepi sendiri, tapi semua terletak pada aksis, disebut
astigmatismus reguler.

a. Etiologi
1. Kelainan Kornea, superfisialis/profunda
2. Kelainan lensa

b. Penatalaksanaan
Kelainan kornea Superfisialis diatasi dengan lensa kontak
Kelainan kornea Profunda : hanya diatasi dengan mengganti tebalnya kornea dengan
suatu kornea yang jernih (Keratoplastik perforata)
Kelainan lensa diatasi dengan : ekstraksi lentis

ASUHAN KEPERAWATAN KELAINAN REFRAKSI


(MIOPIA)

1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan pandangannya kabur pada jarak jauh dan jelas pada jarak dekat
b. Riwayat Penyakit sekarang
Klien datang ke RS dengan keluhan pandangan kabur pada jarak jauh dan jelas pada jarak
dekat, klien mengatakan padangan kabur setiap saat.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan, sebelumnya belum pernah mengalami hal seperti ini.
d. Riwayat Penyakit keluarga
klien mengatakan ibu klien mengalami hal yang sama seperti yang dialami klien.
e. Riwayat Kebiasaan
lien mengatakan sering membaca buku dengan jarak yang sangat dekat dan dalam
keadaan tidak terlalu terang.

2. Pemeriksaan Diagnostik
Kartu snellen mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan):
mungkin terganggu dengan kerusakan kornea lensa aquous atau vitreus humor, kesalahan
refraksi atau penyakit syaraf atau penglihatan keretina atau jalan optik.

3. Diagnosa
Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d gangguan penerimaan: gangguan status organ
ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.

4. Interfensi
Koreksi mata miopi dengan memakai lensa minus atau ngatif ukuran teringan yang sesuai
untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata.
Tujuan:
Bayang jatuh tepat pada retina agar penglihatan tampak jelas.

5. Implementasi
Dilakukan pada satu mata secara bergantian, biasanya dimulai dari mata kanan lalu mata
kiri. Dilakukan setelah tajam penglihatan dilakukan dan diketahui terdapat kelainan
refraksi. Caranya adalah :
1. Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari karti snellen
2. satu mata ditutup, dengan mata yang terbuka pasien diminta membaca dari baris
terkecil yang masih bisa terbaca.
3. pada mata yang terbuka letakkan lensa negatif (-) 0,50 untuk menghilangkan
akomodasi pada saat pemeriksaan.

6. Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan bisa melihat jelas dengan memakai lensa negatif skala 0,50.
Objektif : Klien membaca buku dengan jarak yang pas (30 cm)
1. Definisi
Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan
atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina ( bintik
kuning ) dimana sistem akomodasi berkurang. Pasien dengan myopia akan menyatakan melihat
lebih jelas bila dekat sedangkan melihat jauh kabur atau pasien adalah rabun jauh. Pasien miopia
mempunyai pungtum remotum ( titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata
selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia
konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap maka penderita akan terlihat juling ke dalam atau
esotropia.

Mata minus / myopia / short sighred eye adalah : keadaan pada mata dimana cahaya/benda yang
jauh letaknya jatuh/difokuskan didepan retina/selpaut jala/bintik kuning
Myopia merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang sejajar
atau datang dari tak terhingga difokuskan didepan retina. Kelainan ini diperbaiki dengan lensa
negatif sehingga bayangan benda tergeser ke belakang dan diatur dan tepat jatuh diretina
(Mansjoer, 2002).
Myopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari jarak
tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi
dibiaskan pada satu titik di depan retina.

Terdapat dua teori utama tentang terjadinya pemanjangan sumbu bola mata pada myopia
yaitu:
1. Teori biologik menganggap pemanjangan sumbu bola mata sebagai akibat kelainan
pertumbuhan retina(overgrowth)
2. Teori mekanik mengemukakan penekanan (stress) sklera sebagai penyebab pemanjangan
tersebut.
Myopia Yaitu keadaan di mana mata terasa kabur apabila melihat objek-objek yang letaknya
jauh, tapi mata mampu melihat objek yang dekat.

Pada rabun jauh (myopia) penderita selalu berusaha memicingkan matanya agar dapat melihat
lebih jelas objek-objek yang jauh letaknya. Hal ini adalah ciri khas utama dari penderita myopia.

Myopia paling banyak terjadi pada usia anak-anak dan ditemukan secara tak sengaja pada saat
skrining pemeriksaan mata di sekolah. Pada umumnya memang hal ini disebabkan oleh
keturunan. Selain karena faktor keturunan, myopia juga bisa disebabkan oleh faktor
kelengkungan kornea maupun kelainan bentuk lensa mata.

