You are on page 1of 9

116

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI DESA


GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG

Ekawati Budi Utaminingsih, Watemin, dan Dumasari


Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. Raya Dukuhwaluh PO Box 202 Purwokerto 53182

ABSTRAK

P enelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemasaran cabai merah dan farmer share
di Desa Gombong Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode survei. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive dengan
pertimbangan bahwa lokasi petani di lokasi penelitian membudidayakan cabai merah sebagai
tanaman utama. Responden dalam penelitian ini terdiri dari petani sebanyak 30 orang dan
pedagang sebanyak 6 orang. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan perhitungan
sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di lokasi penelitian terdapat 3 (tiga) pola
saluran pemasaran cabai merah dengan farmer share tertinggi pada saluran ke tiga yaitu 76 %.

PENDAHULUAN Capsicum pubescens dan Capsicum chinense


Cabai merupakan tanaman (Setiadi, 1999).
perdu dari famili terung-terungan Jenis cabai yang dibudidayakan
(Solanaceae). Tanaman cabai memiliki secara umum di Indonesia adalah
sekitar 90 genus dan sekitar 2000 Capsicum annum dan Capsicum frustescens.
spesies yang terdiri dari tumbuhan Menurut Biro Pusat Statistika, rata-rata
herba, semak dan tumbuhan kecil luas areal cabai antara tahun 1987-1991
lainnya. Tanaman cabai (Capsicum adalah 232.000 ha/tahun dengan
annum) terdiri dari 20 spesies yang produktivitas rata-rata 2,6 ton/ha.
sebagian besar tumbuh di Amerika. Produktivitas ini merupakan hasil dari
Jenis cabai yang sering dimanfaatkan usahatani cabai merah (Capsicum annum)
dalam kehidupan manusia adalah dan cabai rawit (Capsicum frustescens) ini
Capsicum annum (cabai besar), Capsicum tergolong masih sangat rendah.
frustescens (cabai kecil), Capsicum baccalum, Berdasarkan data primer produktifitas

Ekawati B. Utaminingsih, Watemin, dan Dumasari : Analisis Pemasaran Cabai Merah …


117

rata-rata yang layak itu mencapai 20 adalah teknik budidaya dalam


ton/ha. Kebutuhan akan cabai terus mengatasi kemungkinan serangan hama
meningkat setiap tahun sejalan dengan dan penyakit. Proses produksi
meningkatnya jumlah penduduk dan pertanian khususnya cabai bersifat
perkembangan industri yang komersil, pada pemasaran cabai perlu
membutuhkan bahan baku cabai. diciptakan perlakuan yang dapat
Walaupun kebutuhan cabai terus meningkatkan nilai tambah melalui
meningkat, tetapi produksi cabai di pemanfaatan nilai tempat, guna bentuk
Indonesia tergolong masih rendah, dan guna waktu. Dengan demikian,
karena kenaikan produksi nasional rata- pemasaran hasil petanian dapat
rata baru mencapai 3,3-3,5 ton/ha memberikan nilai tambah sebagai
(Santika, 2002). Usahatani cabai yang kegiatan produktif.
berhasil memberikan keuntungan besar Berbagai jenis sayuran di pasar
bagi petani. Akan tetapi, untuk termasuk juga cabai merah mempunyai
usahatani cabai yang intensif beberapa saluran pemasaran yang
memerlukan keahlian dan modal besar. berbeda. Dari pemasaran ini, petani
Petani cabai sering menemui kegagalan mendapat hasil penjualan untuk
dalam proses produksi sehingga meningkatkan pendapatannya.
menyebabkan kerugian yang besar. Pemasaran cabai yang efektif tentunya
Untuk mengatasi permasalahan tersebut berpengaruh terhadap efisiensi yang
diperlukan ketrampilan dalam menentukan pendapatan petani. Jika
penerapan pengetahuan dan teknik saluran pemasaran terlalu panjang tentu
budidaya cabai yang sesuai dengan daya menambah biaya dan berimbas pada
dukung agroekosistemnya. Dari aspek harga produk ditingkat petani. Begitu
agronomisnya perlu diperhatikan sebaliknya, saluran pemasaran yang
tentang pemilihan bibit yang baik, pendek akan mendorong naiknya harga
pemilihan lahan yang sesuai, produk di tingkat petani sehingga
ketersediaan air dan yang terpenting pendapatan petani meningkat. Pada

