You are on page 1of 31

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang terhingga penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, Atas
Berkah, Rahmat, Karunia dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai salah satu agenda
kegiatan akademis yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa/mahasiswi dalam
menyelesaikan studi di tingkat perkuliahan semester 3. Adapun judul yang penulis buat
didalam makalah ini adalah konsep asuhan keperawatan pada anak dengan Asfiksia..
Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, dukungan,
serta doa dari berbagai pihak oleh karena itu izinkanlah didalam kesempatan ini penulis
menghaturkan terima kasih dengan penuh rasa hormat serta dengan segala ketulusan hati
kepada :

1. Ima Rahmawati,s.Kep.,Ns.,M.Si selaku Ketua Prodi D3 Keperawatan

2. Tri Ratnaningsih, S.Kep,Ns,.M.Kes selaku Dosen Pengampu Keperawatan Anak

3. Teman-teman & semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini.

Sangatlah didasari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan didalam


penyusunannya dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan masukan
baik saran maupun kritik yang kiranya dapat membangun dari para pembaca. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kita semua.

Mojokerto, 28 Oktober 2018

D3 Keperawatan

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG...................................................................................................1

1.2. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................2

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT.........................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................3

2.1. Definisi Asfiksia Neonatorum..........................................................................................3

2.2. Penyebab Asfiksia Neonatorum.......................................................................................4

2.3. Tanda Gejala Serta Diagnosa Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia............................5

2.4. Patofisiologi......................................................................................................................7

2.5. Komplikasi.....................................................................................................................10

2.6. Prognosis.........................................................................................................................11

2.7. Penatalaksanaan..............................................................................................................11

2.8 Lab..................................................................................................................................15

BAB III..........................................................................................................................................17

ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................................................17

3.1 Pengkajian.......................................................................................................................17

3.2 Intervensi.........................................................................................................................22

3.3 Implementasi dan Evaluasi.............................................................................................23

BAB IV..........................................................................................................................................29

PENUTUP.....................................................................................................................................29

ii
4.1. Kesimpulan........................................................................................................................28

4.2 Saran....................................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................29

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG.

Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi
lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.

Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada


masa neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang
meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah
29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan
congenital.

Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang
berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh
tenaga professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena
asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan
dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong persalinan.

Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada


neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat dalam
penanganan bayi baru lahir.

1
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.2.1. Apakah definisi asfiksia neonatorum?

1.2.2. Apakah penyebab asfiksia?

1.2.3. Bagaimana tanda gejala serta diagnose pada bayi asfiksia?

1.2.4. Bagaimanakah cara menilai asfiksia pada bayi baru lahir?

1.2.5. Bagaimanakah penanganan asfiksia neonatorum?

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT


1.3.1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan asfiksia neonatorum.

1.3.2. Untuk mengetahui apa penyebab dari asfiksia neonatorum.

1.3.3. Untuk mengetahui bagaimana tanda gejala serta diagosa pada


asfiksia pada bayi baru lahir.

1.3.4. Untuk mengetahui bagaimana cara menilai asfiksia pada bayi baru
lahir

1.3.5. Untuk mengetahui bagaimana penanganan asfiksia pada bayi baru


lahir.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Asfiksia Neonatorum


Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan
hipoksia dan hiperkapnu serta sering berakhir dengan asidosis. Asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tak dilakukan secara sempurna, sehingga
tindakan keperawatan dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan
mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. (Kristiyanasari, 2010)

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro,
2007)

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan
dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin meningkatkan
karbondioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Tujuan melakukan tindakan terhadap bayi asfiksia adalah melancarkan kelangsungan
pernapasan bayi yang sebagian besar terjadi pada waktu persalinan. (Manuaba, 1998)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan karbondioksida dan
asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak
atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
(Saifuddin, 2006)

3
2.2. Penyebab Asfiksia Neonatorum
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang.
Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut
menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia


pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:

1. Faktor ibu

a. Preeklampsia dan eklampsia

b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

c. Partus lama atau partus macet

d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

2. Faktor Tali Pusat

a. Lilitan tali pusat

b. Tali pusat pendek

c. Simpul tali pusat

d. Prolapsus tali pusat

3. Faktor Bayi

a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi


vakum, ekstraksi forsep)

4
c. Kelainan bawaan (kongenital)

d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk


menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu
harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya
tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau
(sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu,
penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan
persalinan.

