Professional Documents
Culture Documents
“HIPERBILIRUBIN”
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28
hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi menurut
WHO (World Health Organization) (2015) pada Negara ASEAN (Association of
South East Asia Nations) pada Negara Indonesia 27 per 1000 kelahiran hidup.
Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi dari negara ASEAN lainnya, jika
dibandingkan dengan target dari MDGs (Millenium Development Goals) tahun
2015 yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan penyebabnya, kematian bayi
ada dua macam yaitu dalam kandungan dan luar kandungan. Kematian bayi dalam
kandungan adalah kematian bayi yang dibawa oleh bayi sejak lahir seperti
asfiksia. Sedangkan kematian bayi luar kandungan atau kematian post neonatal
disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh dari luar (Vivian,
2014).
Salah satu penyebab kematian bayi luar kandungan adalah hiperbilirubin,
dimana hiperbilirubin merupakan keadaan dimana kadar bilirubin serum total
yang lebih dari 10 % pada minggu pertama dimana ditandai dengan ikterus pada
kulit dan sklera. Hiperbilirubinemia neonatal terjadi pada lebih dari 60% neonatus
yang dilahirkan dengan usia kehamilan tidak normal (pre-term) dan neonatus yang
dilahirkan dengan usia kehamilan normal (term), dan mencapai puncaknya pada
3-5 hari setelah lahir dan biasanya sembuh setelah 2 minggu. Ikterik (kuning)
pada bayi umumnya ditemukan pada wajah bayi, yang kemudian menyebar ke
truncus dan ekstremitas ketika konsentrasi bilirubin serum meningkat. Karena
kebanyakan bayi baru lahir dikeluarkan dari rumah sakit bersama ibunya setelah 1
– 2 hari setelah lahir, maka penyakit kuning mungkin tidak terlihat pada saat
dikeluarkan dari rumah sakit. Walaupun biasanya merupakan kondisi yang ringan,
namun hiperbilirubinemia jika parah terkait dengan letargi, menyusui yang buruk,
cengeng, sering menangis keras, demam, dan apneu.
Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia (WHO) bahwa setiap tahunnya,
kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami ikterus neonatorum, hampir 1
juta bayi ini kemudian meninggal. Berdasarkan data Riset Kesehatan dasar
(Riskerdas, 2015) menunjukkan angka hiperbilirubin pada bayi baru lahir di
Indonesia sebesar 51,47% dan data yang didapatkan di Rumah Sakit Tk. II
Udayana Denpasar di Ruang NICU ditemukan penyakit hiperbilirubin merupakan
penyakit tertinggi dari 10 besar peyakit. Data 3 bulan terakhir menunjukan
hiperbilirubin di ruang NICU pada bulan Aagustus sampai Oktober 9 pasien dari
22 pasien, bulan September 10 pasien dari 33 pasien. Akibat terburuk adalah
terjadinya kernikterus yang merupakan kerusakan otak irreversible yang terkait
dengan staining ganglia basal. Untuk itu, perlu penanganan yang tepat dan
pengetahuan tentang hiperbilirubinemia.
B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan keluarga pasien dapat
mengetahui dan memahami tentang hiperbilirubin, sehingga dapat mencegah dari
penyakit tersebut dengan upaya kuratif dan preventif.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan pasien dapat :
1. Mampu menyebutkan pengertian dari Hiperbilirubin.
2. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari Hiperbilirubin.
3. Mengetahui dan memahami penyebab Hiperbilirubin.
4. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala Hiperbilirubin.
5. Mengetahui dan memahami faktor resiko dari Hiperbilirubin.
6. Mengetahui dan memahami bahaya dari Hiperbilirubin.
7. Mengetahui dan memahami penanganan dari Hiperbilirubin.
8. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari Hiperbilirubin.
9. Mengetahui dan memahami pencegahan dari Hiperbilirubin.
D. Metode
- Ceramah
- Diskus
E. Media
- Lembar Balik
- Leaflet
F. Materi
(Terlampir)
G. Proses pelaksanaan
Tahap Waktu Kegiatan Metode
Pemateri Peserta
Pembukaan 5 menit Pembukaan : - Menjawab Ceramah
- Mengucapkan salam salam
- Mendengarkan
pembuka
- Memperkenalkan diri dan
- Kontrak waktu,
memperhatikan
mengkondisikan
pembukaan
keluarga pasien
- Menjelaskan agenda
kegiatan, tujuan
kegiatan, menyebutkan
materi/pokok bahasan
yang akan disampaikan
H. Pembagian Kelompok
1. Ketua: Ni Putu Novi Sumarleni
Uraian tugas :
a. Menutup dan memulai acara
b. Memperkenalkan diri
c. Mengatur proses bertanya dan lamanya diskusi penyuluhan.
d. Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
e. Menjaga kelancaran acara
f. Memimpin diskusi
1. Penyaji: Ni Putu Rima Sukmadevi
Uraian tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh peserta.
b. Bersama fasilitator menjalin kerjasama dalam acara penyuluhan
2. Fasilitator : I Ketut Darma, Ni Putu Novi Sumarleni
Uraian tugas :
a. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan.
b. Memotivasi peserta untuk bertanya
c. Membagikan leaflet
3. Observer : I KomangAgus Ari Antara
Uraian tugas :
a. Mempersiapkan alat tulis dan lembar kosong untuk mencatat bagian
kejadian yang penting dalam pelaksanaan penyuluhan.
b. Mengamati jalannya kegiatan
c. Mengevaluasi kegiatan
4. Dokumentasi : Sang Made Suryawan
Uraian tugas :
a. Melakukan dokumentasi jalannya kegiatan.
