You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Vertigo merupakan keluhan yang umum dijumpai pada praktek klinik dimana
pasien menggambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng,1 tak stabil atau rasa pusing
Berbeda dengan vertigo, dizziness atau pusing merupakan suatu keluhan yang umum
terjadi akibat perasaan disorientasi, biasanya dipengaruhi oleh persepsi posisi
terhadap lingkungan.1 Dizziness sendiri mempunyai empat subtipe, yaitu vertigo,
disekuilibrium tanpa vertigo, presinkop, dan pusing psikofisiologis. Secara
keseluruhan, insiden pusing, vertigo dan ketidakstabilan mencapai 5-10% dan
meningkat menjadi 40% pada usia lebih 40 tahun. Dari keempat subtipe dizziness,
vertigo terjadi pada sekitar 32% kasus, dan sampai dengan 56,4% pada populasi
orang tua.2 Sementara itu, angka kejadian vertigo pada anak-anak tidak diketahui,
tetapi dari studi yang lebih baru pada populasi anak sekolah di Skotlandia, dilaporkan
sekitar 15% anak paling tidak pernah merasakan sekali serangan pusing dalam
periode satu tahun. Sebagian besar hampir 50% diketahui sebagai “paroxysmal
vertigo” yang disertai dengan gejala-gejala migren yaitu pucat, mual, fonofobia, dan
fotofobia.2
Secara etiologis, vertigo disebabkan oleh adanya abnormalitas organ-organ
vestibuler, visual, ataupun sistem propioseptif. Secara umum vertigo dibagi menjadi
dua kategori yaitu vertigo vestibular dan non vestibular.2 Vertigo non vestibular
mencakup vertigo karena gangguan pada visual dan sistem proprioseptif. Sementara
vertigo vestibular dibagi menjadi dua yaitu vertigo sentral dan perifer. Lesi vertigo
sentral dapat terjadi pada daerah pons, medulla, maupun serebelum. Kasus vertigo
jenis ini hanya sekitar 20% - 25% dari seluruh kasus vertigo, tetapi gejala
gangguan keseimbangan (disekulibrium) dapat terjadi pada 50% kasus
vertigo. sementara vertigo perifer dapat terjadi pada end-organ (utrikulus maupun
kanalis semisirkularis) maupun saraf perifer.1

1
BAB II
PENYAJIAN KASUS

I. ANAMNESIS
A. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Purnama
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Masuk RS : 11-07-2017
No RM : 01-47-71
B. Keluhan Utama
Pusing berputar
C. Riwayat Penyakit Sekarang
pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak ±1 jam SMRS, pusing
berputar terus menerus, pasien merasakan lingkungan disekitar pasien berputar,
pusing dirasakan semakin memberat jika dibawa berdiri dan membuka mata,
membaik jika dibawa berbaring dan memejamkan mata, pusing disertai mual,
muntah disangkal, telinga berdenging, kaki dan tangan terasa kesemutan, demam
disangkal
D. Riwayat Penyakit Dahulu
-Riwayat vertigo (+)
-Hipertensi (-)
-DM (-)
-kelaianan jantung (-)
-Alergi (-)

2
E. Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada
F. Riwayat Kebiasaan
- Sering terlambat tidur
G. Riwayat Sosial
- Ibu rumah tangga
II. Anamnesis sistem
Sistem serebrospinal : tidak ada keluhan
Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan
Sistem respirasi : tidak ada keluhan
Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan
Sistem muskuloskletal : kesemutan pada tangan
dan kaki
Sistem integumentum : tidak ada keluhan
Sistem urogenital : tidak ada keluhan
III. Resume Anamnesis
Pasien perempuan usia 37 tahun datang dengan keluhan pusing berputar disertai
mual, telinga berdenging, kaki dan tangan kesemutan, pusing membaik jika dibawa
berbaring dan menutup mata, sebelumnya sudah pernah mengalami keluhan serupa,
riwayat penyakit hipertensi DM, kelaianan jantung disangkal.
VI. Diagnosis Sementara
Diagnosa Klinis: Pusang Berputar
Diagnosa Topis: Organ vestibuler perifer
Diagnosa etiologis: Vertigo vestibuler perifer

