You are on page 1of 10

Profil

Dalam seri “Profesiku”, kamu bisa kenalan dengan berbagai profesi, lewat cerita para senior
yang menekuinya. Kali ini, yuk, kenalan dengan profesi Junior Auditor bersama Fauziyah!

Fauziyah atau yang biasa disapa Zee adalah seorang Junior Auditor yang bekerja di KAP
Mazars Consulting Indonesia. Zee merupakan jebolan Universitas Indonesia jurusan
Akuntansi, angkatan 2012. Yang cita-citanya mau jadi auditor, yuk simak penjelasan Zee
mengenai pekerjaan satu ini dari A sampai Z!

Profesiku:

“Junior auditor, yang kerjanya memeriksa apabila ada kesalahan statement di laporan keuangan
yang di-issued oleh perusahaan klien.”

Tugasku sehari-hari:

“Karena saya seorang auditor eksternal, sehari-harinya, sih, saya lebih banyak menghabiskan
waktu di kantor klien. Nah, kerja di kantor klien ini namanya fieldwork. Kita (tim auditor) terjun
ke fieldwork rata-rata selama 2 atau 3 minggu untuk melakukan prosedur-prosedur audit dan
mengumpulkan bukti-bukti untuk diaudit dari dokumentasi milik klien.

Kalau nggak ada klien, sih, kita stay di kantor dan menyelesaikan pekerjaan yang ada seperti
biasa.”
“Modal” yang perlu dimiliki untuk menjalani profesi ini:

“Softskill! Softskill yang mumpuni bakal diperlukan banget di bidang ini, apalagi skill
komunikasi. Soalnya, tiap bulan kita ketemu klien yang berbeda-beda, baik watak, sifat,
maupun jenis pekerjaan dan perusahannya, jadi kita harus pinter-pinter fit in banget sama semua
orang, nggak boleh milih-milih apalagi mengucilkan.

Dan seorang auditor itu harus bisa work as a team, jadi kita nggak kerja sendiri. Kita punya tim
kerja yang udah seperti keluarga sendiri. Haram banget hukumnya jadi auditor kalau kamu
orang yang egois!

Kalau soal hardskill, sih, tinggal rajin-rajin baca regulasi atau peraturan-peraturan seputar
auditing dan keuangan di internet, hehehe.”

Kenapa, sih, memilih profesi ini?

“Yang pasti karena sejalan dengan jurusan kuliah, jadi pengaplikasian ilmu yang udah didapetin
selama kuliah jadi tepat guna banget. Nggak sembarangan, lho, belajarnya kalau mau jadi
auditor.
Yang unik dan seru dari pekerjaan ini adalah, auditor itu seperti detektif! Kerjaannya selalu
mencari dan menelaah, kira-kira ada miss atau kecurangan dalam penyusunan laporan
keuangan yang dibuat oleh akuntan perusahaan klien atau nggak. Saik!”

Pengalaman paling berkesan yang pernah dialami sejauh ini:

“Saya pernah dapet klien yang berasal dari industri coal mining. Jadi, saya dan tim harus visit
ke site mereka yang lokasinya di tengah hutan antah berantah di daerah Kalimantan.

Buat saya anak Jakarta yang biasa kerja di gedung dan kamu yang ngira kalau auditor itu
kerjanya selalu nyaman karena nggak pernah keluar di ruangan ber-AC, ini jadi pengalaman
yang berkesan banget karena harus ke tengah hutan naik mobil offroad, panas-panasan ke
tambang batubara demi kerjaan. It was such a great and bizzare experience for me as an
auditor."

Apa, sih, hal yang paling menantang dalam profesi ini?

“Duh, deadline! Fix banget deadline!

Auditor, tuh, kliennya nggak cuma satu, lho. Bayangin, kalau dari sekian banyak klien yang
lagi tim saya pegang, semuanya butuh report secepat mungkin di waktu yang hampir
berdekatan. Sumber stres para auditor banget, lah, kata deadline ini pokoknya.

Jadi nggak heran, sih, kalau kantor saya kadang masih rame sampai jam 1 subuh tiap peak
season (Januari-April).”

