You are on page 1of 18

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis Dalam

Praktik Keperawatan
Dan Hak-Hak Kelompok Khusus Pasien Hamil

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika

Keperawatan

Dosen Pengampu: . Ibu Hj.Ns. Agustine Ramie,M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Purnama Sari P07120117073


2. Rahayu Eka Rahmadhanie P07120117074
3. Raudatul Aulia P07120117075
4. Retno Anitasari P07120117076
5. Rezky Rahmadayanti P07120117077
6. Rifani Apri Liandi P07120117078
7. Riska Dwi Indriyanti P07120117079
8. Saniah P07120117080
9. Siti Jamilah P07120117081
10. Siti Maryam P07120117082
11. Sri Hania Pebrianti P07120117083
12. Ulfah P07120117084
13. Muhammad Kurnia Wijaya

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.

Makalah yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN”
ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Keperawatan
Dasar di jurusan Keperawatan Poltekkes Banjarmasin

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Hj.Ns. Agustine Ramie,M.Kep selaku dosen mata kuliah Etika


Keperawatan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi
terselesaikannya makalah ini.

2. Rekan-rekan dan semua pihak yag telah membantu dalam menyelesaikan


makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa, serta para
pembaca. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Banjarbaru,

Penyusun

Kelompok 3
Daftar Isi

Kata pengantar

Daftar isi

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Etika dan Pengambilan Keputusan

2.2 Keputusan Etis Ditinjau dari Agama dan Istiadat

2.3Hak-Hak Pasien Hamil

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam hidup sehari-hari, kita senantiasa dihadapkan pada pertimbangan-
pertimbangan etika dalam mengambil keputusan atau untuk tidak mengambil
keputusan. Ada beberapa hal yang berhubungan dalam pengambilan
keputusan yang etis:
1. Pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah
2. Sering menyangkut pilihan yang sukar
3. Tidak mungkin dielakkan
4. Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman, tabiat dan lingkungan sosial
Sehingga dapat diketahui pengambilan keputusan secara etis berdasarkan
pemikiran yang sistematis tentang kelakuan lahir serta motivasi dan keadaan
batin yang mendasarinya yaitu etika berkaitan dengan tabiat/watak/karakter
manusia dan perbuatan yang dilakukan berdasar tabiatnya itu.
Ketika prinsip-prinsip atau peraturan tertentu yang terkandung dalam
kode etik tidak sepenuhnya berlaku untuk masalah tertentu yang dihadapi oleh
seseorang, para pembuat keputusan dapat berpedoman pada prinsip-prinsip
umum untuk sampai pada keputusan etis yang dapat dipertahankan.
Dibutuhkan suatu pembahasan tentang bagaimana mengembangkan sebuah
kerangka keputusan menyeluruh yang praktis ditinjau dari hukum kesehatan,
etika dan budaya, maupun dari sudut pandang agama.
Oleh karena itu, kami ingin mengangkat suatu topik yang
berjudul“Pengambilan Keputusan Etis”menjadi pokok pembahasan dalam
makalah kali ini. Kami berusaha untuk menyusun makalah ini semenarik
mungkin agar para masyarakat khususnya mahasiswa jurusan Keperawatan
dapat memahami serta dapat menerapkan keputusan berdasarkan pada
tindakan yang ditinjau baik dari segi hukum kesehatan, etika dan budaya,
maupun agama yang akan mempengaruhi kepentingan dalam membuat
keputusan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam makalah ini
yaitu:
1. Apa pengertian pengambilan keputusan etis?
2. Pengambilan keputusan etis ditinjau dari hukum kesehatan?
3. Pengambilan keputusan etis ditinjau dari etika dan budaya?
4. Pengambilan keputusan etis ditinjau dari agama?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas dari dosen pengajar mata kuliah etika keperawatan
2. Untuk mengetahui pengertian pengambilan keputusan etis
3. Untuk menambah wawasan kita kelak dikemudian hari
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika dan Pengambilan Keputusan

