You are on page 1of 9

ANALISA

DAMPAK BENCANA GEMPA BUMI PADA KESEHATAN

Oleh:

AAA Lie Lhianna M P (H1A013001)

Anabel Cahyadi (H1A013006)

Lalu Ahmad Gamal Arigi (H1A013033)

Sri Rohmayana ( H1A013061)

Pembimbing:

dr. Oxy Cahyo Wahyuni, Sp.EM

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF MULOK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2018

1
GEMPA BUMI
1. DEFINISI
Pada hakekatnya, gempa bumi adalah suatu getaran yang berasal dari kulit bumi yang
bersifat sementara dan kemudian menyebar ke segala arah. Gempa bumi juga merupakan
hentakan yang terjadi secara besar, akibat penimbunan energi elastik atau strain dalam waktu
yang lama, secara kontinuitas akibat dari adanya proses pergerakkan lempeng benua dan
samudera.(Nandi. 2006)

2. PENYEBAB GEMPA BUMI


Gempa terjadi akibat adanya energi yang lepas secara tiba-tiba pada zona penunjaman
atau patahan aktif sehingga mengakibatkan getaran guncangan. Para ahli menganggap bahwa
terdapat 4 sebab yang menimbulkan gempa bumi, yaitu :

1. Runtuhan lubang-lubang interior bumi


Runtuhnya lubang-lubang interior seperti gua atau tambang batuan/ mineral dalam
bumi dapat menyebabkan getaran diatas permukaannya, namun getaran ini tidak terlalu
besar dan terjadi hanya di setempat saja atau terjadi secara lokal. (Nandi. 2006)

2. Tabrakan/ impack
Tabrakan benda langit atau sering disebut meteor juga dapat menyebabkan
getaran, hanya saja getaranya tidak sampai terekam oleh alat pencatat getaran gempa
bumi dan juga sangat jarang terjadi. (Nandi. 2006)

3. Letusan atau ledakan gunung api


Aktivitas gunung api dapat menimbulkan gempa yang disebut gempa bumi vulkanik.
Gempa bumi ini terjadi baik sebelum, selama, ataupun sesudah letusan gunung api.
Penyebab gempa ini adalah adanya persentuhan antara magma dengan dinding gunungapi
dan tekanan gas pada letusan yang sangat kuat, atau perpindahan magma secara tiba-tiba
dari dapur magma. (Nandi. 2006)
Kekuatan gempa bumi vulkanik sebenarnya sangat lemah dan hanya terjadi di
wilayah sekitar gunung api yang sedang aktif. Dari seluruh gempa bumi yang terjadi,
hanya 7% yang termasuk ke dalam gempa bumi vulkanik, walaupun demikian
kerusakannya cukup luas juga, karena disertai dengan letusan gunung api. (Nandi. 2006)
Berdasarkan kedudukan sumber gempanya (posisi kegiatan magma),dapat dibedakan
menjadi empat jenis :

2
- Gempa vulkanik dalam; kedalaman sumber gempanya ±2 - 30 km. Gempa bumi
ini banyak persamaanya dengan gempa bumi tektonik, terutama mengenai gempa
susulannya. Terjadi pada saat menjelang letusan suatu gunung api, atau sebagai
pertanda bahwa suatu gunung api tengah mulai aktif.
- Gempa vulkanik dangkal; kedalaman sumber gempa kurang dari 2 km, terjadi
pada saat mendekati terjadinya letusan, saa letusan dan setelah letusan terjadi.
- Gempa bumi ladakan, terjadi sehubungan dengan tengah berlangsungnya ledakan
gunung api, sumber gempa sangat dangkal kurang dari 1 km.
- Getaran vulkanik atau tremor, terjadi terus menerus sehingga menciptakan
suasana tidak tenang, sumber gempanya terletak dari kedalaman 30 km sampai
permukaan

4. Kegiatan Tektonik
Gempa bumi yang mempunyai efek sangat besar seenarnya berasal dari kegiatan
tektonik, yaitu mencakup 90 % dari seluruh kegiatan gempa bumi. Gempa bumi ini
berhubungan dengan kegiatan gaya-gaya tektonik yang telah terus berlangsung dalam
proses pembentukan gunung-gunung, terjadinya patahan-patahan (faults) dan tarikan atau
tekanan dari pergerakan lempeng-lempeng batuan penyusun kerak bumi. (Nandi. 2006)

3. MASALAH KESEHATAN AKIBAT GEMPA BUMI


Dampak terhadap masyarakat yang terjadi akibat bencana gempa bumi, yaitu sebagai
berikut :

A. Tingginya Mortalitas (Angka kematian)

Gempa yang terjadi mengakibatkan korban meninggal dalam jumlah besar. Kematian
akibat terjadinya bencana alam dibagi dalam dua kategori, yaitu:

a. Kematian primer, adalah kematian langsung akibat terjadinya bencana, misalnya


tertimbun atau terkena bangunan yang roboh akibat gempa bumi.
b. Kematian Sekunder, adalah kematian yang tidak langsung disebabkan oleh bencana,
melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor penyelamatan terhadap penderita cedera
berat, seperti, kurangnya persediaan darah, obat-obatan, tenaga medis dan para
medis yang dapat bertindak cepat untuk mengurangi kematian tersebut.