Ciri khas lain dari myopia ini adalah sifatnya yang progresif hingga pada usia remaja (hal ini
dikarenakan faktor panjang sumbu bola mata yang bertambah seiring pertumbuhan anak) dan
kemudian progresifitasnya menurun pada usia dewasa muda. Pertambahan derajat myopia
membutuhkan kaca mata yang makin berat kekuatannya, karena itu pada masa usia dini
dianjurkan agar pemeriksaan diulang tiap 6 bulan.

Tipe / Bentuk myopia yaitu:


1) Myopia Axial
Dalam hal ini, terjadinya myopia akibat panjang sumbu bola mata (diameter Antero-posterior),
dengan kelengkungan kornea dan lensa normal, refraktif power normal dan tipe mata ini lebih
besar dari normal.

2) Myopia Kurvatura
Dalam hal ini terjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan darikelengkungan kornea atau
perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana
lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata normal.
3) Perubahan Index Refraksi
Perubahan indeks refraksi atau myopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan
seperti yang terjadi pada penderita Diabetes Melitussehingga pembiasan lebih kuat.

4) Perubahan Posisi Lensa


Pergerakan lensa yang lebih ke anterior setelah operasi glaucomaberhubungan dengan terjadinya
myopia.
Myopia dikategorikan berbahaya apabila berpotensi untuk menimbulkan kebutaan bagi
penderitanya, karena tidak bisa diatasi dengan pemberian kacamata. Myopia berbahaya ini
dibarengi dengan kerapuhan dari selaput jala (retina) yang makin lama makin menipis dari waktu
ke waktu.
Pada puncaknya proses penipisan ini menimbulkan perobekan pada selaput jala (retina), yang
membutuhkan tindakan bedah sedini mungkin untuk pemulihannya. Tingkat keberhasilan
pemulihan penglihatan akibat hal ini sangat tergantung pada kecepatan tindakan
penanggulangannya.

2. Etiologi
Pertengahan tahun 1900 SM, para dokter ahli mata dan ahli pemeriksa mata ( ahli kacamata )
percaya bahwa miopia menjadi hereditas utama. Di antara peneliti-peneliti dan para professional
peduli mata, mereka mengatakan bahwa miopia sekarang telah menjadi sebuah kombinasi
genetik dan merupakan salah satu faktor lingkungan.

Ada 2 mekanisme dasar yang dipercaya menjadi penyebab myopia yaitu:


1. Hilangnya bentuk mata ( juga diketahui sebagai hilangnya pola mata ), terjadi ketika kualitas
gambar dalam retina berkurang.
2. Berkurangnya titik fokus mata, terjadi ketika titik fokus cahaya berada di depan atau di
belakang retina

Myopia Terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi. Dikatakan pula, semakin dini
mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka semakin besar kemungkinan
mengalami miopi. Ini karena organ mata sedang berkembang dengan cepat pada tahun-tahun
awal kehidupan.akibatnya para penderita miopi umumnya merasa bayangan benda yang
dilihatnya jatuh tidak tepat pada retina matanya, melainkan didepannya (Curtin, 2002).

3. Patofisiologi
Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih belum diketahui. Sama
halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini, seperti degenerasi
chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre dan rekannya, tentang penilaian
perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular
meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan yang
berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada mata manusia, dan tidak
ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme patogenesa terhadap
elongasi berlebihan pada myopia.

Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk:


1) Myopia stasioner, myopia yang menetap setelah dewasa
2) Myopia progresif, myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata
3) Myopia maligna, myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan
kebutaan atau sama dengan myopia pernisiosa sama dengan myopia maligna sama dengan
myopia degenerative.
4) Myopia degenertif atau myopia maligna biasanya bila myopia lebih dari 6 dioptri disertai
kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum
yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi karioretina.

Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sclera dan kadang-kadang terjadi rupture
membrane Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi
subretina. Pada myopia dapat terjadi bercak Fuch berupa biperplasi pigmen epitel dan
perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar, dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optic.
(Sidarta, 2005).
4. Manifestasi Klinik
Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek dengan jarak
jauh ( anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis tetapi mereka dapat dengan
mudah membaca tulisan dalam sebuah buku.

Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya terlalu tinggi,
sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu harus
melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan (astenovergen) .
Mungkin juga posisi konvergensi itu menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen (estropia).
Apabila terdapat myopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain dapat terjadi
ambliopia pada mata yang myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan bergulir ke temporal
yang disebut strabismus divergen (eksotropia). (Illyas,2005).

Pasien dengan myopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling dan
celah kelopak yang sempit. Seseorang penderita myopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan
matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil).
Pasien myopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat
sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan
astenopia konvergensi.bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling
kedalam atau esoptropia (Sidarta, 2005).

