Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Jovian Adinata
112015150
Pembimbing :
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
KEPANITERAAN KLINIK
Nim : 112015150
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. MA
Bangsa : Indonesia
2
Agama : Islam
Pendidikan : SD
No.RM : 01002535
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien dikonsulkan ke spesialis bedah dengan keluhan benjolan pada kedua lipat paha.
Seorang pasien laki-laki berusia 68 tahun dibawa ke IGD RSUD Tarakan dengan keluhan
sesak sejak 2 minggu yang lalu, batuk sejak 5 hari dan demam sejak 3 hari SMRS. Nafsu makan
pasien berkurang, pasien merasa mual setiap kali makan dan terkadang makanan yang masuk
dimuntahkan kembali. Pasien juga merasa kesulitan saat berkemih, kencing sedikit-sedikit dan
tidak lampias yang dirasakan kurang lebih 5 hari yang lalu, pasien sering BAB keras. Pasien
kemudian dikonsulkan ke spesialis bedah karena pasien mengatakan terdapat benjolan pada
kantong buah zakar sebelah kanan yang terasa nyeri, benjolan menetap dan tidak mengecil
walaupun setelah berbaring lama, selain itu juga terdapat benjolan pada lipat paha sisi kiri
pasien, benjolan ini dirasakan membesar terutama setelah beraktivitas di siang hari dan mengecil
atau hilang ketika pasien bangun tidur. Pasien juga bisa memasukan benjolan yang ada ke dalam
rongga perut. Pasien pernah berobat TB kurang lebih 3 sampai 4 tahun yang lalu di puskesmas
Gambir. Pasien mengaku telah selesai pengobatan TBnya. Pasien juga mengaku pernah dioperasi
hernia sebelah kiri kurang lebih 11 tahun yang lalu.
3
Riwayat Penyakit Dahulu
Ayah - Laki-laki - -
Ibu - Perempuan - -
Riwayat Keluarga
4
ANAMNESIS SISTEM
Kulit
(-) Bisul (-) Rambut (-) Keringat Malam
(-) Lain-lain
Kepala
Mata
Telinga
(-) Tinitus
Hidung
(-) Epistaksis
5
Mulut
Tenggorokan
Leher
6
Saluran Kemih / Alat Kelamin
Ekstremitas
Berat Badan :
7
RIWAYAT HIDUP
Riwayat Kelahiran
Tempat Lahir : (-) Di rumah (-) Rumah Bersalin (+) R.S Bersalin
Ditolong oleh : (-) Dokter (+) Bidan (-) Dukun (-) Lain - lain
Riwayat Imunisasi
Tidak ingat.
Riwayat Makanan
Pendidikan
Kesulitan
PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umum
8
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 49 kg
Suhu : 36.7 0C
Habitus : Atletikus
Aspek Kejiwaan
Kulit
9
Jaringan Parut : Bekas sayatan operasi di inguinal kiri
Lembab/Kering : Lembab
Turgor : Baik
Lain-lain : (-)
Kepala
Mata
10
Lensa : Jernih
Visus : Normal
Gerakan Mata : Normal (ke segala arah), tidak ada jerky, tidak ada nistagmus
Telinga
Selaput pendengaran : Tidak ada tanda radang/hiperemis, tidak ada bulging, refleks
cahaya positif
Serumen : ada
Mulut
11
Langit-langit : Tidak ada kelainan
Lidah : Normal
Leher
Dada
Bentuk : Simetris kanan dan kiri, sela iga tidak mencekung atau mencembung
Paru – Paru
Depan Belakang
Kanan Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan dinamis,
12
dinamis, tidak ada lesi tidak ada lesi
Jantung
Perkusi :
Batas kiri : Sela iga 5, dua jari lateral dari garis mid-clavicularis kiri
Pembuluh Darah
13
Arteri Tibialis Posterior : Teraba pulsasi
Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut datar, tidak terlihat lesi kulit ataupun luka bekas operasi
Palpasi :
Dinding perut : Supel, nyeri tekan epigastrium (-), benjolan (-), defense
muscular (-)
Lain-lain : -
Alat Kelamin : Skrotum sebelah kanan tampak membesar, terdapat benjolan di lipat paha kiri.