2.3. Tanda Gejala Serta Diagnosa Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia
2.3.1. Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia

a. Pernafasan cuping hidung

b. Pernafasan cepat

c. Sianosis

d. Nadi cepat

e. Nilai Apgar kurang dari 6 (Kristiyanasari, 2010)


Nilai apgar pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Virginia Apgar pada tahun
1952. Nilai ini digunakan untuk menentukan kesehatan seorang bayi pada saat
dia dilahirkan. Penilaian dilakukan pada menit pertama dan menit kelima saat
bayi lahir. Ada lima komponen yang dinilai yaitu, warna kulit, denyut nadi,
refleks, tonus otot, dan usaha bernapas.

Tabel Apgar Skor


Tanda 0 1 2
Frekuensi Tidak ada Kurang dari Lebih dari
jantung 100/menit 100/menit
Usaha Nafas Tidak ada Lambat tidak teratur Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan aktif
Reflek Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan

5
kuat/melawan
Warna Biru/pucat Tubuh kemerahan Seluruh tubuh
ekstremitas biru kemerahan
Apabila nilai apgar:
7 – 10 : Bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam keadaan
normal
4 – 6 : Bayi mengalami asfiksia sedang
0 – 3 : Bayi mengalami asfiksia berat (Rahayu, 2009)

2.3.2 Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari


anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat
dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal
yang perlu mendapat perhatian yaitu :

a. Denyut jantung janin

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya,


akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar
his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya

b. Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi


pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan
harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi
kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu
dapat dilakukan dengan mudah.

c. Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks


dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin.
Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH.

6
Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda
bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia. (Wiknjosastro, 2007)

2.4. Patofisiologi

Sebagaian besar pengetahuan mengenai respon terhadap afiksia akut pada janin
yang baru lahir berasa dari penelitian pada hewan. Dengan pembatasan tertentu, hal
ini diberi gambaran yang jelas tentang proses afiksia pada manusia dan juga dasar
logis untuk resusitasi neunatus. Gangguan suplai darah teroksigenasi melaluivena
umbilical dapat terjadi pada saat antepartum, intrapartum, dan tentunya pascapartum
saat tali pusar dipotong. Hal ini diikuti oleh serangkaian kejadian berikut yang dapat
diperkirakan ketika aksfisia bertambah berat.

1) Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan untuk


mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih dijalan
lahir, atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini
akan diikuti oleh henti nafal komplit. Kejadian ini disebut apnea primer.
2) Setelah waktu yang singkat – lama aksfiksisa tidak dikaji dalam situasi klinis
karena dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai usaha bernafas otomatis
dimulai. Hal ini hanya akan membantu dalam waktu singkat, kemudian jika
paru tidak mengembang, secara bertahap terjadi penurunan kekuatan dan
frekuensi pernafasan. Selanjutnya, bayi akan memasuki periode apnea
terminal. Kecuali dilakukan resusitasi yang tepat, pemulihan dari keadaan
terminal ini tidak akan terjadi.
3) Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun dibawah
100 kali permenit, yang dikenal secara internasional sebagai titik aksi
resusutasi. Frekuensi jantung mungkin sedikit meningkat pada saat bayi
bernafas terengah-engah, tetapi bersama dengan menurun dan berhentinya
nafas terengah-engah bayi, frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam

7
basa semakin memburuk, metabolisme selular gagal, dan jantung pun
berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam waktu yang cukup lama.
4) Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan
katekolamin dan zat kimia stres lainnya. Walaupun demikian, tekanan darah
yang terkait erat dengan frekuensi jantung, mengalami penurunan tajam
selama apnea terminal. Volume sekuncup pada neonatus tetap dan curah
jantung ditentukan hampir sepenuhnya oleh frekuensi jantung.
5) Terjadi penurunan pH yang hampir linear sejak awitan asfiksia. Hal ini
disebakan penumpukan asam laktat dan asam lainnya yang diproduksi oleh
glikolisis anaerob pada jaringan yang mengalami hipoksia. Meskipun
demikian terdapat hubungan yang buruk antara pH arteri umbilikal, keadaan
klinis bayi saat itu, dan prognosis jangka panjang. (Drew, 2008)

J. PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM

8
Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan factor lain :
anestesi,
Presentasi janin abnormal obat-obatan
narkotik

ASFIKSIA Infeksi
Nosokomial

Janin kekurangan O2 Resiko Infeksi paru-paru terisi cairan


Dan kadar CO2 meningkat

Nafas cepat
Ketidak
efektifan
pola nafas
Apneu suplai O2 ↓ suplai O2 ↓
Ke paru dlm darah

Kerusakan otak,perdarahan
Kejang,
Gangguan
metabolisme
& perubahan
asam
basa
DJJ & TD

Hipovolemia Asidosi
respiratorik

Janin tdk bereaksi


Terhadap rangsangan Gangguan
perfusi ventilasi

Resiko
ketidakefektifan
9 otak
perfusi jaringan
Intoleransi
Gangguan
Aktifitas
Pertukaran gas

2.5. Komplikasi
 Komplikasi Paru

Sindrom aspirasi mikonium (SAM) yang berhubungan dengan asfiksia


merupakan faktor prepodesisi timbulnya kebocoran paru. Hipertensi pulmonal
persisten (HPP) terjadi pada 23% bayi dengan asfiksia.

 Komplikasi Ginjal
Kerusakan ginjal bervariasi dari pembengkakan dan nekrosis tubuler akut
sampai infark seluruh nefron dan nekrosis kortikomeduler.

 Komplikasi Kardiovaskuler
Bayi asfiksia dapat mengalami renjatan kardiogenic, atau gagal jantung
dengan regurgitasi katub artrio-ventrikular, yang pada beberapa kasus disebabkan
karena nekrosis muskulus papilaris

 Komplikasi Metabolik
Gangguan keseimbangan cairan terjadi karena gangguan fungsi ginjal dan
sebagai sindrom kekurangan sekresi hormon anti deuretik yang menyebabkan
retensi cairan atau diabetes insipidus neurogenic yang mengakibatkan kehilangan
cairan

 Komplikasi Hematologi
Koagulasi Intravaskuler diseminata (KID) dicetuskan oleh hipoksia,
asidosis dan hipotensi. Konsumsi trombosit dan faktor-faktor pembekuan
terutama fibrinogen dan faktor V mengakibatkan timbulnya pendarahan yang
luas.

 Komplikasi saluran cerna


Komplikasi pada saluran cerna yang dapat terjadi antara lain adalah ulkus
lambung akibat stess dan enterokolitis nekrotikans. EKN terjadi karena invasi
bakteri kedalam mukos usus akibat hipoksia dan iskemia. (Y.H.Yu, 1997)

2.6. Prognosis
Prognosis bayi diprediksi melalui pemulihan motorik dan kemampuan
menghisap. Bila satu minggu sesudah kelahiran masih lemas atau spastik, tidak

10
responsif dan tidak dapat menghisap, mungkin mengalami cedera berat otak dan
mempunyai prognosis buruk.

Prognosis tidak begitu buruk untuk bayi-bayi yang mengalamipemulihan


fungsi motorik dan mulai menghisap. Keadaan ini harus dibahas dengan orang tua
selama bayi di rumah sakit

2.7. Penatalaksanaan
A. Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi


dalam keadaan siap pakai, yaitu :

a. 2 helai kain / handuk.

b. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang,
handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur
posisi kepala bayi.

c. Alat penghisap atau bola karet.

d. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.

e. Kotak alat resusitasi.

f. Jam atau pencatat waktu.

B. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai
ABC resusitasi, yaitu :

1. Memastikan saluran pernapasan terbuka

a. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.

b. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.

11
c. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.

2. Memulai pernafasan

a. Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan

b. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon atau
mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).

