You are on page 1of 23

LAPORAN PENDAHULUAN

GGK (GAGAL GINJAL KRONIK)

A. Pengertian
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth,
2001).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang
bersifat persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal
yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam
kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007).
CRF (Chronic Renal Failure) merupakan gangguan fungsi ginjal
yang progresif dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh
gagal untuk mempetahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer, 2001).
B. Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang
merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim
ginjal difus dan bilateral.
1. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
2. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus
sistemik (SLE), poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal
polikistik, asidosis tubuler ginjal.
6. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme,
amiloidosis.
7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati
timbale.
8. Nefropati obstruktif a. Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma,
fibrosis, netroperitoneal. b. Sal. Kemih bagian bawah: Hipertrofi
prostate, striktur uretra, anomali congenital pada leher kandung
kemih dan uretra.
C. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak
(hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode
adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih
besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik
disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik
dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan
muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian
nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah
itu. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.
Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah, akan semakin berat.
1. Gangguan Klirens Ginjal Banyak masalah muncul pada gagal ginjal
sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi,
yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang
sebenarnya dibersihkan oleh ginjal Penurunan laju filtrasi
glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24-
jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut filtrasi
glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin
akan menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu,
kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin
serum merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi karena
substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak
hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan
protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan
medikasi seperti steroid.
2. Retensi Cairan dan Ureum Ginjal juga tidakmampu untuk
mengkonsentrasi atau mengencerkan urin secara normal pada
penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap
perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi.
Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko
terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi.
Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin
angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi
aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk
kwehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan
hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air
dan natrium, yang semakin memperburuk status uremik.
3. Asidosis Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi
asidosis metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal
mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan
sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk
menyekresi ammonia (NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat
(HCO3) . penurunan ekskresi fosfat dan asam organic lain juga
terjadi
4. Anemia Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak
adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan
kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik
pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal,
produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai
keletihan, angina dan sesak napas.
5. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat Abnormalitas yang utama
pada gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolisme kalsium dan
fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan
saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, maka yang satu
menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal,
terdapat peningkatan kadar serum fosfat dan sebaliknya penurunan
kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium serum
menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun,
pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon dan mengakibatkan perubahan
pada tulang dan pebyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif
vitamin D (1,25-dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat
di ginjal menurun.
6. Penyakit Tulang Uremik Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari
perubahan kompleks kalsium, fosfat dan keseimbangan
parathormon.
Pathways
D. Manifestasi klinis
Sistem Tubuh Manifestasi
1. Biokimia
a. Asidosis Metabolik (HCO3 serum 18-20 mEq/L)
b. Azotemia (penurunan GFR, peningkatan BUN, kreatinin)
c. Hiperkalemia
d. Retensi atau pembuangan Natrium
e. Hipermagnesia
f. Hiperurisemia
2. Perkemihan& Kelamin
a. Poliuria, menuju oliguri lalu anuria
b. Nokturia, pembalikan irama diurnal
c. Berat jenis kemih tetap sebesar 1,010
d. Protein silinder
e. Hilangnya libido, amenore, impotensi dan sterilitas
3. Kardiovaskular
a. Hipertensi
b. Retinopati dan enselopati hipertensif
c. Beban sirkulasi berlebihan
d. Edema
e. Gagal jantung kongestif
f. erikarditis (friction rub)
g. Disritmia
4. Pernafasan
a. Pernafasan Kusmaul
b. dispnea
c. Edema paru
d. Pneumonitis
5. Hematologik
a. Anemia menyebabkan kelelahan
b. Hemolisis
c. Kecenderungan perdarahan
d. Menurunnya resistensi terhadap infeksi (ISK,
pneumonia,septikemia)
6. Kulit
a. Pucat
b. pigmentasi
c. perubahan rambut dan kuku (kuku mudah patah, tipis,
bergerigi, ada garis merah biru yang berkaitan dengan
kehilangan protein)
d. Pruritus
e. “kristal” uremik
f. kulit kering
g. memar
7. Saluran cerna
a. Anoreksia, mual muntah menyebabkan penurunan BB
b. Nafas berbau amoniak
c. Rasa kecap logam, mulut kering
d. Stomatitis, parotitid
e. Gastritis, enteritis
f. Perdarahan saluran cerna
g. Diare
8. Metabolisme intermedier
a. Protein-intoleransi, sintesisi abnormal
b. Karbohidrat-hiperglikemia, kebutuhan insulin menurun
c. Lemak-peninggian kadar trigliserida
9. Neuromuskular
a. Mudah lelah
b. Otot mengecil dan lemah
c. Susunan saraf pusat
d. Penurunan ketajaman mental
e. Konsentrasi buruk
f. Apati
g. Letargi/gelisah, insomnia
h. Kekacauan mental
i. Koma
j. Otot berkedut, asteriksis, kejang
k. Neuropati perifer
l. Konduksi saraf lambat, sindrom restless leg
m. Perubahan sensorik pada ekstremitas – parestesi
n. Perubahan motorik – foot drop yang berlanjut menjadi
paraplegi
10. Gangguan kalsium dan rangka
a. Hiperfosfatemia, hipokalsemia
b. Hiperparatiroidisme sekunder
c. Osteodistropi ginjal
d. Fraktur patologik (demineralisasi tulang)
e. Deposit garam kalsium pada jaringan lunak (sekitar sendi,
pembuluh darah, jantung, paru-paru)
f. Konjungtivitis (uremik mata merah)
E. Komplikasi
1. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic,
katabolisme dan masukan diet berlebih.
2. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
rennin-angiotensin-aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel
darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna
kehilangan drah selama hemodialisa
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat,
kadar kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D
abnormal
6. Asidosis metabolic
7. Osteodistropi ginjal
8. Sepsis
9. neuropati perifer
10. hiperuremia
F. Penatalaksanaan
1. Terapi Konservatif Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk
setiap klien Cronic renal Desease (CKD) dan lama terapi
konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun.
Tujuan terapi konservatif:
a. Mencegah memburuknya fungsi ginjal secara profresi.
b. Meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksi asotemia.
c. Mempertahankan dan memperbaiki metabolisme secara optimal.
d. Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
Prinsip terapi konservatif :
a. Mencegah memburuknya fungsi ginjal.
1). Hati-hati dalam pemberian obat yang bersifat nefrotoksik.
2). Hindari keadaan yang menyebabkan diplesi volume cairan
ekstraseluler dan hipotensi.
3). Hindari gangguan keseimbangan elektrolit.
4). Hindari pembatasan ketat konsumsi protein hewani.
5). Hindari proses kehamilan dan pemberian obat kontrasepsi.
6). Hindari instrumentasi dan sistoskopi tanpa indikasi medis
yang kuat.
7). Hindari pemeriksaan radiologis dengan kontras yang kuat
tanpa indikasi medis yang kuat.
b. Pendekatan terhadap penurunan fungsi ginjal progresif lambat
1). Kendalikan hipertensi sistemik dan intraglomerular.
2). Kendalikan terapi ISK.
3). Diet protein yang proporsional.
4). Kendalikan hiperfosfatemia.
5). Terapi hiperurekemia bila asam urat serum > 10mg%.
6). Terapi hIperfosfatemia.
7). Terapi keadaan asidosis metabolik.
8). Kendalikan keadaan hiperglikemia.

c. Terapi alleviative gejala asotemia


1). Pembatasan konsumsi protein hewani.
2). Terapi keluhan gatal-gatal.
3). Terapi keluhan gastrointestinal.
4). Terapi keluhan neuromuskuler.
5). Terapi keluhan tulang dan sendi.
6). Terapi anemia.
7). Terapi setiap infeksi.
2. Terapi simtomatik
a. Asidosis metabolik Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab
dapat meningkatkan serum K+ (hiperkalemia )
1). Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5
mg/hari.
2). Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau
sama dengan 7,35 atau serum bikarbonat < atau sama dengan 20
mEq/L.
b. Anemia
1). Anemia Normokrom normositer Berhubungan dengan retensi
toksin polyamine dan defisiensi hormon eritropoetin (ESF:
Eritroportic Stimulating Faktor). Anemia ini diterapi dengan
pemberian Recombinant Human Erythropoetin ( r-HuEPO )
dengan pemberian 30-530 U per kg BB.
2). Anemia hemolisis Berhubungan dengan toksin asotemia.
Terapi yang dibutuhkan adalah membuang toksin asotemia
dengan hemodialisis atau peritoneal dialisis.
3). Anemia Defisiensi Besi Defisiensi Fe pada CKD
berhubungan dengan perdarahan saluran cerna dan
kehilangan besi pada dialiser ( terapi pengganti hemodialisis
). Klien yang mengalami anemia, tranfusi darah merupakan
salah satu pilihan terapi alternatif ,murah dan efektif, namun
harus diberikan secara hati-hati.
Indikasi tranfusi PRC pada klien gagal ginjal :
a). HCT < atau sama dengan 20 %
b). Hb < atau sama dengan 7 mg5
c). Klien dengan keluhan : angina pektoris, gejala umum
anemia dan high output heart failure.
Komplikasi tranfusi darah :
a). Hemosiderosis
b). Supresi sumsum tulang
c). Bahaya overhidrasi, asidosis dan hiperkalemia
d). Bahaya infeksi hepatitis virus dan CMV
e). Pada Human Leukosite antigen (HLA) berubah, penting
untuk rencana transplantasi ginjal.
c. Kelainan Kulit
1). Pruritus (uremic itching) Keluhan gatal ditemukan pada 25%
kasus CKD dan terminal, insiden meningkat pada klien yang
mengalami HD.
Keluhan :
a). Bersifat subyektif
b). Bersifat obyektif : kulit kering, prurigo nodularis,
keratotic papula dan lichen symply
Beberapa pilihan terapi :
a). Mengendalikan hiperfosfatemia dan hiperparatiroidisme
b). Terapi lokal : topikal emmolient ( tripel lanolin )
c). Fototerapi dengan sinar UV-B 2x perminggu selama 2-6
mg, terapi ini bisa diulang apabila diperlukan
d). Pemberian obat
Diphenhidramine 25-50 P.O
Hidroxyzine 10 mg P.O
2). Easy Bruishing Kecenderungan perdarahan pada kulit dan
selaput serosa berhubungan denga retensi toksin asotemia dan
gangguan fungsi trombosit. Terapi yang diperlukan adalah
tindakan dialisis.
d. Kelainan Neuromuskular Terapi pilihannya :
1). HD reguler.
2). Obat-obatan : Diasepam, sedatif.
3). Operasi sub total paratiroidektomi.
e. Hipertensi Bentuk hipertensi pada klien dengan GG berupa :
volum dependen hipertensi, tipe vasokonstriksi atau kombinasi
keduanya.
Program terapinya meliputi :
1). Restriksi garam dapur.
2). Diuresis dan Ultrafiltrasi.
3). Obat-obat antihipertensi.
3. Terapi pengganti Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit
ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit.
Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan
transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).
a. Dialisis yang meliputi :
1). Hemodialisa Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat
untuk mencegah gejala toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi
terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien GGK yang
belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG). Secara
khusus, indikasi HD adalah
1. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan
GGA untuk sementara sampai fungsi ginjalnya pulih.
2. Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa
apabila terdapat indikasi:
a. Hiperkalemia > 17 mg/lt
b. Asidosis metabolik dengan pH darah < 7.2
c. Kegagalan terapi konservatif
d. Kadar ureum > 200 mg % dan keadaan gawat pasien uremia,
asidosis metabolik berat, hiperkalemia, perikarditis, efusi,
edema paru ringan atau berat atau kreatinin tinggi dalam darah
dengan nilai kreatinin > 100 mg %
e. Kelebihan cairan
f. Mual dan muntah hebat
g. BUN > 100 mg/ dl (BUN = 2,14 x nilai ureum )
h. preparat (gagal ginjal dengan kasus bedah )
i. Sindrom kelebihan air
j. Intoksidasi obat jenis barbiturat
Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan
indikasi elektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut,
yaitu perikarditis, ensefalopati/ neuropati azotemik, bendungan
paru dan kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik,
hipertensi berat, muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen
(BUN) > 120 mg% atau > 40 mmol per liter dan kreatinin > 10
mg% atau > 90 mmol perliter. Indikasi elektif, yaitu LFG antara
5 dan 8 mL/menit/1,73m², mual, anoreksia, muntah, dan astenia
berat (Sukandar, 2006). Menurut konsensus Perhimpunan
Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003) secara ideal semua
pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15
mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala
uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun
tanpa gejala dapat menjalani dialisis. Selain indikasi tersebut
juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila terdapat
komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis
metabolik berulang, dan nefropatik diabetik. Hemodialisis di
Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan sampai sekarang telah
dilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan. Umumnya
dipergunakan ginjal buatan yang kompartemen darahnya adalah
kapiler-kapiler selaput semipermiabel (hollow fibre kidney).
Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur
yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun. Kendala yang ada
adalah biaya yang mahal (Rahardjo, 2006).
2). Dialisis Peritoneal (DP) Akhir-akhir ini sudah populer
Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) di pusat
ginjal di luar negeri dan di Indonesia. Indikasi medik CAPD,
yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun),
pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem
kardiovaskular, pasien-pasien yang cenderung akan mengalami
perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan
AV shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal
terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien
nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-mortality.
Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat
intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di
daerah yang jauh dari pusat ginjal (Sukandar, 2006). b.
Transplantasi ginjal atau cangkok ginjal. Transplantasi ginjal
merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).
Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:
a) Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih
seluruh (100%) faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya
mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah
b) Kualitas hidup normal kembali
c) Masa hidup (survival rate) lebih lama
d)Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama
berhubungan dengan obat imunosupresif untuk mencegah reaksi
penolakan
e) Biaya lebih murah dan dapat dibatasi
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas Pasien
Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Umur (lebih banyak terjadi pada usia
30-60 tahun), Agama, Jenis Kelamin (pria lebih beresiko daripada
wanita), Pekerjaan, Status perkawinan, Alamat, Tanggal masuk, Yang
mengirim, Cara masuk RS, dan Diagnosa medis dan nama Identitas
Penanggung Jawab meliputi : Nama, Umur, Hub dengan pasien,
Pekerjaan dan Alamat

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh klien
sebelum masuk ke rumah sakit. Pada klien dengan gagal ginjal
kronik biasanya didapatkan keluhan utama yang bervariasi,
mulai dari urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah
sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia),
mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau
(ureum), dan gatal pada kulit (Muttaqin, 2011).

b. Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien mengalami penurunan frekuensi urine,
penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik,
adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau amoniak, rasa
sakit kepala, nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tak
berdaya dan perubahan pemenuhan nutrisi(Muttaqin, 2011).

c. Riwayat kesehatan dahulu


Biasanya klien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit
gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung,
penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu saluran
kemih, infeksi system perkemihan yang berulang, penyakit
diabetes mellitus, dan hipertensi pada masa sebelumnya yang
menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai
riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan(Muttaqin,
2011).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit yang sama dengan klien yaitu gagal ginjal
kronik, maupun penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang
bisa menjadi factor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal
kronik.

3. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan


Persepsiterhadappenyakit :
Biasanyapersepsikliendenganpenyakitginjalkronikmengalamikecemasan
yang tinggi.
Biasanyaklienmempunyaikebiasaanmerokok, alkoholdanobat-
obatandalamkesehari-hariannya.

4. Pola Nutrisi/Metabolisme
a. Pola Makan
Biasanyaterjadipeningkatanberatbadancepat (edema),
penurunanberatbadan (malnutrisi), anoreksia, nyeriuluhati,
mualdanmuntah.
b. Pola Minum
Biasanyaklienminumkurangdarikebutuhantubuhakibat rasa
metaliktaksedappadamulut (pernapasan ammonia).

5. Pola Eliminasi
a. BAB
Biasanya abdomen kembung, diareataukonstipasi.

b. BAK
Biasanyaterjadipenurunanfrekuensi urine <400ml/harisampai
anuria, warna urine keruhatauberwarnacoklat,
merahdankuningpekat.

6. Pola Aktivitas/Latihan
Biasanyakemampuanperawatandiridankebersihandiriterganggudanbiasa
nyamembutuhkanpertolonganataubantuan orang lain.
Biasanyaklienkesulitanmenentukankondisi,
contohnyatidakmampubekerjadanmempertahankanfungsiperandalamk
eluarga.

7. Pola Istirahat Tidur


Biasanyaklienmengalamigangguantidur
,gelisahkarenaadanyanyeripanggul, sakitkepaladankramotot/kaki (
memburukpadamalamhari).