Anggota Gerak
Otot
14
Gerakan : Aktif Aktif
Kekuatan : 5 5
Otot
Kekuatan : 5 5
Inspeksi : Skrotum tampak membesar di sebelah kanan dan tampak hiperemis, tidak mengecil
dengan perubahan posisi.
Palpasi : Teraba massa lunak di skrotum kanan, batas atas tidak jelas, testis teraba di bagian
inferior, nyeri tekan positif, massa tidak dapat di reduksi secara manual.
15
Inspeksi : Tampak benjolan di regio inguinalis sinistra, tidak hiperemis, dapat masuk kembali
dengan perubahan posisi.
Palpasi : Teraba benjolan di inguinal sinistra, lunak, mobile, berbatas tegas, tidak ada nyeri
tekan. Massa dapat direduksi secara manual. Tes taktil: benjolan dirasakan di
ujung jari.
HEMATOLOGI
HEMOSTASIS
PT 20,3 12-19
INR 1,22
Gula Darah
16
Glukosa darah sewaktu 156 <140
FUNGSI GINJAL
FUNGSI LIVER
ELEKTROLIT
Jam II 110mm
Rontgen Thorax tanggal 18 November 2017 menunjukan gambaran TB paru duplex dengan efusi
pleura bilateral
Ringkasan ( Resume )
Anamnesis
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak sejak 2 minggu yang lalu, batuk 5 hari dan
demam 3 hari, keluhan lain berupa mual dan muntah serta BAB sering keras dan BAK kurang
lancar. Terdapat benjolan pada lipat paha sebelah kiri yang dirasakan terutama pada saat siang
17
hari setelah beraktivitas, benjolan mengecil setelah baringan dan benjolan tidak terasa nyeri serta
dapat didorong masuk kedalam perut. Kantung buah zakar sebelah kiri membesar dan terasa
nyeri. Pasien mengaku sebelumnya pernah melakukan operasi hernia pada sisi kiri. Pasien juga
pernah berobat TB sekitar 3-4 tahun yang lalu.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemerikssaan fisik didapatkan tekanan darah 121/77 mmHg, frekuensi nadi 132 x
menit, frekuensi napas 28 x/menit, suhu 36,7 C. Pada pemeriksaan didapatkan tampak benjolan
di regio inguinal dextra yang dapat masuk kembali dengan perubahan posisi dan tampak skrotum
kiri membesar dan hiperemis. Pada palpasi teraba massa lunak di skrotum kanan, batas atas tidak
jelas, testis teraba di bagian inferior, nyeri tekan positif, massa tidak dapat di reduksi secara
manual dan teraba benjolan di inguinal sinistra, lunak, mobile, berbatas tegas, tidak ada nyeri
tekan. Massa dapat direduksi secara manual, pada Tes taktil benjolan dirasakan di ujung jari.
Hernia Scrotalis Dextra Ireponibilis dan Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibilis
Tindakan
Pro Herniorapphy ( herniotomi + tension free hernioplasty ) tanggal 6 Desember 2017.
Operasi dibatalkan karena SGOT dan SGPT pasien di atas 1000. Pasien meninggal pada tanggal
9 Desember 2017 akibat gagal nafas.
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
18
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia.1
Hernia adalah penonjolan jaringan atau organ suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah (lokus minoris) yang normalnya tidak dapat dilewati, keluar ke bawah kulit atau masuk
rongga lainnya yang terjadi secara kongenital atau akuisita.