3
B. Peningkatan Morbiditas (Angka kesakitan)

Tingginya angka kesakitan dalam keadaan terjadinya bencana dibagi dalam 2 katagori, yaitu:

a. Kesakitan primer, adalah kesakitan yang terjadi sebagai akibat langsung dari
kejadian bencana tersebut, kesakitan ini dapat disebabkan karena trauma fisik,
termis, kimiawi, psikis dan sebagainya.
b. Kesakitan sekunder, kesakitan sekunder terjadi sebagai akibat sampingan usaha
penyelamatan terhadap korban bencana, yang dapat disebabkan karena sanitasi
lingkungan yang buruk, kekurangan makanan dan sebagainya.

Korban gempa bumi berisiko terkena crush injury atau crush syndrome. Crush injury
dapat menyebabkan nekrosis kulit dan cedera tulang, sedangkan crush syndrome ditandai
dengan rhabdomyolysis, gagal ginjal, dan hiperkalemia.

Penyakit pasca gempa yang mengancam korban luka-luka adalah tetanus. Ada
beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab munculnya KLB tetanus:
a. Derajat luka yang diderita termasuk luka berat.
b. SOP pencegahan dan terapi tetanus belum tersosialisasi.
c. Persediaan vaksin tetanus pada paket bencana yang tidak mencukupi.
d. Distribusi ATS yang kurang.
Selain kesakitan akibat yang disebutkan diatas, masalah kesehatan jiwa pada para
korban juga perlu segera ditangani sebaik mungkin agar tidak menimbulkan gangguan stres
pasca trauma, gangguan jiwa atau masalah psikososial lainnya yang dapat menurunkan
produktivitas serta kualitas hidup hingga menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.

4
C. Masalah Kesehatan Lingkungan

Dampak bencana terhadap kesehatan masyarakat relatif berbeda-beda, antara lain


tergantung dari jenis dan besaran bencana yang terjadi. Kasus cedera yang memerlukan
perawatan medis, misalnya, relatif lebih banyak dijumpai pada kasus gempa bumi. Mencakup
masalah-masalah yang berkaitan erat dengan sanitasi lingkungan, tempat penampungan yang
tidak memenuhi syarat, seperti penyediaan air bersih, tempat pembuangan tinja dan air bekas,
tempat pembuangan sampah, tenda penampungan dan kelengkapannya, kepadatan dari
tempat penampungan atau pengungsian karena rumah mereka rusak akibat gempa, dan
sebagainya. Gempa yang berkekuatan tinggi dapat mengakibatkan kerusakan sarana
pelayanan umum termasuk sarana kesehatan sehingga pelayanan medis darurat terhambat.

D. Suplai Bahan Makanan dan Obat-Obatan

Apabila kekurangan suplai bahan makanan dan obat-obatan untuk membantu


korban bencana, maka kemungkinan masalah yang dapat timbul antara lain :

 Kekurangan gizi dari berbagai usia


 Penyakit infeksi dan wabah, diantaranya infeksi pencernaan seperti diare, infeksi
pernapasan akut seperti influenza, dan penyakit kulit.

4. PENANGGULANGAN DAMPAK GEMPA BUMI


Pergunakan system triage, yaitu suatu system yang digunakan paramedis untuk
merasakan sarana medis yang tersedia saat jumlah korban dan penderita yang butuh
perawatan melebihi sarana medis yang ada. Buat perencanaan yang baik untuk

5
penanggulangan bencana. Buat kategori bencana, yaitu: Kategori I, jumlah korban antara 50
orang, Kategori II, jumlah korban antara 51 – 100 orang, Kategori III, jumlah korban antara
101 – 300 orang dan Kategori IV, jumlah korban diatas 300 orang.
Tentukan kategori rumah sakit yang mampu menampung korban. Harus ada system
komunikasi sentral untuk satu kode dengan nomer telepon khusus. Sistem ambulans dengan
petugas dinas 24 jam. Dari segi medis, melaksanakan tindakan – tindakan yang mudah, cepat,
dan menyelamatkan jiwa. Lebih mencurahkan perhatian pada penderita yang mempunyai
harapan yang lebih baik, seperti pendarahan luar, traumatic, amputasi, dan gangguan jalan
napas.
Kerja sama yang lebih baik di bawah seorang pimpinan yang disebut dengan petugas
triage, yaitu suatu seleksi penderita yang menjamin supaya tak ada penderita yang tidak
mendapat perawatan medis. Menggunakan buku pedoman bagi petugas polisi, dinas
kebakaran, paramedis,dan satuan SAR dalam penanggulangan bencana

Cara penanggulangan bencana, antara lain sebagai berikut :


1.Terhadap Penyebab Primer
Cara–cara penanggulangan bencana apabila bencana tersebut terjadi karena penyebab
primer, diantaranya: menyelamatkan penduduk ke tempat yang dianggap lebih aman,
melakukan perawatan terhadap penderita yang cidera di suatu tempat yang aman,
memberikan pelayanan pengobatan kepada penderita dan menguburkan mayat serta binatang
sesegera mungkin.