Gejala-gejala myopia juga terdiri dari:


1) Gejala subjektif :
a. Kabur bila melihat jauh
b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi )
d. Astenovergens

2) Gejala objektif :
a) Myopia simpleks :
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relative lebar. Kadang-
kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen
myopia ( myopic cresent ) yang ringan di sekitar papil saraf optik.

b)Myopia patologik :
- Gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia simpleks.
- Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada:
- Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenarasi yang terlihat
sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang
ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan myopia.
- Papil saraf optic : terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil terlihat lebih pucat yang
meluas terutama ke bagian temporal. Kresen myopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga
seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur
- Makula: Berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan pendarahan subretina
pada daerah macula.
- Retina bagian perifer: Berupa degenersi kista retina bagian perifer Seluruh lapisan fundus yang
tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid
tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid. (Illyas,2005).

5. Pencegahan
Pencegahan miopia salah satunya dengan cara tidak membaca dalam keadaan gelap dan
menonton TV dengan jarak yang dekat. Pada beberapa tahun lalu, penurunan pelebaran mata
dimaksudkan untuk salah satu pengobatan yang telah dikembangkan untuk anak-anak, tetapi
ternyata terapi tersebut tidak efektif.

Penggunaan kacamata dan kontak lensa mempengaruhi perkembangan myopia dalam akhir tahun
ini. Beberapa dokter yang menggunakan pengobatan klinik dan para peneliti merekomendasikan
kekuatan lebih ( konvex ) pada lensa kacamata yang dapat dipakai untuk melihat jauh dan dekat.
Para pelajar Malaysia juga baru-baru ini melaporkan bahwa ahli ilmu pengetahuan yang baru
menyatakan bahwa pembentukan atau perbaikan pada penderita myopia disebabkan karena
melajunya pertumbuhan myopia, ini juga terdapat dalam pertanyaan-pertanyaan klinis. Banyak
pengobatan myopia mengalami kesulitan dan juga terdapat banyak kekurangan di dalamnya.
Oleh karena itu, beberapa grup kontrol cukup menutupi kekurangan tersebut.

Sampai sejauh ini yang dilakukan adalah mencoba mencari bagaimana mencegah kelainan
refraksi pada anak atau mencegah jangan sampai menjadi parah. Biasanya dokter akan
melakukan beberapa tindakan seperti pengobatan laser, obat tetes tertentu untuk membantu
penglihatan, operasi, penggunaan lensa kontak dan penggunaan kacamata.

Pencegahan lainnya adalah dengan melakukan visual hygiene berikut ini:


Mencegah terjadinya kebiasaan buruk. Hal yang perlu diperhatikan adalah sejak kecil anak
dibiasakan duduk dengan posisi tegak, dan memegang alat tulis dengan benar. Lakukan istirahat
tiap 30 menit setelah melakukan kegiatan membaca atau melihat TV. Batasi jam membaca.
Aturlah jarak baca yang tepat (30 centimeter), dan gunakanlah penerangan yang cukup. Kalau
memungkinkan untuk anak-anak diberikan kursi yang bisa diatur tingginya sehingga jarak
bacanya selalu 30 cm. Membaca dengan posisi tidur atau tengkurap bukanlah kebiasaan yang
baik.

Beberapa penelitian melaporkan bahwa usaha untuk melatih jauh atau bergantian melihat jauh
dan dekat secara bergantian dapat mencegah myopia. (Curtin, 2002).

6. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Nonfarmakologi
a. Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa pilihan untuk mengobati gejala-
gejala visual pada pada penderita myopia. Dalam ilmu keratotology kontak lensa yang digunakan
adalah adalah kontak lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea yang berfungsi untuk
mengurangi miopia.

b. Latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi


Para pelaksana dan penganjur terapi alternatif ini sering merekomendasikan latihan pergerakan
mata dan teknik relaksasi seperti cara menahan (pencegahan). Akan tetapi, kemanjuran dari
latihan ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan para praktisi peduli mata. Pada tahun 2005,
dilakukan peninjauan ilmiah pada beberapa subjek. Dari peninjauan tersebut disimpulkan bahwa
tidak ada bukti-bukti (fakta) ilmiah yang menyatakan bahwa latihan pergerakan mata adalah
pengobatan myopia yang efektif.

c. Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis (LASIK) atau operasi lasik
mata, yang telah populer dan banyak digunakan para ahli bedah untuk mengobati miopia. Dalam
prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat miopia dengan
menggunakan sebuah laser. Selain lasik digunakan juga terapi lain yaitu Photorefractive
Keratotomy (PRK) untuk jangka pendek, tetapi ini menggunakan konsep yang sama yaitu
dengan pergantian kembali kornea mata tetapi menggunakan prosedur yang berbeda. Selain itu
ada juga pengobatan yang dilakukan tanpa operasi yaitu orthokeratologi dan pemotongan
jaringan kornea mata. Orang-orang dengan miopia rendah akan lebih baik bila menggunakan
teknik ini. Orthokeratologi menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur dan pergantian
sementara lekukan kornea. Pemotongan jaringan kornea mata menggunakan bahan-bahan plastik
yang ditanamkan ke dalam kornea mata untuk mengganti kornea yang rusak( Lee dan Bailey,
www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006).

