Professional Documents
Culture Documents
Praktik Keperawatan
Dan Hak-Hak Kelompok Khusus Pasien Hamil
Keperawatan
Disusun Oleh:
Kelompok 3
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa, serta para
pembaca. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.
Banjarbaru,
Penyusun
Kelompok 3
Daftar Isi
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Kata etis (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen P dan K, 1988),
etika dengan membedakan tiga arti sebagai berikut.
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan/ masyarakat.
Sedangkan Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-
alternatif mengenai sesuatu cara bertindak—adalah inti dari perencanaan.
Suatu rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan suatu
sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah
bagaimana pilihan-pilihan semacam itu dibuat. Beberapa pegertian tentang
keputusan menurut beberapa tokoh (dhino ambargo: 2) adalah sebagai
berikut :
1. Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah
yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya
mengenai unsur-unsur perencanaan. Keputusan dibuat untuk menghadapi
masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah
digariskan atau penyimpangan serius terhadap rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya. Tugas pengambilan keputusan tingkatnya
sederajad dengan tugas pengambilan rencana dalam organisasi.
2. Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan
adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data. Penentuan yang matang dari altenatif
yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.
3. Claude S. George, Jr (2005) menyatakan, proses pengambilan keputusan
itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan
pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan di antara
sejumlah alternatif.
4. Horolddan Cyril O'Donnell (2005) juga berpendapat bahwa pengambilan
keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara
bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan
tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya,
petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
5. Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi Pengambilan keputusan
sebagai suatu proses kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian
tahapan yang dapat dianalisa, diperhalus, dan dipadukan untuk
menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang lebih besar dalam
menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi yang lebih
sederhana dikemukakan oleh Handoko (1997), pembuatan keputusan
adalah kegiatan yang menggambarkan proses melalui serangkaian
kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu.
6. Ralp C. Davis dalam Imam Murtono (2009) menyatakan keputusan dapat
dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari
atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, serta harus
mendekati tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pengambil keputusan
haruslah memperhatikan hal-hal seperti; logika, realita, rasional, dan
pragmatis.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan
yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Semua aktivitas tenaga kesehatan maupun tenaga kerja lainnya dapat
dianggap sebagai pengambilan keputusan, karena mengambil keputusan
merupakan salah satu tugas terpenting seseorang dalam mengambil tindakan
dalam sebuah pekerjaan. Memilih tanggapan etika yang terbaik dan
mengimplementaasikannya. Pilihan tersebut harus konsisten dengan tujuan,
budaya, dan sistem nilai perusahaan serta keputusan individu.
1) Menentukan fakta-fakta
2) Mengidentifikasi para pemegang kepentingan dan mempertimbangkan
situasi-situasi dari sudut pandang mereka
3) Mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia juga disebut
dengan “imajinasi moral”
4) Mempertimbangkan bagaimana sebuah keputusan dapat memengaruhi
para pemegang kepentingan, membandingkan dan mempertimbangkan
alternatif-alternatif berdasarkan:
a. Konsekuensi-konsekuensi
b. Kewajiban-kewajiban, hak-hak, prinsip-prinsip
c. Dampak bagi integritas dan karakter pribadi
1. Pendekatan bermanfaat
Pendekatan bermanfaat(utilitarian approach), yang dudukung oleh filsafat
abad kesembilan belas ,pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep
tentang etika bahwa prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi
jumlah terbesar.
2. Pendekatan individualisme
Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa suatu
tindakan dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung
kepentingan terbaik jangka panjang seorang indivudu.
3. Konsep tentang etika bahwa keputusan dengan sangat baik menjaga hak-
hak yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
a. hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika
individu tersebut secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk
diperlakukan.
b. hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa
yang ia inginkan di luar pekerjaanya.
c. hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari
memberikan perintah yang melanggar moral dan norma
agamanya.
d. hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar
mengkritik etika atau legalitas tindakan yang dilakukan orang
lain.
e. hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa
berat sebelah dan berhak atas perlakuan yang adil.
f. hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup
tanpa bahaya dan ancaman terhadap kesehatan dan
keamananya
2.2 Keputusan Etis Ditinjau dari Agama dan Istiadat
Agama merupakan faktor utama dalam membuat keputusan etis.
Setiap perawat disarankan memahami nilai yang diyakini maupun kaidah
agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan proses.