AGRITECH, VOL. XI NO. 2 Des. 2009 : 116 – 124


118

umumnya lokasi pertanian ada di METODE PENELITIAN


daerah pegunungan sehingga untuk Penelitian ini dilaksanakan di
memasarkan hasil pertanian terutama Desa Gombong, Kecamatan Belik,
cabai merah, petani membutuhkan Kabupaten Pemalang. Pemilihan lokasi
pedagang perantara (pengumpul dan ini didasarkan pada pertimbangan
pengecer). Begitu juga dalam hal bahwa di Desa Gombong mayoritas
pemasaran, para pedagang tidak hanya petaninya menanam cabai. Metode
menjual hasil usahatani terutama cabai yang digunakan dalam penelitian ini
merah pada pasar lokal saja, tetapi adalah survai, sehingga peneliti
pedagang juga menjualnya ke pasar langsung mengamati permasalahan
induk bahkan ada yang di ekspor. yang ada di lapangan. Pengambilan
Walaupun demikian, masih sampel dilakukan secara purposif sampling
banyak terdapat permasalahan dalam (sengaja). Metode ini digunakan karena
hal pemasaran cabai merah. Petani jumlah populasi yang diteliti banyak
sebagian besar menjual hasil dan bersifat homogen. Dari populasi
budidayanya kepada pedagang sebanyak 1.931 orang akan diambil
pengumpul. Selama ini petani cabai sampel sebanyak 30 orang yang dapat
merah belum memperhitungkan mewakili populasi yang ada di Desa
efisiensi usahataninya karena Gombong, Kecamatan Belik,
terbatasnya pengetahuan petani tentang Kabupaten Pemalang. Jumlah sampel
jalur pemasaran yang ada. Berdasar pedagang yang ditentukan adalah 10
uraian tersebut di atas maka penelitian persen dari total populasi yang ada,
ini bertujuan untuk mengetahui pola yaitu sebanyak 6 pedagang cabai merah
pemasaran cabai merah dan farmer share dari 61 pedagang cabai merah Data
yang diterima oleh petani dari setiap yang digunakan adalah data primer dan
saluran cabai merah di Desa Gombong, sekunder yang diperoleh melalui
Kecamatan Belik, Kabupaten wawancara dengan responden. Data
Pemalang. yang diperoleh selanjutnya dianalisis

Ekawati B. Utaminingsih, Watemin, dan Dumasari : Analisis Pemasaran Cabai Merah …


119

dengan menggunakan analisis Dari Gambar 1 terdapat tiga


sederhana. saluran pemasaran cabai merah yang
ada di Desa Gombong Kecamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN Belik Kabupaten Pemalang, yaitu :
Para pelaku yang ada dalam 1. Petani – pedagang pengumpul –
kegiatan pemasaran cabai merah di pedagang pengirim - Industri
Desa Gombong, Kecamatan Belik, (29%)
Kabupaten Pemalang terdiri dari 2. Petani – pedagang pengumpul –
pedagang pengumpul, pedagang eceran, pedagang pengirim - pasar (57%)
pedagang pengirim, serta petani sebagai 3. Petani – pedagang eceran –
sumber perolehan komoditas dagang konsumen (14%).
saluran pemasaran cabai merah
ditampilkan pada Gambar 1.

1.(29%)

Petani Pengumpul Pengirim Industri

2.(57%)
Pasar

3.(14%) Pengecer Konsumen

Gambar 1. Saluran Pemasaran Cabai Merah di Desa Gombong,


Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang.