Miskonsepsi terbesar mengenai profesi ini:

“Kayaknya berkaitan banget sama kondisi di atas, ya. Banyak banget yang punya pemikiran
kalau auditor itu sibuk luar biasa. Working almost everyday and even every weekend. Nggak
pernah istirahat!

Padahal, aslinya ya kita emang sibuk banget pas lagi peak season aja. Hari-hari biasa, sih,
normal banget kayak kerjaan nine-to-five lainnya. Ketika low season, kita bahkan bisa bener-
bener gabut, sampai-sampai di kantor kerjaannya cuma nonton film streaming seharian, hahaha.

Tapi kalo udah masuk peak season, baru deh kita lembur gila-gilaan.”
Berapa kisaran gaji untuk profesi ini?

“Di posisi saya yang masih junior auditor seperti sekarang, range gajinya berkisar antara 5
sampai 10 juta rupiah. Kalau posisinya sudah makin tinggi, jelas range-nya naik juga.”

Bagaimana dengan jenjang karir dan prospek yang dimiliki profesi ini untuk
kedepannya?

“Auditor, tuh, jenjang karinya jelas. Tiap tahun pasti ada namanya promotion, dalam 2 atau 3
tahun kamu bisa jadi senior audior, terus supervisor, manajer, dan paling tinggi adalah partner.

Intinya, sih, kamu harus fokus kalau mau mengejar jenjang karir setinggi-tingginya di dunia
per-auditor-an.

Menurut saya, kalau emang kamu orang yang hobi kerja, hobi jalan-jalan, hobi tantangan,
auditor itu prospeknya kedepannya bagus banget. Karena jenjang karir jelas, kalau kamu
menekuni pekerjaan ini dengan sungguh-sungguh dan punya tekad, in 5 to 10 years saya yakin
kamu udah bisa menyabet jabatan sebagai manajer bahkan partner.”

Kasih tips, dong, untuk anak-anak muda yang ingin bekerja di profesi ini:

“Tipsnya sih, jangan males buat baca PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) dan
selalu ikuti setiap update peraturan yang ada dalam dunia keuangan dan perpajakan. Bahaya
banget, sih, kalau kerja jadi auditor tapi masih pakai peraturan yang udah outdated.

Trus, harus berani ngomong dan asah skill komunikasi kamu, karena kalau skill komunikasi
kamu oke punya, trust me, itu bakal mempermudah pekerjaan kamu dalam bidang ini.”

(sumber gambar: dok. pribadi)


Auditor Bebel

Ini cerita saya, apa yang saya alami, apa yang saya hadapi.

Bagi yang tertarik untuk berkarir sebagai Auditor anggap saja ini sebagai
selayang pandang, jangan anggap sebagai patokan dan terlalu serius. Okey,

Selamat Menikmati.

_19 Januari 2009

Sejak tanggal itulah semuanya bermula _semangat baru, harapan baru, doa
baru.

Aku menyetujui untuk bergabung dengan salah satu Kantor Akuntan Publik yang
berkantor di Lingkar Mega Kuningan Jakarta Selatan.

Sebagai new comer aku perlu beradaptasi dengan senior dan


management kantorku.

Senior, terdiri dari tingkatan senior auditor 1, senior auditor 2, senior auditor 3
dan supervisor.

Di kantorku tingkatan senioritas timku hanya terisi oleh 2 orang di senior auditor
I dan 1 orang di tingkatan supervisor. Nah dari SPV ini control langsung dihandle
oleh manager (tukang ngerecokin kerjaan orang) dan partner (tukang
tandatangan report audit tanpa dia review)

Dan aku tentunya berada di tingkatan paling bawah rantai makanan kantorku.

Hari pertamaku berkarir diisi dengan ‘diperkenalkannya’ aku dalam dunia


perauditan sebagai ‘junior nol kecil’ disalah satu tim yang berklien perusahaan
terbuka bergerak dibidang manufaktur makanan kecil yang berkantor di bekasi
timur.

