You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN

HIDROCEFALUS PADA ANAK


D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

Kelompok : 7
Anggota : Zahratun Nufus
Eva Safitri
Yusril
Salina
Novita Sari
Dosen pengasuh :
Ns.Ainal Mardhiah,M.Kep

PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE


AKADEMI KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang asuhan keperawatan hidrochefalus pada
anak.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Sigli,……April 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN ........................................................................ 2


A. Definis Hidrocefalus ........................................................... 2
B. Klasifikasi Hidrocefalus ....................................................... 3
C. Etiologi ................................................................................. 3
D. Patofisiologi ......................................................................... 4
E. Manisfestasi Klinis .............................................................. 6
F. Pemeriksaan Penunjang ........................................................ 6
G. Komplikasi .......................................................................... 6
H. Penatalaksaan ....................................................................... 7

BAB III : PENUTUP.................................................................................. 17


A. Kesimpulan ........................................................................... 17
B. Saran ..................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak. Jumlah cairan
bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab
postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada
3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua
kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus
berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial.

Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang
mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.

Mahasiswa keperawatan perlu mempelajari cara mencegah dan menanggulangi masalah


hidrosefalus dengan student center learning berupa pembuatan makalah dan diskusi antar teman
di kelas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep tentang hidrosefalus ?
2. Apa penyebab penyakit hidrocefalus ?
3. Bagimana asuhan keperawatan Hydrocephalus ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Hydrocephalus.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang epidemiologi dari hidrosefalus.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Hydrocephalus.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi

Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada system
ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi
CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh viliarachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial
menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor.
Beberapa type hydrocephalus berhubungan dengan kenaikan tekanan intrakranial. 3 (Tiga)
bentuk umum hydrocephalus :
a. Hidrocephalus Non – komunikasi (nonkommunicating hydrocephalus)

Biasanya diakibatkan obstruksi dalam system ventrikuler yang mencegah bersikulasinya


CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan
malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion)
ataupun bekas luka.Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada
system ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam
system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag berfungsi atau pada anak – anak dibawah
usia 12 – 18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan
gejala – gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis suturanya tidak
bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
b.Hidrosefalus Komunikasi (Kommunicating hidrocepalus)

Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk
mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya
terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan
darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan
gejala – gejala peningkatan ICP)

c.Hidrosefalus Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus)

Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral,
dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda –
tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan

2
dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus
(Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.

B. KLASIFIKASI HYDROCEPHALUS

Menurut waktu pembentukan hidrosefalus pada anak di bedakan menjadi dua, yaitu :
1. Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan. Sehingga pada saat
lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil. Terdesak oleh banyaknya cairan didalam
kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya
adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang menyerang otak dan
pengobatannya tidak tuntas.

Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam
dua bagian yaitu :
1. Hidrosefalus Komunikans
Hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara CSS sistem ventrikel dan
CSS dari ruang subarakhnoidalis terhambat.Gangguan absorbsi CSS dapat disebabkan
sumbatan sisterna subaroknoid disekeliling batang otak atau obliterasi ruang
subarakhnoid sepanjang otak, seluruh sistem ventrikel terdistensi

2. Hidrosefalus Non komunikan / Obstruktif


CSS sistem ventrikel tidak berhubungan dengan CSS ruang subarakhnoid misal
aquaduktus sylvii menyempit atau tersumbat.Terdapat hambatan sirkulasi CSS dalam
sistem ventrikel sendiri akibatnya cairan ventrikal tidak dapat mencapai ruang
subarakhnoid.Terjadi pembesaran sistem ventrikel di proksimal obstruksi.
C. ETIOLOGI
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi (NANDA, NIC-
NOC, 2012)
adalah:
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvii
merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%)
Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah
lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak
3
lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.

b. Spina bifida dan cranium bifida


Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula
spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.

c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat
Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV
sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.

d. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia

2. Anomali pembuluh darah


3. Infeksi
4. Perdarahan
5. Neoplasma

D. PATOFISIOLOGI

Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi (meningitis,
pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus sylvii)
sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut
dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi
menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif,
sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga
selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus
emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak
akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga /
keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah,
pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol
4
secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae
posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan
wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai
akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK)
sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi.
pathway Infeksi
Perdarahan
Kelainan
konginetal Perlekatan
maningen

Kepala Hidrocefalus
membesar
CSS Peningkatan TIK
berlebih
Kulit meregang
an
hingga tipis /
pasien tidak Penekanan Gangguan perfusi
dapat bergerak saraf lokal jaringan serebral
atau
menggerakkan Sekresi
kepela prostagladin
Kerusakan bradikinin Saraf tertekan
( N.Vagus,
mobilitas glosofaringel
Nyeri , facialis)
Imobilisasi
aktivitas

Krisis pada Mual / muntah anoreksia


keluarga Nutrisi kurang
kurang cairan
dari kebutuhan

kurang pengetahuan kurng informasi kecemasan

5
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998) dalam NANDA, NIC-
NOC , 2012 :

1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan
mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya, kelopak mata
tertarik ke atas)
7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita
8. Sklera mata tampak di atas iris
9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran
motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Skan temografi komputer (CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan
membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya (neoplasma, kista,
malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial)
2. Pungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra kranial,
mengambil cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk
pengulangan pengaliran).
3. EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
4. Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala
5. MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur otak
tanpa kena radiasi

G. KOMPLIKASI
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak

6
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan.