AGRITECH, VOL. XI NO. 2 Des. 2009 : 116 – 124


120

Dari ketiga saluran yang ada di dengan marjin. Besar kecilnya marjin
Desa Gombong melibatkan 3 pedagang akan berpengaruh besar terhadap harga
perantara yaitu pedagang pengumpul, ditingkat petani. Jika total marjinnya
pedagang pengirim, dan pedagang tinggi maka akan menyebabkan harga
pengecer. Pada saluran pemasaran yang diterima petani rendah. Bagian
pertama dan kedua melibatkan yang diterima petani dapat diketahui
pedagang pengumpul dan pedagang dengan membandingkan antara harga
pengirim sedangkan pada saluran jual ditingkat petani dengan harga jual
pemasaran ketiga hanya melibatkan ke konsumen. Farmer Share adalah
pedagang pengecer saja. Keberadaan bagian yang diterima petani sebagai
pedagang pengumpul dan pedagang balas jasa atau kegiatan yang dilakukan
pengirim ini dirasakan sangat berguna dalam usahatani cabai merah. Besarnya
bagi petani dan konsumen, sebab bagian yang diterima petani pada
adanya pedagang tersebut petani yang masing-masing saluran dapat dilihat
mempunyai hasil panen yang besar pada Tabel 1.
tidak perlu repot-repot menjual hasil Berdasarkan data pada Tabel 1,
panen ke pasar/konsumen disamping besarnya bagian yang diterima oleh
mengurangi biaya pemasaran, petani pada ketiga saluran yang paling
sedangkan bagi konsumen tidak perlu efektif dan efisien adalah pada saluran
datang langsung ke petani yang letaknya ketiga, karena pada saluran ketiga ini
cukup jauh. hanya menggunakan satu jasa perantara
Dalam pemasaran cabai merah yaitu pedagang pengecer saja. Pada
yang terjadi di lokasi penelitian akan saluran pertama bagian yang diterima
terjadi perbedaan harga antar lembaga petani adalah 54,29 %. Bagian ini lebih
pemasaran. Perbedaan tersebut rendah dari pada saluran yang kedua
disebabkan karena adanya biaya pada yaitu mencapai 69,09 %. Walaupun
masing-masing lembaga pemasaran. pada saluran pertama dan kedua sama-
Perbedaan harga tersebut disebut sama menggunakan dua jasa perantara

Ekawati B. Utaminingsih, Watemin, dan Dumasari : Analisis Pemasaran Cabai Merah …


121

Tabel 1. Farmer Share Pada Masing-Masing Saluran Pemasaran Cabai Merah Di


Desa Gombong,Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang.

Saluran Harga Jual Rata-rata di Harga Jual Rata- Farmer Share


Pemasaran Tingkat Petani (Rp/kg) rata (Rp/kg) (%)
1 1.900 3.500 54,29
2 1.900 2.750 69,09
3 1.900 2.500 76,00
Sumber : Data Primer yang diolah

yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengirim sedangkan


pedagang pengirim tetapi harga jual ke pedagang pengirim itu sendiri
konsumen jauh berbeda, sehingga pada menunggu pembayaran dari pasar
saluran kedua ini bagian yang diterima sehingga memakan waktu yang lama
petani lebih tinggi dari pada saluran untuk memperoleh pembayaran dari
pertama. pedagang ke petani, sedangkan petani
Dalam melakukan kegiatan akan mempergunakan uang tersebut
pemasaran cabai merah memang tidak untuk modal dalam mengolah lahannya
selalu berjalan dengan mulus. Tetapi kembali sehingga dengan system
pasti mengalami suatu permasalahan pembayaran tersebut akan mempersulit
baik masalah mudah maupun masalah petani. Petani juga mengalami kesulitan
yang sulit. Pada Tabel 2. diuraikan apabila harus memasarkan cabai merah
tentang masalah yang dihadapi petani. itu sendiri langsung ke konsumen,
Dari penelitian yang sudah selain jauhnya tempat pemasaran,
dilakukan, permasalahan yang ada pada produk cabai yang sedikit, modal yang
setiap saluran umumnya sama, yaitu dimiliki dan pengetahuan tentang pasar
masalah pembayaran ke petani. yang masih sangat sedikit juga menjadi
Pedagang tidak membayar cabai merah kendala bagi petani.
ke petani secara kontan tetapi Modal merupakan masalah yang
menunggu cabai merah itu laku ke dihadapi pedagang pada umumnya.

AGRITECH, VOL. XI NO. 2 Des. 2009 : 116 – 124


122

Tabel 2. Masalah yang dihadapi petani cabai merah di Desa Gombong,


Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang

No Jenis permasalahan Jumlah petani Persentase


(orang) (%)
1. Pembayaran hasil pertanian oleh 30 100
pedagang tidak secara kontan tetapi
menunggu hasil pertanian itu laku di
pasar.
2. Kesulitan dalam memasarka cabai 27 90
merah sendiri dikarenakan tempatnya
jauh, produk sedikit,dan modal yang
sangat sedikit.