2) Penatalaksanaan Farmakologi
Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi kotoran
yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun banyak digunakan ada penderita myopia
(www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006).

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto fundus / retina
b. Pemeriksaan lapang pandang / campimetri / perimetri
c. Pemeriksaan kwalitas retina ( E.R.G = electro retino gram)
d. Pemeriksaan kelainan otak / brain berkaitan dengan kelainan mata ( E.E.G = electro – ence
falogram
f. EVP (evoked potential examination)
g. USG ( ultra – sono – grafi ) bola mata dan keliling organ mata missal pada tumor,panjang bola
mata , kekentalan benda kaca (vitreous)
h. Retinometri ( maksimal kemungkinan tajam penglihatan mata yang tersisa)
i. CT scan dengan kontras / MRI. VI. Penatalaksanaan.

ASKEP KLIEN PADA MIOPIA

1.Pengkajian Fisik
1) Pengkajian Ketajaman Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu Snellen.
a. Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen dengan satu mata ditutup.
b. Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari baris paling atas
kebawah,dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca seluruhnya dengan benar.

Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas (terbesar) maka dilakuan uji hitung jari dari
jarak 6 meter.
Jika pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 6 meter, maka jarak dapat dikurangi satu
meter, sampai maksimal jarak penguji dengan pasien 1 meter.
Jika pasien tetap tidak bisa melihat,dilakukan uji lambaian tangan,dilakukan uji dengan arah
sinar.
Jika pengelihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar,maka dikatakan pengelihatanya
adalah 0 (nol) atau buta total.

Penilaian :
Tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh huruf dalam kartu
Snellen dengan benar. Bila baris yang dapat dibaca selurunya bertanda 30 maka dikatakan tajam
pengelihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal
huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 meter. Bila dalam uji hitung jari pasien hanya dapat
melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pad jarak 3 meter, maka dinyatakan
tajam pengelihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60 meter.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata
hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam pengelihatan adalah
1/300.
Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja,tidak dapat melihat lambaian tangan, maka
dikatakan sebagai satu per minus. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak
terhingga.

2) Pengkajian Gerakan Mata


a. Uji Menutup, salah satu mata pasien di tutup dengan karton atau tangan pemeriksa, dan pasien
di minta memfokuskan mata yang tidak tertutup pada satu benda diam sementara mata yang di
tutup karton/tangan tetap terbuka. Kemudian karton atau tangan tiba-tiba di singkirkan, dan akan
nampak gerakan abnormal mata. Bila mata, saat di tutup bergeser ke sisi temporal, akan kembali
ke titik semula ketika penutup di buka. Sebaliknya, bila bergeser ke sisi nasal, fenomena
sebaliknya akan terjadi. Kecenderungan mata untuk bergeser, ketika di tutup, ke sisi temporal, di
namakan eksoforia; kecenderungan mata untuk bergeser ke sisi nasal di sebut esoforia.

b. Lirikan Terkoordinasi, benda di gerakkan ke lateral ke kedua sisi sepanjang sumbu horizontal
dan kemudian sepanjang sumbu oblik. Masing-masing membentuk sumbu 60 derajat dengan
sumbu horizontal. Tiap posisi cardinal lirikan menggambarkan fungsi salah satu dari keenam
otot ekstraokuler yang melekat pada tiap mata. Bila terjadi diplopia (pandangan ganda), selama
transisi dari salah satu posisi cardinal lirikan, pemeriksa dapat mengetahui adanya salah satu atau
lebih otot ekstraokuler yang gagal untuk berfungsi dengan benar. Keadaan ini bias juga terjadi
bila salah satu mata gagal bergerak bersama dengan yang lain.

3) Pengkajian Lapang Pandang


Pemeriksa dan pasien duduk dengan jarak 1 sampai 2 kaki, saling berhadapan. Pasien di minta
menutup salah satu mata dengan karton, tanpa menekan, sementara ia harus memandang hidung
pemeriksa. Sebaliknya pemeriksa juga menutup salah satu matanya sebagai pembanding. Bila
pasien menutup mata kirinya, misalnya, pemeriksa menutup mata kanannya. Pasien di minta
tetap melirik pada hidung pemeriksa dan menghitung jumlah jari yang ada di medan superior dan
inferior lirikan temporal dan nasal. Jari pemeriksa di gerakkan dari posisi luar terjauh ke tengah
dalam bidang vertical, horizontal dan oblik. Medan nasal, temporal, superior dan inferior di kaji
dengan memasukkan benda dalam penglihatan dari berbagai titik perifer. Pada setiap manuver,
pasien memberi informasi kepada pemeriksa saat ketika benda mulai dapat terlihat sementara
mempertahankan arah lirikannya ke depan.

a. Pemeriksaan Fisik Mata


1) Kelopak Mata, harus terletak merata pada permukaan mata
2) Buku Mata, posisi dan distribusinya
3) Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata.
4) Pemeriksaan Mata Anterior, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama.
5) Pemeriksaan Kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan cahaya seperti cermin,
terang, simetris dan tunggal.