2.Terhadap Penyebab Sekunder


Pada daerah yang terkena bencana, penanggulangan bencana terhadap penyebab
sekunder dengan menyiapkan tempat penampungan yang memenuhi syarat sanitasi
lingkungan, yaitu: sarana air bersih, sarana jamban dan pembuangan air limbah, pencegahan

6
khusus yang mungkin timbul sebagai dampak bencana, menyediakan pelayanan kesehatan
untuk mengawasi kemungkinan wabah, penyediaan sarana dan prasarana medis untuk
menghadapi kemungkinan timbulnya wabah dan menyediakan suplai makanan dengan gizi
yang baik untuk menghindari terjadinya defisiensi nutrisi.
Upaya kesiapsiagaan dapat dilakukan dengan melakukan suatu rencana aksi yang
diimplementasikan dalam suatu kegiatan yang bertujuan untuk pengurangan risiko bencana.
Rencana aksi harus meliputi upaya-upaya yang dilakukan untuk pengurangan laju perubahan
iklim di setiap negara, meliputi 3 isu yang harus di perhatikan : (1) pengurangan risiko
bencana; (2) perubahan iklim global dan (3) pembangunan berkelanjutan, yang menjadi satu
kesatuan yang saling berhubungan dalam mengelola ancaman bencana alam (natural
disaster). Saat terjadinya bencana di suatu wilayah perlu dilakukan penanganan cepat
(emergency response) untuk memberi jaminan keselamatan, kesehatan dan hak-hak dasar
kepada seluruh komponen yang terlanda tanpa terkecuali, dalam masa krisis pemulihan cepat
terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat harus dilakukan secara terencana dan
terpadu sehingga dapat ditangani dengan cepat. Proses pemulihan (recovery) menjadi bagian
dari upaya peredaman risiko bencana dimana dalam perencanaan suatu program pemulihan
harus memiliki unsur-unsur terhadap pengurangan risiko bencana, berguna bagi keberlanjutan
dan pembangunan berkelanjutan aman dari risiko bencana (Schipper and Pelling, 2006).

Cara Meminimalisir Dampak Gempa Bumi

Apa yang harus dilakukan sebelum, saat dan sesudah gempa bumi?

Sebelum terjadi gempa bumi :

1. Mengenali apa itu gempa bumi


2. Memastikan struktur dan letak rumah dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan
gempa bumi (longsor)
3. Memperhatikan letak pintu, lift serta tangga darurat, apabila terjadi gempa bumi,
sudah mengetahui tempat paling aman untuk berlindung.
4. Belajar melakukan P3K
5. Belajar menggunakan alat pemadam api ringan
6. Perabotan (lemari,kabinet dll) diatur menempel pada dinding untuk menghindari
jatuh, roboh, bergeser pada saat gempa.

7
7. Penyebab celaka yang paling banyak saat gempa bumi adalah akibat kejatuhan
material
a. Atur benda berat sedapat mungkin pada bagian bawah
b. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh saat gempa terjadi.

Saat terjadinya gempa bumi :

1. Jika berada dalam bangunan


a. Lindungi kepala dan badan dari reruntuhan bangunan (bersembunyi di bawah
meja)
b. Mencari tempat paling aman dari reruntuhan goncangan
2. Jika berada diluar bangunan atau area terbuka
a. Menghindar dari bangunan yang ada di sekitar (seperti gedung, tiang listrik,
pohon, dll)
b. Perhatikan tempat berpijak apabila terjadi retakan tanah.

Sesudah terjadi gempa bumi :

1. Jika berada dalam bangunan, keluar dari bangunan tersebut dengan tertib
2. Jangan menggunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa.
3. Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K.
4. Telpon atau minta pertolongan jika terjadi luka parah pada diri sendiri atau orang
disekitar.
5. Periksa segala hal yang dapat membahayakan (mematikan listrik, tidak menyalakan
api)
6. Jangan masuk kebangunan yang sudah terjadi gempa, karena kemungkinan masih
terdapat reruntuhan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2007. Lesson Learn : Penanganan Krisis Kesehatan Akibat
Gempa Bumi di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah 27 Mei 2006.

Nandi. 2006. Gempa Bumi. Handouts Geologi Lingkungan. Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia.

Schipper, L and Pelling, M, 2006. Disaster Risk, Climate Change and International
Development: Scope for, and Challenges to, Integration. Journal of Disasters, Volume
30, Number 1, Maret 2006, pp 19-38.

Widayatun & Fatoni Z. 2013. Permasalahan Kesehatan dalam Kondisi Bencana: Peran
Petugas Kesehatan dan Partisipasi Masyarakat. Jurnal Kependudukan Indonesia.
Available from: ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/index.php/jki/article/download/21/15

You might also like