3
V. Resume Pemeriksaan Fisik
KU: compos mentis, GCS E4V5M6
Tanda vital
TD : 110/70 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 63 x/menit (reguler)
T : 36,3oC
SpO2 : 98 %
Motorik: Dalam Batas normal
Sensorik: Paresthesia ektremitas atas dan bawah
VI. Resume Pemeriksaan Fisik
Test nistagmus:
Test nistagmus positif (horizontal)
Test rhomberg :
Pasien jatuh ke satu sisi
VII. Diagnosis Akhir
Diagnosa Klinis:
Pusang Berputar
Diagnosa Topis:
Organ vestibuler perifer
Diagnosa etiologis:
BPPV
VIII. Tatalaksana
Non-medikamentosa
Vestibuler exercise dengan metode brand daroff Pasien duduk tegak di pinggir
tempat tidur dengan dengan kedua tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup
baringkan tubuh dengan cepat kesalah satu sisi, pertahankan selama 30 detik,
setelah duduk kembali. Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain.
Perahankan selama 30 detik, lalu duduk kembali,. Lakukan latihan ini 3 kali pada

4
pagi hari, siang dan malam hari masing-masing diulang 5 kali serta lakukan selama
2 minggu atau 3 minggu dengan latihan pagi sore hari.
Medikamentosa
IVFD RL 20 tpm
Inj Dipenhidramin 4x10 mg
Inj Metoclopramid 4x10 mg
Inj Ranitidin 2x0 mg
Po: Mertigo 3x 12 mg
IX. Pemantauan
12 juli 2017
S:-Pusing berputar berkurang
-kesemutan pada tangan dan kaki
O : KU: Compos mentis
TD 97/60 mmHg
HR 97x/min
RR 20x/min
T 36,4 0C
A : Diagnosa Klinis: Pusang Berputar
Diagnosa Topis: Organ vestibuler perifer
Diagnosa etiologis: BPPV
Problem:
-Pusing berputar
-Paresthesia pada ektremitas atas dan bawah
-Penegakan diagnosis
P : -IVFD RL 20 tpm
-inj Dipenhidramin 4x10 mg
-inj Metoclopramid 4x 10 mg
-inj Ranitidin 2x50 mg
Po: Mertigo 3x 12 mg

5
13 Juli 2017
S:-Pusing berputar sudah tidak ada
-kesemutan pada tangan dan kaki
O : KU: Compos mentis
TD 103/70 mmHg
HR 60 x/min
RR 20x/min
T 36,5 0C
A : Diagnosa Klinis: Pusang Berputar
Diagnosa Topis: Organ vestibuler perifer
Diagnosa etiologis: BPPV
Problem
-Paresthesia pada ektremitas atas dan bawah
-Penegakan diagnosis
P : -IVFD RL 20 tpm
-inj Dipenhidramin 4x10 mg
-inj Metoclopramid 4x 10 mg
-inj Ranitidin 2x50 mg
Po: Mertigo 3x 12 mg
X. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad malam

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh
ataulingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan
otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai
keadaan atau penyakit.Keseimbangan adalah kemampuan untuk
mempertahankankesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi. Gejala-
gejala vertigo meliputi: pusing, rasa terayun, mual, keringat dingin, muntah,
sempoyongan sewaktu berdiri atau berjalan, nistagmus. Gejala tersebut dapat
diperhebat dengan berubahnya posisi kepala.2
II. Epidemiologi
Vertigo sering dijumpai, kira-kira 107 kasus per 100.000 penduduk, dan lebih
banyak pada perempuan serta usia tua (51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang
berusia dibawah 3-5 tahun yang tidak memiliki riwayat cedera kepala.3
III. Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, penyebabnya antara lain akibat kecelakaan,
stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak
aliran darah ke otak . Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di
dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang
posisitubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum
dari vertigo:3
1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.

7
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis
di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal
positional.
4. Vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit
maniere.
5. Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosismultipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persyarafannya ataukeduanya.
7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak (transient ischemic attack) pada arteri
vertebral dan arteri basiler.
IV. Patofisiologi Vertigo
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini
adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus
menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah
sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis
dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi
paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling
kecil kontribusinya adalah proprioseptik.4
Dalam kondisi fisiologis atau normal, informasi yang tiba di pusat integrasi
alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan
wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot
mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari
posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat

8
keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri atau berjalan dan gejala lainnya.3