3. Mempertahankan sirkulasi

a. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara

b. Kompresi dada.

c. Pengobatan (Saifuddin, 2006)

C. Langkah-Langkah Resusitasi
Setiap melakukan tindakan atau langkah harus didahului dengan persetujuan
tindakan medic sebagai langkah klinik awal. Langkah klinik awal ini meliputi :

a. Siapa ayah atau wali pasien, sebutkan bahwa ada petugas yang diberi
wewenang untuk menjelaskan tindakan pada bayi.

b. Jelaskan tentang diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi asfiksia neonatal.

c. Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko.

d. Pastikan ayah pasien memahami berbagai aspek penjelasan diatas.

e. Buat persetujuan tindakan medic, simpan dalam catatan medic.

I. TAHAP I LANGKAH AWAL

12
Langkah awal diselesaikan dalam 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5
langkah awal dibawah ini cukup untuk merangsang bayi bernafas spontan dan teratur.
Langkah tersebut meliputi :

1. Jaga bayi tetap hangat

a. Letakkan bayi diatas kain diatas perut ibu

b. Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut terbuka, potong tali pusat.

c. Pindahkan bayi diatas kain tempat resusitasi.

2. Atur posisi bayi

a. Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong.

b. Ganjal bahu agar kepala bayi sedikit ekstensi.

3. Isap

a. Gunakan alat penghisap DeLee dengan cara :

b. Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.

c. Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak pada waktu
memasukkan.

d. Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam ( jangan lebih dari 5 cm kedalam


mulut, dan jangan lebih dari 3 cm kedalam hidung). Hal itu dapat
menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat dan bayi tiba-tiba barhenti
bernafas.

4. Keringkan dan rangsang bayi.

a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya.dengan
sedikit tekanan. Rangsang ini dapat membantu bayi mulai bernafas.

13
b. Lakukan rangsang taktil dengan cara menepuk atau menyentil telapak kaki
atau menggosok punggung, perut,dada,tungkaibayi dan telapak tangan.

5. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi.

a. Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya.

b. Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka,dan dada
agar 14ias memantau pernafasan bayi.

c. Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

6. Lakukan penilaian bayi

a. Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap-
megap.

b. Bila bayi bernafas normal lakukan asuhan pasca resusitasi.

c. Bila bayi megap-megap atau tidak bernafas lakukan ventilasi bayi.

II. TAHAP II VENTILASI

Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah


volume udara kedalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru
agar bayi 14ias bernafas spontan dan teratur. Langkah-langkahnya :

a. Pasang sunkup

b. Pasang dan pegang sunkup agar menutupi mulut, hidung dan dagu bayi.

c. Ventilasi 2 kali

d. Lakukan tiupan atau pemompaan dengan tekanan 30 cm air.

14
e. Tiupan awal tabung dan sunkup atau pemompaan awal balon sunkup sangat
penting untuk membuka alveoli paru agar bayi 15ias mulai bernafas dan
menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.

Lihat apakah dada bayi mengembang.

Saat melakukan pemompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang. Bila


tidak mengembang, periksa posisi sunkup pastikan tidak ada udara yang bocor,
periksa posisi kepala pastikan posisi sudah sedikit ekstensi, periksa cairan atau lender
dimulut bila masih terdapat lender lakukan penghisapan. Lakukan pemompaan 2 kali,
jika dada mengembang lakukan tahap berikutnya.

a. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik.

b. Lakukan tiupan dengan tabung dan sunkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik
dengan tekanan 20cm air

c. Pastikan dada mengembang saat dilakukan pemompaan, setelah 30 detik


lakukan penilaian ulang nafas.

a. Jika bayi mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan
asuhan pasca resusitasi.

b. Jika bayi megap-megao atau tidak bernafas lakukan ventilasi.

A. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang nafas.

B. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik.

C. Hentikan ventilasi setiap 30 detik.

D. Lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megap-megap.

c. Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan
asuhan pasca resusitasi.

15
d. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30
detik kemudian lakukan penilaian ulang nafas setiap 30 detik.

A. Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas selama 2 menit resusitasi.

B. Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan.