Pedagang kebanyakan hanya setelah pengiriman barang. Dari hasil


mempunyai modal sedikit dari uang pasar tersebut pedagang baru bisa
yang dimiliki sehingga dengan modal membayar ke petani. Dengan keadaan
yang sedikit tersebut pedagang tidak yang seperti itu para petani tidak
bisa langsung membayar cabai merah memperoleh kepastian harga dari
secara kontan kepada petani. pedagang karena pedagang itu sendiri
Pada tabel 3 diuraikan tentang tergantung dengan keadaan pasar.
masalah yang dihadapi pedagang cabai Sehingga hal tersebut sangat merugikan
merah di Desa Gombong, Kecamatan bagi petani.
Belik, Kabupaten Pemalang. Faktor permintaan pasar dan
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa panen raya yang tidak menentu juga
pedagang umumnya tidak mempunyai menjadi masalah bagi pedagang dan
modal awal. Pedagang hanya petani karena apabila permintaan pasar
mempunyai modal sedikit dari uang naik sedangkan hasil panen petani
mereka, sehingga dalam membeli cabai sedikit maka pedagang akan kesulitan
merah petani tidak langsung dibayar dalam memenuhi permintaan pasar
tetapi menunggu cabai merah tersebut tersebut, tetapi pada saat panen raya
laku di pasaran atau berselang tiga hari maka produk yang dihasilkan oleh

Ekawati B. Utaminingsih, Watemin, dan Dumasari : Analisis Pemasaran Cabai Merah …


123

Tabel 3. Masalah yang dihadapi pedagang cabai merah di Desa Gombong,


Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang

No Jenis permasalahan Jumlah pedagang Persentase


(orang) (%)
1. Tidak adanya modal awal yang 10 83
dimiliki pedagang
2. Permintaan pasar dan panen raya 12 100
yang tidak menentu
3. Besar kecilnya cabai merah yang 10 83
mempengaruhi permintaan pasar

petani sangat melimpah dan harga nilai jual yang lebih rendah, dan
produk tersebut akan mengalami penjualannya hanya untuk pasar
penurunan. Hal itu akan menyulitkan konsumsi saja dan tidak masuk dalam
petani karena dengan harga yang industri. Jarak pasar juga
rendah maka hasil penjualan yang di mempengaruhi bagi pedagang karena
dapatkan sedikit bahkan modal yang semakin jauh tempat pemasarannya
dikeluarkan tidak kembali. Bagi maka semakin besar biaya transportasi
pedagang akan mengalami kesulitan tetapi dapat ditutup dengan harga jual
dalam memasarkan produk tersebut, cabai merah yang tinggi.
karena antara produk yang ditawarkan
lebih banyak dari produk yang diminta. KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian juga Kesimpulan
menunjukkan bahwa besar kecilnya Dari hasil pembahasan dapat
cabai juga berpengaruh terhadap disimpulkan bahwa:
permintaan. Cabai yang mempunyai 1. Saluran pemasaran cabai merah di
nilai jual tinggi di pasaran adalah cabai Desa Gombong Kecamatan Belik
tipe sedang, demikian pula permintaan Kabupaten Pemalang melalui tiga
cabai untuk industri. Demikian saluran pemasaran.
sebaliknya cabai tipe besar mempunyai

AGRITECH, VOL. XI NO. 2 Des. 2009 : 116 – 124


124

2. Farmer share atau bagian yang


diterima petani paling tinggi pada
saluran ketiga yaitu petani
memperoleh bagian sebesar 76 %.

Saran
Perlu adanya lembaga yang
mendistribusikan (meminjamkan)
modal ke pedagang. Adanya modal
pada pedagang maka produk yang
dihasilkan oleh petani bisa langsung
dibayar. Dengan adanya pembayaran
cash dari pedagang maka perputaran
modal petani tidak terhambat dan tidak
ada pengurangan harga produk
pertanian oleh pedagang kepada petani
apabila terdapat kerugian dalam
pemasaran produk hasil pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Santika, Adhi.2002. Agribisnis Cabai.


Penebar Swadaya : Jakarta.

Setiadi.1999. Bertanam Cabai. Penebar


Swadaya : Jakarta.

Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar


Manajeman Pemasaran Hasil-Hasil
Pertanian Teori Dan
Aplikasinya. Edisi I. Rajawali :
Jakarta.

Ekawati B. Utaminingsih, Watemin, dan Dumasari : Analisis Pemasaran Cabai Merah …

You might also like