2. Diagnosa Keperawatan
1)Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/gangguan status
organ indera
2)Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada kepala,
kelelahan pada mata)
3)Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan

3. Intervensi Keperawatan
DX I: Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/perubahan status organ indera
1)Kaji derajat dan durasi gangguan visual
Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien
2)Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional: Memberikan peningkatan kenyamanan, kekeluargaan serta kepercayaan klien-perawat
3)Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang gangguan penglihatan
Rasional: meningkatkan kepercayaan klien-perawat dan penerimaan diri
4)Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani gangguan penglihatannya
Rasional: Menurunkan kemungkinan bahaya yang akan tejadi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
DX II: Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada
kepala, kelelahan pada mata)
1)Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional: Membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan
2)Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya
Rasional: Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya dan mengurangi ansietas
3)Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan.
Rasional: Mengurangi ansietas klien

DX III: Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan


1)Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan
Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien.
2)Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang akan dilakukan
Rasional: Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya.
3)Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur,
menonton TV dengan jarak terlalu dekat.
Rasional: Membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton TV dengan jarak
terlalu dekat dapat mengakibatkan kelelahan pada mata.

4. Evaluasi
1)Menyatakan penerimaan diri sehubungan dengan perubahan sensori
2)Mampu memakai metode koping untuk menghilang ansietas
3)Menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan pengobatan

DAFTAR PUSTAKA

- Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC
- Chan,WM.2004. Ophthalmology and Visual Science. The Chinese university of
Hongkong.88(10):1315-1319. www.pubmedcentral.nih.gov/artclender
- Curtin. B., J., 2002. The Myopia. Philadelphia Harper & Row. 348-381
- Curtin Brian J, Whitemore, Wayne G. The Optics of Myopia, In Duanes Clinical
- Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
- Guell, JL., Morral, M.,Gris, O. 2007. Implantation for Myopia Ophthalmology (abstract only). -
- www.pubmedcentral.nih.gov/articlender

ASUHAN KEPERAWATAN MIOPI


Kelainan refraksi.
Refraksi adalah keadaan bayangan tidak tegas tidak dibentuk pada retina. Secara umum terjadi
ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur.
Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau I belakang retina dan tidak
terletak pada satu titik fokus. Kalainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan
kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.
Kelainan refraksi terdiri dari :
1. Miopi
2. Hipermetropi
3. Astigmatisma

1.1.1 MiopiaMiopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat
melihat dekat dengan lebiih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa
(kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus sinar
yang dibiaskan akan terletak didepan retina.

a. Etiologi
1. aksial : aksis memanjang
2. Refraktif :
a. Kelainan lensa, misalnya bisa lensa cembung pada katarak
b. Cairam mata meningkat
c. Kelainan cornea, misal keratotonus

b. Gambaran klinik
1. Subyektif
a. Bila melihat dekat jelas, tapi melihat jauh kabur
b. Bila miopia cukup tinggi, penderita harus membaca dekat sekali yang menyebabkan astheno
vergens
c. Pada miopi aksial, korpus vitreus mencair, dan mengalami degenerasi (Vitrous foatus)
sehingga penderita terkadang melihat bintik-bintik/titik-titik.
2. Obyektif
a. CO A dalam
b. Pupil midriasis
c. Retina harus mengisi ruang yang lebih luas, sehingga atropi, dan koroid menjadi lebih jelas
pada funduskopi dengan gambaran kulit seperti kulit macan.
c. Penatalaksanaan
Berikan lensa spheris negatif ( - ) terkecil, yang memberikan visus terbaik

1.1.2 Hipermetropi
Yaitu sinar sejajar tanpa akomodasi akan dibias ke belakang retina

a. Etiologi
1. Sebab Aksial
a. Mata terlalu kecil sehingga sumbu mata pendek
b. Mata normal, tapi retina terlepas
2. Sebab Refraktif
a. Sebab pada kornea (keratitis, lekoma)
b. Sebab pada lensa (Katarak afhakia)
c. Sebab pada cairan mata
b. Gambaran klinik
Secara subyektif mata terasa lelah, karena penderita hipermetropi harus berakomodasi terus
menerus, supaya penglihatan jelas. (“Asthenopia Accomodative”)
Gejala lainnya : Ngantuk, pegal, pusing, sakit kepala.
c. Penatalaksanaan
Dengan lensa sferis positif ( + ) terbesar, yang memberikan penglihatan terbaik tanpa akomodasi