Bagan 1. Patofisiologi vertigo2

V. Gejala Klinis
Gejala-gejala vertigo meliputi :
Pusing, kepala terasa ringan, rasa terapung, terayun, mual, keringat dingin, pucat,
muntah, sempoyongan waktu berdiri atau berjalan, istagmus. Gejala dapat diperhebat
dengan berubahnya posisi kepala.2,5
V.1. Perbadaan gejala klinis vertigo perifer dengan vertigo sentral
1. Vertigo perifer beronset akut waktunya singkat atau serangannya cepat terjadi,
sedangkan vertigo sentral beronset kronis atau perlahan. Durasi gejala pada

9
vertigo perifer terjadi dalam hitungan menit, harian, mingguan, namun
berulang. Penyebab umum vertigo perifer adalah infeksi (labyrinthitis),
neuronitis, iskemia, trauma, toksin. Penyabab umum vertigo senterl adalah
vaskuler, demyelinating, neoplasma.
2. Intensitas vertigo perifer sedang hingga berat, sedangkan vertigo sentral
ringan hingga sedang.
3. Mual dan muntah umumnya terjadi pada vertigo perifer dan jarang terjadi
pada vertigo sentral.
4. Vertigo perifer umumnya berhubungan dengan posisi, sedangkan vertigo
sentral jarang berhubungan dengan posisi.
5. Kehilangan pendengaran hingga ketulian umumnya terjadi pada vertigo
perifer dan jarang terjadi pada vertigo sentral.
6. Tinitus sering kali menyertai vertigo perifer. Pada vertigo sentral, biasanya
tidak disertai tinitus.
7. Pada vertigo perifer tidak ada defisit neurologis. Defisit neurologis umumnya
terjadipada vertigo sentral.
Pada BPPV, pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari
10-20 detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di
tempat tidur, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan
membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual. Pada pemeriksan fisik biasanya
tidak ditemukan kelainan pada fungsi pendengaran, tidak ada nistagmus spontan dan
pada pemeriksaan neurologis biasanya normal. Pemeriksaan dengan melakukan
Manuver Hallpick untuk memprovokasi timbulnya nistagmus. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara membaringkan pasien dari posisi duduk sambil memutar kepala pasien
dengan cepat ke satu arah. Jika positif maka akan tampak nistagmus dengan rotasi ke
sisi lateral dan gejala semakin bertambah.6
Pada infeksi vestibular seperti labirinitis, keluhan pasien biasanya berupa
vertigo berat yang disertai mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
nistagmus bila melirik ke lateral. Vertigo karena penyakit Menierre pasien biasanya

10
datang dengan keluhan vertigo berulang disertai tinitus dan menurunnya
pendengaran.6

Tabel.1 tabel perbedaan vertigo perifer dan vertigo sentral.2

VI. Diagnosis
VI.1. Anamnesis
Pertama yang perlu ditanyakan pada pasien adalah bentuk vertigonya, onset,
apakah dipengaruhi oleh perubahan posisi, faktor pencetusnya, serta gejala lain yang
berhubungan seperti maul dan muntah.7
VI.2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum diarahkan pada kemungkinan adanya penyebab
sistemik. Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada fungsi
vestibuler atau serebelum. Pada vertigo, baik sentral maupun perifer, dilakukan
pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi. Pemeriksaan keseimbangan seperti
Romberg test, Stepping gait dan Tandem gait. Untuk pemeriksaan koordinasi
dilakukan finger to finger test, finger to nose, pronasi-supinasi test dan heel to toe
test.8
1. Tes keseimbangan
Pemeriksaan klinis, baik yang dilakukan unit gawat darurat maupun di ruang
pemeriksaan lainnya, mungkin akan memberikan banyak informasi tentang
keluhan vertigo. Beberapa pemeriksaan klinis yang mudah dilakukan untuk
melihat dan menilai gangguan keseimbangan diantaranya adalah: Tes
Romberg. Pada tes ini, penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki

11
yang lain, tumit yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lain (tandem).
Orang yang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg ini selama 30 detik
atau lebih. Berdiri dengan satu kaki dengan mata terbuka dankemudian
dengan mata tertutup merupakan skrining yang sensitif untuk kelainan
keseimbangan. Bila pasien mampu berdiri dengan satu kaki dalam keadaan
mata tertutup, dianggap normal.8
2. Tes melangkah di tempat (stepping test)
Penderita harus berjalan di tempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah
dengan kecepatan seperti berjalan biasa dan tidak diperbolehkan beranjak dari
tempat semula. Tes ini dapat mendeteksi ada tidaknya gangguan sistem
vestibuler. Bila penderita beranjak lebih dari 1 meter dari tempat semula atau
badannya berputar lebih dari 30 derajat dari keadaan semula, dapat
diperkirakan penderita mengalami gangguan sistem vestibuler.8
3. Tes salah tunjuk (past-pointing)
Penderita diperintahkan untuk merentangkan lengannya dan telunjuk
penderita diperintahkan menyentuh telunjuk pemeriksa. Selanjutnya,
penderita diminta untuk menutup mata, mengangkat lengannya tinggi tinggi
(vertikal) dan kemudian kembali pada posisi semula. Pada gangguan
vestibuler, akan didapatkan salah tunjuk.8
4. Manuver Nylen-Barany atau Hallpike
Untuk menimbulkan vertigo pada penderita dengan gangguan sistem
vertibuler, dapat dilakukan manuver Nylen-Barany atau Hallpike. Pada tes ini,
penderita duduk di pinggir ranjang pemeriksaan, kemudian direbahkan sampai
kepala bergantung di pinggir tempat tidur dengan sudut sekitar 30 derajat di
bawah horizon, lalu kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian diulangi dengan
kepala melihat lurus dan diulangi lagi dengan kepala menoleh ke kanan.
Penderita harus tetap membuka matanya agar pemeriksa dapat melihat muncul
atau tidaknya nistagmus. Kepada penderita ditanyakan apakah merasakan
timbulnya gejala vertigo.8

12
5. Nistagmus adalah gerak involunter yang bersifat ritmik dari bola mata. Gejala
objektif dari vertigo adalah adanya nistagmus. Nistagmus mempunyai ciri
sesuai gerakannya, misalnya “jerlk” dan “ pendular”, menurut bidang
gerakannya (horizontal, rotatoar, vertikal, campuran), arah gerakan, amplitudo
dan lamanya.8
VII. Klasifikasi
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral yaitu ganguan batang otak, serebelum,
otak atau di perifer ganguan telinga dalam, atau saraf vestibular.2,3
1.Fisiologik
Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi
dari sekitar penderita,dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik
berfungsi baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain .
a. Mabuk gerakan (motion sickness)
Mabuk gerakan akan sangat bila sekitar induvidu bergerak searah dengan gerakan
badan. Keadaan yang memperovokasi antara lain duduk di jok belakang mobil,
atau membaca waktu mobil bergerak.
b. Mabuk ruang angkasa ( space sickness)
Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat. Pada keadaan ini
terdapat suatu gangguan dari
keseimbangan antara kanalis semisirkularis danotolit.
c. Vertigo ketinggian (height vertigo)
Suatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan lokomotor oleh karena
induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dan gejala-gejala vegetatif.
2. Patologi
a. vertigo non vestibular
merupakan perarasaan goyang, melayang, mengambang yang timbulpada
gangguan sistem proprioseptif atau system visual.
b. Vertigo vestibular
Rasa berputar yang timbul pada gangguan vestibuler. Dibagi menjadi dua:

13
1. Vertigo sentral
Diakibatkan oleh kelainan pada batang otak atau cerebellum.
2. Vertigo perifer
Disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis
vestibulocochlear (N. VIII).
3. Medikal vertigo
Dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah, gula darah yang rendah, atau
gangguan metabolik karena pengobatan atau infeksi sistemik.
Terdapat tiga jenis vertigo perifer yang paling sering dialami yaitu :3
1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan penyebab utama
vertigo. Onsetnya lebih seriang terjadi pada usia rata-rata 51 tahun.
Disebabkan oleh pergerakan otolit dalam kanalis semisirkularis pada telinga
Dalam. Hal ini terutama akan mempengaruhi kanalis posterior dan
menyebabkan gejala klasik tapi ini juga dapat mengenai kanalis anterior dan
horizontal. Otolit mengandung Kristal-kristal kecil kalsium karbonat yang
berasal dari utrikulus telinga dalam. Pergerakan dari otolit
distimulasi oleh perubahan posisi dan menimbulkan manifestasi klinik vertigo
dan BPPV biasanya idiopatik tapi dapat juga diikuti trauma kepala,
infeksi kroniktelinga, operasidan neuritis vestibular sebelumnya.
2. Ménière’s disease
Ménière’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti dengan
keluhan pendengaran. Gangguan pendengaran berupa tinnitus dan tuli
sensoris pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh pada telinga.
Terjadaipada sekitar 15% pada kasus vertigo otologik.Ménière’s disease meru
pakan akibat darihipertensi endolimfatik. Hal ini terjadi karena dilatasi dari
membrane labirin bersamaandengan kanalis semisirularis telinga dalam
dengan peningkatan volume endolimfe. Hal ini dapat terjadi idiopatik atau
sekunder akibat infeksi virus atau bakteri telinga atau gangguan metabolik