1. Pelajaran pertama, yang perlu kamu ketahui saat menjadi junior auditor
adalah kamu harus multifungsi. Dari siap sedia membawakan tas senior,
membukakan pintu untuk senior, fotocopy, sampai dengan tugas auditor yang
paling gampang ‘vouching’. Yup ‘tugas’ kamu dari level yang paling bawah selain
fotocopy,adalah vouching.

Itulah salah satu prosedur audit yang paling gampang tapi sangat menyebalkan.
Bayangpun (bayangkan-red) kamu harus membuka+mencari voucher (bukti
kas/bank) untuk kamu cocokan dengan pencatatan client. Apakah benar telah
terjadi pendapatan atau pengeluaran tersebut.

Klo kamu pikir vouching nggak usah pake otak, bener banget.

Tapi pake sabar+telaten. Karena kamu harus buka-buka odner yang dalam
sebulan jumlahnya bervariasi. Bayangkan bila harus kamu cek selama setahun,
berapa banyak odner yang harus kamu cek. Dan yang lebih parahnya ada
beberapa akun yang proses pemeriksaannya harus kamu cek fisik voucher. Jadi
dari perkalian kita tadi yang ‘kalikan 12’ sekarang kalikan lagi dengan ‘beberapa
akun’.

Bagi pembaca yang tidak berlatar belakang ekonomi terutama akuntansi, mohon
maaf bila penggunaan kata-kata di tulisan ini membuat anda kurang berkenan.

2. Pelajaran kedua, ‘urut kacang’. Dalam dunia perKAP-an, senioritas paling


utama. Dalam hal pulang misalnya, bisa si manager masih bertengger di
singgasana-nya. Pamali a.k.a ‘ora ilok’ untuk para junior pulang terlebih dahulu,
apalagi klo sebagai junior kamu ngekos deket kantor, singgle, sehat wal afiat. Itu
artinya tidak ada alasan bagimu untuk pulang cepat. Ritual lembur pada Kantor
Akuntan Publik sangat membudaya entah siapa yang yang mengawalinya, bila
sekarang aku ketemu orangnya. Beuh, goyang gayung mah lewaaattt, goyang
odner yang ada. Oke, pengecualian dalam hal ini adalah bila kamu dapat
menggalang masa yang setingkat atau beberapa tingkat lebih senior dari kamu
untuk pulang bareng (walaupun ntar dilobby gedung, pisahan juga).
Huahuehuo,.

3. Yang ketiga, harus angguk-angguk tidak boleh geleng-geleng. Karena


kepanjangan aku singkat jadi ‘HA2TBG2’, kok masih kepanjangan ya? Oke. Bulik
(balik-red) lagi. Sebagai junior yang masih lugu, kamu harus banyak
mengangguk agar kamu tidak dikatai dibelakangmu.

Contoh:

Senior A: “Eh, bantuin saya liatin akun ini ya dan juga follow up pending data ke
mbak-mbak akunting”

_adegan Senior A pegang bebenya terus liat kelayar laptopnya. Terus liat
bebenya, terus ketik-ketik sesuatu dibebenya. Senior congkak, angkuh yang
tidak mau memandang ke juniornya ketika bercakap. Lalu, liat ke layar
laptopnya terus liat ke bebenya. Berulang-ulang. Hupf.

Junior M: “Oke pak”

_adegan Junior M pegang odner terus memandang ke Seniornya saat seniornya


memberikan penjelasan. Terus angguk-angguk, terus masih memandang
seniornya.

(padahal dalam hati, busyet padahal vouching-an yang kemaren aja masih
seabrek. Ini malah nambah lagi)

Senior A: “Eh insurance yang buat permanen file kita udah kamu copy-in?”

_adegan Senior mulai pegang hape GSM-nya, liat layar hapenya. Dia taruh terus
ambil hape CDMA-nya, liat layar hapenya. Berulang-ulang. Hupf.

Junior M: ‘Belum...”

_adegan Junior geleng-geleng kemudian refleks angguk-angguk krn menyadari


kebodohannya plus tanda keberatan kepala karena jobdesk-nya memberatkan
jabatannya.