1.1.3 Astigmatisma
Bila sinar sejajar tidak dibias pada satu titik, tapi dibias pada banyak titik, dan tidak terletak pada
satu aksis/tidak teratur, maka disebut astigmatismus ireguler. Bila tiap bidang mempunyai titik
tepi sendiri, tapi semua terletak pada aksis, disebut astigmatismus reguler.

a. Etiologi
1. Kelainan Kornea, superfisialis/profunda
2. Kelainan lensa

b. Penatalaksanaan
Kelainan kornea Superfisialis diatasi dengan lensa kontak
Kelainan kornea Profunda : hanya diatasi dengan mengganti tebalnya kornea dengan suatu
kornea yang jernih (Keratoplastik perforata)
Kelainan lensa diatasi dengan : ekstraksi lentis

ASUHAN KEPERAWATAN KELAINAN REFRAKSI


(MIOPIA)

1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan pandangannya kabur pada jarak jauh dan jelas pada jarak dekat
b. Riwayat Penyakit sekarang
Klien datang ke RS dengan keluhan pandangan kabur pada jarak jauh dan jelas pada jarak dekat,
klien mengatakan padangan kabur setiap saat.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan, sebelumnya belum pernah mengalami hal seperti ini.
d. Riwayat Penyakit keluarga
klien mengatakan ibu klien mengalami hal yang sama seperti yang dialami klien.
e. Riwayat Kebiasaan
lien mengatakan sering membaca buku dengan jarak yang sangat dekat dan dalam keadaan tidak
terlalu terang.

2. Pemeriksaan Diagnostik
Kartu snellen mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan): mungkin
terganggu dengan kerusakan kornea lensa aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau
penyakit syaraf atau penglihatan keretina atau jalan optik.

3. Diagnosa
Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d gangguan penerimaan: gangguan status organ
ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.

4. Interfensi
Koreksi mata miopi dengan memakai lensa minus atau ngatif ukuran teringan yang sesuai untuk
mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata.
Tujuan:
Bayang jatuh tepat pada retina agar penglihatan tampak jelas.

5. Implementasi
Dilakukan pada satu mata secara bergantian, biasanya dimulai dari mata kanan lalu mata kiri.
Dilakukan setelah tajam penglihatan dilakukan dan diketahui terdapat kelainan refraksi. Caranya
adalah :
1. Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari karti snellen
2. satu mata ditutup, dengan mata yang terbuka pasien diminta membaca dari baris terkecil yang
masih bisa terbaca.
3. pada mata yang terbuka letakkan lensa negatif (-) 0,50 untuk menghilangkan akomodasi pada
saat pemeriksaan.

6. Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan bisa melihat jelas dengan memakai lensa negatif skala 0,50.
Objektif : Klien membaca buku dengan jarak yang pas (30 cm)

