Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Kelompok : 7
Anggota : Zahratun Nufus
Eva Safitri
Yusril
Salina
Novita Sari
Dosen pengasuh :
Ns.Ainal Mardhiah,M.Kep
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang asuhan keperawatan hidrochefalus pada
anak.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Sigli,……April 2018
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak. Jumlah cairan
bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab
postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada
3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua
kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus
berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial.
Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang
mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep tentang hidrosefalus ?
2. Apa penyebab penyakit hidrocefalus ?
3. Bagimana asuhan keperawatan Hydrocephalus ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Hydrocephalus.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang epidemiologi dari hidrosefalus.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Hydrocephalus.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada system
ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi
CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh viliarachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial
menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor.
Beberapa type hydrocephalus berhubungan dengan kenaikan tekanan intrakranial. 3 (Tiga)
bentuk umum hydrocephalus :
a. Hidrocephalus Non – komunikasi (nonkommunicating hydrocephalus)
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk
mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya
terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan
darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan
gejala – gejala peningkatan ICP)
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral,
dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda –
tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan
2
dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus
(Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.
B. KLASIFIKASI HYDROCEPHALUS
Menurut waktu pembentukan hidrosefalus pada anak di bedakan menjadi dua, yaitu :
1. Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan. Sehingga pada saat
lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil. Terdesak oleh banyaknya cairan didalam
kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya
adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang menyerang otak dan
pengobatannya tidak tuntas.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam
dua bagian yaitu :
1. Hidrosefalus Komunikans
Hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara CSS sistem ventrikel dan
CSS dari ruang subarakhnoidalis terhambat.Gangguan absorbsi CSS dapat disebabkan
sumbatan sisterna subaroknoid disekeliling batang otak atau obliterasi ruang
subarakhnoid sepanjang otak, seluruh sistem ventrikel terdistensi
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat
Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV
sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
d. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia
D. PATOFISIOLOGI
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi (meningitis,
pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus sylvii)
sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut
dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi
menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif,
sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga
selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus
emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak
akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga /
keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah,
pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol
4
secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae
posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan
wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai
akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK)
sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi.
pathway Infeksi
Perdarahan
Kelainan
konginetal Perlekatan
maningen
Kepala Hidrocefalus
membesar
CSS Peningkatan TIK
berlebih
Kulit meregang
an
hingga tipis /
pasien tidak Penekanan Gangguan perfusi
dapat bergerak saraf lokal jaringan serebral
atau
menggerakkan Sekresi
kepela prostagladin
Kerusakan bradikinin Saraf tertekan
( N.Vagus,
mobilitas glosofaringel
Nyeri , facialis)
Imobilisasi
aktivitas
5
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998) dalam NANDA, NIC-
NOC , 2012 :
1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan
mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya, kelopak mata
tertarik ke atas)
7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita
8. Sklera mata tampak di atas iris
9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran
motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Skan temografi komputer (CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan
membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya (neoplasma, kista,
malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial)
2. Pungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra kranial,
mengambil cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk
pengulangan pengaliran).
3. EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
4. Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala
5. MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur otak
tanpa kena radiasi
G. KOMPLIKASI
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
6
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan.
8. Kematian
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
H. PENATALAKSANAAN
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang
berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah
secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip
pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan
tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang
menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat
absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
1. Drainase ventrikule-peritoneal
2. Drainase Lombo-Peritoneal
3. Drainase ventrikulo-Pleural
4. Drainase ventrikule-Uretrostomi
8. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan
jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam terapi
pintas / “ shunting “:
1. Eksterna
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus
tekanan normal.
2. Internal
8
b. Lumbo Peritoneal Shunt
3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak
proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter)
maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz).
Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
5. Ventriculo-Peritneal Shunt
1. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan
9
BAB III
Pengkajian
1.Anamnesa
Keluhan utama:
Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi
penglihatan perifer.
