You are on page 1of 8

Pneumonia aPasien mengeluhkan nyeri kepala di seluruh bagian seperti rasa ditindih

benda berat dan mual serta muntah. Keluhan ini sering terjadi jika terjadi
peningkatan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial pada pasien stroke
hemoragik karena hipertensi yang menetap akan meningkatkan edema otak di sekitar
hematom dan seterusnya sehingga tekanan intrakranial menjadi meningkat.
Pasien mengeluhkan pusing seperti berputar mendadak
Rencana diagnostik yang dilakukan pada pasien ini yakni Pasien mengeluhkan
nyeri kepala di seluruh bagian seperti rasa ditindih benda berat dan mual serta
muntah. Keluhan ini sering terjadi jika terjadi peningkatan intrakranial.
Peningkatan tekanan intrakranial pada pasien stroke hemoragik karena hipertensi
yang menetap akan meningkatkan edema otak di sekitar hematom dan seterusnya
sehingga tekanan intrakranial menjadi meningkat.
Pasien mengeluhkan pusing seperti berputar mendadak
Rencana diagnostik yang dilakukan pada pasien ini yakni Pasien mengeluhkan
nyeri kepala di seluruh bagian seperti rasa ditindih benda berat dan mual serta
muntah. Keluhan ini sering terjadi jika terjadi peningkatan intrakranial.
Peningkatan tekanan intrakranial pada pasien stroke hemoragik karena hipertensi
yang menetap akan meningkatkan edema otak di sekitar hematom dan seterusnya
sehingga tekanan intrakranial menjadi meningkat.
Pasien mengeluhkan pusing seperti berputar mendadak
Rencana diagnostik yang dilakukan pada pasien ini yakni Pasien mengeluhkan
nyeri kepala di seluruh bagian seperti rasa ditindih benda berat dan mual serta
muntah. Keluhan ini sering terjadi jika terjadi peningkatan intrakranial.
Peningkatan tekanan intrakranial pada pasien stroke hemoragik karena hipertensi
yang menetap akan meningkatkan edema otak di sekitar hematom dan seterusnya
sehingga tekanan intrakranial menjadi meningkat.
Pasien mengeluhkan pusing seperti berputar mendadak
Rencana diagnostik yang dilakukan pada pasien ini yakni dalahan pertama atau
berulang, untuk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainan anatomi
bronkus, atau asma1
Streptococcusenderita batuk, dan kamar tidenderita batuk, dan kamar tidur yang
terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainaper tahun pada anak
balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan
bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza virus, dan
in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih
sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang
ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa
epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok
pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan
derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER
(gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imuebabkan pneumonia, antara lain virus,
jamur, dan bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial
pada semua kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5
tahun. Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada
anak kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza
virus, dan in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia
pneumonia, lebih sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab
tersering yang ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung
menunjukkan bahwa epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada
apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan
risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit
imunologi, polusi, GER (gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan
lahir rendah, tidak mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya
saudara serumah yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat
penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imuebabkan pneumonia, antara lain virus,
jamur, dan bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial
pada semua kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5
tahun. Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada
anak kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza
virus, dan in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia
pneumonia, lebih sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab
tersering yang ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung
menunjukkan bahwa epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada
apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan
risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit
imunologi, polusi, GER (gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan
lahir rendah, tidak mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya
saudara serumah yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat
penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imuebabkan pneumonia, antara lain virus,
jamur, dan bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial
pada semua kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5
tahun. Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada
anak kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza
virus, dan in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia
pneumonia, lebih sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab
tersering yang ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung
menunjukkan bahwa epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada
apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan
risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit
imunologi, polusi, GER (gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan
lahir rendah, tidak mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya
saudara serumah yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat
penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imuebabkan pneumonia, antara lain virus,
jamur, dan bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial
pada semua kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5
tahun. Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada
anak kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza
virus, dan in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia
pneumonia, lebih sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab
tersering yang ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung
menunjukkan bahwa epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada
apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan
risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit
imunologi, polusi, GER (gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan
lahir rendah, tidak mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya
saudara serumah yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat
penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kenderita batuk, dan kamar
tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainaper tahun pada anak
balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan
bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza virus, dan
in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih
sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang
ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa
epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok
pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan
derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER
(gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kenderita batuk, dan kamar
tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainaper tahun pada anak
balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan
bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza virus, dan
in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih
sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang
ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa
epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok
pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan
derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER
(gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kenderita batuk, dan kamar
tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainaper tahun pada anak
balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan
bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza virus, dan
in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih
sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang
ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa
epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok
pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan
derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER
(gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kur yang terlalu padat
penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainaper tahun pada anak
balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan
bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza virus, dan
in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih
sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang
ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa
epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok
pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan
derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER
(gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, k plang, untliputi alveolus
dan jaringan interstitial. Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di
berbagai negara terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Insidens
pneumonia pada anak <5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun,
sedangkan di negara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan
lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapatalveolus dper tahun pada anak balita di negara
berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan
bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza virus, dan
in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih
sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang
ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa
epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok
pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan
derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER
(gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainaper tahun pada anak
balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan
bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza virus, dan
in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih
sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang
ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa
epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok
pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan
derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER
(gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainaper tahun pada anak
balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan
bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza virus, dan
in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih
sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang
ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa
epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok
pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan
derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER
(gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kenderita batuk, dan kamar
tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainaper tahun pada anak
balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan
bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza virus, dan
in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih
sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang
ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa
epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok
pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan
derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER
(gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kenderita batuk, dan kamar
tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainaper tahun pada anak
balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan
bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza virus, dan
in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih
sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang
ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa
epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok
pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan
derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER
(gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kenderita batuk, dan kamar
tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainaper tahun pada anak
balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan
bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza virus, dan
in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih
sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang
ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa
epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok
pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan
derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER
(gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainaan jaringan
interstitial. Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Insidens pneumonia pada anak <5
tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan di negara
berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta
kematian per tahun pada anak balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menalveolus dan jaringan interstitial. Pneumonia
merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara terutama di negara
berkembang termasuk Indonesia. Insidens pneumonia pada anak <5 tahun di negara maju
adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan di negara berkembang 10-20 kasus/100
anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak
balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabg, untuk membedakan de pneumonia, antara lain
virus, jamur, dan bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia
bakterial pada semua kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang
dari 5 tahun. Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering
pada anak kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza
virus, dan in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia
pneumonia, lebih sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab
tersering yang ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung
menunjukkan bahwa epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada
apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan
risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit
imunologi, polusi, GER (gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan
lahir rendah, tidak mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap,
adanyaalveolus dan jaringan interstitial. Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi
masalah di berbagai negara terutama di negara berkembang termasuk Indonesia.
Insidens pneumonia pada anak <5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100
anak/tahun, sedangkan di negara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia
menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di negara
berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabdisi imunokompromais, kelainan anatomi
bronkus, atau asma1
Streptococcus pneumonia dan Staepidermidineumonia dan Staepidermidis merupakan
bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2-
59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan derajat pneumonia,
antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER (gastroesophageal
re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan air susu
ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk,
dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1an pertama atau berulang, untliputi alveolmembaik setelah terapi adekuat,
sinusitis kronik disertai kista atau kelaianan yang irreversible, polip
ekstensifmembaik setelah terapi adekuat, sinusitis kronik disertai kista atau
kelaianan yang irreversible, polip ekstensifmembaik setelah terapi adekuat,
sinusitis kronik disertai kista atau kelaianan yang irreversible, polip
ekstensifmembaik setelah terapi adekuat, sinusitis kronik disertai kista atau
kelaianan yang irreversible, polip ekstensifmembaik setelah terapi adekuat,
sinusitis kronik disertai kista atau kelaianan yang irreversible, polip
ekstensifmembaik setelah terapi adekuat, sinusitis kronik disertai kista atau
kelaianan yang irreversible, polip ekstensifus dan jaringan interstitial. Pneumonia
merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara terutama di negara
berkembang termasuk Indonesia. Insidens pneumonia pada anak <5 tahun di negara maju
adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan di negara berkembang 10-20 kasus/100
anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak
balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan
bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza virus, dan
in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih
sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang
ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa
epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok
pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan
derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER
(gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainan anatomi bronkus,
atau asma1
Streptococcus pneumonia dan Staepidermidis merupakan bakteri yang paling sering
ditemukan pada apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor
meningkatkan risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara lain defek anatomi
bawaan, defsit imunologi, polusi, GER (gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi
buruk, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi
tidak lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk, dan kamar tidur yang
terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1an pertama atau berulang, untuk membedakan dengan kondisi
imunokompromais, kelainan anatomi bronkus, atau asma1
Streptococcus pneumonia dan Staepidermidis merupakan bakteri yang paling sering
ditemukan pada apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor
meningkatkan risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara lain defek anatomi
bawaan, defsit imunologi, polusi, GER (gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi
buruk, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi
tidak lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk, dan kamar tidur yang
terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1 infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan
interstitial. Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Insidens pneumonia pada anak <5
tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan di negara
berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta
kematian per tahun pada anak balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumlnt with neurologic and cutaneous
lesions. The diagnosis
is frequently delayed in the developed world; clinicians do
not readily think of Hansen�s disease, since they may not
have seen it before. In the US, this diagnostic delay averages
1 2 1 2- years. In the UK, in over 80% of cases of Hansen�s
disease, the correct diagnosis was not suspected during the
initial medical evaluationt with neurologic and cutaneous lesions. The diagnosis
is frequently delayed in the developed world; clinicians do
not readily think of Hansen�s disease, since they may not
have seen it before. In the US, this diagnostic delay averages
1 2 1 2- years. In the UK, in over 80% of cases of Hansen�s
disease, the correct diagnosis was not suspected during the
initial medical evaluationt with neurologic and cutaneous lesions. The diagnosis
is frequently delayed in the developed world; clinicians do
not readily think of Hansen�s disease, since they may not
have seen it before. In the US, this diagnostic delay averages
1 2 1 2- years. In the UK, in over 80% of cases of Hansen�s
disease, the correct diagnosis was not suspected during the
initial medical evaluatio
Anamnesis
- Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan dahak purulen bahkan
bisa berdarah
- Sesak napas
- Demam
- Kesulitan makan/minum
- Tampak lemah
- Serangan pertama atau berulang, untuk membedakan dengan kondisi imunokompromais,
kelainan anatomi bronkus, atau asma1
Streptococcus pneumonia dan Staepidermidis merupakan bakteri yang paling sering
ditemukan pada apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor
meningkatkan risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara lain defek anatomi
bawaan, defsit imunologi, polusi, GER (gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi
buruk, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi
tidak lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk, dan kamar tidur yang
terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1
Anamnesis
- Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan dahak purulen bahkan
bisa berdarah
- Sesak napas
- Demam
- Kesulitan makan/minum
- Tampak lemah
- Serangan pertama atau berulang, untuk membedakan dengan kondisi imunokompromais,
kelainan anatomi bronkus, atau asma1
phylococcus Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia merupakan suatu
keadaan in?amasi, namun sangat sulit untuk membuat suatu defnisi tunggal yang
universal. Pneumonia didefnisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta
perjalanan penyakitnya. World Health Organization (WHO) mendefnisikan pneumonia
hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan inspeksi dan
frekuensi pernapasan. 1

You might also like

  • New Text Document
    New Text Document
    Document1 page
    New Text Document
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Jurnal Reading
    Jurnal Reading
    Document16 pages
    Jurnal Reading
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document8 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document3 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document6 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document8 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document1 page
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document6 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document5 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document2 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document3 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document3 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document5 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document3 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document1 page
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document3 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document1 page
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document2 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Ko-Kontributor Dr. Addiena Primawati Dr. Duma Mauliyasari Dr. Indra Bayu Nugroho
    Ko-Kontributor Dr. Addiena Primawati Dr. Duma Mauliyasari Dr. Indra Bayu Nugroho
    Document1 page
    Ko-Kontributor Dr. Addiena Primawati Dr. Duma Mauliyasari Dr. Indra Bayu Nugroho
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Kolestasis pada anak
    Kolestasis pada anak
    Document2 pages
    Kolestasis pada anak
    Arthana Putra
    No ratings yet