1. Pengertian miopia
Mata disebut sebagai mata pelihat dekat, ini disebabkan susunan lensa terlalu kuat
membiaskan sinar atau karena bola mata terlalu lonjong (Ilyas, 2003).
Mata miopia disebut pelihat dekat penderita miopia dapat melihat benda dekat dengan sangat
jelas,sedangkan untuk benda yang terletak jauh tidak difokuskan (Guyton, 2000)
Mata adalah suatu kelainan refraksi di mana cahaya peralet yang memasuki mata secara
keseluruhan dibawa menuju focus didepan retina. Miopia, yang umumnya disebut sebagai kabur
jauh / terang dekat (Syafa, 2010)
Miopi adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk kemata jatuh di depan
retina pada mata yang istirahat ( tanpa akomodasi) gambaran kelainan pemokusanan cahaya
didepan retina. (Yayan A.Israr, 2010)
2. Penyebab miopia
Penyebab miopia belum diketahui secara pasti, ada beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan timbulnya seperti alergi, gangguan endokrin, kekurangan makanan, herediter,
kerja dekat yang berlebihan dan kekurangan zat kimia ( kurang kalsium dan kekurangan vitamin
A).
Menurut ilyas ada beberapa faktor penyebab Miopi diantaranya:
a. Bola mata panjang pada posterior anterior axialis
b. Lensa membesar pada katarak stadium II
c. Cornea lebih cembung dari pada normal disebut miopia carvatur
d. Pada penderita DM dimana corpus vitreus mengandung kadar gula tinggi
3. Klasifikasi miopi
Miopi dibagi berdasarkan beberapa karakteristik sebagai berikut :
Menurut jenis kelainannya, Vaughan membagi miopia menjadi:
a. Miopi aksial, dimana diameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari pada panjang
dari normal
b. Miopi kurvartu,yaitu adanya peningkatan curvature kornea atau lensa.
c. Miopi indeks, terjadi peningkatan indeks biasa pada cairan mata
Menurut perjalan penyakitnya miopi dibagi atas :
a. Miopi stasioner yaitu yang menetap setelah dewasa
b. Miopi progeresif, yaitu miopi yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata
c. Miopi maligna, yaitu keadaan yang lebih berat dari miopi progeresif, yang dapat mengakibatkan
ablasi retina dan kebutaan ( Ilyas, 2005)
Berdasarkan sifat
a. Miopi simplex, sering dijumpai pada umur muda dan bersifat menetap dan tidak menimbulkan
kelainan pada fundus.
b. Miopi progressive,minus terus bertambah sehingga bisa terjadi gangguan pada choroid disebur
juga miopi degenerasi, tidak bisa mencapai 6/6
c. Miopi maligna , lebih cepat choroid miopi degeneration.
Miopi berdasarkan berat ringan
a. Miopi ringan
b. Sangat ringan, apabila dapat dikoreksi dengan kaca mata 0.25 s/d 1.0D
c. Ringan, apabila dapat dikoreksi dengan kaca mata -1 s/d -3 D
d. Miopi sedang dapat dikoreksi dengan kaca mata -3 s/d -6 D
e. Miopi tinggi dapat dikoreksi dengan kaca mata -6 s/d -10 D
f. Miopi berat dapat dapat dikoreksi dengan kacamata > -10 D
4. Tanda dan Gejala Miopia
Pasien miopi mempunyai pangtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang
dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan
keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan telihat
juling ke dalam atau esotropia (Ilyas, 2003).
Gejala miopi terbagi menjadi dua yaitu :
a. Gejala subjektif :
1) Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita miopia hanya
dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan pengglihatan jauh akan kabur.
2) Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari miopinya dapat
disembuhkan.
3) Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk mendapatkan efek
“pinhole” agar dapat melihat dengan lebih jelas.
4) Penderita miopia biasanya suka membaca dekat, sebab mudah melakukannya tanpa usaha
(Slone, 1979).
b. Gejala objektif :
1) Miopi simplex :
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadang-
kadang bola mata ditemukan agak menonjol.
2) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen miopi
yang ringan disekitar papil saraf optik.
Miopi Patologi :
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopi simple.
1) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kalainan-kelainan pada :
a. Korpus vitreum
b. Papiler saraf optic
c. Makula
d. Retina terutama pada bagian temporal
e. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.
5. Pengobatan miopia
Pengobatan miopi terdapat beberapa cara, yaitu :
a. kacamata
Pada pasien miopi ini diperlukan lensa kaca mata baca tambahan atau lensa eddisi untuk
membaca dekat yang berkuatan tetentu. Pengobatan pasien dengan dengan miopi adalah
memberikan kaca mata sferis negative terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan
maksimal 33cm. Bila pasien dikoreksi dengan – 3.0 D memberika tajam penglihatan 6/6, dan
demikian memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi (Ilyas, 2003).
b. lensa kontak
pengobatan biasanya ditolong dengan kacamata rangkap dan harus melakukan terapi dengan
cara menggunakan lensa eddisi untuk membaca dekat. Untuk jarak baca 33 cm, bila jarak
berubah maka pemberian lensa juga berubah. Pada umur 40 tahun lensa masih dapat
mengembang, tetapi sangat menurun. Pada umur 60 tahun, lensa menjadi sclerosic semua. Jadi
pemberian lensa addisi tergantung pada pada jarak baca dan umur pederita. Bifokus adalah
kacamata yang digunakan untuk mengatasi presbiopia. Kacamata ini memeliki 2 lensa, yaitu
untuk membaca dipasang dibawah dan untuk melihat jarak jauh dipasang diatas. Jika pelihat
jarak jauh masih baik, bisa digunakan kacamata untuk baca yang dijual bebas.
c. Bedah Keratorefraktif
Bedah keratorefraktif mencakup serangkai metode untuk mengubah kelengkungan
permukaan anterior bola mata diantaranya adalah keratomi radial, keratomileusis keratofikia,
epiakerarfikia.