ANATOMI
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Sebagian besar hernia, berisi usus yang
berasal dari rongga abdomen. Abdomen sendiri memiliki struktur yang membentuknya. Dinding
perut mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang kompleks. Di bagian belakang, struktur
ini melekat pada tulang belakang, di sebelah atas pada iga, dan di bagian bawah melekat pada
tulang panggul. Dinding perut terdiri atas beberapa lapis, yaitu dari luar ke dalam, lapisan kulit
yang terdiri dari :1,2
1. Kutis
2. Subkutis
- Fascia superfisial (fascia Camper)
- Fascia profunda (fascia Scarpa)
3. Otot dinding perut
a. Kelompok ventrolateral
19
- Tiga otot pipih : musculus Obliquus Abdominis Eksternus, musculus Obliquus
Abdominis Internus, musculus Transversus Abdominis
- Satu otot vertikal : musculus Rectus Abdominis
b. Kelompok posterior : musculus Psoas Major, musculus Psoas Minor, musculus Iliacus,
musculus Quadratus Lumborum
4. Fascia tranversalis
5. Peritonium
Region inguinal harus dipahami, pengetahuan tentang region ini penting untuk terapi
operatif dari hernia. Sebagai tambahan, pengetahuan tentang posisi relative dari saraf, pembuluh
darah dan struktur vas deferen, aponeurosis dan fascia.
* Kanalis Inguinalis1,2
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-4 cm
kearah caudal ligamentum inguinal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens
pada pria atau ligamentum rotundum pada wanita. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-
serat otot Cremaster, pleksus Pampiniformis, arteri Testicularis, ramus genital nervus
Genitofemoralis, Ductus Deferens, arteri Cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis. Kanalis
inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi. Kanalis inginalis berjalan dari
20
lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal. Kanalis inguinalis dibangun oleh
aponeurosis Obliquus Ekternus dibagian superficial, dinding inferior dibangun oleh
ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar.
Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transfersalis dan
aponeurosis transversus abdominis. Dasar kanalis inguinalis adalah bagian paling penting dari
sudut pandang anatomi maupun bedah. Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas
superolateral dari trigonum Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane
rectus, dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum
adalah hernia indirect.
Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari
rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
Epigastrika Inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut,
tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada didalam
muskulus kremaster terletak anteromedial terhadap vas diferens dan struktur lain dalam tali
sperma.
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke
depan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale dibagian
inferior, pembuluh Epigastrika Inferior dibagian lateral dan tepi otot rektus dibagian medial.
Dasar segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia Transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis muskulus Transversus Abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga
daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui
kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin
hernia longgar. Nervus Ilioinguinalis dan nervus Iliofemoralis mempersarafi otot di regio
inguinalis, sekitar kanalis inguinalis dan tali sperma, serta sensibilitas kulit regio inguinalis,
skrotum dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial.
21
Gambar 2. Segitiga Hesselbach's
* Ligamentum Cooper1,2
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk oleh ramus
pubis dan fascia. Ligamentum Cooper adalah titik fixasi yang penting dalam metode
perbaikan laparoscopic sebagaimana pada teknik McVay.
Komponen Hernia1,2,4
22
● Cincin hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
● Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki
kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis.
● Isi hernia
Isi hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. Pada abdomen isi
terbanyak adalah usus halus dan omentum majus. Kemungkinan lainnya termasuk usus
besar dan apendiks, divertikulum Meckel, vesica urinaria, ovarium dengan atau tanpa tuba
falopi, dan cairan asites.
Klasifikasi Hernia1,2,4
1. Menurut kejadian
● Hernia congenital
Bila terjadi sejak lahir dan prosesnya terjadi intrauterine, misalnya hernia umbilikalis.
Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai akibat dari
perintah atau gangguan proses perkembangan intrauterine – paten prosesus vaginalis adalah
salah satu contohnya.
● Hernia akuisita
Dibagi dua yaitu hernia primer dan hernia sekunder. Hernia primer terjadi pada titik
lemah yang terjadi secara alamiah. Hernia sekunder terjadi pada tempat pembedahan atau
trauma pada dinding, seperti pada laparatomi dan trauma tembus. Hernia akuisita dapat
23
terjadi pertama karena tingginya tekanan intraabdomen yang tinggi, umumnya didapat pada
umur >15 tahun, dan dipicu oleh faktor pencetus seperti batuk kronis, prostat hipertrofi, dan
sering partus. Kedua karena banyak properitoneal fat yang dibawah fascia transversa
sehingga mendesak fascia transversa. Akibatnya, fascia transversa menjadi lemah sehingga
lemak akan keluar dan terjadi hernia adiposa. Bila hal ini terjadi terus – menerus,
peritoneum akan tertarik keluar juga, misalnya pada hernia epigastrika.
Ketiga, karena distensi dinding perut karena macam – macam penyebab, misalnya asites
dan partus. Keempat, karena adanya sikatriks yang menyebabkan kelemahan otot dan fascia
sehingga organ keluar di bawah kulit. Terakhir, karena adanya penyakit yang melemahkan
otot – otot dinding perut, seperti poliomyelitis anterior acuta yang memudahkan terjadinya
locus minoris resistensia.
2. Menurut gambaran klinis atau sifatnya
● Hernia reponibel
Dinamakan hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk tetapi kantungnya
menetap. Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila disokong gaya
gravitasi atau tekanan intraabdominal yang meningkat. Isi keluar jika berdiri atau mengedan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau
gejala nyeri usus.
● Hernia irreponibel
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut
hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit dengan tepi yang kaku, misalnya
pada femoral dan umbilical. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun sumbatan usus. Hernia
ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi obstruksi dan strangulasi
daripada hernia reponibel.
● Hernia inkarserata
Bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai akibat
yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih
dimaksudkan untuk hernia irrenponibel. Hernia inkarserata disebut juga hernia obstruksi
yang berisi usus, dimana lumennya tertutup. Biasanya obstruksi terjadi pada leher kantong
hernia. Jika obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan berakumulasi di dalamnya dan
24
terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai darah masih baik, tetapi lama
kelamaan dapat terjadi strangulasi.
● Hernia strangulate
Jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Dapat
mengganggu aliran darah normal dan pergerakan otot serta mungkin dapat menimbulkan
penyumbatan usus dan kerusakan jaringan. Pada keadaan sebenarnya ganguan vaskularisasi
telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari
bendungan sampai nekrosis. Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, maka
hernianya disebut hernia Richter.
4. Menurut lokasinya
Terdapat berbagai macam hernia yang timbul dan diberi nama sesuai lokasi dimana
hernia itu timbul, seperti :
● Hernia inguinalis
● Hernia femoralis
● Hernia diafragmatika
● Hernia umbilicalis
● Hernia paraumbilikalis
● Hernia epigastika
ETIOLOGI
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia yaitu peningkatan tekanan intrakavitas dan
melemahnya dinding abdomen3.
25
Tekanan yang meningkat pada abdomen terjadi karena3 :
4. Tahanan saat defekasi, biasa akibat konstipasi atau obstruksi usus besar
6. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas, kehamilan, lemak
tubuh.
Seringkali, berbagai faktor terlibat. Sebagai contoh, adanya kantung kongenital yang
telah terbentuk sebelumnya mungkin tidak menyebabkan hernia sampai kelemahan dinding
abdomen akuisita atau kenaikan tekanan intraabdomen mengizinkan isi abdomen memasuki
kantong tersebut3.
PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami peningkatan tekanan seperti
tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, mengedan pada saat buang air besar atau
batuk yang kuat tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak
cukup kuatnya pada daerah tersebut. Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau
26
karena sebab yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang
berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi
annulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan
lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke
dalam kanalis inguinalis.
27
28
EPIDEMIOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul didaerah
sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, dimana hernia
femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.2,3
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan pria:wanita pada
hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750000 herniorrhaphy dilakukan tiap tahunnya di
Amerika Serikat, dibandingkan dengan 25000 untuk hernia femoralis, 166000 hernia
umbilicalis, 97000 hernia post insisi dan 76000 untuk hernia abdomen lainya.3
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi 40% dari itu
muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi. Hernia femoralis lebih
sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia inguinal, insiden
hernia femoralis dikalangan wanita 4 kali lebih sering dibandingkan dikalangan pria, karena
secara keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis pada wanita. 2,3
DIAGNOSIS
● Benjolan yang bervariasi ukurannya, dapat hilang saat berbaring, dan timbul saat adanya
tahanan.
● Nyeri tumpul lokal namun terkadang tajam, rasa tidak enak yang selalu memburuk di
senja hari dan membaik pada malam hari, saat pasien berbaring bersandar dan hernia
berkurang. Secara khas, kantung hernia dengan isinya membesar dan mengirimkan
impuls yang dapat teraba jika pasien mengedan atau batuk.