8. Kematian

Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)

1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu

H. PENATALAKSANAAN
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang
berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah
secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip
pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan
tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang
menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat
absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid

3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:

1. Drainase ventrikule-peritoneal

2. Drainase Lombo-Peritoneal

3. Drainase ventrikulo-Pleural

4. Drainase ventrikule-Uretrostomi

5. Drainase ke dalam anterium mastoid


7
6. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung
melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan
pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang
dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak
dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.

7. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan


setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil
di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak,
lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah
perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di
kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit
hingga tidak terlihat dari luar.

8. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan
jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam terapi
pintas / “ shunting “:
1. Eksterna

CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus
tekanan normal.

2. Internal

a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :

 Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)

 Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior

 Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.

 Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum

 Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.

8
b. Lumbo Peritoneal Shunt

CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum


dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting:
1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu
frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan
analisis.

3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak
proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter)
maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz).
Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.

4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium


kanan jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray ujung distal
setinggi 6/7).

5. Ventriculo-Peritneal Shunt
1. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan

2. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.


Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak,
memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun badan anak
tumbuh memanjang. Komplikasi yang sering terjadi pada shunting:
infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan CSS yang rendah,
ascites akibat CSS, kraniosinostosis.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Proses asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus di awali dengan


pengkajian, diagnosis, dan intervensi keperawatan.

Pengkajian

1.Anamnesa

Pengumpulandata:nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,


alamat

Keluhan utama:

Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi
penglihatan perifer.

Riwayat Penyakit:

 Antrenatal: Perdarahan ketika hamil


 Natal: Perdarahan pada saat melahirkan,trauma sewaktu lahir
 Postnatal: Infeksi, meningitis, TBC, neoplasmaRiwayat keluarga

Pengkajian persistem

1. B1( Breath ): Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas


2. B2 ( Blood ): Pucat, peningkatan systole tekanan darah, penurunan nadi
3. B3 ( Brain ): Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahimenonjoldanmengkilat,
pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer,
strabismus ( juling ), tidak dapatmelihat keatas “ sunset eyes ”, kejang
4. B4 ( Bladder ): Oliguria
5. B5 ( Bowel ): Mual, muntah, malas makan
6. B6 ( Bone ): Kelemahan, lelah, peningkatan tonus ototekstrimitas

10
Observasi tanda–tanda vital :

1) Peningkatan systole tekanan darah


2) Penurunannadi / bradikardia
3) Peningkatan frekuensi pernapasan

Analisa Data

Data Klien Problem Etiologi

1. Data Subjektif: Gangguan rasa nyaman: luka post operasi


Ibu klien mengatakan, klien nyeri
rewel dan menangis.

Data Objektif:
– Anak tampak meringis
dan sering menangis
– Pengkajian nyeri neonatus
6 dari 7
– Terpasang balutan luka op
di kepala dan abdomen

2. Data Subjektif: Risiko infeksi luka post operasi


— Klien Mengatakan
nyeri pada daerah
dekat telinganya.
Data Objektif:
– Terpasang balutan luka
op di kepala dan abdomen
– Leukosit 10.000 uL
– Suhu 36,8 oC

11
3. Data Subjektif: Gangguan perfusi jaringan peningkatan TIK (tekanan
Ibu klien mengatakan, serebral intrakranial).
kepala klien membesar
sejak lahir

Data Objektif:
– Kepala tampak
membesar, lingkar kepala
49,8 cm terlihat “sunset
eyes” pada anak
– Hasil CT Scan
tampak dilatasi ventrikel
– Hasil pemeriksaan
makroskopi cairan otak: tes
Nonne (+), tes Pandy (-).