Kata etis (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen P dan K, 1988),
etika dengan membedakan tiga arti sebagai berikut.
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan/ masyarakat.
Sedangkan Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-
alternatif mengenai sesuatu cara bertindak—adalah inti dari perencanaan.
Suatu rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan suatu
sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah
bagaimana pilihan-pilihan semacam itu dibuat. Beberapa pegertian tentang
keputusan menurut beberapa tokoh (dhino ambargo: 2) adalah sebagai
berikut :
1. Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah
yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya
mengenai unsur-unsur perencanaan. Keputusan dibuat untuk menghadapi
masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah
digariskan atau penyimpangan serius terhadap rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya. Tugas pengambilan keputusan tingkatnya
sederajad dengan tugas pengambilan rencana dalam organisasi.
2. Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan
adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data. Penentuan yang matang dari altenatif
yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.
3. Claude S. George, Jr (2005) menyatakan, proses pengambilan keputusan
itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan
pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan di antara
sejumlah alternatif.
4. Horolddan Cyril O'Donnell (2005) juga berpendapat bahwa pengambilan
keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara
bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan
tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya,
petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
5. Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi Pengambilan keputusan
sebagai suatu proses kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian
tahapan yang dapat dianalisa, diperhalus, dan dipadukan untuk
menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang lebih besar dalam
menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi yang lebih
sederhana dikemukakan oleh Handoko (1997), pembuatan keputusan
adalah kegiatan yang menggambarkan proses melalui serangkaian
kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu.
6. Ralp C. Davis dalam Imam Murtono (2009) menyatakan keputusan dapat
dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari
atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, serta harus
mendekati tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pengambil keputusan
haruslah memperhatikan hal-hal seperti; logika, realita, rasional, dan
pragmatis.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan
yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Semua aktivitas tenaga kesehatan maupun tenaga kerja lainnya dapat
dianggap sebagai pengambilan keputusan, karena mengambil keputusan
merupakan salah satu tugas terpenting seseorang dalam mengambil tindakan
dalam sebuah pekerjaan. Memilih tanggapan etika yang terbaik dan
mengimplementaasikannya. Pilihan tersebut harus konsisten dengan tujuan,
budaya, dan sistem nilai perusahaan serta keputusan individu.

2.1.1 Jenis Keputusan Terkait Dengan Masalah Yang Dihadapi


1. Keputusan terprogram, yaitu suatu keputusan yang terstruktur dan
berulang yang dapat ditangani dengan pendekatan rutin.
2. Keputusan tidak terprogram, yaitu suatu keputusan yang memerlukan
suatu pemecahan yang dibuat sesuai kebutuhan

2.1.2 Faktor yang Berpengaruh dalam Pengambilan Keputusan Etis


1) Kondisi Kepastian adalah suatu kondisi dimana pengambil keputusan
mempunyai informasi sepenuhnya tentang masalah yang dihadapi,
alternatif – alternatif pemecahan masalah yang tepat karena hasil –
hasil dari setiap alternatif – alternatif pemecahan tersebut telah
diketahui.
2) Resiko adalah suatu kondisi yang dapat diidentifikasi, diprediksi
kemungkinan terjadi dan kemungkinan – kemungkinan dari setiap
pemecahan yang sesuai dengan hasil yang diinginkan atau dicapai
3) Ketidakpastian adalah suatu kondisi dimana pengambil keputusan
tidak memiliki kepastian atau tidak dapat menentukan sesuatu yang
subyektif kedalam kemungkinan yang bersifat obyektif