C. Teruskan resusitasi sambil menyiapkan untuk rujukan.

D. Lakukan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi.

E. Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar lanjitkan ventilasi selama
10 menit.

F. Hentikan resusitasi bila denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan kepada
ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan.

G. Bayi yang mengalami asitol 10 menit kemungkinan besar mengalami


kerusakan otak yang permanen.

Prinsip-Prinsip Resusitasi Yang Efektif :

a. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus
rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.

b. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang
harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien

c. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama


sebagai suatu tim yang terkoordinasi.

d. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan


berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.

e. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan
siap pakai

16
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Nama perawat

Tempat praktek

Tanggal

I. Identitas
Nama pasien
Tanggal lahir
Nama ayah/ibu
Pekerjaan ayah/ibu
Pendidikan ayah/ibu
Alamat
Agama
Suku

II. Keluhan utama


III. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal
Ibu mengatakan sering memeriksakan kehamilannya ke bidan desa, ibu di
ajurkan banyak mengkonkumsi buah da sayur, mendapatkan penyuluhan
persiapan menjelang persalinan.
Selama hamil ibu mendapatkan vitamin dan suplemen penambah darah. Ibu
mengalami kenaikan berat badan selama hamil adalah 10 kg.

b. Natal
Ibu mengatakan ketuban sudah pecah sejak 15 jam, pada jam 06.00 pagi ibu
sudah pembukaan 7 tapi pembukaan tidak bertambah sehingga dilakukan
vakum ekstraks jam 12.30 siang, tidak ada komplikasi persalinan. Cara
melahirkan dengan spontan di RS Rejosari.
c. Post natal
Usaha nafas bayi spontan, apgar lahir 4/5/6, obat yang diberikan pada Bn. P
setelah masuk ke ruang perinatologi adalah infuse D 10 %*ml/jam, ampisilin
80 gr/12jam, O2 headbox 5 lpm, belum ada reaksi antara bayi dan orang tua,
tidak ada trauma lahir.Bn. P Sudah Meconium tapi belum BAK.

17
IV. Riwayat keluarga
Genoogram

Keterangan :

Perempuan Serumah

Laki — laki Keturunan

Pasien X Meninggal

V. Riwayat social
Hubungan orang tua dengan bayi belum terjalin karena Bn. P segera di rujuk ke
RSPA Boyolali karena Bn. P mengalami Asfiksia.
Anak yang lain : ibu mengatakan Bn P sekarang adalah anak pertama mereka.
Lingkungan rumah dipedesaan yang padat penduduknya.

VI. Keadaan kesehatan saat ini


1. Diagnose medis : asfiksia sedang,
2. Lahir spontan dengan indikasi vacuum ekstrasi.
3. Bn. P dipuasakan sampai jam 06.00 pagi,
4. Status cairan infuse D 10 % 10cc/jam,
5. Terapi obat mendapatkan ampisilin 80 mg/12 jam, injeksi vitamin K, aktivitas
bayi sangat lemah.
6. Tindakan keperawatan yang dilakukan :
a. Mengobservasi keadaan umum bayi
b. Mengukur vital sign
c. Mengukur antropometri

18
d. Memberikan terapi O2 headbox
e. Melakukan suction
f. Memasang NGT dan infuse
g. Memberikan terapi cairan infuse D 10% 10cc/jam
h. Megobservasi respirasi
i. Menilai Apgar skore
j. Mengobservasi tanda kejang dan sianosis
k. Mengganti baju dan popok bayi

VII. Pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : apatis E2 V4 M4
3. Tanda vital : HR : 145x/menit, RR : 66x/menit, suhu : 36 C,
4. Antropometri : BBL : 3800 gram, LiLa : 11 cm, LD : 32,5 cm, PB :
50 cm,
LP : 34 cm, LK : 31,5 cm
5. Refleks : Moro (+), menggenggam (+), isap (+), reflex lemah.
6. Aktivitas / tonus : aktif, tanda-tanda kejang, menangis lemah
7. Kepala/ leher : frontal anterior lunak, sutura sagitalis tepat, gambaran
wajah simetris, molding bersesuaian
8. Mata : bersih, ada keduanya, reflex cahaya (+/+)
9. THT : telinga normal, palatum normal, hidung bilateral
10. Abdomen : kembung, tali pusat segar, lingkar perut 34 cm
11. Thorax : simetris, terdapat retraksi dada
12. Paru-paru :
a. Suara nafas : stidor sebelum di suction, terdengar di semua lapang
paru
b. Respirasi : spontan, tampak sesak, RR 66x/menit, menggunaka
headbox
13. Jantung : bunyi jantung normal
14. Extremitas : aktremitas bergerak semua, dan simetris, tidak ada
kelainan
15. Umbilicus : normal
16. Genetalia : laki-laki normal, testil turun.
17. Anus : paten
18. Spina : normal
19. Kulit : warna kulit pucat, sianosis
20. Suhu : 36 C, penghangat radian

VIII. Pemeriksaan tingkat perkembangan


a. Kemandirian dan bergaul : bayi hanya tidur
b. Motorik halus : gerakan mata ada, reflex (+)

19
c. Kognitif dan bahasa : bayi menangis jika merasa tidak nyaman
d. Motorik kasar : bayi menggerakkan kaki dan tangan jika ada respon dari
sekitar.
e. Kesimpulan : bayi menangis saat merasa tidak nyaman dan mengeluarkan
suara saat menangis ( merintih ).

IX. Informasi lain


Terapi yang diberikan :
1. Tanggal 3 februari 2015
a. Infuse D10% 10cc/jam
b. Injeksi ampisilin 2x180 mg/12jam
c. Injeksi gentamicin 1x18 mg/24jam
2. Tanggal 4 februari 2015
a. Infuse D10% 10cc/jam
b. Injeksi ampisilin 2x180 mg/12jam
c. Injeksi gentamicin 1x18 mg/24jam
3. Tanggal 5 februari 2015
a. Infuse D10% 10cc/jam
b. Injeksi ampisilin 2x180 mg/12jam
c. Injeksi gentamicin 1x18 mg/24jam

20
3.2 Intervensi
No NOC NIC
I Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 1. Auskultasi suara nafas
2. Berikan O2 HB 5lpm
diharapkan jalan nafas efektif ditandai dengan :
3. Monitor status O2 dan respirasi
Respirasi dalam batas normal ( 40-60x/menit)
4. Posisikan pasien
Tidak ada suara nafas tambahan
5. Lakukan suction
Vital sign dalam batas normal
6. Kalaborasi dengan tim medis pemberian terapi obat
II Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor vital sign
2. Hangatkan bayi
diharapkan tidak terjadi hipotermi ditandai dengan :
3. Monitor gejala hipotermi atau hipertermi
Vital sign dalam batas normal (khususnya suhu 36,5-37,5 C)
4. Monitor adanya bradikardi
5. Monitor pernafasn
6. Kaji warna kulit dan gejala siaonosis
III Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
2. Lakukan tehnik aseptic dan antiseptic dalam pemberian askep
diharapkan tidak terjadi infeksi ditandai dengan :
3. Lakukan perawatan tali pusat
Tidak ada tanda gejala infeksi
4. Jaga kebersihan badan dan lingkungan bayi
Suhu dalam batas normal
5. Observasi tanda infeksi
Tidak terjadi kejang
6. Hindarkan bayi kontak dengan yang sakit
7. Kalaborasi pemberian obat dan antiseptic

3.3 Implementasi dan Evaluasi


Hari/tgl Dx Implementasi Respon Evaluasi
03/02/2015 I 1. Mengauskultasi suara nafas 1. DS : - S: -
Jam 15.15 2. Memberikan O2 HB 5lpm DO : stridor,
3. Memonitor status O2 dan respirasi 2. DS : - O : Ku lemah, kesadaran Apatis,
4. Memposisikan pasien DO : terpasang O2 HB 5 lpm menangis merintih,
5. Melakukan suction 3. DS : - RR 66 x/menit, HR 145x/menit
21
6. Mengkalaborasi dengan tim medis DO : SPO2 100 Suara nafas stridor
4. DS : - Tampak sesak
pemberian terapi obat
DO : kepala menengadah
5. DS : - A Masalah teratasi sebagian
DO : terdapat lendir 5 cc
6. DS : - P Monitor ku dan respirasi
DO : Lanjut intervensi
Injeksi gentamicin 1x18 mg/24jam