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan TIK (tekanan
intrakranial).
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan luka post operasi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan luka post operasi

Kriteria hasil :

1. Skala nyeri berkurang menjadi 3


2. Klien tampak tenang dan ekspresi wajah tidak menyeringai
3. Klien mampu berpartisipasi dalam aktifitas dan istirahat

12
intervensi Implementasi Evaluasi
1. Atur posisi tidur 1. mengatur posisi tidur S : Ibu klien
senyaman mungkin senyaman mungkin mengatakan, klien
2. Ciptakan lingkungan 2. menciptakan lingkungan rewel dan menangis.
yang nyaman yang nyaman O : Anak tampak
3. Anjurkan pada 3. menganjurkan pada meringis dan sering
keluarga selalu ada keluarga selalu ada menangis,
didekat klien didekat klien Pengkajian nyeri
4. Mengkaji tingkat 4. Mengkaji tingkat nyeri neonatus 6 dari 7,
nyeri menurut skala menurut skala Terpasang balutan luka
pengkajian neonatus pengkajian neonatus (0- op di kepala dan
(0-7) 7) abdomen
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

2. Diagnosa: Risiko gangguan perfusi serebral berhubungan dengan peningkatan TIK (tekanan
intrakranial)
Kriteria hasil:
Tidak terjadi peningkatan TIK (ditandai dengan nyeri kepala hebat, kejang, muntah, dan
penurunan kesadaran)
Klien akan mempertahankan atau meningkatkan kesadaran

Intervensi Implementasi Evaluasi


1. Pertahankan tirah 1. Mempertahankan tirah S : Ibu klien
baring dengan posisi baring dengan posisi mengatakan, kepala
kepala datar dan kepala datar dan pantau klien membesar sejak
pantau tanda vital tanda vital lahir
2. Pantau status 2. Memantau status O : Kepala tampak
neurologis neurologis membesar, lingkar

13
3. Pantau frekuensi/irama 3. Memantau kepala 49,8 cm
jantung dan denyut frekuensi/irama jantung terlihat “sunset eyes”
jantung dan denyut jantung pada anak
4. Pantau pernapasan, 4. Memantau pernapasan, – Hasil CT Scan
catat pola, irama catat pola, irama tampak dilatasi
pernapasan dan pernapasan dan ventrikel
frekuensi pernapsan. frekuensi pernapsan. – Hasil
5. Tinggikan kepala 5. Meninggikan kepala pemeriksaan
tempat tidur sekitar 30 tempat tidur sekitar 30 makroskopi cairan
derajat sesuai indikasi. derajat sesuai indikasi. otak: tes Nonne (+),
6. Jaga kepala pasien 6. Menjaga kepala pasien tes Pandy (-).
tetap berada pada tetap berada pada posisi A : masalah belum
posisi netral. netral. teratasi.
7. Ukur lingkar kepala 7. Mengukur lingkar P : intervensi
setiap 1 minggu sekali, kepala setiap 1 minggu dilanjutkan
observasi fontanel dari sekali, observasi
cembung dan palpasi fontanel dari cembung
sutura kranial dan palpasi sutura
kranial

3. Diagnosa: Risiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi


Kriteria hasil:
Suhu dan tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi: 60-120x/menit , suhu: 36,5-37,5oC,
RR: 20-40x/menit)
Luka insisi operasi bersih, tidak ada pus
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka post operasi (kemerahan, panas, dan bengkak)
Hasil lab: leukosit dalam batas normal (9.000-12.000/uL)

Intervensi Rasional Evaluasi


1. Memonitor tanda-tanda 1. Memonitor tanda-tanda S:Klien
vital. vital. Mengatakan nyeri
2. Observasi tanda infeksi: 2. Mengbservasi tanda pada daerah dekat
perubahan suhu, warna infeksi: perubahan suhu, telinganya

14
kulit, malas minum, warna kulit, malas O : – Terpasang
irritability. minum, irritability. balutan luka op di
3. Ubah posisi kepala 3. Mengubah posisi kepala kepala dan
setiap 3 jam untuk setiap 3 jam untuk abdomen
mencegah dekubitus mencegah dekubitus – Leukosit 10.000
4. Observasi tanda-tanda 4. Mengobservasi tanda- uL
infeksi pada luka insisi tanda infeksi pada luka – Suhu 36,8 oC
yang terpasang shunt, insisi yang terpasang A : masalah teratasi
melakukan perawatan shunt, melakukan sebagian
luka pada shunt dan perawatan luka pada shunt P : intervensi di
upayakan agar shunt dan upayakan agar shunt lanjutkan
tidak tertekan. tidak tertekan.
5. Kolaborasi pemberian 5. Melakukan kolaborasi
ceftrixone 2×200 mg pemberian ceftrixone
2×200 mg

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya


cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi
sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. Merupakan sindroma klinis
yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi
gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan
serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan
ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada
bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :

 Hidrochepalus komunikan
 Hidrochepalus non-komunikan
Dan berdasarkan waktu pembentukan hidrosefalus pada bayi dan anak juga terbagi dalam dua
bagian, yaitu :
 Kongenital
 Di dapat
Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan
kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-masing rumah
sakit

B. Saran

Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang yang
mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik
semacan ini perlu.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
Jakarta: Salemba Medika

17
18
19
20

You might also like