2.1.3 Proses Pengambilan Keputusan dan Elemen-Elemen Dasarnya


1. Model Rasional
a. Rasional adalah Membuat pilihan yang konsisten dan
memaksimalkan nilai dalam batasan – batasan tertentu
b. Batasan – batasan tertentu adalah (1) kejelasan masalah, (2)
Pilihan – pilihan yang diketahui (3) Pilihan – pilihan yang jelas
(4) Pilihan – pilihan yang konsisten (5) tidak ada batasan waktu
dan biaya (6) Hasil Maksimum
c. Keputusan yang rasional adalah model pembuatan keputusan
yang mendeskripsikan bagaimana individu seharusnya
berprilaku untuk memaksimalkan hasil.
Ada 6 langkah prilaku individu untuk memaksimalkan hasil dengan
modelrasional :
a. Mendefinisikan Masalah
Untuk mendefinisikan masalah harus secara jelas karena seringkali terjadi
kesalahan dalam hal ini seperti masalah tidak terlihat atau tidak
terdefinisikan secara jelas maka manajer perlu membedakan masalah
dengan gejala yang tampak.
b. Mengidentifikasikan kreteria keputusan
Artinya Mengembangkan Alternatif Pemecahan masalah secara kreatif,
walaupun ada batasan ( constraint) sehingga pengembil keputusan dapat
menentukan apa yang relevan dalam membuat keputusan
c. Menimbang Kreteria yang telah diidentifikasi sebelumnya
Artinya melakukan evaluasi dan memilih alternatif terbaik melalui
serangkaian kreteria. Misalnya dengan menggunakan sistem
“skoring”
d. Membuat berbagai alternatif
Artinya setelah melalui berbagai pertimbangan tadi maka diambil satu
keputusan misalnya Alternatif yang diambil adalah alternatif dengan
“skor” paling tinggi untuk setiap kreterianya merupakan alternatif terbaik.
e. Implementasi
Hal ini merupakan tahapan yang paling sulit dalam proses pengambilan
keputusan
f. Follow Up dan Evaluasi
Monitor dan evaluasi dilakukan untuk memastikan pelaksanaan keputusan
mengenai sasaran atau tujuan yang dituju.
2. Model Kreativitas
a. Kreativitas adalah kemampuan menciptakan ide – ide baru dan
bermanfaat.
b. Tujuannya adalah membantu mengidentifikasikan dan memahami masalah
yang belum jelas
c. Ada 3 komponen model kreativitas :
1) Keahlian yaitu dasar untuk setiap pekerjaan kreatif yang bisa diperoleh
dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan dan potensi diri. Misalnya
untuk menjadi seorang ahli maka individu tersebut harus memiliki
pengetahuan yang luas tentang keahliannya tersebut
2) Keterampilan – keterampilan kreativitas atau berpikir kreatif yaitu
karakteristik pribadi yang berhubungan dengan krativitas serta
kemampuan untuk menggunakan analogi serta bakat untuk melihat
sesuatu yang lazim dari sudut padang yang berbeda misalnya seorang
peneliti akan menjadi lebih kreatif jika berada dalam suasana hati yang
baik, jadi untuk mendapatkan hal tersebut banyak hal yang
menyenangkan bisa dilakukan seperti mendegarkan musik, makan
makanan favorit atau bersosialisasi dengan individu yang lain.
3) Motivasi Tugas Intrinsik yaitu keinginan untuk mengerjakan sesuatu
karena adanya dorongan dalam diri individu dan pengaruh dari
lingkungan kerja misalnya hal tersebut dilakukan karena manarik,
rumit, mengasyikkan, memuaskan atau menantang secara pribadi. Serta
lingkungan kerja memberikan support dalam bentuk konstruktif seperti
memberikan penghargaan dan pengakuan atas kreatifitas individu.

3. Model Intuisi /firasat


Yaitu Sebuah proses tidak sadar sebagai hasil dari pengalaman yang
disaring atau kekuatan yang muncul dengan cepat tanpa intervensi dari
berbagai proses yang masuk akal /sadar. Contoh pada saat bawahan anda
memberikan laporan anda merasa bahwa ada ketidaksesuaian dalam laporan
tersebut.
2.1.4 Langkah- langkah Pengambilan Keputusan yang Etis

1) Menentukan fakta-fakta
2) Mengidentifikasi para pemegang kepentingan dan mempertimbangkan
situasi-situasi dari sudut pandang mereka
3) Mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia juga disebut
dengan “imajinasi moral”
4) Mempertimbangkan bagaimana sebuah keputusan dapat memengaruhi
para pemegang kepentingan, membandingkan dan mempertimbangkan
alternatif-alternatif berdasarkan:
a. Konsekuensi-konsekuensi
b. Kewajiban-kewajiban, hak-hak, prinsip-prinsip
c. Dampak bagi integritas dan karakter pribadi