Senior A: “lho kok belum?”

_adegan Senior secara spontan menengokkan kepalanya ke Juniornya. Masih


memegang bebenya namun jemarinya tidak mengetikkan sesuatu.

Junior M: “Bapak kapan nyuruh? Khan dari kemaren sampe sekarang saya
vouching”

_adegan Junior mule pasang tampang memelas.

Senior A: “Oh ya udah, sekarang kamu kerjain itu yang tadi saya bilang”

_adegan Senior menekuni bebenya (lagi), jempolnya beradu dengan keypad dan
scrollpad. Membuka chat bbm-nya dan mengetikkan

“tau g sih ne’ si anak baru itu dodol kuadrat. Gue suruh apa, ngelaksanainnya
beda lagi” dan dia mengetik kebodohan kita di ‘group bbm-elite senior kantor’.
Dalam hitungan detik, matilah karir awal kamu di kantor. #damn

4. Langjut, ‘Footing reffer’ aka review report oleh junior. Footing yaitu
menjumlahkan/mengurangkan angka pada Report Audited yang terdiri dari
Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Modal, Laporan Arus kas dan
Catatan Atas Laporan Keuangan dengan menggunakan kalkulator.

Reffer yaitu mencocokan angka tiap akun pada Neraca, Laporan Laba Rugi,
Laporan Perubahan Modal dan Laporan Arus kas dengan Catatan Atas Laporan
Keuangan.

Klo kamu pikir, hal ini guampang pake banget. Kamu salah! Karena, butuh
ketelitian, ketelaten-an dan keSABARan. Teliti, agar angka yang kamu
jumlah/kurangkan dan kamu cek memang benar/salah adanya. Telaten, agar
akun Aktiva Tetap yang harus kamu jumlah/kurang berderet kanan-kiri atas
bawah dapat dengan sukses kamu taklukkan. Sabar, karena klo lagi kena
deathline Senior bisa semena2 ngasih report yang sama dalam satu hari untuk
kamu Footing+Reffer lebih dari 4 kali.

Alesan si Senior ‘angkanya berubah’ jadi harus di footing dan reffer ulang. #pret!

(kampret-red)

* Next leasson, setelah kamu expert untuk tiga awalan penting di karir ‘Junior 1’
dunia per-KAP-an. Lanjut ke tangga karir kamu ‘Junior 2’:

1. Multitalent. Jabatan kamu sudah melebar, memanjang dan meluas. Nama lain
Junior 2 adalah Asisten Senior. Kamu harus dapat meng-handle tugas Senior.
Pengertian menghandle adalah ketika si Senior sedang handle client lain, kamu
yang harus bisa mem-back-up client sebelumnya. Entah itu selalu siap sedia
berkomunikasi dengan client, menyelesaikan WP/kertas kerja dan report maupun
dapet teguran dari manajer karena reportnya nggak selese-selese.

2. Bajing Longcat. Dalam seminggu kamu harus wara-wiri, tergantung senior


mana yang membutuhkan jasa bantuan kamu. Congtoh: Senin-Selasa ke client A
bersama senior A, Rabu-Kamis ke client B bersama senior B, Jumat ke client C
bersama senior C. Sabtu, lembur handle client A, B, C. Jiahaha, #OverLoad.

3. Incharge dadakan. Awalnya kamu ‘support’ senior, inget ya ‘support’ that


means ‘membantu’ inget ya hanya ‘membantu’ bukan “meng-handle”. Tapi...
lama-lama klo senior hectic sendiri. Bersiap-siaplah, handle client.

4. HUKUM RIMBA. Yang kuat yang bertahan. Dalam dunia per-audit-an hukum
rimba menurut aku adalah ‘yang kuat yang bertahan atau tertahan oleh
keadaan’. Tergantung kamu yang memilih, pribadi seperti apa yang ingin kamu
tunjukkan pada orang kantor. Boleh deh tetep kekeuh dengan segala pemikiran
kamu, nggak mau dimena-semena-in oleh prinsip senioritas. Boleh protes sama
senior klo emang bukan kamu yang salah, bukan kamu yang berbuat. Plus kata
pamungkas yang selalu kamu dengung-dengungkan dalam diri kamu ‘SABAR’.
#pret?! Makan tuh segala pemikiran itu, aku adalah seseorang yang berpikiran
‘wait and see’ menunggu bukan berarti kita tidak mengambil tindakan, diam
patuh dan lemah.

