You are on page 1of 13

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Asam
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain
(disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima
ion H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor proton). Suatu asam baru dapat
melepaskan proton bila ada basa yang dapat menerima proton yang dilepaskan. Satu
contoh asam adalah asam hidroklorida (HCL), yang berionasi dalam air membentuk
ion- ion hidrogen (H+) dan ion klorida (Cl-) demikian juga, asam karbonat (H2CO3)
berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat (HCO3-).

Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama
melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan, contohnya adalah HCL. Asam
lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya
dan oleh karena itu kurang kuat melepaskan H+, contohnya adalah H2CO3.

1.2 Basa
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh,
ion bikarbonat (HCO3-), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu
ion hidrogen untuk membentuk asam karbonat (H2CO3). Protein- protein dalam
tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun
protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion-ion hidrogen. Protein
hemoglobin dalam sel darah merah dan protein dalam sel-sel tubuh yang lain
merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.

Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+. Oleh
karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah
OH-, yang bereaksi dengan H+ untuk membentuk air (H2O). Basa lemah yang khas
adalah HCO3- karena HCO3- berikatan dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada

1
OH-. Kebanyakan asam dan basa dalam cairan ekstraseluler yang berhubungan
dengan pengaturan asam basa normal adalah asam dan basa lemah.

1.3 Pendekatan Henderson-Hasselbach


Henderson di tahun 1902 dilengkapi oleh Hasselbach di tahun 1916
menyampaikan bahwa untuk dapat mempertahankan kehidupannya, tubuh manusia
harus dapat menjaga rentang pH ang sempit untuk mengoptimalkan fungsi sel.
Tubuh manusia mempunyai sistem penyangga (buffer system) dan mekanisme
kompensasi untuk dapat menjaga pH antara 7,36 sampai dengan 7,44 pada orang
dewasa.

Untuk dapat menjaga pH fisiologis, tubuh harus dapat mempertahankan


rasio optimal dari HCO3- dan PaCO2, yaitu 20:1. Rasio ini diatur oleh paru (PaCO2)
dan ginjal (HCO3-). Gangguan asam basa berupa penurunan nilai HCO3- berakibat
meningkatnya ventilasi alveolar untuk dapat menjaga rasio tersebut. Setiap
perubahan pada keseimbangan asam basa pada dasarnya dapat dikoreksi dengan
sistem penyangga dan kompensasi ginjal.

1.4 Pendekatan Stewart

Peter Stewart di tahun 1983 menyampaikan 3 pendekatan fisiologi asam


basa berupa HCO3- (dalam konteks PaCO2), standard base excess (SBE), dan strong
ion difference (SID). Tiga pendekatan ini sudah ada sejak 20 tahun konsep Stewart
mengenai SID mulai diperkenalkan, yang didefinisikan sebagai perbedaan mutlak
antara anion dan kation terdisosiasi lengkap.

Sesuai dengan prinsip netralitas elektrik, perbedaan ini diseimbangkan oleh


asam lemah dan CO2. SID didefinisikan dalam istilah asam lemah dan CO2 yang
kemudian disusun ulang sebagai SID efektif (SIDe) yang identik dengan “buffer
base”. Serupa dengan hal di atas, istilah asli untuk konsentrasi asam lemah total
(ATOT) sekarang didefinisikan sebagai bentuk asam lemah terdisosiasi [A-] dan tak
terdisosiasi [AH]. Hal ini lebih dikenal dengan istilah anion gap (AG), dengan

2
konsentrasi normal dijaga oleh [A-]. Ketiga metode tersebut di atas digunakan untuk
menilai status asam basa pada sampel darah.

1.4.1 Pendekatan Keseimbangan Asam-Basa oleh Stewart

Tubuh manusia terutama tersusun oleh air. Air tersusun atas molekul
triatomik dengan formula kimia H2O dan atom struktural H-O-H. Karena distribusi
ion pada ikatan kovalen tidak sama maka molekul ini punya konfirmasi polar dan
sudut H-O-H 105º. Molekul air melekat dan membentuk ikatan ion hidrogen yang
menempel satu sama lain.

Suatu larutan dikatakan asam jika konsentrasi ion-ion hidrogen melebihi ion
hidroksil atau [H +] > 1 x 10-7 mmol/L. Suatu larutan dikatakan basa / alkali jika
konsentrasi ion hidroksil lebih besar daripada konsentrasi ion hidrogen atau [OH-]
< 1 x 10-7 mmol/L.