14
3. Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus.
Hal ini berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis
terjadi dengankomplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau
penurunan pendengaran. Keduanyaterjadi pada sekitar 15% kasus vertigo
otologik.
Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan vertigo sentral :3
1. Migraine
Selby and Lance (1960) menemukan vertigo menjadi gejala yang sering
dilaporkan pada 27-33% pasien dengan migraine sebelumnya
telah dikenal sebagai bagian dari aura selain kabur, penglihatan ganda dan
disarthria untuk basilar migraine dimana jugadidapatkan keluhan sakit kepala
sebelah. Vertigo pada migraine lebih lama dibandingkan auralainnya, dan
Seringkali membaik dengan terapi yang digunakan untuk migraine.
2. Vertebrobasilar insufficiency
Vertebrobasilar insufficiencybiasanya terjadidenganepisode rekurendari suatu
vertigo dengan onset akut dan spontan pada kebanyakan pasien terjadi
beberapa detik sampai beberapa menit. Lebih sering pada usia tua dan pada
paien yang memiliki faktor resiko cerebrovascular disease.
3. Tumor Intrakranial
Tumor intracranial jarang memberi manifestasi klinik vertigo dikarenakan
kebanyakan adalah tumbuh secara lambat sehingga ada waktu untuk
kompensasi sentral. Gejala yang lebih sering adalah penurunan
pendengaran atau gejala neurologis. Tumor pada fossa
posterioryang melibatkan ventrikel keempat atau Chiari malformation sering
tidak terdeteksi di CTscan dan butuh MRI untuk diagnosis. Multipel sklerosis
pada batang otak akan ditandaidengan vertigo akut dan nistagmus walaupun
biasanya didaptkan riwayat gejala neurologia yanglain dan jarang vertigo
tanpa gejala neurologia lainnya.

15
Tabel.2 Perbedaan vertigo perifer dan vertigo sentral1

VI. Tatalaksana
1.Terapi Fisik Brand-Darrof
Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-Darrof.
Ambil posisi duduk. Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan,
kemudian balik posisi duduk. Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi
kiri. Masing-masinggerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang
kali. Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah.8

Gambar.1 Brandt-daroff exercise8

16
2. Medikamentosa
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa
sangatterganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan
pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus
terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu.3 Beberapa golongan yang sering
digunakan :2,3
a. Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin
yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin,
meksilin,siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki
aktivitas antikholinergik di susunan saraf pusat.Mungkin sifat antikholinergik
ini ada kaitannya dengan kemampuan nya sebagai obatan vertigo. Efek
samping yang umum dijumpai ialah sedasi. Pada penderita vertigo yang
berat efek samping ini memberikan dampak yang positif.
1. Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan
sirkulasiditelinga dalam,dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek
samping Betahistin ialah gangguan dilambung, rasa enek, dan sesekali “rash”
di kulit. Betahistin Mesylate dengan dosis 6 mg 3 kali sehari per oral.
2. Dimenhidrinat
Lama kerja obat ini ialah 4– 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral.
Dapat diberikan dengan dosis 25 mg – 50 mg 4 kalisehari. Efek samping
ialah mengantuk.
3. Difhenhidramin Hcl
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg – 50
mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral.
b. Antagonis Kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis
kalsium Cinnarizinedan Flunarizine sering digunakan. Merupakan obat supre

17
sanvestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan
kalsium. Namun,antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti
kholinergik dan antihistamin.Sampai dimana sifat yang lain ini berperan
dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
1. Cinnarizine
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi
respons terhadapakselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 –
30 mg,3 kali sehariatau 1x 75mg sehari. Efek samping ialah rasa mengant
uk , rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan “rash” di kulit.
C. Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetic. Namun tidaksemua
mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine dan
Prokhlorperazinesangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kim
iawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
1. Promethazine
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo.
Lama aktivitasobat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg –
25 mg, 4 kalisehari per oral atau parenteral. Efek
samping yangsering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek
samping ekstrapiramidal lebihsedikit disbanding obat Fenotiazine
lainnya.-
D. Obat penenang
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan
yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo. efek samping seperti
mulut kering dan penglihatan menjadi kabur. Diazepam dapat
diberikan 2 mg – 5 mg.
E. Obat Anti Kholinergik
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem
vestibulardan dapat mengurangi gejala vertigo. kopolamin dapat pula