6. Cara meningkatkan kesehatan mata


a. Periksa mata setiap 12 bulan
Masalah penglihatan yang tidak ditangani akan berkembang semakin parah,dan memakai
lensa kontak atau kacamata yang tidak lagi cocok untuk anda dapat menyebabkan masalah
penglihatan.
b. Di musim panas pakailah kacamata hitam
Sinar ultra violet dapat membuat kerusakan serius pada mata. Kacamata yang baik dapat
mencengah hal ini. Ketika membeli kacamata, pastikan yang dapat memantulkan paling tidak
98% radiasi ultra violet.
c. Makanlah nutrisi yang baik untuk anda dan mata anda
Studi baru-baru ini menunjukkan bahwa vitamin dan kelompok antioksida dan dapat
mencegah, atau paling tidak memperlambat degerasi macula dan pertumbuhan katarak. Nutrisi
yang baik bagi tubuh juga baik untuk mata.
d. Jika anda membaca atau berkerja menggunakan computer, pastikan cahayanya tepat
Bekerja dengan cahaya minim dapat menyebabkan kelelahan mata, tapi cahaya yang terlalu
terang juga tidak baik. Arah cahaya terbaik jika bekerja menggunakan computer adalah dari
lampu meja bercahaya lembut dari arah samping. Kurangi tingkat terang (brightness) monitor.
Warna memang jadi tak terlalau tajam, tapi mata akan jadi lebih nyaman.
e. Istirahatkan mata anda
Hampir semua orang merasakan mata mereka jadi tidak nyaman setalah duduk seharian di
depan layar computer. Hal ini disebabkan mata jadi kering. Satu hal yang bisa dilakukan adalah
menutup mata Anda dan menghitung sampai 5 sebelum membukanya kembali. Hal lainnya
adalah berpaling dari layar monitor dan focus pada sebuah objek yang jauh, sesering mungkin.
f. Cari lensa kontak dengan kualitas baik
Tidak semua lensa kontak sama. Ada yang aman untuk mata Anda, dan ada juga yang
berisiko merusak mata. Untuk melihat referensi tentang lensa kontak.
g. Jika memakai lensa kontak, rawatlah dengan baik
Lensa kontak tindakalah begitu meropotkan, tapi anda juga takdapat mengbaikan
kebersihannya. Setiapa kali akan atau melepasakan lensa kontak anda, bilaslah. Anda juga
harus mengganti caiarannya, ketika anda menaruh ditempatnya waktu anda tidur dimalam hari.
h. Pakailah lensa kontak sesuai jadwal yang disarankan
Ada orang yang berbuat hemat dengan memakai lensa kontak lebih lama daripada yang
dimaksudkan. Ini bukanlah hal yang baik. Meskipun kualitas lensanya tidak akan berkurang,
tumpukan protein dapat menghaburkan penglihtan anda. Hal lain yang harus dipertimbangkan
adalah, semangkin lama anda memakai lensa kontak anda, semangkin tinggi resiko mata anda
terkena infeksi ( Kesehatan Mata, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

American Optometric Association.(2000). Care of the Patient with Miopia, http://www.aoa.org. diakses
tanggal 11 maret 2011.
Fredrick DR. Miopia. BMJ (2002). Diakses dari http : //bmj.com/cgi/content/full/324/7347/1195 23
februari 2011.

http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Perbedaan+miopia+sangat+ringan%2C+ringan%2C+
sedang+dan+berat

http://belibis-a17.com/2010/07/21/kelainak-refraksi-mata-miopia-rabun-jauh/

http://nasrulbintang.wordpress.com/definisi-miopia-astigmat-hipermetropy-dan-presbiopy/

http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&q=kesehatan+mata&aq=f&aqi=g10&aql=&oq=&pbx=1&f
p=cfc28427b4f89285&biw=1024&bih=542

http://www.google.co.id/#hl=id&q=indonesia+sehat+2005&aq=f&aqi=&aql=&oq=&pbx=1&fp=cfc284
27b4f89285&biw=1024&bih=542

Hartono. (2007). Ilmu Kesehatan Mata. Yogyakarta: Gama Press.

Ilyas Sidarta, (2005). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta.

Ilyas, HS. (2003). Dasar-dasar Pemeriksaan mata dan penyakit mata, Cetakan I. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.

Ilyas, HS. (2002). Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran Edisi Dua,
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia tahun 2002, Sagung Seto, Jakarta.

Karikaturijo. (2010). Refraksi. Diakses tanggal 30 Agustus 2010, dari


http://karikaturijo.blogspot.com/2010/01/refraksi.html

Krisna, (2005). Miopia dan Pencengahannya. http:/www.optilkrisna.info./mygpia.htm. diakses tanggal


23 februari 2011.

Machfoedz, I, (2007). Statistik Deskriptif Bidang kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan


(Biostatistik). Fitramaya. Jakarta.

Mira Delima. A, Bagian Ilmu Kesehatan Mata, RSUD Panembahan Senopati, Kab.Bantul, Yogyakarta.

Nursing ( 2011 ) Memahami Berbangai Macam Penyakit. Jurnal Nursing, Jakarta.

Nasru Bintang, (2009). Miopia. http/nasrulbintang.wordpress.com/defenisi-miopia, diakses tanggal 20


april 2011.
Sativa Oriza, (2003). Tekanan Intraokular Pada Penderita Myopia Ringan Dan Sedang. Bagian Ilmu
Penyakit Mata Universitas Sumatra Utara. Diakses dari e-medicine. Oktober 2008

You might also like