Untuk menentukan status asam basa suatu cairan dengan metode Stewart
menggunakan variabel independen, yaitu: strong ion difference (SID), asam lemah
(ATOT), PaCO2 dan konstanta lain.

Prinsip dasar pendekatan Stewart adalah:

 Disosiasi: pemisahan komponen ion dalam solusi cairan. Ion kuat


mengalami disosiasi sempurna dalam solusi cairan, contohnya solusi
natrium klorida. Sedangkan jenis substansi lain yang mengalami
disosiasi parsial adalah komponen asam lemah yang membentuk
anion terdisosiasi (A-) dan tak terdisosiasi (HA).
 Netralitas elektron: pada solusi cairan terdapat keseimbangan
jumlah ion positif dan negatif. Air murni merupakan solusi netral
karena jumlah H+ dan OH- seimbang. Secara krusial, konsentrasi
ion dipengaruhi oleh konstanta disosiasi yang sensitif terhadap suhu.
 Konservasi massa: jumlah substansi adalah konstan kecuali
substansi tersebut ditambahkan, dikurangi, diproduksi, atau
dihancurkan.

3
Pendekatan Stewart melibatkan pemeriksaan komponen cairan tubuh
manusia dan mengaplikasikan prinsip di atas:

1. Asam merupakan zat yang meningkatkan konsentrasi H+ pada zat cair,


sesuai dengan definisi Arrhenius
2. Jumlah H+ yang ditambah atau hilang dari sistem fisiologis tidak relevan
dalam menentukan pH akhir, karena [H+] merupakan variabel dependen
3. Plasma tubuh terdiri dari ion terdisosiasi sempurna (ion kuat: natrium,
kalium, klorida, laktat), asam lemah terdisosiasi tidak sempurna (albumin,
fosfat), dan buffer volatil (karbonat)
4. Evaluasi persamaan buffer nonvolatil penting dalam penentuan
keseimbangan asam basa
5. Asam lemah dalam plasma dapat dideskripsikan sebagai asam
pseudomonoprotik, HA
6. Membran plasma mungkin permeabel terhadap ion kuat, yang merupakan
komponen variabel independen SID. Transport ion kuat melewati membran
sel dapat mempengaruhi [H+]
Setelah mengetahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi
ion hidrogen dalam suatu larutan adalah ion kuat, asam lemah, dan CO2 maka
larutan dengan ion [H+] dapat dikombinasikan menjadi persamaan:

4
Nilai dari metode Stewart memungkinkan kita menggunakan model
sederhana untuk menerangkan kelainan asam basa, karena semua abnormalitas
dapat dijelaskan dalam terminologi dari SID, ATOT, dan PaCO2.

Secara tradisional gangguan asam basa diidentifikasikan karena gangguan


tekanan arterial CO2 (PaCO2) (misalkan pada asidosis atau alkalosis respiratorik)
dan gangguan metabolik.

Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35


hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa
agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan
asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal.
Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan
asam. Beberapa prinsip yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah:

1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis


bila pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai
komponen asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai
normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga
sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau
berkurangnya jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau
berkurangnya jumlah komponen asam.

1.5 Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Asam Basa

Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi


dari 3 sistem:

1. Sistem Buffer
2. Sistem Paru
3. Sistem Ginjal

5
Sistem Buffer yaitu sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan
tubuh, yang dengan segera bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah
perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan. Terdapat 4 sistem buffer,
yaitu:

a. Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel


terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
b. Buffer protein merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan
intrasel
c. Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk
perubahan asam karbonat
d. Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan
cairan intrasel.
Sistem buffer hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara.
Jika dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka
pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat
terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor
dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal
menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan
menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah.

Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida,


dan karena itu juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan
ekstraseluler. Paru-paru melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai
respons terhadap jumlah karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan
parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan yang kuat
untuk respirasi. Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat
sehingga menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk
mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan alkalosis metabolik, frekuensi
pernapasan diturunkan, dan menyebabkan penahanan karbondioksida (untuk
meningkatkan beban asam).

6
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus
mengeluarkan anion asam non volatile dan mengganti HCO3 -. Ginjal mengatur
keseimbangan asam basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion
bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem buffer
asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan
NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan
oleh mekanisme pompa natrium di basolateral tubulus.3 Pada proses tersebut, asam
karbonat dan natrium dilepas kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali.
Tubulus proksimal adalah tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran
asam.