18
dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyaikhasiat
sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Telah diperiksa seorang pasien perempuan, 37 tahun pada tanggal 11 Juli


di Poliklinik Neurologi RSP UNTAN dengan diagnosis kerja Benign Paroxysmal
Positional Vertigo. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Pusing berputar sejak ±1 jam sebelum masuk rumah
sakit dirasakan pasien saat bangun tidur dimana pasien merasakan lingkungan
sekitarnya berputar sehingga pasien lebih suka berbaring dan menutup mata. Pasien
merasa mual tapi tidak samapai muntah. Telinga bedenging, kaki dan tangan
kesemutan, demam disangkal. Pasien memiliki riwayat vertigo sebelumnya. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sakit sedang, kesadaran
komposmentis koperatif dengan GCS 15 (E4M6V5). Tanda vital ditemukan dalam
batas normal.
Pemeriksaan nervus cranialis tidak adanya kelainan. Pada pemeriksaan fungsi
motorik, fungsi sensorik dan otonom dalam batas normal. Pada pemeriksaan
ditemukan fungsi refleks fisiologis dalam batas normal dan tidak ditemukan refleks
patologis. Pada pasien ini ditegakkan diagnosis BPPV, karena ditemukan pada pasien
ini memenuhi kriteria untuk BPPV yaitu: Rasa pusing berputar yang akut, disertai
mual, diperberat karena perubahan posisi yang menjadi poin diagnostik untuk kasus
ini adalah pusing berputar yang diperberat oleh perubahan posisi kepala. Hal ini khas
terjadi pada BPPV. Selain itu yang menjadi penunjang diagnosis yaitu onsetnya akut
dan disertai mual. Hal ini merupakan gejala dari vertigo perifer.
Untuk mendukung diagnosis ke arah BPPV perlu dilakukan tes provokasi
nistagmus. Gunanya adalah menentukan apakah ini termasuk vertiogo sentral maupun
perifer. Tes provokasi akan menyebabkan timbulnya nistagmus. Arah nistagnus dapat
dinilai untuk menentukan jenis vertigo. Pada vertigo tipe perifer akan timbul
nistagmus yang bersifat horizontal maupun rotatoar. Terapi yang diberikan pada

20
pasien ini terdiri atas terapi non-medikamentosa, simptomatik, dan obat penekan
fungsi vestibuler.

21
BAB V
KESIMPULAN

Pasien perempuan 37 tahun mengalami vertigo vestibuler perifer. Vertigo


adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda
di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan
mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa Saat
atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih
baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak
bergerak sama sekali. Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan
saluran vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo perifer dan
vertigo sentral. Vertigo perifer terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut
kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol
keseimbangan. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo perifer antara
lain penyakit penyakit seperti benign paroximal positional vertigo, penyakit
meniere yaitugangguankeseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendenga
ran, vestibular neuritis merupakan peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan, dan
labirinthitis radang di bagian dalam pendengaran. Sedangkan vertigo sentral terjadi
jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf
keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Wreksoatmodjo, Budi Riyanto. 2004. Vertigo: Aspek neurologi. Cermin Dunia


Kedokteran No. 144, 2004.
2. Wahyudi, Kupiya Timbul.Tinjauan Pustaka: Vertigo. CDK-198/ vol. 39 no. 10,
th. 2012
3. Gilman, Sid, William J Herdman, Hadi Manji, Sean Connolly, Neil Dorward,
Neil Kitchen, et. al. 2010. Oxford Medical Handbook of Neurology. Oxford
University Press.
5. Daroff, Robert B, Gerald M. Fenichel, Joseph Jankovic, John C. Mazziotta.
2012. Bradley’s Neurology in Clinical Practice. Elsevier Saunders. P 645-667.
6. Haines, Duane. 2007. Fundamental Neuroscience for Basic and Clinical
Application. Elsevier: Philadelphia. p 351-360
7. Braziz, Paul. Jose C Masdeu, 2007. Localization in Clinical Neurology, 5th
Edition.Lippincott Williams & Wilkins: Florida. p 310-315
8. Lumbantobing, S.M. 2007. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai
Penerbit FKUI: Jakarta. hal 66-78

23

You might also like