You are on page 1of 13

Disampaikan dalam Temu Alumni MPKD 9-11 September 2004

PEMANFAATAN PRAKTIS SISTEM INFORMASI DALAM


MENDUKUNG PERENCANAAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN
DI PROPINSI SULAWESI UTARA

Oleh: Sigit Nugroho1

ABSTRACT
Perubahan dan dinamika masyarakat yang makin cepat memerlukan kualitas
informasi tentang sumberdaya hutan berkaitan dengan akurasi, kesempurnaan, ketepatan
waktu, relevansi dan kemudahan dalam mendapatkan data dan informasi. Implementasi
penerapan UU No 24 tahun 1999 berakibat pula kebutuhan akan informasi sumberdaya
hutan oleh instansi –instansi di daerah untuk keperluan perencanaan pembangunan wilayah
sangat besar. Propinsi Sulawesi Utara yang mempunyai luas kawasan hutan 788.692 Ha (±
50% luas wilayah) tentunya merupakan sebuah potensi yang memerlukan perencanaan
pembangunan kehutanan yang didukung dengan data sumberdaya hutan yang akurat dan
terkini. Sistem informasi pembangunan kehutanan merupakan sistem terintegrasinya data
yang berguna untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi dalam proses perencanaan
pembangunan kehutanan oleh daerah maupun pusat .
Tulisan ini bertujuan memperkenalkan pengalaman-pengalamn empiris tentang
pemanfaatan sistem informasi dalam proses perencanaan pembangunan kehutanan.
Pengalaman tentang pengembangan sistem, analisis tentang permasalahan dan kendala
serta bagaimana strategi pengembangannya. Pengembangan sistem informasi meliputi
perancangan SDM, basisdata, perangkat lunak, perangkat keras, dan infrastruktur teknologi
informasi. Implementasi sistem informasi juga memerlukan tahapan yaitu tahap konseptual,
tahap perancangan, tahap pengembangan, tahap operasional dan tahap evaluasi.
Kesimpulannya adalah pembangunan sistem informasi kehutanan merupakan
proses yang panjang dan kompleks dalam mendukung proses perencanaan pembangunan
kehutanan di daerah.

Key Words: Sistem informasi, Perencanaan Pembangunan Kehutanan.

1
Staf BPKH Wilayah VI Manado UPT Badan Planologi Kehutanan
Departemen Kehutanan

1
Disampaikan dalam Temu Alumni MPKD 9-11 September 2004

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
1. Undang-Undang No. 41 tahun 1999 pasal 13 ayat 4 : Hasil inventarisasi hutan
sebagaimana dimaksud ayat 1, 2, dan 3 antara lain dipergunakan sebagai dasar
pengukuhan kawasan hutan, penyusunan neraca sumberdaya hutan, penyusunan
rencana kehutanan dan sistem informasi kehutanan.
2. Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002 pasal 2 : Balai pemantapan
Kawasan Hutan mempunyai tugas melaksanakan pemantapan kawasan hutan,
penilaian perubahan status dan fungsi hutan serta penyajian data dan informasi
sumberdaya hutan.
3. Implementasi penerapan UU No 24 tahun 1999 tentang otonomi daerah yang
masih terjadi tumpang tindih antara pemerintah daerah dengan pusat.
4. Kebutuhan akan informasi sumberdaya hutan oleh instansi –instansi di daerah
untuk keperluan pembangunan wilayah.
5. Konflik kepentingan antar stakeholder berkait dengan sektor kehutanan dewasa ini
semakin tajam.
6. Perubahan dan dinamika masyarakat yang makin cepat memerlukan kualitas
informasi tentang sumberdaya hutan berkaitan dengan akurasi, kesempurnaan,
ketepatan waktu, relevansi dan kemudahan dalam mendapatkan data dan
informasi.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud dan tujuan dari tulisan ini yaitu :Memperkenalkan proses pengembangan
sistem informasi dalam praktek perencanaan pembangunan kehutanan di daerah

C. MANFAAT
Manfaat dari pemanfaatan sistem informasi dalam proses perencanaan
pembangunan kehutanan adalah:
1. Terintegrasinya data digital spasial dan non spasial untuk tercapainya kelengkapan
data dan informasi di pusat dan daerah serta terjaganya konsistensi data antar
institusi di lingkup Departemen Kehutanan.
2. Terwujudnya efisiensi dan fleksibilitas dalam mengkases data oleh instansi di
pemerintah daerah, lingkungan sumberdaya hutan di lingkup Departemen
Kehutanan, sektor swasta dan masyarakat.
3. Dapat dijadikan sebagai suatu sistem monitoring dan evaluasi yang efektif untuk
mendukung akuntabilitas publik bagi pelaksanaan pembangunan di bidang
kehutanan.

2
Disampaikan dalam Temu Alumni MPKD 9-11 September 2004

II. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI dalam PERENCANAAN


PEMBANGUNAN KEHUTANAN

A. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI


Sistim informasi adalah suatu sistem manusia-mesin yang terpadu untuk menyajikan
informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan
dalam organisasi (Budihar, 1995). Sistim informasi adalah (kesatuan) formal yang terdiri
dari berbagai sumberdaya fisik maupun logika. Dari organisasi ke organisasi,
sumberdaya ini disusun atau distrukturkan dengan beberapa cara yang berlainan karena
organisasi dan sistem informasi merupakan sumberdaya yang bersifat dinamis.
Pengembangan sisterm informasdi pada suatu organisasi memerlukan analisis
mendalam (permasalahan dan kendala) tentang:
1. Analisis SDM dan manajemen (prosedur)
Sistem informasi berbasis teknologi informasi tidak dapat dimplementasikan secara
utuh tanpa dukungan dari SDM oganisasi dan pihak eksternal sebagai pengakses
sistem. Oleh karena itu dibutuhkan persiapan SDM secara baik dan terintegrasi. SDM
tersebut kemudian di kelola dalam sebuah manajemen sumberdaya manusia. Kondisi
faktual proses manajemen SDM di BPKH saat ini adalah sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan: pada tahap ini diperlukan perencanaan rekruitment tenaga
teknis yang berkualitas
b. Sosialisasi : dalam tahap memperkenalkan lingkungan kerja BPKH kepada staf
sudah berjalan dengan baik terutama dalam pengenalan teknologi-teknologi
informasi namun perlu peningkatan dalam memotivasi untuk SDM yang sudah
lama untuk mempelajari teknologi informasi.
c. Pelatihan dan Pengembangan Staf : pengiriman staf-staf untuk kursus tentang
teknologi informasi yang berkaitan dengan bidang Kehutanan. Beberapa kesulitan
dalam mempersiapkan SDM internal disebabkan antara lain oleh beberapa faktor
yaitu :
a) SDM sudah sudah tua sehingga sulit belajar lagi, sedangkan yang muda
sudah terlanjur statis.
b) SDM yang baru masuk kurang memiliki bekal ilmu, semangat dan
keterampilan untuk mengoperasikan teknologi terkini.
d. Penilaian dan Apresiasi : apresiasi untuk SDM yang mempunyai keahlian tentang
teknologi informasi dengan pemberian porsi kegiatan dan pekerjaan yang sesuai
dengan keahliannya.
e. Mekanisme dan prosedur eksisting untuk aliran informasi antar instansi/UPT serta
ke pusat yang ada saat ini masih bersifat konvensional. Prosedur untuk mendapat
informasi masih melalui media surat-menyurat non elektronik dengan birokrasi

3
Disampaikan dalam Temu Alumni MPKD 9-11 September 2004

yang sangat rumit dan lambat. Diharapkan dengan sistem informasi maka akses
data dan informasi antar instansi/upt dan pusat dapat berjalan dengan cepat.