5) Membuat sebuah keputusan


6) Memantau hasil
Langkah pertama dalam pengambilan keputusan yang bertanggung
jawab secara etis adalah menentukan fakta-fakta dalam situasi tersebut,
membedakan fakta-fakta dari opini belaka, adalah hal yang sangat
penting.Perbedaan persepsi dalam bagaimana seseorang mengalami dan
memahami situasi dapat menyebabkan banyak perbedaan etis.Sebuah
penilaian etis yang dibuat berdasarkan penentuan yang cermat atas
fakta-fakta yang ada merupakan sebuah penilaian etis yang lebih masuk
akal daripada penilaian yang dibuat tanpa fakta. Seseorang yang
bertindak sesuai dengan pertimbangan yang cermat akan fakta telah
bertindak dalam cara yang lebih bertanggung jawab secara etis daripada
orang yang bertindak tanpa pertimbangan yang mendalam.
Langkah kedua dalam pengambilan keputusan yang etis yang
bertanggung jawab mensyaratkan kemampuan untuk mengenali sebuah
keputusan atau permasalahn sebagai sebuah keputusan etis atau
permasalahan etis.
Langkah ketiga melibatkan satu dari elemen vitalnya.Kita diminta
untuk mengidentifikasi dan mempertimbangkan semua pihak yang
dipengaruhi oleh sebuah keputusan, orang-orang ini biasa disebut
dengan para pemangku kepentingan (stakeholder).
Langkah selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan adalah
membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif, membuat
suatu spreadsheet mental yang mengevaluasi setiap dampak tiap
alternatif yang telah dipikirkan terhadap masing-masing pemegang
kepentingan yang telah identifikasi. Salah satu cara yang paling mudah
adalah menempatkan diri terhadap posisi orang lain. Sebuah elemen
penting dalam evaluasi ini adalah pertimbangan cara untuk mengurangi,
meminimalisasi atau mengganti kensekuensi kerugian yang mungkin
terjadi atau meningkatkan dan memajukan konsekuensi-konsekuensi
yang mendatangkan manfaat. Selain itu juga perlu mempertimbangkan
kewajiban, hak-hak dan prinsip-prinsip, serta dampak bagi integritas
dan karakter pribadi.
Langkah kelima adalah pengambilan keputusan yang diakhiri dengan
evaluasi yang merupakan langkah terakhir dalam proses pengambilan
keputusan sebagai sarana untuk menilai apakah keputusan kita sudah
berdampaka baik atau malah tidak sesuai dengan apa yang kita
harapkan.