Riwayat Penyakit:
Pengkajian persistem
10
Observasi tanda–tanda vital :
Analisa Data
Data Objektif:
– Anak tampak meringis
dan sering menangis
– Pengkajian nyeri neonatus
6 dari 7
– Terpasang balutan luka op
di kepala dan abdomen
11
3. Data Subjektif: Gangguan perfusi jaringan peningkatan TIK (tekanan
Ibu klien mengatakan, serebral intrakranial).
kepala klien membesar
sejak lahir
Data Objektif:
– Kepala tampak
membesar, lingkar kepala
49,8 cm terlihat “sunset
eyes” pada anak
– Hasil CT Scan
tampak dilatasi ventrikel
– Hasil pemeriksaan
makroskopi cairan otak: tes
Nonne (+), tes Pandy (-).
Kriteria hasil :
12
intervensi Implementasi Evaluasi
1. Atur posisi tidur 1. mengatur posisi tidur S : Ibu klien
senyaman mungkin senyaman mungkin mengatakan, klien
2. Ciptakan lingkungan 2. menciptakan lingkungan rewel dan menangis.
yang nyaman yang nyaman O : Anak tampak
3. Anjurkan pada 3. menganjurkan pada meringis dan sering
keluarga selalu ada keluarga selalu ada menangis,
didekat klien didekat klien Pengkajian nyeri
4. Mengkaji tingkat 4. Mengkaji tingkat nyeri neonatus 6 dari 7,
nyeri menurut skala menurut skala Terpasang balutan luka
pengkajian neonatus pengkajian neonatus (0- op di kepala dan
(0-7) 7) abdomen
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
2. Diagnosa: Risiko gangguan perfusi serebral berhubungan dengan peningkatan TIK (tekanan
intrakranial)
Kriteria hasil:
Tidak terjadi peningkatan TIK (ditandai dengan nyeri kepala hebat, kejang, muntah, dan
penurunan kesadaran)
Klien akan mempertahankan atau meningkatkan kesadaran
13
3. Pantau frekuensi/irama 3. Memantau kepala 49,8 cm
jantung dan denyut frekuensi/irama jantung terlihat “sunset eyes”
jantung dan denyut jantung pada anak
4. Pantau pernapasan, 4. Memantau pernapasan, – Hasil CT Scan
catat pola, irama catat pola, irama tampak dilatasi
pernapasan dan pernapasan dan ventrikel
frekuensi pernapsan. frekuensi pernapsan. – Hasil
5. Tinggikan kepala 5. Meninggikan kepala pemeriksaan
tempat tidur sekitar 30 tempat tidur sekitar 30 makroskopi cairan
derajat sesuai indikasi. derajat sesuai indikasi. otak: tes Nonne (+),
6. Jaga kepala pasien 6. Menjaga kepala pasien tes Pandy (-).
tetap berada pada tetap berada pada posisi A : masalah belum
posisi netral. netral. teratasi.
7. Ukur lingkar kepala 7. Mengukur lingkar P : intervensi
setiap 1 minggu sekali, kepala setiap 1 minggu dilanjutkan
observasi fontanel dari sekali, observasi
cembung dan palpasi fontanel dari cembung
sutura kranial dan palpasi sutura
kranial
14
kulit, malas minum, warna kulit, malas O : – Terpasang
irritability. minum, irritability. balutan luka op di
3. Ubah posisi kepala 3. Mengubah posisi kepala kepala dan
setiap 3 jam untuk setiap 3 jam untuk abdomen
mencegah dekubitus mencegah dekubitus – Leukosit 10.000
4. Observasi tanda-tanda 4. Mengobservasi tanda- uL
infeksi pada luka insisi tanda infeksi pada luka – Suhu 36,8 oC
yang terpasang shunt, insisi yang terpasang A : masalah teratasi
melakukan perawatan shunt, melakukan sebagian
luka pada shunt dan perawatan luka pada shunt P : intervensi di
upayakan agar shunt dan upayakan agar shunt lanjutkan
tidak tertekan. tidak tertekan.
5. Kolaborasi pemberian 5. Melakukan kolaborasi
ceftrixone 2×200 mg pemberian ceftrixone
2×200 mg
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Hidrochepalus komunikan
Hidrochepalus non-komunikan
Dan berdasarkan waktu pembentukan hidrosefalus pada bayi dan anak juga terbagi dalam dua
bagian, yaitu :
Kongenital
Di dapat
Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan
kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-masing rumah
sakit
B. Saran
Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang yang
mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik
semacan ini perlu.
16
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
Jakarta: Salemba Medika
17
18
19
20