You are on page 1of 4

48

VIII. PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Ny. R adalah seorang pasien yang menderita penyakit
demam tifoid.
1. Aspek Personal
Idea
Pasien datang ke IGD Puskesmas Pekuncen dengan keluhan demam
mendadak yang naik turun, terutama pada malam hari sejak 7 hari sebelum
masuk puskesmas. Keluhan tersebut disertai nyeri kepala cekot-cekot, badan
lemas, lidah terasa pahit, nafsu makan menurun, pegal-pegal pada daerah
sendi, mual, muntah, nyeri perut, batuk berdahak.

Concern
Pasien merasa badannya tidak nyaman dan lemas, keluarga pasien kawatir
kondisi pasien semakin lemas dan memburuk sehingga membuat pasien sulit
untuk beraktivitas dan belajar.
Expectacy
Pasien dan keluarga mempunyai harapan agar penyakit pasien dapat segera
sembuh dan dapat segera beraktivitas seperti semula.
Anxiety
Pasien dan keluarganya khawatir keadaan pasien semakin memburuk.
2. Aspek Klinis
Diagnosis : Demam Tifoid
Diagnosa banding : Leptospirosis, ISK
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
Pasien sering mengkonsumsi jajanan dan makanan diluar rumah.
Sebelum dan sesudah dari kamar mandi pasien jarang mencuci tangan
menggunakan sabun.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Keadaan dan kebersihan lingkungan rumah yang kurang sehat, jarak
sumber air dengan septic tank kurang dari 10 meter.
49

b. Rendahnya pemahaman pasien dan keluarga mengenai penyakit demam


tifoid.
c. Ekonomi keluarga pasien menengah kebawah.

5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial


Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 3, karena pasien mulai terganggu
dalam melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari seperti bersekolah,
berkumpul bersama keluarga, dan bermain dengan teman-temannya.
B. SARAN
Pemberian penyuluhan dengan materi utama mengenai pengertian,
penyebab, faktor risiko, cara penularan, tanda dan gejala, serta penanganan dan
pencegahan demam tifoid. Materi selanjutnya berupa penyuluhan tentang perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai salah satu upaya pencegahan terhadap
penyakit demam tifoid.
50

DAFTAR PUSTAKA

Artanti NW. 2013. Hubungan antara Sanitasi Lingkungan, Higiene Perorangan, dan
Karakteristik Individu dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja
Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun 2012. Skripsi. Available at
:http://lib.unnes.ac.id/18354/1/6450408002.pdf. Diakses pada 22 Oktober 2018.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. KMK No. 364/SK/V/2006 Tentang


Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Jakarta : Direktorat Jenderal PP dan
PL.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Kesehatan Indonesia tahun


2011. Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2010. Profil Kesehatan Jawa Tengah.
Semarang.

GA dan Finlay BB. 2008. Pathogenesis of Enteric Salmonella Infections. Curr Opin
Gastroenterol. Vol. 24(1): 22-26.

Haraga A et al. 2008. Salmonella Interplay with Host Cells. Nat Rev Micobiol; 6:53.

Herliani D, Usep AH, Rika N. 2015. Hubungan antara Faktor Risiko dengan Kejadian
Demam Tifoid pada Pasien yang di Rawat di Rumah Sakit Al-Islam Bandung
Periode Februari - Juni 2015. Bandung : Universitas Islam.

Kristina RT, Andi ZA, Ansariadi. 2014. Faktor Risiko Demam Tifoid di Wilayah
Kerja Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar. Skripsi. Makasar :
Unversitas Hasanudin.

Kurniasih. 2011. Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Demam Tifoid di Rumah
Sakit Jasa Kartini Kecamatan Rancah Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi.
Bandung : Universitas Siliwangi.

Maria HW. 2007. Hubungan Faktor Determinan dengan Kejadian Demam Tifoid di
Indonesia Tahun 2006. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vol.
19 (4) : 165-173.

Okky PP. 2013. Faktor Risiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid pada Penderita yang
Dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol 2 (1) : 108-117.

Pegues DA, Miller SI. 2011. Salmonellosis. Dalam Harrison's Principles of Internal
Medicine 18th edition. New York: McGraw and Hill.
51

Rakhman A, Rizka H, Dibyo P. 2009. Faktor – Faktor Risiko yang Berpengaruh


terhadap Kejadian Demam Tifoid pada Orang Dewasa. Berita Kedokteran
Masyarakat. Vol. 25 (4) : 167-175.

Risani ES, Henry P, Vandry DK. 2015. Hubungan Personal Hygiene dengan
Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Tumaratas. Ejournal.
Vol. 3(2) : 1-8.

Santoso. 2007. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Demam Tifoid di Kabupaten


Purworejo. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Suprapto. 2012. Faktor Risiko Pejamu yang Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid
(Studi Kasus Di RSUP Dr. Kariadi Semarang). Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro

Vollaard AM, Van A, Widjaja S, Visser LG, Surjadi C. 2004. Risk factors for
Typhoid and Paratyphoid Fever in Jakarta, Indonesia. Journal of American
Medical Association. Vol. 291(21) : 2607-2615.

WHO, 2014. Typhoid : Immunization, Vaccines and Biologicalis. Available at :


http://www.who.int/immunization/diseases/typhoid/en/, diakses pada 16
Desember 2018.

Widodo D. 2009. Demam Tifoid. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
Edisi V. Jakarta : Interna Publishing.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.

Wulan YS. 2013. Faktor Kebiasaan dan Sanitasi Lingkungan Hubunganya dengan
Kejadian Demam Thypoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten
Boyolali. Skripsi. Avilable at:
http://eprints.ums.ac.id/27257/11/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf, diakses
pada 16 Desember 2018.

You might also like