Gejala dari adanya komplikasi adalah : 5
● Obstruksi usus : colic, muntah, distensi, konstipasi
● Strangulasi : tambahan dari gejala obstruksi, rasa nyeri yang menetap pada hernia,
demam, takikardi
29
Pertama kali pasien diperiksa dalam keadaan berbaring, kemudian berdiri untuk semua
hernia abdominal eksterna, tidak mungkin meraba suatu hernia lipat paha yang bereduksi pada
saat pasien berbaring. Area pembengkakan di palpasi untuk menentukan posisi yang tepat dan
karakteristiknya. Benjolan dapat dikembalikan atau dapat semakin membesar saat batuk –
merupakan suatu yang khas. Semakin nyata saat pasien berdiri. Kontrol terhadap hernia untuk
mencegahnya keluar adalah dengan menekannya dengan jari di titik dimana reduksi dapat
dilakukan. Pasien diminta untuk batuk, jika hernia tidak muncul, berarti ia sudah dikendalikan
dan menunjukkan letak leher dari sakus sudah tepat.5,6
PEMERIKSAAN FISIK
* Inspeksi 4,5,6
● Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
● Hernia inguinal
o Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke
medial, tonjolan berbentuk lonjong.
o Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
● Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan lanjutan
dari hernia inguinalis lateralis.
● Hernia femoralis : benjolan di bawah ligamentum inguinal.
● Hernia epigastrika : benjolan di linea alba.
30
● Hernia umbilikal : benjolan di umbilikal.
● Hernia perineum : benjolan di perineum.
* Palpasi 1,2,4,5,6
● Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu
hernia inguinalis medialis.
● Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan
sebagai hernia inguinalis lateralis.
● Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis
jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
● Hernia inguinalis: kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung
tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau
ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus
eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis
lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.
lipat paha dibawah ligamentum inguinal dan lateral tuberkulum pubikum.
● Hernia femoralis: benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
● Hernia inkarserata: nyeri tekan.
* Perkusi 1,2
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulata. Hipertimpani pada saat perkusi.
* Auskultasi 1,2,4
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami
obstruksi usus (hernia inkarserata).
Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test.
31
Cara pemeriksaannya sebagai berikut 6,7:
- Colok dubur
Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship – romberg (hernia obtutaratoria). 5,6
- Tanda – tanda vital : temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi meningkat, tekanan
darah meningkat. 1,2,3
32
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
33
Gambar 6. Thumb Test
DIAGNOSA BANDING
34
Indirek Direk
Bilateral 20 % 50 %
Hubungan dengan
Pembuluh darah epigastric
inferior Lateral Medial
2. Hidrokel testis
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis
dan viseralis tunika vaginalis. Pada hidrokel testis , kantong hidrokel seolah olah
mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis besarnya kantong
hidrokel tidak berubah sepanjang hari. Pasien mengeluh adanya benjolan dikantong
skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong
skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan
35
adanya transluminasi. Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah aspirasi dan
operasi.4
3. Hernia Insisional
Hernia insisional adalah masalah bedah yang serius. Kebanyakan hernia insisional
ditemukan dalam 1 tahun setelah operasi, dan suatu hal yang jarang terjadi hernia setelah
3 tahun operasi jika sebelumnya penutupan baik3. Obesitas dan infeksi merupakan dua
penyebab utama dari keadaan ini. Hernia insisonal terjadi melalui luka pada operasi
sebelumnya. Hernia ini mempunyai penampilan yang sama dengan hernia yang tidak
disebabkan oleh trauma pembedahan pada dinding abdomen3. Hernia incisional terjadi
postoperative karena perlu memotong suatu saraf segmental yang mempersarafi otot
dinding abdomen atau juga sebagai akibat infeksi dan necrosis (mati jaringan).1 Dehisensi
parsial dari sebagian atau seluruh lapisan fasia yang lebih dalam, tetapi kulit masih utuh
atau pada akhirnya dapat menyembuh. Hernia insisional adalah komplikasi postoperative,
penyebabnya dapat dipertimbangkan dari 3 faktor : preoperative, operative,
postopeartive3. Factor preoperative bisa berupa usia lanjut, malnutrisi (vitamin C dan
Zinc), sepsis, uremia, ikterik, obesitas, riwayat DM, steroid dan peritonitis. Factor
operatif berupa tipe insisi, Teknik dan bahan yang digunakan, tipe operasi dan
penggunaan drain. Sedangkan factor postoperative berupa infeksi luka, distensi abdomen,
dan batuk.
