You are on page 1of 17

ATONIA UTERI, RETENSIO

PLESENTA DAN INVERSIO


UTERI

DINA MARDIYANA (P27224013 236)


DINA NURHIDAYAH (P27224013 237)
ELOK SEPALAWATI (P27224013 238)
ENDAH DWI MUSTIKARINI (P27224013
239)
ERLINA WATI (P27224013
240)
A. Atonia Uteri
Pengertian
Atonia Uteri adalah suatu kondisi
dimana Myometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah
yang keluar dari bekas tempat melekatnya
plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri,
2007).
Etiologi
1. Distensi rahim yang berlebihan
2. Pemanjangan masa persalinan (partus
lama) dan sulit
3. Grandemulitpara (paritas 5 atau lebih)
4. Persalinan buatan (SC, Forcep dan
vakum ekstraksi)
5. Anastesi atau analgesik yang kuat
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala atonia uteri adalah:
1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada kasus
atonia uteri sangat banyak dan darah
tidak merembes.
2. Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala
terpenting/khas atonia dan yang
membedakan atonia dengan penyebab
perdarahan yang lainnya.
3. Fundus uteri naik
Disebabkan adanya darah yang
terperangkap dalam cavum uteri dan
menggumpal
4. Terdapat tanda-tanda syok
Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat
dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah,
mual dan lain-lain.
Penatalaksaaan
1. Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan
siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
2. Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk
tanda vital.
3. Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika
tanda-tanda syok tidak terlihat, ingatlah saat melakukan
evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk
dengan cepat.
4. Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.
Oksigenasi dan pemberian cairan cepat, persiapan untuk
transfusi darah.
5. Pastikan bahwa kontraksi uterus baik:
6. Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan
darah. Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan
menghalangi kontraksi uterus yang efektif. berikan 10 unit
oksitosin IM
7. Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-
masuk.
8. Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan
robekan serviks, vagina, dan perineum.
9. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku
darah.
10. Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah
perdarahan berhenti), periksa kadarHemoglobin:
11. Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang
dari 20%( anemia berat):berilah sulfas ferrosus 600
mg atau ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat
400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;
12. Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau
ferous fumarat 60 mg ditambah asam folat 400 mcg
per oral sekali sehari selama 6 bulan;
B. Retensio Plasenta
Pengertian
Retensio Plasenta adalah tertahannya
plasenta atau belum lahirnya plasenta Hingga
atau lebih dari 30 menit setelah bayi
lahir. (Taufan Nugroho, 2011:158).
Etiologi
Pada sebagian besar kasus plasenta terlepas
secara spontan dari tempat implantasinya dalam
waktu beberapa menit setelah janin lahir.
Penyebab pasti tertundanya pelepasan setelah
waktu ini tidak selalu jelas, tetapi tampaknya
cukup sering adalah gangguan pelepasan
plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi
uterus.
Klasifikasi
Berikut ini merupakan klasifikasi Retensio
Plasenta menurut tingkat perlekatanya:
1. Plasenta Akreta adalah implantasi plasenta yang
perlekatannya ke dinding uterus terlalu kuat, vilus/
jonjot korion plasenta melekat ke miometrium.
2. Plasenta inkreta adalah implantasi plasenta yang
perlekatannya ke dinding uterus terlalu kuat, vilus
plasenta benar-benar menginvasi miometrium.
3. Plasenta perkreta adalah implantasi plasenta yang
perlekatannya ke dinding uterus terlalu kuat, vilus
plasenta menembus miometrium.
Penatalaksanaan
1. Tentukan jenis retensio yang terjadi. Regangkan tali pusat
dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi tidak terjadi,
coba traksi terkontrol tali pusat.
2. Beri drips oksitosin dalam infuse NS/RL. Bila perlu
kombinasikan dengan misoprostol per rectal. (sebaiknya
tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik yang
timbul dapat menyebabkan plasenta terperangkap dalam
kavum uteri)
3. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta,
lakukan manual plasenta secara hati-hati dan halus untuk
menghindari terjadinya perforasi dan perdarahan. Lakukan
trasnfusi darah apabila di perlukan.
4. Beri antibiotika profilaksis (ampisilin IV/ oral +
metronidazol supositoria/ oral)
5. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi
syok neurogenik.
C. Inversio Uteri
Pengertian
Inversio uteri merupakan keadaan
dimana fundus uteri masuk kedalam kavum
uteri, dapat secara mendadak atau perlahan.
Inversio uteri memberikan rasa sakit yang
dapat menimbulkan keadaan syok.
Etiologi
1. Tali pusat yang pendek
2. Tekanan pada fundus yang berlebihan.
3. Sisa plasenta dan abnormal perlekatan plasenta
(inkreta, perkreta, akreta).
4. Menarik terlalu keras pada tali pusar untuk
mempercepat pelepasan plasenta, terutama jika
plasenta melekat pada fundus.
5. Kelahiran setelah sebelumnya operasi secarea.
6. Obat tertentu seperti magnesium sulfat (sebagai
relaksan otot selama persalinan).
7. Kelainan bawaan atau kelemahan rahim.
Klasifikasi
Menurut perkembangannya inversio uteri dapat
dibagi dalam beberapa tingkat :
1. Inversio uteri ringan
Fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri,
namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang
Fundus uteri terbalik dan sudah masuk dalam vagina.
3. Inversio uteri berat
Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian
besar sudah terletak diluar vagina.
Penatalaksanaan
Koreksi Manual
1. Pasang sarung tangan DTT
2. Pegang uterus pada daerah insersi tali pusat dan
masukkan kembali melalui serviks.Gunakan tangan
lain untuk membantu menahan uterus dari dinding
abdomen.Jika plasenta masih belum terlepas,lakukan
plasenta manual setelah tindakan koreksi.masukkan
bagian fundus uteri terlebih dahulu.
HATURNUHUUUUUNNNN...


You might also like