2.1.5 Kriteria Dalam Mengambil Keputusan Etis

1. Pendekatan bermanfaat
Pendekatan bermanfaat(utilitarian approach), yang dudukung oleh filsafat
abad kesembilan belas ,pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep
tentang etika bahwa prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi
jumlah terbesar.
2. Pendekatan individualisme
Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa suatu
tindakan dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung
kepentingan terbaik jangka panjang seorang indivudu.
3. Konsep tentang etika bahwa keputusan dengan sangat baik menjaga hak-
hak yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
a. hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika
individu tersebut secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk
diperlakukan.
b. hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa
yang ia inginkan di luar pekerjaanya.
c. hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari
memberikan perintah yang melanggar moral dan norma
agamanya.
d. hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar
mengkritik etika atau legalitas tindakan yang dilakukan orang
lain.
e. hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa
berat sebelah dan berhak atas perlakuan yang adil.
f. hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup
tanpa bahaya dan ancaman terhadap kesehatan dan
keamananya
2.2 Keputusan Etis Ditinjau dari Agama dan Istiadat
Agama merupakan faktor utama dalam membuat keputusan etis.
Setiap perawat disarankan memahami nilai yang diyakini maupun kaidah
agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan proses.
Semakin tua akan semakin banyak pengalaman dan belajar, seseorang
akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai yang dimilikinya.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk
dengan berbagai agama atau kepercayaan. Setiap penduduk yang menjadi
warga negara Indonesia harus beragama atau berkepercayaan. Ini sesuai
dengan sila pertama Pancasila, “Ketuhanan yang Maha Esa” dan Indonesia
menjadikan aspek ketuhanan sebagai dasar yang paling utama. Setiap
warga negara diberi kebebasan untuk memilih agama atau kepercayaan
yang dianutnya. Ini sesuai dengan Bab XI pasal 29 UUD 1945 yang
berbunyi
1) Negara berdasarskan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya.
Sebagai negara berketuhanan, segala kebijakan atau aturan yang
dibuat diupayakan tidak bertentangan dengan aspek agama yang ada di
Indonesia (Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu dan Konghucu).
Misalnya, sebelum keluarga berencana atau KB dijadikan program
nasional, pihak pemerintah telah mendiskusikan berbagai metode
kontrasepsi yang tidak bertentangan dengan agama dengan para pemuka
agama. Dengan adanya kejelasan tentang program kesehatan nasional,
misalnya KB, dengan ketentuan agama maka perawat tidak ragu-ragu
dalam mempromosikan program tersebut dan dapat memberi informasi
yang tidak bertentangan dengan agama yang dianut pasien.Pada tahun
2001 ditetapkan oleh MPR-RI dengan ketetapan MPR-RI
No.VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Bangsa. Etika kehidupan
bangsa bersumber pada agama yang universal dan nilai-nilai luhur budaya
bangsa yaitu Pancasila.
Selain memahami dan menghayati sumpah profesi dan kode etik, para
tenaga kesehatan perlu pula meningkatkan pemahaman agama yang
dianutnya. Melalui pemahaman agama yang benar, diharapkan para tenaga
kesehatan dalam menjalankan profesinya selalu mendasarkan tindakannya
kepada tuntunan agama.
2.3 Hak-Hak Wanita Hamil
Hak-hak yang diimiliki wanita hamil adalah sebagai berikut :
1) Wanita hamil berhak memperoleh informasi tentang obat yang diberikan
kepadanya dan pelaksanaan prosedur oleh petugas kesehatan yang
merawatnya .
2) Wanita hamil berhak untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal yang
menyangkut persiapan kelahiran dan cara-cara mengatasi
ketidaknyamanan dan stres serta informasi sedini mungkin tentang
kehamilan.
3) Wanita hamil berhak untuk mendapatkan informasi tentang obat-obatan
yang diberikan kepadanya serta pengaruh secara langsung maupun tidak
langsung terhadap bayi yang dikandungnya.
4) Wanita hamil yang akan dioperasi sesar , sebaiknya dibberi medikasi
sebelum operasi
5) Wanita hamil berhak untuk memperoleh informasi tentang pengaruh
terhadap fisik, mental maupun neurologis terhadap pertumbuhan bayinya.
6) Wanita hamil berhak untuk mengetahui nama obat dan nama pabriknya,
bila diperlukan .
7) Wanita hamil berhak untuk membuat keputusan tentang diterima atau
ditolaknya suatu terapi yang dianjurkan setelah mengetaahui kemungkinan
risiko yang akan terjadi pada dirinya , tanpa tekanan dari pihak lain.
8) Wanita hamil berhak untuk mengetahui nama dan kualiifikasi orang yang
memberikan obat atau melakukan prosedur selama melahirkan.
9) Wanita hamil berhak untuk memperoleh informasi tentang keuntungan
suatu prosedur bagi bayi dan dirinya sesuai indikasi medis.
10) Wanita hamil berhak untuk didampingi oleh orang yang merawatnya
selama dalam keadaan stres persalinan.
11) Setelah melakukan konsultasi medis, wanita hamil berhak untuk memilih
posisi melahirkan yang tidak menimbulkan stres bagi diri sendiri maupun
dirinya.
12) Wanita hamil berhak untuk meminta agar perawatan bayinya dilakukan
satu kamar dengannya , bila bayinya normal dan dapat memberi minum
bayinya sesuai kebutuhan,dan bukan menurut aturan rumah sakit.
13) Wanita hamil berhak untuk mendapatkan informasi tentang orang yang
menolong persalinannya serta kualifikasi profesionalnya untuk
kepentingan surat keterangan kelahiran.
14) Wanita hamil berhak untuk mendapatkan informasi tentang kondisi diri
sendiri dan bayinya yang dapat menimbulkan masalah atau penyakit
dikemudian hari.
15) Wanita hamil berhak atas dokumen lengkap tentang diri dan bayinya,
termasuk catatan perawat yang disimpan selama kurun waktu tertentu.
16) Wanita hamil berhak untuk menggunakan dokumen medis lengkap ,
termasuk catatan perawat dan bukti pembayaran selama di rumah sakit.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia etika dengan membedakan tiga