Tapi kamu harus tau bahwa, tehnik perang yang sesungguhnya adalah
bagaimana kamu dapat memenangkan peperangan tanpa mempergunakan
tangan kamu sendiri.

Bedakan dengan ‘lempar batu sembunyi tangan’ im not that chicken. Kongkrit
yang aku lakukan adalah menjadi musuh dalam selimut, hahaha. Jadi gini,
kebetulan aku merasa dizolimi oleh level management, yang aku lakukan adalah
tetap terlihat ‘manis’ tapiii... aku selingkuh a.k.a cari tempat kerja yang lebih
baik dan membujuk rekan kerja aku untuk melihat realita mengenai kebobrokan
level management, menemani mereka berfikir, memahami dan mengevaluasi
and then... eng-ing-eng aku menyarankan agar mereka mencari tempat kerja
yang baru. Gotcha, aku bisa membalaskan tindakan level management dengan
cara cerdas. #whops!

Hahaha, ya begitulah sekelumit cerita saya. Curhatan ini ditulis pada kisaran
tahun 2009 sampai 2010, dua tahun kilat yang meng-upgrade disiplin ilmu saya.

Ketika kamu kuliah kamu hanya belajar mengenai 'Audit secara teori' boleh deh
kamu hafal segala serba-serbi audit sampe hafal PSAK juga.

Tapi pemahaman mengenai 'rasa' dan 'asa' mengaudit hanya dapat kamu
peroleh bila kamu terjun sebagai praktisi. Pilihlah salah satu, eksternal auditor
atau internal auditor. Tantangannya berbeda, ilmunya sebelas duabelas. Sepahit-
pahitnya kamu jadi auditor tapi pasti banyak hal positif yang bisa kamu pelajari.
Presurenya man, dasyat parah. Lembur sampe pagi, meeting sama client sampe
pagi, ngerjain WP consol, Cash Flow Direct, kampret. Kangen juga masa-masa
ini, kangen untuk menertawakannya (lagi) dengan soulmate seperjuangan.

Saya sampai detik ini tidak akan pernah menyesal pernah menjadi seorang
Auditor, sebuah profesi keren (bagi sebagian orang) yang ternyata nggak ada
bedanya sama kuli bangunan. Pegel. Pegel ngadepin client, pegel ngadepin
manager+partner, pengel ndengerin curhatan temen seperjuangan. Pegel pura-
pura nyimak perkataan ortu saat dinasehati tentang 'kapan kawin'.

Hahaha, identik tapi tidak kembar bagi sebagaian orang dengan profesi ini yang
panjang jodohnya a.k.a lama jodohnya, ya gimana mau hunting. Tiap hari
berangkat ngeliat matahari sedikit menyembul kebumi, pas pulang matahari
yang sedikit menyembul ke bumi itu sudah berubah menjadi bintang atau bulan
atau warna lain yang berwarna pekat (langit malam-red).

Saat jumat bagi mayoritas orang sebagai hari kebebasan, bagi kami merupakan
hari biasa. Karena sabtu kami masih masuk (L.E.M.B.U.R) dan minggu kami
sudah tidak punya tenaga untuk sekedar refreshing, karena hari minggu adalah
hari tidur sedunia sebagai penebus hari-hari kurang tidur selama seminggu
penuh. Minggu puas tidur, terbangun dan mendadak koprol karena ternyata hari
ini hari senin. #Damn Berulang lagi rutinitas.

Pegel,.

Demikian sedikit tulisan yang saya alami, dengan tidak bermaksud


mengeneralisasi profesi auditor seantero Indonesia.

Cerita ini saya alami sendiri, maaf bila berbeda versi dengan auditor-auditor
lain.

You might also like