2. Analisis basisdata
Definisi basisdata adalah kumpulan data terpisah yang dapat digunakan bersama
oleh sistem-sistem aplikasi yang berbeda. Dengan kata lain basisdata adalah
kumpulan data-data yang terpisah dan saling terkait satu sama lainnya (dinyatakan
oleh atribut dan struktur datanya serta relasinya) dalam membentuk sebuah informasi
(Prahasta, 2001).
a. Sistem Pengorganisasian Basisdata
BPKH masih pada tahap peralihan antara sistem pengorganisasian tradisional
dengan sistem kontemporer. Sistem komputerisasi di BPKH telah memanfaatkan
jaringan Lokal Areal Network (LAN) dengan topologi star bersistem peer to peer
atau masing-masing komputer masih bertindak sebagai pengorganisasi basisdata.
Arsitektur basisdatanya juga masih bersifat basisdata tunggal. Diharapkan dengan
sistem informasi nantinya sistem pengorganisasian basisdata menggunakan sistem
yang lebih kontemporer yaitu dengan menempatkan satu buah sistem pengolahan
basisdata sebagai pengorganisasi.
Akibat sistem pengorganisasi yang masih dalam tahap peralihan tersebut adalah
sebagai berikut:
- Masih terjadi duplikasi data yang dapat mengacaukan sistem pengorganisasin.
Contoh suatu file sudah diperbarui , sementara duplikatnya belum.
- Keterpisahan basis data satu dengan yang lain berakibat tingkat keamanaan
data menjadi sangat lemah.
- Penggunaan data secara bersama-sama masih kurang sehingga basisdata
yang ada kurang dapat dieksplorasi untuk menghasilkan laporan untuk
mendukung kegiatan di bidang kehutanan.
b. Teknologi Basisdata
Teknologi basisdata yang ada sekarang terus berkembang sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi. Tekonologi basisdata yang kita kenal adalah
seperti hierarchical database, network database, relational database, object oriented
dan multimedia database, web database dan data-warehouse.
BPKH sendiri sekarang ini masih belum menggunakan teknologi basisdata yang
terpadu. Masing-masing basisdata masih digunakan secara terpisah. Basisdata
untuk Sistem informasi Geografis (SIG) telah terstruktur dengan baik dengan
menggunakan teknologi basisdata relasional walaupun masih pada tahap awal.
c. SIG adalah salah satu sistem informasi yang telah diterapkan dalam lingkungan
BPKH Wilayah VI. Melalui SIG diharapkan nantinya secara keseluruhan kegiatan
perpetaan beserta atribut-atribut informasi yang ada di dalamnya dapat seluruhnya
ditampung dan dapat disajikan dengan cepat sesuai kebutuhan. Kendala yang

4
Disampaikan dalam Temu Alumni MPKD 9-11 September 2004

dihadapi dalam penyajian secara cepat adalah belum tersedianya aplikasi untuk file-
file peta yang telah disusun sehingga para user diluar operator GIS yang ada dapat
melihat peta-peta yang telah tersusun.
3. Analisis perangkat lunak
Perangkat lunak sering disebut dengan software. Tanpa software sebuah komputer
tidak akan berguna. Dalam lingkup BPKH Wilayah VI software sistem/sistem operasi
yang gunakan adalah Windows dengan software aplikasinya yang juga berbasis
Windows. Untuk software aplikasi dalam GIS digunakan ArcView dan Arcinfo yang
masih berbasis single user.
4. Analisis perangkat keras
Secara umum perangkat keras yang ada dalam lingkup BPKH Wilayah VI untuk
mendukung terwujudnya SISTEM INFORMASI di Propinsi Sulawesi Utara dan
Gorontalo khususnya untuk SIG cukup memadai namun masih perlu ditingkatkan lagi
kemampuannya/spesifikasinya maupun jumlahnya untuk tugas-tugas dimasa
mendatang. .
5. Analisis ketersediaan infrastruktur teknologi informasi
Sebagian besar peralatan komputer yang ada pada BPKH Wilayah VI telah
mendukung teknologi komputasi multimedia yang memiliki kemampuan tidak hanya
untuk mengolah data, tetapi juga teks, gambar, grafik suara animasi dan video yang
sangat bermanfaat untuk menciptakan SI yang lengkap, integral dan terpadu. Hal ini
juga telah didukung dengan tersedianya Jaringan LAN dengan topologi Star dengan
sistem peer to peer yang dapat diubah menjadi multi client server untuk mendukung
SISTEM INFORMASI yang akan dibangun.

B. PERANCANGAN, PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DI


BPKH WILAYAH VI
Pembangunan sistem informasi pada sutu organisasi bukanlah suatu hal yang
mudah. Sistem informasi yang akan dibangun harus berorientasi pada sasaran yang
hendak dicapai serta berbasis perspektif pemakai. Sistem yang dibuat harus user
friendly, memberikan rasa nyaman dan interaktif, memperhatikan kaidah cognitive
psychology serta prosedur yang tidak kaku. Sistem informasi yang dibangun harus
memperhatikan faktor-faktor antara lain :
- Efisiensi dan efektivitas
- Prosedur pemasukan data sesingkat mungkin
- Sistem harus dapat mengotimalkan pemanfaatan sumber daya yang
dimiliki.
- Trend masa depan
- Efisiensi pembiayaan
- Integritas dan keamananan data
- Interaktif

5
Disampaikan dalam Temu Alumni MPKD 9-11 September 2004

Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu adanya tahapan dalam pembangunan
sistem informasi dimaksud meliputi
1. Membangun sistem pemrosesan melalui pembangunan kantor elektronik seoptimal
mungkin dimana hal ini harus mampu mendorong terciptanya otomatisasi dan
komputerisasi, khususnya prosedur prosedur rutin.
2. Membangun SIM berbasis jaringan komputer, dimana SIM ini akan dapat
menyehatkan aliran informasi dalam organisasi bagi semua lini secara langsung dan
otomatis.
3. Membangun sistem pendukung keputusan untuk mengolah database yang ada yang
bertujuan membantu pimpinan dalam mengambil alternatif keputusan manajerial.
4. Mengembangkan sistem informasi yang bersifat lintas platform, dimana sistem
tersebut akan menjembatani perbedaan antar platform sistem informasi antara lain
perbedaan sistem operasi dan lain-lain.
Untuk mencapai harapan agar BPKH Wilayah VI dapat menjadi pusat data bagi sisem
informasi diperlukan strategi yang tepat dalam hal perancangan, pengelolaan dan
pengembangannya yang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :
1. SDM dan manajemen (prosedur)
a. Perencanaan, SDM dirancang untuk menjawab kebutuhan staf dalam
organisasi. Perencanaan tersebut meliputi analisis kebutuhan SDM yang terkait
untuk penggantian staf apabila ada yang mengalami pensiun, mutasi,
ketersediaan tenaga ahli untuk implementasi teknologi baru dll.
b. Sosialisasi, merupakan tahap untuk memperkenalkan lingkungan organisasi
kepada staf terpilih agar dapat mengenal dan memahami lingkungan kerjanya.
c. Pelatihan dan pengembangan, dilakukan terhadap staf baru atau lama agar
dapat beradaptasi dengan pola kerja dan peralatan yang baru. Pelatihan terhadap
teknologi informasi dipriotiaskan untuk mendukung efektivitas sistem informasi
dengan mengacu pada trend teknologi informasi yang berkembang.
d. Penilaian, dilakukan untuk mengontrol prestasi kerja seseorang dengan standar
yang telah ditetapkan atau tujuan yang dirumuskan untuk posisi tersebut.
e. Apresiasi/Penghargaan, dilakukan untuk memberikan tanggapan terhadap
prestasi seseorang, Apresiasi ini dapat berupa insentif/tunjangan khusus bagi staf
yang terlibat didalamnya.
f. Mekanisme dan prosedur aliran informasi, perlu disusun suatu mekanisme dan
prosedur aliran informasi yang baku baik secara vertikal (UPT-Pusat) maupun
horisontal (UPT-UPT-Instansi Daerah) untuk menjaga terjaminnya data yang
masuk maupun keluar. Hal ini sangat penting untuk mencegah pemanfaatan data
oleh orang-orang yang tidak berkompeten serta keamanan data.

6
Disampaikan dalam Temu Alumni MPKD 9-11 September 2004

2. Basisdata
Sistem pengorganisasian basisdata pada BPKH Wilayah VI saat ini adalah
sistem basisdata tunggal, untuk mendukung pembangunan sistem informasi maka
sistem basis data tersebut harus dirubah menjadi sistem basisdata terpusat dimana
seluruh komputer dapat memasukkan atau mengakses data tetapi proses
pengolahan hanya pada satu komputer pusat atau sistem basis data terdistribusi
dimana sebagian atau secara keseluruhan database terdistribusi dibeberapa lokasi,
namun perlu dijaga konsistensi data yang tersebar tersebut.
Perancangan basisdata diharapkan bersifat efisien dan efektif, bebas
redudansi (dalam batas tertentu), fleksibel serta sistem basisdata yang dapat diakses
secara bersama dalam lingkungan jaringan. Demikian pula halnya dengan basisdata
pada SIG perlu dilakukan proses yang sering disebut dengan three schema
architecture dalam 3 tahapan yaitu tahap eksternal berupa identifikasi semua
kebutuhan pengguna (termasuk semua tujuan yang hendak dicapai) yang
berhubungan dengan basis datanya, tahap konseptual yaitu tahap dimana dilakukan
pemahaman, studi dan diskusi mengenai data-data atau masukan yang berasal dari
pengguna pada tahap eksternal dan tahap terakhir adalah tahap internal yaitu
dimana model data yang telah dibuat pada tahap konseptual diterjemahkan dalam
model basis data yang berbasiskan record, yang selanjutnya dikonversikan kedalam
bentuk tabel-tabel basisdata relasional.

3. Perangkat lunak
Saat ini banyak sekali jenis software yang ditawarkan, baik untuk sistem
operasi maupun untuk software aplikasi. Untuk mendukung SISTEM INFORMASI
sebaiknya sistem operasi yang dipergunakan tidak hanya merujuk pada satu
platform sistem namun dapat lebih dari itu dan menggabungkan platform tersebut,
karena masing-masing sistem operasi memiliki kelebihan masing-masing. Contoh
platform sistem operasi yang dapat digunakan antara lain seperti Windows, Linux dll.
Demikian pula halnya dengan software-software aplikasi baik pengolah kata,
spreadsheet maupun database. Aplikasi-aplikasi yang dibuat untuk mendukung
SISTEM INFORMASI sebaiknya berbasis jaringan dan multi user yang dapat dibuat
dari bahasa pemrograman seperti visual basic, visual foxpro dll.
Untuk mendukung keamanan data harus tersedia program Firewall dan
Antivirus yang tangguh, disertai sistem yang dapat langsung melakukan backup
terhadap seluruh data yang diproses dan disimpan didalam server. Demikian pula
halnya dalam SIG diperlukan software aplikasi yang dapat merujuk langsung pada
software pemetaan yang ada agar peta-peta yang sudah tersusun dapat dengan
mudah dicari dan temukan oleh para user yang bukan operator GIS, serta perlu
dipikirkan selain mempergunakan ArcView alternatif lainnya juga perlu seperti
MapInfo untuk menambah wawasan dan keterampilan para operator GIS, lebih lanjut

7
Disampaikan dalam Temu Alumni MPKD 9-11 September 2004

juga perlu dipikirkan untuk pengembangan sistim SIG berbasis Web untuk
menjangkau segmen stakeholder dan masyarakat luas dimasa mendatang.
Disamping itu untuk mendukung SIG perlu pengadaan software untuk pengolahan
untuk tentu saja dengan konsekuensi peningkatan biaya operasional.

4. Perangkat keras
Perangkat keras yang perlu diadakan untuk mendukung BPKH Wilayah VI
sebagai pusat informsdi terutama adalah tersedianya Komputer Server yang akan
bertugas sebagai organisator sekaligus pusat pengolahan dan penyimpanan data
serta komputer client yang akan mendukung fungsi-fungsi dari komputer server.
Komputer server harus mempunyai performa kinerja yang tinggi disertai dengan
media penyimpan (harddisk) yang mempunyai kapasitas yang besar. Disamping itu
perlu disediakan harddisk lain dalam server yang sama yang berfungsi sebagai
backup dari seluruh data yang diproses dan disimpan untuk mencegah hilangnya
data apabila terjadi kerusakan pada harddisk utama dalam server. Untuk lebih
mengoptimalkan sistem informasi maka peralatan komputer yang lama dapat
dilakukan upgrade dan kemudian diintegrasikan ke dalam sistem informasi.
Demikian pula halnya dengan SIG perlu dilakukan peningkatan performa komputer
yang ada yang dapat dilakukan melalui penambahan sarana ataupun upgrade
sehingga spesifikasi komputer yang ada lebih optimal untuk fungsi grafis.

5. Infrastruktur teknologi informasi.


Saat ini BPKH Wilayah VI telah memiliki jaringan LAN yang juga dapat
dintegrasikan dengan internet sistem dial up untuk seluruh workstation, dan untuk itu
telah tersedia khusus jalur via Telkom dengan memanfaatkan ISP Wasantara net
Manado, namun sampai saat ini alokasi biaya operasional secara khusus untuk hal
tersebut belum ada. Diharapkan nantinya pada BPKH Wilayah VI tersedia anggaran
untuk operasional hal tersebut dan apabila lalulintas komunikasi dengan Pusat
khususnya cukup tinggi perlu dipertimbangkan untuk memanfaatkan dedicated line
(leased line) yang sangat potensial juga untuk dimanfaatkan fungsi lainnya antara
lain seperti teknologi WebChat/VideoChat, Voice Over Internet Protocol (VOIP), E-
mail dll.
Untuk mendukung fungsi SISTEM INFORMASI ini maka seharusnya pula
pada UPT lingkup Departemen Kehutanan lainnya memiliki Jaringan LAN dan Server
yang dapat saling berhubungan satu dengan lainnya dengan memanfaatkan
teknologi RadioLink atau WaveLine ataupun teknologi informasi lainnya yang berarti
ada penambahan alat untuk menghubungkan antar LAN yang satu dengan LAN
lainnya apabila jaraknya cukup berjauhan melalui gelombang Radio sebagai contoh
yaitu Protocol X25 ataupun dengan memanfaatkan teknologi internet melalui jaringan
listrik yang dimiliki oleh PLN apabila telah tersedia.

8
Disampaikan dalam Temu Alumni MPKD 9-11 September 2004

III. IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI PADA PROSES PERENCANAAN


PEMBANGUNAN KEHUTANAN

Implementasi sistem informasi termasuk juga implementasi SIG secara penuh


merupakan proses yang panjang dan kompleks. Proses yang lengkap mulai dari keputusan
hingga selesai implementasinya memerlukan lima tingkatan yang dapat dijabarkan lagi
dalam beberapa kegiatan yang lebih detil. Untuk aksinya tergantung pada strategi, prioritas
serta kondisi lingkungannya, namun beberapa langkah dapat dilakukan secara serial paralel
ataupun overlap.

Tahapan untuk implementasi sistem informasi adalah sebagai berikut :


1. Tahap Konseptual
Selama dalam tahap konseptual implementasi ditentukan berdasarkan evaluasi
kebutuhan pengguna dan sumberdaya yang tersedia. Urutan kegiatan yang harus
dilakukan dalam tahap ini yaitu sebagai berikut :
a. Analisis kebutuhan (requirements analysis), merupakan dasar bagi keberhasilan
implementasi sistem informasi, dimana hal ini mencakup pengidentifikasian aktivitas-
aktivitas dalam organisasi yang berkenan dengan fungsi sistem informasi. Hal ini
perlu didetilkan lagi dengan kebutuhan data apa yang menjadi sasaran/tujuan sistem
informasi dan hal ini perlu dirumuskan bersama antara Pusat dan UPT/Daerah guna
menghindari data yang bersifat GIGO (garbage in garbage out) serta menentukan
bagaimana sistim aplikasi pengolahan data disusun dan dibuat. Hal yang lain adalah
bagaimana standar perangkat keras maupun perangkat komunikasi berikut prosedur
yang akan diterapkan dalam sistem informasi sehingga arus komunikasi data
berjalan sesuai yang direncanakan.
b. Analisis kelayakan (feasibility evaluation), dimana perlu dievaluasi terlebih dahulu
kelayakan implementasi sistem informasi menyangkut estimasi biaya, potensi
keuntungan yang diperoleh dll. Menyangkut point a dan b pada tahap ini maka
hampir secara keseluruhan masih tergantung pada Pusat karena hal ini terkait erat
dengan pendanaan baik untuk pengadaan awal maupun operasionalnya.

2. Tahap Perancangan
Jika studi kelayakan telah selesai maka tahap selanjutnya adalah tahap perancangan
dimana pada tingkat ini dipersiapkan rencana detil pengimplementasiannya yang meliputi
:
a. Perancangan implementasi, dimana memuat informasi mengenai peranan dan
tanggung jawab serta pendistribusian setiap individu yang terlibat berikut relasi-relasi
yang terdapat diantara tugas-tugas yang bersangkutan, pengalokasian sumberdaya
yang ada serta penentuan jadwal implementasi

9
Disampaikan dalam Temu Alumni MPKD 9-11 September 2004

b. Perancangan sistem dan perancangan basisdata, diimplementasikan dengan


pemilihan perangkat keras dan perangkat lunak komersial yang beredar di pasaran
dimana dalam hal ini diperlukan rencana detil spesifikasi perangkat keras dan
perangkat keras yang bersangkutan. Pemilihan perangkat keras diupayakan
mengantisipasi teknologi informasi yang akan datang, demikian pula dengan
pemilihan sistem/perangkat lunak harus pula melihat tren masa depan, misalnya
sistem Linux yang bersifat open source dan freeware atau Windows yang user
friendly tetapi tidak freeware dan open source dll. Perancangan detil basisdata
dilakukan bersamaan dengan perancangan sistemnya karena hal ini berkaitan
dengan pengembangan spesifikasi untuk membangun dan memelihara basisdata.
Tahapan ini juga merupakan perbaikan dari perancangan konseptual yang telah
dikembangkan pada masa studi kelayakan.