PENATALAKSANAAN
NON OPERATIF
36
OPERATIF
Herniorafi adalah operasi hernia yang terdiri dari operasi herniotomi dan hernioplasti.
Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia, memasukkan kembali isi kantong hernia
ke rongga abdomen, serta mengikat dan memotong kantong hernia. Sedangkan hernioplasti
adalah tindakan memperkuat daerah defek, misalnya pada hernia inguinalis, tindakannya
memperkuat cincin inguinalis internal dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis.
Operasi herniorafi pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah Italia bernama Eduardo
Bassini pada tahun 1884. Prinsip hernioplasti yang dilakukan Bassini adalah penjahitan konjoin
tendon dengan ligamentum
inguinalis. Kemudian
metoda Bassini tersebut
dikembangkan dengan berbagai
variasinya.8
Shouldice pada tahun 1953 memperkenalkan multilayered repair dan metoda ini dianggap
sebagai operasi pure tissue yang paling sukses dengan angka rekurensi < 1%, berdasarkan
laporan dari Shouldice Hospital di Toronto. Tindakan pure tissue repair terutama pada metoda
Bassini menghasilkan ketegangan jaringan sehingga cenderung menyebabkan kegagalan. Hal ini
37
disebabkan terjadinya iskemik nekrosis pada jaringan yang tegang. Untuk mengatasi masalah
tersebut, para ahli bedah mencari cara hernioplasti yang tidak tegang. Hernioplasti berupa
anyaman (darn) yang menghubungkan konjoin tendon dengan ligamentum inguinalis pertama
kali diperkenalkan oleh McArthur pada tahun 1901.8 Bahan yang digunakan McArthur untuk
menganyam berasal dari aponeurosis obliqus eksternus, kemudian Kirschner pada tahun 1910
menggunakan fascia femoralis sebagai bahan anyaman. Karena jaringan hidup sulit diambil dan
cenderung diserap, maka dicari bahan pengganti yang cocok. Pada tahun 1937, Ogilvic
menggunakan benang silk untuk bahan anyaman. Setelah nilon ditemukan, Melick (1942)
pertama kali menggunakan benang nilon.
Ahli bedah lainnya menggunakan tambalan (patch) untuk memperkuat dinding posterior
kanalis inguinalis dengan menggunakan lembaran dari jaringan alami. Mair (1945)
menggunakan flap fascia femoralis untuk menutup defek, tetapi metode ini terbukti
mengecewakan. Usher (1958) mempopulerkan penggunaan plastik polimer sintetik dalam bentuk
lembaran anyaman atau meshpolyamid dan yang terbaru polypropylene. Material ini murah,
tersedia universal, mudah dipotong sesuai dengan bentuk yang diinginkan, fleksibel, dan mudah
di-handle, menimbulkan sedikit reaksi jaringan serta tidak direjeksi walaupun ada infeksi.