Jam 16.40 II 1. Memonitor vital sign 1. DS : - S -


2. Menghangatkan bayi DO : suhu 36 C, RR 66x/menit
3. Memonitor gejala hipotermi atau HR 145x/menit, O Akral dingin, suhu 36 C, kulit
2. DS : - pucat tampak sianosis
hipertermi
DO :bayi digedong
4. Memonitor adanya bradikardi
3. DS : - A Masalah teratasi sebagian
5. Memonitor pernafasn
DO : akral dingin, suhu 36 C
6. Mengkaji warna kulit dan gejala
4. DS : -
siaonosis
DO : HR 145x/menit (normal) P Monitor Vs dan hipotermi
5. DS : - Lanjutkan intervensi
DO : pernafasan vesikuler
6. DS : -
DO : kulit pucat dan tampak
sianosis

Jam 17.50 III 1. Mencuci tangan sebelum dan 1. DS : - S -


DO :
sesudah kontak dengan bayi
perawat mencuci tangan
2. Melakukan tehnik aseptic dan
2. DS : - O Tidak ada tanda infeksi, suhu 36
antiseptic dalam pemberian askep DO : C, ampisilin masuk 180 mg
3. Melakukan perawatan tali pusat setiap BAB di bersihkan dengan
4. Menjaga kebersihan badan dan savlon, sebelum injeksi IV A Masalah teratasi sebagian
dibersihkan dengan alkohol
lingkungan bayi
3. DS : -
5. Mengobservasi tanda infeksi
22
6. Menganjurkan ibu untuk DO : memberikan betadin setiap
habis mandi P Pantau Vs
memberikan ASI
4. DS : - Observasi tanda infeksi
7. Mengkalaborasi pemberian obat dan
DO : bed pasien tampak bersih Lanjut intervensi
antiseptic
5. DS : -
DO : tidak ada tanda infeksi
6. DS : -
DO : ibu sudah memberikan ASI
setiap 2 jam
7. DS : -
DO : Injeksi ampisilin 2x180
mg/12jam,

05/02/2015 I 1. Mengauskultasi suara nafas 1. DS : - S -


Jam 14.15 2. Memberikan O2 DO : tidak ada suara tambahan
3. Memonitor respirasi Suara nafas vesikuler O Tidak ada suara tambahan
4. Mengkalaborasi dengan tim medis 2. DS : - O2 1 lpm
DO : terpasang O2 nasal 1 lpm RR 40x/menit
pemberian terapi obat
3. DS : - HR 136x/menit
DO : respirasi normal, RR
40x/menit A Masalah teratasi sebagian
4. DS : -
5. DO : Injeksi gentamicin 1x18 P Monitor pernafasan
mg/24jam Lanjut intervensi

Jam 16.00 II 1. Memonitor vital sign dan Ku 1. DS : - S -


2. Menghangatkan bayi DO : Ku lemah, RR 40x/menit,
3. Memonitor gejala hipotermi atau suhu 37,4 C, HR 134x/menit
2. DS : - O Tidak terdapat tanda hipotermi
hipertermi
DO : bayi digedong, penghangat Suhu 37,4 C
4. Memonitor adanya bradikardi
radian Akral hangat
5. Memonitor pernafasn
3. DS : -
6. Mengkaji warna kulit dan gejala
23
siaonosis DO : suhu normal A Masalah teratas sebagaian
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan 4. DS : -
skin to skin DO : HR normal
5. DS : - P Monitor suhu
DO : pernafasan vesikuler, tidak Lanjutkan intervensi
sesak
6. DS :
DO : kulit kemerahan
7. DS : -
DO : ibu kooperatif
Jam 19.00 III 1. Mencuci tangan sebelum dan 1. DS : - S -
DO : perawat sudah mencuci
sesudah kontak dengan bayi
tangan
2. Melakukan tehnik aseptic dan
2. DS : - O Tidak ada tanda infeski
antiseptic dalam pemberian askep DO : setiap BAB di bersihkan Suhu 37,4 C
3. Melakukan perawatan tali pusat dengan savlon, sebelum injeksi IV
4. Menjaga kebersihan badan dan dibersihkan dengan alkohol A Masalah teratasi sebagian
3. DS : -
lingkungan bayi
DO : memberikan betadin setiap
5. Mengobservasi tanda infeksi
habis mandi
6. Menganjurkan ibu untuk
4. DS : - P Monitor tanda infeksi
memberikan ASI DO : membersihkan box bayi Lanjut intervensi
7. Mengkalaborasi pemberian obat dan setiap pagi, mengganti popok
setelah BAK dan BAB
antiseptic
5. DS : -
DO : tidak ada tanda infeksi
6. DS :-
DO :ibu memberikan ASI setiap 2
jam
7. DS : -
DO : Injeksi ampisilin 2x180
mg/12jam,