3. Tahap Pengembangan
Pada masa pengembangan, maka BPKH Wilayah VI akan mengumpulkan perangkat
keras, perangkat lunak serta melakukan konversi data dan mengembangkan prosedur-
prosedur yang akan digunakan untuk mengoperasikan sistem. Tahap ini dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu :
a. Akuisisi sistem (system acquisition) dan akuisisi basisdata (database
acquisition), dalam hal ini akusisi perangkat keras dan perangkat lunak menjadi
fokus utama dibandingkan hal lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan perangkat
keras dan perangkat lunak yang paling efektif dengan biaya yang serendah mungkin.
Langkah akuisisi basisdata dilakukan secara bersamaan dengan aktivitas akuisisi
sistem. Dalam hal ini penyediaan sarana prasarana maupun sumber dana
operasional masih sangat tergantung pada anggaran dari Pusat karena biaya untuk
hal tersebut tidaklah kecil.
b. Manajemen organisasi, staf dan pelatihan, hal yang sering tidak mendapat
perhatian dalam membangun sistem informasi adalah pengorganisasian yang
dilakukan untuk implementasi dan operasi sistem. Jika sistem informasi di-manage
baik maka potensi keberhasilan cukup tinggi. Hal yang cukup dominan untuk
mendukung keberhasilan sistem informasi antara lain adalah penempatan personil
yang tepat (staffing). Hambatan paling dominan dalam staffing ini umumnya adalah
ketidaktersediaan/ ketidaksesuaian personil dalam bidanng keakhlian yang
dibutuhkan. Hal ini dapat dijembatani dengan mengikutsertakan personil/staf yang
mempunyai minat, bakat dan kemampuan dalam pelatihan-pelatihan yang
diperlukan, baik yang dilaksanakan di Pusat maupun di daerah, magang, workshop,
kursus, penataran/seminar/presentasi maupun pengadaan buku-buku yang
mengulas suatu teknologi secara rinci. Hal ini (diluar pelatihan yang dilaksanakan
oleh Pusat) dapat diupayakan melalui pengaalokasian anggaran baik melalui sumber
dana APBN maupun sumber dana lainnya.

10
Disampaikan dalam Temu Alumni MPKD 9-11 September 2004

c. Persiapan prosedur operasi (operating procedure preparation), manfaat dari


sistem informasi akan tergantung pada efektivitas prosedur operasi yang dirancang
yang kemudian dimasukkan kedalam aktivitas-aktivitas organisasi. Prosedur yang
dibuat mencakup aktivitas seperti :
1) Operasi harian komponen-komponen sistem
2) Pemeliharaan perangkat keras dan lunak
3) Monitoring penggunaan sistem
4) Pemecahan masalah-masalah sistem (misalnya jika terjadi kerusakan)
5) Pembuatan backup basisdata berikut perangkat lunak yang penting
6) Pengalokasian wewenang penggunaan perangkat sistem dan akses data
7) Manajemen kontrak-kontrak pemeliharaan perangkat keras dan lunak
8) Dukungan bagi pengguna sistem
9) Otorisasi pengembangan dan instalasi aplikasi-aplikasi
10) Pengembangan (upgrading) perangkat keras dan lunak