8. Pola Kognitif Persepsi


biasanyatingkatansietaspasienmengalamipenyakitginjalkronikinipadatin
gkatasietassedangsampaiberat

9. Pola Peran Hubungan


biasanyatingkatansietaspasienmengalamipenyakitginjalkronikinipadatin
gkatasietassedangsampaiberat.

10. Pola Seksualitas/Reproduksi


BiasanyaterdapatmasalahSeksualberhubungandenganpenyakit yang di
derita.

11. Pola Persepsi Diri/Konsep Diri

a. Body image/gambarandiri

Biasanyamengalamiperubahanukuranfisik, fungsialattubuhterganggu,
keluhankarenakondisitubuh, pernahoperasi, kegagalanfungsitubuh,
prosedurpengobatan yang mengubahfungsialattubuh

b. Role/peran

Biasanyamengalamiperubahanperankarenapenyakit yang diderita

c. Identity/identitasdiri

Biasanyamengalamikurangpercayadiri, merasaterkekang,
tidakmampumenerimaperubahan, merasakurangmemilikipotensi

d. Self esteem/harga diri

Biasanyamengalami rasa bersalah, menyangkalkepuasandiri,


mengecilkandiri, keluhanfisik

e. Self ideal/ideal diri


Biasanyamengalamimasadepansuram, terserahpadanasib,
merasatidakmemilikikemampuan, tidakmemilikiharapan,
merasatidakberdaya

12. Pola Koping Toleransi Stres


Biasanyaklienmengalami factor stress contoh financial,
hubungandansebabnya, perasaantidakberdaya, tidakadaharapan,
tidakadakekuatan, menolak, ansietas, takut,marah, mudahtersinggung,
perubahankepribadiandanperilakusertaperubahan proses kognitif.

13. Pola Keyakinan Nilai


Biasanyatidakterjadigangguanpolatatanilaidankepercayaan.

14. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum dan TTV
a) Keadaanumumklienlemah, letihdanterlihatsakitberat
b) Tingkat kesadaranklienmenurunsesuaidengantingkat uremia
dimanadapatmempengaruhisistemsarafpusat.
c) TTV : RR meningkat, tekanandarahdidapatiadanyahipertensi.

b. Kepala
a) Rambut :Biasanyaklienberambut tipis dankasar,
klienseringsakitkepala, kuku rapuhdan tipis.
b) Wajah : Biasanyaklienberwajahpucat
c) Mata :Biasanyamataklienmemerah, penglihatankabur,
konjungtivaanemis, dan sclera tidakikterik.
d) Hidung
:Biasanyatidakadapembengkakkanpolipdanklienbernafaspendek
dankusmaul
e) Bibir :Biasanyaterdapatperadanganmukosamulut,
ulserasigusi, perdarahangusi, dannapasberbau
f) Gigi :Biasanyatidakterdapatkariespadagigi.
c. Lidah
Biasanyatidakterjadiperdarahan
d. Leher
Biasanyatidakterjadipembesarankelenjartyroidataukelenjargeta
hbening
e. Dada/thorax
a) Inspeksi :Biasanyakliendengannapaspendek,
pernapasankussmaul (cepat/dalam)
b) Palpasi : Biasanya fremitus kiridankanan
c) Perkusi : BiasanyaSonor
d) Auskultasi :Biasanya vesicular

f. Jantung
a) Inspeksi :Biasanya ictus cordistidakterlihat
b) Palpasi : Biasanya ictus Cordisteraba di ruang inter costal 2
lineadekstasinistra
c) Perkusi :Biasanyaadanyeri
d) Auskultasi :Biasanyaterdapatiramajantung yang cepat

g. Perut/Abdomen
a) Inspeksi :Biasanyaterjadidistensi abdomen,
acitesataupenumpukancairan, klientampakmualdanmuntah
b) Auskultasi :Biasanyabisingusus normal, berkisarantara
5-35 kali/menit
c) Palpasi :Biasanyaacites, nyeritekanpadabagianpinggang,
danadanyapembesaranheparpada stadium akhir.
d) Perkusi :Biasanyaterdengarpekakkarenaterjadinyaacites.

h. Genitourinaria
Biasanyaterjadipenurunanfrekuensi urine, oliguria, anuria,
distensi abdomen, diareataukonstipasi, perubahanwarna urine
menjadikuningpekat, merah, coklatdanberawan.