38
Herniorafi dengan cara Shouldice. Setelah fascia transversalis terlihat insisi dengan arah
oblique dimulai dari cincin inguinal interna ke tuberkulum pubikum. Perluasan insisi tergantung
pada area kelemahan fascia tetapi biasanya diperluas sampai ke tuberkulum pubikum. Pemisahan
parsial dapat diterima hanya pada hernia inguinalis indirek yang kecil dimana fascia transversalis
stabil. Ketika insisi fascia transversalis, pembuluh darah epigastrikus yang berada di bawah
fascia transversalis harus dipreservasi. Setelah fascia transversalis diinsisi, dilakukan diseksi dari
lemak preperitoneal secara tumpul, sehingga menghasilkan dua bagian fascia, yaitu bagian
kraniomedial dan kaudolateral.8
Penjahitan Fascia transversalis yang dipisahkan akan ditumpuk menjadi dua lapis dengan
bagian kraniomedial di sebelah atas dan kaudolateral di bawah, dengan lebar fascia yang
ditumpuk 1,5 – 2 cm. Penjahitan dimulai dari kaudal pada periosteum os pubis dan selanjutnya
dilakukan penjahitan kontinyu antara tepi insisi fascia sebelah kaudolateral kebagian bawah
fascia sebelah kraniomedial. Jahitan (dengan benang monofilament polypropylene atau PDS 2.0
sampai 0) harus dalam keadaan tegang yang konsisten namun tidak terlalu kencang, sehingga
jaringan dapat mengadaptasi kondisi tersebut. 8
Jahitan seterusnya dilakukan dari medial ke cincin inguinal internal. Pada cincin inguinal
internal bagian kranial dari M. kremaster dapat diikut sertakan dalam penjahitan. Hal ini
menambah kekuatan pada orifisium hernia interna. Jahitan lapis kedua (antara tepi insisi fascia
sebelah kraniomedial dan bagian atas dari fascia sebelah kaudolateral) dilanjutkan ke arah
sebaliknya dan setelah sampai ke tuberkulum pubikum dan diikat. Muskulus transversus
dijahitkan ke ligamentum inguinal dari internal ring ke tuberkulum pubikum. Kemudian
dilakukan jahitan ke arah sebaliknya sehingga oblikus internus dijahitkan ke ligamentum
inguinalis. Jahitan terakhir menutup aponeurosis oblikus eksternus.8
39
Gambar 9. Lichenstein Hernia Repair
Macam Mesh dengan risiko infeksinya: prostesis yang dipergunakan untuk memperkuat
dinding posterior kanalis inguinalis pada hernioplasti tension-free hernia inguinalis berbentuk
lembaran jaring (mesh). Mesh mikropori mempunyai pori berukuran kurang dari 10 mikron,
menyebabkan bakteri yang berukuran lebih-kurang 1 mikron dapat masuk ke dalam mesh, tetapi
makrofag dan leukosit PMN yang berukuran lebih dari 10mikron tidak dapat masuk, sehingga
meningkatkan resiko infeksi. Mesh multifilament mempunyai permukaan yang lebih luas dari
pada mesh monofilament dan pada penelitian invivo dengan pemberian kuman stafilokokus
aureus terjadi peningkatan infeksi pada mesh multifilamen bila dibandingkan dengan mesh
monofilamen.
40
Prognosis
Prognosa tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan penanganan. Tapi
pada umumnya baik karena kekambuhan setelah operasi jarang terjadi. Insidens dari residif
bergantung pada umur pasien, letak hernia, teknik hernioplastik yang dipilih dan cara
melakukannya. Hernia inguinalis indirek pada bayi sangat jarang residif. Angka residif hernia
inguinalis indirek pada segala umur lebih rendah dibandingkan dengan hernia inguinalis direk
atau hernia femoralis. Reparasi pertama memberikan tingkat keberhasilan yang paling tinggi,
sedangkan operasi pada kambuhan memberikan angka residif sangat tinggi. 2 Pada penyakit
hernia ini yang penting adalah mencegah faktor predisposisinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG;2010.hal.519-40.
2. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi III, Jilid II. Jakarta : Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2000.hal.313-7.
3. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step approach).
Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital & Endosurgery Institute.
New Delhi. 2003. (Ebook, di akses 10 Juli 2010)
4. Burhitt HG, Quick ORG. Essential Surgery . Edisi III. 2003.hal.348-56.
5. Henry MM, Thompson JN. Principles of Surgery. 2nd edition. Elsevier Saunders;2005.pg
431-45.
6. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Edisi ke-6. Jakarta :
EGC;2003.hal.509-17.
7. Widjaja, H, Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal : 21-25.
8. Doherty GM. Current surgical diagnosis and treatment. Hernias & Other Lesions of the
Abdominal Wall.Edisi 13. New York:Mc Graw-Hill; 2006. Chapter 32.
41
42