1.6 Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Asidosis Respiratorik

Asidosis respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena


penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang
buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan
mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika
terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur
pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.

Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan


karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat
yang mempengaruhi paru-paru. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila
penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap
mekanisme pernafasan.

Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari


paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada
penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang
mengalami gangguan pernafasan yang berat, perlu diberikan pernafasan buatan
dengan bantuan ventilator mekanik.

7
Asidosis Metabolik

Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai


dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Seiring dengan menurunnya pH
darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk
menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon
dioksida. Ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara
mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme
tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak
asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.

Penyebab asidosis metabolik adalah:

1. Kelebihan produksi asam. Pada asidosis diabetik atau asidosis laktat,


produksi asam dapat melebihi kemampuan ginjal untuk absorbsi dan
ekskresi ion H+
2. Kurangnya ekskresi asam. Dapat terjadi pada penyakit ginjal kronik
dimana ginjal gagal mengekskresikan asam yang diproduksi secara
normal.
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH
darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah
arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH
darah. Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon
dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan
untuk membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi
dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak
terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis
metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang
dilakukan pemeriksaan urine secara mikroskopis dan pengukuran pH urine.

Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai


contoh, diabetes terkontrol dengan insulin atau keracunan diatasi dengan
membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan
dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat. Asidosis metabolik
juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan

8
hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis
berat, dapat diberikan bikarbonat secara intravena.

Alkalosis Respiratorik

Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa


karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah. Pernafasan yang cepat dan dalam
disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah
karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Alkalosis respiratorik dapat
membuat penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan rasa gatal disekitar bibir
dan wajah. Jika keadaannya semakin memburuk, dapat terjadi kejang otot dan
disertai penurunan kesadaran.

Pengobatan alkalosis respiratorik diarahkan untuk memperbaiki ventilasi.


Preparat farmakologi digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator
membantu menurunkan spasme bronkhial, dan antibiotik yang digunakan untuk
mengatasi infeksi pada saluran pernapasan. Oksigen tambahan dapat diberikan bila
diperlukan.

Alkalosis Metabolik

Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan


basa karena tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh
kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam
lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung
disedot dengan NGT.

Penyebab utama akalosis metabolik:

a. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)


b. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
c. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat
penggunaan kortikosteroid).
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas, otot berkedut dan
kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat
terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan.

9
Alkalosis metabolik dapat diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit
(natrium dan kalium). Pada kasus yang berat, dapat diberikan amonium klorida
secara intravena.

10
BAB II
KESIMPULAN

1. Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain
(disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat
menerima ion H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor proton).
2. Untuk menentukan status asam basa suatu cairan dengan metode Stewart
menggunakan variabel independen, yaitu: strong ion difference (SID), asam
lemah (ATOT), PaCO2 dan konstanta lain.
3. Asidosis respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-
paru yang buruk. Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk
meningkatkan fungsi dari paru-paru.
4. Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Pengobatan asidosis
metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes
terkontrol dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan
racun tersebut dari dalam darah.
5. Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa
karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah. Pengobatan alkalosis
respiratorik diarahkan untuk memperbaiki ventilasi.
6. Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan
basa karena tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik dapat diatasi
dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan kalium). Pada kasus
yang berat, dapat diberikan amonium klorida secara intravena.

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Ingelfinger, JR (ed.) 2014. Integration of Acid–Base and Electrolyte


Disorders. The New England Journal of Medicine.

Viswanatha, PA. 2017. Keseimbangan Asam Basa.


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file.../5a1f9a2d9b46df3dbcb67e6
d3b70f19b.pdf

Rahman, FA et al. 2015. Aplikasi Klinis Analisis Gas Darah Pendekatan


Stewart pada Periode Perioperatif. Jurnal Komplikasi Anestesi ~
Volume 3 Nomor 1, November 2015.

Stewart, CP dan Frazer SC. 1959. Acidosis and Alkalosis: A Modern View.
J. clin. Path. (1959), 12, 195.

Story, DA. 2016. Stewart Acid-Base: A Simplified Bedside Approach.


International Anesthesia Research Society. www.anesthesia-
analgesia.org

13

You might also like