i. Ekstremitas
Biasanyadidapatkanadanyanyeripanggul,
odemapadaektremitas, kramotot, kelemahanpadatungkai, rasa
panaspadatelapakkaki,keterbatasangeraksendi.

j. Sistem Integumen
Biasanyawarnakulitabu-abu, kulitgatal, keringdanbersisik,
adanya area ekimosispadakulit.
k. System Neurologi
Biasanyaterjadigangguan status mental
sepertipenurunanlapangperhatian,
ketidakmampuankonsentrasi, kehilanganmemori,
penurunantingkatkesadaran,
disfungsiserebral,sepertiperubahan proses fikirdandisorientasi.
Klienseringdidapatikejang, danadanyaneuropatiperifer.

15. Pemeriksaan Penunjang


a. Urine
a) Volume :kurangdari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine
tidakada (anuria)
b) Warna :biasanyadidapati urine keruhdisebabkanoleh pus,
bakteri, lemak, partikelkoloid, fosfatatauurat.
c) Beratjenis :kurangdari 1,015 (menetappada 1,010
menunjukkankerusakanginjalberat).
d) Osmolalitas :kurangdari 350 m0sm/kg
(menunjukkankerusakan tubular)
e) KlirensKreatinin :agaksedikitmenurun.
f) Natrium :lebihdari 40 mEq/L, karenaginjaltidakmampu
mereabsorpsinatrium.
g) Proteinuri :terjadipeningkatan protein dalam urine (3-4+)

b. Darah
a) Kadar ureumdalamdarah (BUN) :meningkatdari normal.
b) Kreatinin :meningkatsampai 10 mg/dl (Normal : 0,5-1,5
mg/dl).
c) Hitungdarahlengkap(Ht :menurunakibat anemiaHb :
biasanyakurang)dari 7-8 g/dl

c. Ultrasono ginjal
menetukanukuranginjaldanadanyamassa,
kista,obstruksipadasalurankemihbagianatas.

d. Pielogram retrograde
menunjukkanabnormalitas pelvis ginjaldanureter
e. Endoskopi ginjal
untukmenentukan pelvis ginjal, keluarbatu, hematuria
danpengangkatan tumor selektif

f. Elektrokardiogram (EKG)
mungkin abnormal
menunjukkanketidakseimbanganelektrolitdanasam/basa.

g. Menghitung laju filtrasi glomerulus


normalnyalebihkurang 125ml/menit, 1 jam dibentuk 7,5 liter, 1
haridibentuk 180 liter

B. Diagnosa Keperawatan
a)
Penurunancurahjantungberhubungandenganketidakseimbangancairandanelketr
olit, gangguanfrekuensi, irama, konduksijantung, akumulasi/penumpukkan urea
toksin,klasifikasijaringanlunak
b) Ketidakefektifanpolanafasberhubungandenganhiperventilasi
c) Kelebihan volume cairanberhubungandenganudemsekunder, gangguanfiltrasi
glomerulus
d)
KetidakefektifanperfusijaringanberhubungandenganpenurunankonsentrasiHbda
lamdarah
e)
Ketidakseimbangannutrisikurangdarikebutuhantubuhberhubungandenganmual
danmuntah/anoreksia
f) Kerusakanintegritaskulitberhubungandengangangguan status metabolic,
sirkulasi (anemia,iskemiajaringan) dansensas I (neuropatiferifer), penurunan
turgor kulit, penurunanaktivitas, akumulasiureumdalamkulit
g) Intoleransiaktifitasberhubungandengankeletihan, anemia retensi,
produksampah

Komplikasi

Menurut (Smeltzerdan Bare, 2011), komplikasipotensialgagalginjalkronik yang


memerlukanpendekatankolaboratifdalamperawatan, mencakup :

a. Hiperkalemia

Akibatpenurunaneksresi,asidosis metabolic, katabolismedanmasukan diet berlebih

b. Pericarditis

Efusi pericardial, dantamponadejantungakibatretensiproduksampahuremikdan dialysis


yang tidakadekuat

c. Hipertensi

Akibatretensicairandannatriumserta mal fungsi system rennin, angiotensin, aldosteron

d. Anemia
Akibatpenurunaneritropoetin, penurunanrentangusiaseldarahmerah, peradangan gastro
intestinal

e. Penyakittulangsertaklasifikasi metastatic akibatretensifosfat

You might also like