I. Setting Tempat
: audience
: Penyaji
: Penyuluh
J. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Rencana kegiatan dipersiapkan 2 hari sebelum kegiatan dan informasi
kepengurusan 1 hari sebelum kegiatan
b. Penyuluh mempersiapkan satuan acara penyuluhan
c. Penyuluh mempersiapkan dan membawa media untuk penyuluhan
berupa lembar balik dan leaflet
d. Kontrak dengan Ibu pasien sudah dilakukan
2. Evaluasi proses
a. Peserta yang hadir minimal 80%
b. Kegiatan berlangsung dengan lancar sesuai dengan rundown acara
c. Interaksi yang baik antara petugas dan peserta selama penyuluhan
berlangsung
d. Minimal 75% peserta aktif bertanya pada sesi diskusi
e. Peserta memperhatikan penyuluhan dengan baik dari awal sampai
akhir acara.
3. Evaluasi hasil
Perserta mampu menjawab pertanyaan dan mengulang kembali tentang :
1. Pengertian dari Hiperbilirubin.
2. Penyebab dari Hiperbilirubin
3. Tanda dan gejala dari Hiperbilirubin.
4. Bahaya dari Hiperbilirubin.
5. Penanganan dirumah dari Hiperbilirubin.
6. Pencegahan dari Hiperbilirubin.
(materi)
HIPERBILIRUBIN
1. PENGERTIAN HIPERBILIRUBIN
Hiperbilirubin/ Ikterus neonatorum/ Bayi Kuning adalah keadaan ikterus
yang terjadi pada bayi baru lahir yaitu meningginya kadar bilirubin di dalam
jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh
lainnya berwarna kuning (Hidayat, 2009).
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya bilirubin darah 5-7mg/dL ( Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009).
Jadi, Hiperbilirubin adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh
pewarnaan kuning pada kulit dan mata.
2. KLASIFIKASI HIPERBILIRUBIN
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009), hiperbilirubin atau ikterus
dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Ikterus fisiologis
- Terjadi pada bayi baru lahir setelah 24 jam pertama
- Pada bayi cukup bulan yg mendapat susu formula → kadar bilirubin
meningkat pada hari ke-3 dan akan menurun cepat selama 2-3 hari.
- Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI.
- Kadar bilirubin bisa terjadi dalam waktu 2-4 minggu bahkan sampai 6
minggu.
b. Ikterus Non Fisiologis
- Ikterus terjadi sebelum bayi berumur 24 jam
- Peningkatan kadar bilirubin serum memerlukan fototerapi
- Peningkatan kadar bilirubin serum > 5 mg/dL/Jam
- Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari (muntah,letargis,malas
menetek,penurunan berat badan yg cepat, apnea, takipnea atau suhu yang
tidak stabil ).
3. PENYEBAB HIPERBILIRUBIN
Penyebab dari hiperbilirubin ini bisa disebabkan oleh proses fisiologis dan
patologis atau kombinasi keduanya. Resiko hiperbilirubin meningkat pada bayi
yang mendapat ASI, bayi kurang bulan dan bayi mendekati cukup bulan. Neonatal
hiperbilirubin terjadi karena peningkatan produksi atau penurunan clearance
bilirubin dan lebih sering terjadi pada bayi imatur ( Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2009).
Bayi yang mendapat ASI memiliki kadar bilirubin serum yang lebih tinggi
dibanding bayi yang diberikan susu formula. Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor (misal: frekuensi menyususi yang tidak adekuat, kehilangan berat
badan/dehidrasi) ( Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009).
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009), faktor penyebab yang
mungkin berhubungan dengan hiperbilirubin pada bayi yang mendapat ASI:
Asupan Cairan :
Kelaparan
Frekuensi menyusui
Kehilangan berat badan/dehidrasi
Hambatan ekskresi bilirubin hepatik akibat sumbatan dalam liver (karena
infeksi atau kerusakan liver)
Penyerapan bilirubin di usus
Pasase mekonium
Pembentukan urobilinoid bakteri
Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis)
yang berlebihan pada incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah bayi dengan
ibunya.
Gangguan fungsi hati.
6. BAHAYA HIPERBILIRUBIN
Bilirubin indirek yang larut dalam lemak bila menembus sawar darah otak
akan terikat oleh sel otak yang terdiri terutama dari lemak. Sel otak dapat menjadi
rusak, bayi kejang, menderita kernikterus, bahkan menyebabkan kematian. Bila
kernikterus dapat dilalui, bayi dapat tumbuh tapi tidak berkembang. Selain bahaya
tersebut, bilirubin direk yang bertumpuk di hati akan merusak sel hati
menyebabkan sirosis hepatik (pengerutan hati) ( Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2009).
9. PENCEGAHAN HIPERBILIRUBIN
Tidak memberikan cairan tambahan rutin, seperti air pada bayi yang
mendapat asi dan tidak mengalami dehidrasi
Sering menyusui bayinya paling sedikit 8-12 kali perhari
Menunjang bakteri flora normal
Merangsang aktifitas usus halus
Mencegah sedini mungkin infeksi pada janin, dan kekurangan oksigen
pada janin di dalam rahim.
( Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2009). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badn
Penerbit IDAI.
CI Ruang Nicu