4. Tahap Operasional
Dalam tahap operasional ini maka urutan kegiatan yang perlu dilakukan yaitu :\
a. Instalasi sistem, dimana mencakup penyerahan sistem yang dibeli (dari Pusat
kepada UPT atau dari vendor kepada pemiliknya, pemasangan sistem dan
konfigurasi awal perangkat keras dan lunak. Setelah itu instalasi dilakukan oleh
personil BPKH Wilayah VI yang telah ditunjuk dibantu oleh vendor yang terkait.
Apabila semua komponen sistem telah terpasang kemudian dilakukan pengujian
fungsionalitas komponen baik secara terpisah maupun terintegrasi dalam sistem.
Pengujian umumnya dilakukan oleh pihak vendor yang disaksikan oleh personil
BPKH yang telah ditunjuk.
b. Proyek percontohan (pilot project), proyek percontohan misalnya dalam SIG
bertujuan untuk membangun prototype basis data yang dapat membantu BPKH
Wilayah VI dalam mengidentifikasi masalah dan pemecahannya, verifikasi prosedur
pengembangan basisdata, inhouse trainning bagi staf lingkup BPKH WilayahVI dll.
c. Konversi data, merupakan langkah dimana seluruh data-data yang telah
dikumpulkan untuk diproses melalui sistem yang menjadi data digital dimana data-
data ini kemudian di load kedalam sistem informasi yang dibarengi dengan uji kontrol
kualitas. Sebelum data diproses menjadi basisdata yang permanen, terlebih dahulu
dilakukan verifikasi. Setelah itu direktori basisdata dan mekanisme pengendaliannya
dapat dilakukan update dengan tujuan untuk penyediaan informasi-informasi yang
aktual yang disertai dengan pemeliharaan basisdatanya.
d. Pengembangan aplikasi (application development), dalam langkah ini hal yang
dilakukan adalah dengan membuat program aplikasi yang bertujuan untuk
mendukung dan meningkatkan berbagai aktivitas baik bersifat formal maupun
informal. Sebagai contoh adalah pembuatan perintah makro dalam SIG yang dapat

11
Disampaikan dalam Temu Alumni MPKD 9-11 September 2004

dilakukan oleh para operator GIS, sedangkan jika bersifat kompleks maka dapat
diupayakan pengalokasian anggaran untuk pembuatan program aplikasi dimaksud,
sehingga sistem informasi yang ada dapat lebih interaktif dengan user-nya, demikian
juga fungsi-fungsi lainnya.

5. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi ini terbagi dalam 2 bagian yaitu :
a. Review sistem, yaitu dimana setiap periode tertentu atau sesuai dengan perubahan
waktu maka sistem akan ditinjau kembali dengan tujuan untuk melihat apakah sistem
berjalan sesuai dengan yang dinginkan dan tetap dipertahankan ataukah diperlukan
perbaikan bahkan perluasan sistem. Biasanya hal ini menyangkut personil,
perangkat keras, perangkat lunak dan pengembangan aplikasi.
b. Perluasan sistem, merupakan konsekuensi dari review sistem sebagai contoh,
unjuk kerja sistem sangat rendah bila dibandingkan sasarannya, sementara di
pasaran telah terdapat perangkat keras maupaun lunak yang baru yang dapat
meningkatkan unjuk kerja sistem, maka sebaiknya sistem tersebut segera diperluas
dengan memasukkan perangkat yang baru kedalam konfigurasi sistem yang sudah
ada.

12
Disampaikan dalam Temu Alumni MPKD 9-11 September 2004

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Pembangunan sistem informasi pada suatu organisasi adalah proses yang panjang
dan kompleks. Sistem informasi yang dibangun harus berorientasi pada sasaran yang
hendak dicapai serta berbasis perspektif pemakai. Sistem yang dibuat harus user friendly
memberikan rasa nyaman dan interkatif dan memperhatikan kaidah cognitive psychology
serta prosedur yang tidak kaku.
Sedangkan pelaksanaannya tergantung pada strategi prioritas serta kondisi lingkungan
dan pendanaan yang ada.

B. SARAN
Salah satu hal yang menjadi perhatian guna menunjang keberhasilan dalam
membangun sistem informasi adalah pengorganisasian dalam menangani implementasi
dan operasi system yaitu dengan penempatan personil yang tepat (the right man in the
right place) dengan mengikutsertakan staf yang mempunyai minat, bakat, dan
kemampuan dalam pelatihan-pelatihan tentang system informasi.

DAFTAR PUSTAKA
Prahasta, Eddy, 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem informasi Geografi, Penerbit
Informatika Bandung.
Sholten J.H. and Stillwell. H.J, 1990, Geographic Information System and Regional Planning,
Kluwer Academic, Publisher, Netherland.
Sutedjo. B, D.O, 2002, Perencanaan dan Pembangunan Sistem informasi, Penerbit Andi
Yogyakarta.

13

You might also like