arti sebagai ilmu, tentang apa yang baik dan apa yang buruk, serta tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak). Keputusan etis dari segi hukum kesehatan
harus mempunyai beberapa prinsip yaitu prinsip otonomi, yang berakar pada
rasa hormat terhadap individu yaitu harus menghargai dan menghormati hak
pasien untuk memilh dan memutuskan sendiri pengobatannya, prinsip
nonmaleficien yang berarti tidak merugikan pasien, prinsip beneficience
berarti melakukan yang baik, prinsip justice atau keadilan, dan prinsip
veracity atau kejujuran. Dari sudut pandang etika dan budaya, keputusan etis
berpengaruh penting terhadap norma dan nilai tim, departemen, dan
organisasi secara keseluruhan. Riset menunjukkan bahwa nilai-nilai ini sangat
memengaruhi tindakan dan proses pengambilan keputusan oleh seseorang.
Budaya dapat diamati untuk melihat jenis-jenis sinyal etika yang diberikan
kepada suatu individu. Standar etika yang tinggi dapat ditegaskan dan
dikomunikasikan melalui penghargaan publik atau upacara resmi.Sebagai
negara berketuhanan, keputusan etis ditinjau dari segi agama merupakan
faktor utama segala kebijakan atau aturan yang dibuat, sehingga diupayakan
tidak bertentangan dengan aspek agama yang ada di Indonesia (Islam,
Kristen, Katolik, Budha, Hindu dan Konghucu) apapun yang dikerjakan
dalam menjalankan profesinya selalu mendasarkan tindakannya kepada
tuntunan agama yang dianutnya.
3.2 Saran
Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adanya
perangkat-perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara baik
dilapangan.Perlunya sosialisai yang luas tentang kode etik profesi dan bila
perlu diadakan pelatihan yang bersifat review tentang etika profesi secara
periodik dan tidak terbatas. Dalam hukum kesehatan terkait dengan
bagaimana suatu keputusan etis dibuat, apakah keputusan yang diambil
efektif dan tidak merugikan pasiennya perlu dipertimbangkan. Standar etika
yang tinggi dapat ditegaskan dan dikomunikasikan melalui penghargaan
publik atau upacara resmi agar menjadi suatu kebudayaan dalam suatu ruang
lingkup kehidupan. Dan juga melalui pemahaman agama yang benar,
diharapkan para tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya selalu
mendasarkan tindakannya kepada tuntunan agama.
DAFTAR PUSTAKA

Education. 2014. Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Etis dalam Praktik


Keperawatan. https://ithinkeducation.wordpress.com/2014/04/28/faktor-
yang-mempengaruhi-pengambilan-keputusan-etis-dalam-praktik-
keperawatan-factors-affecting-ethical-decision-making-in-nursing-
practice/.Diakses pada tanggal 16 Juni 2018 pukul 19.05.

Fahradi, D. 2011. Mengambil Keputusan Etis


http://dedifahradi.blogspot.co.id/2011/06/mengambil-keputusan-etis.html.
Diakses pada tanggal 16 Juni 2018 pukul 19.00.

Lumbantoruan, J. 2013. Pendekatan dalam Pengambilan Keputusan


http://juprilumbantoruan.blogspot.co.id/2013/10/pendekatan-dalam-
pengambilan-keputusan.html. Diakses pada tanggal 16 Juni 2018 pukul
19.02.

Safruddin, 2013. Etika Pengambilan Keputusan.


http://az17bersama.blogspot.co.id/2013/04/etika-pengambilan-
keputusan.html. Diakses pada tanggal 16 Juni 2018 pukul 19.10.

Widodo, J. 2009. Pengambilan Keputusan etis dan Faktor. http://jameswidodo-


heart.blogspot.com/2009/11/pengambilan-keputusan-etis-dan-
faktor.html. Diakses pada tanggal 16 Juni 2018 pukul 19.20

You might also like