24
06/02/2015 I 1. Mengauskultasi suara nafas 1. DS : - S -
Jam 20.45 2. Memberikan O2 DO : tidak ada suara tambahan
3. Mengkalaborasi dengan tim medis RR : 44x/menit O tidak ada suara tambahan
pemberian terapi obat HR : 136x/menit
RR : 44x/menit
2. DS : -
DO : O2 dilepas A HR : 136x/menit
3. DS : -
Masalah teratasi
DO : gentamicin 1x18mg/ 24 jm P
Hentikan intervensi

Jam 21.00 II 1. memonitor vital sign 1. DS : - S-


2. menghangatkan bayi DO : Ku lemah, suhu 36,9 C, HR
3. Mengmonitor gejala hipotermi atau 134x/menit Tidak ada tanda hipotermi
2. DS : - O Suhu 36,9 C
hipertermi
DO : bayi digedong
4. Memonitor pernafasn
3. DS : - Masalah teratasi s
5. Mengkaji warna kulit dan gejala
DO : suhu 36,9 C
siaonosis
4. DS : - Hentikan intervensi
A
DO : RR 45x/menit
5. DS : -
DO : kulit kemerahan, tidak ada
P
gejala sianosis

Jam 06.00 III 1. Mencuci tangan sebelum dan 1. DS : - S -


DO : perawat dan orang tua sudah
sesudah kontak dengan bayi
mencuci tangan
2. Melakukan tehnik aseptic dan
2. DS : - O Tidak ada tanda infeksi
antiseptic dalam pemberian askep DO : membersihkan box bayi Suhu 36,9 C
3. Melakukan perawatan tali pusat setiap pagi, mengganti popok
4. Menjaga kebersihan badan dan setelah BAK dan BAB A Masalah teratasi sebagian
3. DS : -
lingkungan bayi
DO : mengganti kassa setiap pagi
25
5. Mengobservasi tanda infeksi 4. DS : - P Pantau tanda infeksi dan Vs
6. Mengkalaborasi pemberian obat dan DO : membersihkan box bayi Lanjut intervensi
antiseptic setiap pagi
5. DS : -
DO : tidak ada tanda infeksi
6. DS : -
DO : Injeksi ampisilin 2x180
mg/12jam

26
BAB 4

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada
saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan
tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan.Penanganannya adalah dengan tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi bayi baru lahir
mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :

1. Memastikan saluran terbuka.

2. Memulai pernafasan

3. Mempertahankan sirkulasi

Langkah-langkah resusitasi, meliputi 2 tahap. Tahap pertama adalah langkah awal, dan tahap
kedua adalah ventilasi.

4.2 Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan
kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua agar memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun.

27
DAFTAR PUSTAKA

Drew, D. (2008). Resusitasi Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.

Kristiyanasari, W. (2010). Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.

Manuaba, I. B. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Rahayu, D. S. (2009). Asuhan Keperawatan Anak dan Neonatus. Jakarta: Salemba Medika.

Saifuddin, A. B. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Y.H.Yu, V. (1997). beberapa masalah perawatan intensif neonatus. jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

28

You might also like