Semakin tua akan semakin banyak pengalaman dan belajar, seseorang
akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai yang dimilikinya.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk
dengan berbagai agama atau kepercayaan. Setiap penduduk yang menjadi
warga negara Indonesia harus beragama atau berkepercayaan. Ini sesuai
dengan sila pertama Pancasila, “Ketuhanan yang Maha Esa” dan Indonesia
menjadikan aspek ketuhanan sebagai dasar yang paling utama. Setiap
warga negara diberi kebebasan untuk memilih agama atau kepercayaan
yang dianutnya. Ini sesuai dengan Bab XI pasal 29 UUD 1945 yang
berbunyi
1) Negara berdasarskan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya.
Sebagai negara berketuhanan, segala kebijakan atau aturan yang
dibuat diupayakan tidak bertentangan dengan aspek agama yang ada di
Indonesia (Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu dan Konghucu).
Misalnya, sebelum keluarga berencana atau KB dijadikan program
nasional, pihak pemerintah telah mendiskusikan berbagai metode
kontrasepsi yang tidak bertentangan dengan agama dengan para pemuka
agama. Dengan adanya kejelasan tentang program kesehatan nasional,
misalnya KB, dengan ketentuan agama maka perawat tidak ragu-ragu
dalam mempromosikan program tersebut dan dapat memberi informasi
yang tidak bertentangan dengan agama yang dianut pasien.Pada tahun
2001 ditetapkan oleh MPR-RI dengan ketetapan MPR-RI
No.VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Bangsa. Etika kehidupan
bangsa bersumber pada agama yang universal dan nilai-nilai luhur budaya
bangsa yaitu Pancasila.
Selain memahami dan menghayati sumpah profesi dan kode etik, para
tenaga kesehatan perlu pula meningkatkan pemahaman agama yang
dianutnya. Melalui pemahaman agama yang benar, diharapkan para tenaga
kesehatan dalam menjalankan profesinya selalu mendasarkan tindakannya
kepada tuntunan agama.
2.3 Hak-Hak Wanita Hamil
Hak-hak yang diimiliki wanita hamil adalah sebagai berikut :
1) Wanita hamil berhak memperoleh informasi tentang obat yang diberikan
kepadanya dan pelaksanaan prosedur oleh petugas kesehatan yang
merawatnya .
2) Wanita hamil berhak untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal yang
menyangkut persiapan kelahiran dan cara-cara mengatasi
ketidaknyamanan dan stres serta informasi sedini mungkin tentang
kehamilan.
3) Wanita hamil berhak untuk mendapatkan informasi tentang obat-obatan
yang diberikan kepadanya serta pengaruh secara langsung maupun tidak
langsung terhadap bayi yang dikandungnya.
4) Wanita hamil yang akan dioperasi sesar , sebaiknya dibberi medikasi
sebelum operasi
5) Wanita hamil berhak untuk memperoleh informasi tentang pengaruh
terhadap fisik, mental maupun neurologis terhadap pertumbuhan bayinya.
6) Wanita hamil berhak untuk mengetahui nama obat dan nama pabriknya,
bila diperlukan .
7) Wanita hamil berhak untuk membuat keputusan tentang diterima atau
ditolaknya suatu terapi yang dianjurkan setelah mengetaahui kemungkinan
risiko yang akan terjadi pada dirinya , tanpa tekanan dari pihak lain.
8) Wanita hamil berhak untuk mengetahui nama dan kualiifikasi orang yang
memberikan obat atau melakukan prosedur selama melahirkan.
9) Wanita hamil berhak untuk memperoleh informasi tentang keuntungan
suatu prosedur bagi bayi dan dirinya sesuai indikasi medis.
10) Wanita hamil berhak untuk didampingi oleh orang yang merawatnya
selama dalam keadaan stres persalinan.
11) Setelah melakukan konsultasi medis, wanita hamil berhak untuk memilih
posisi melahirkan yang tidak menimbulkan stres bagi diri sendiri maupun
dirinya.
12) Wanita hamil berhak untuk meminta agar perawatan bayinya dilakukan
satu kamar dengannya , bila bayinya normal dan dapat memberi minum
bayinya sesuai kebutuhan,dan bukan menurut aturan rumah sakit.
13) Wanita hamil berhak untuk mendapatkan informasi tentang orang yang
menolong persalinannya serta kualifikasi profesionalnya untuk
kepentingan surat keterangan kelahiran.
14) Wanita hamil berhak untuk mendapatkan informasi tentang kondisi diri
sendiri dan bayinya yang dapat menimbulkan masalah atau penyakit
dikemudian hari.
15) Wanita hamil berhak atas dokumen lengkap tentang diri dan bayinya,
termasuk catatan perawat yang disimpan selama kurun waktu tertentu.
16) Wanita hamil berhak untuk menggunakan dokumen medis lengkap ,
termasuk catatan perawat dan bukti pembayaran selama di rumah sakit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan